Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Dua Belas



Hari keberangkat pun tiba, tak pelu membawa barang banyak, ansel hanya membawa tas ranselnya. Begitu pun anggit hanya satu koper yang isinya pakaian di lemarinya, tak ada pakaian yang terbilang bagus, kebanyakan hanya pakaian sehari-hari yang ia pakai.

“Koper aman?” tanya ansel.

“Aman. Kan baju gue gak banyak”

“Empat setel pakaian lo cukup?”

“cukup kok. Siapa tau nanti disana gak pakai baju” ansel mengensong tasnya.

“eitzz, gak kena” seminggu bersama anggit, ansel mulai mengetahui sikap anggit selain horny, kali ini dengan mudah ia menghindari saat anggit mau mencubit pingangg seenak jidatnya.

“Gak di lapisin lagi ini toket? “ remasan kecil sebelum keluar pintu. Terasa buah dadanya dan juga puting kecilnya.

“ishh. Gak pakai cangcut juga” balasnya tersenyum kecil, sambil menarik tangan ansel agar mengelus celananya. Dan benar terasa lepitan vaginanya, gesekan beberapa menit sampai terasa agak basah.

“udah ih,, uhmm” anggit menepak tangan ansel yang semakin cepat menggesek vaginanya. Ansel hanya tertawa geli melihat anggit yang benar-benar berubah. Dalam arti, hubungan dnegan anggti semakin intim,

Sebelum ke bandara anggit membeli oleh-oleh makanan buat disana, wajahnya lebih ceria dari sebelumnya, seolah anggit merasakan kebebasan selama ini. tak hanya itu untuk ranjang anggit juga penasaran dengan macam-macam gaya,

“gile lo, banyak bangett” dua kardus sudah berjajar di tangan kiri dan kanan anggit,

“enteng tau, pegangging dong” pintanya, dengan senang hati ansel membawanya, lagi pula ansel hanya membawa tas ranselnya.

“ini buat siapa aja?”

“tetangga, sama makan sendiri kalau gak ada yang doyan”

“gak ada lagi yang di beli?”

“ngak ada, irit duit buat disana hehee” anggit benar-benar menyimpan uangnya di tas kecil, tabungan selama dua tahun.

Sekarang masih ada empat jam sebelum ke berangkatan, ansel dan anggit memilih langsung ke bandara, karena tak ada lagi yang ia beli.

Selesai boarding ansel dan anggit menunggu di pintu keberangkatan, memang Tempat t tunggunya tak seramai maskapai yang lainnya, hanya ansel dan anggit yang duduk disini.

“tiga jam lagi, lo gak hubungin mama lo?” tanya ansel ke anggit yang lagi tiduran di paha ansel.

“enggak, sengaja, biar suprise. hehe” Jawabnya kembali memejam kan matanya lagi,

“ouhhh, gitu” mata ansel melirik kearah kanan kiri, diam-diam tangannya mengelus perut dan berhenti ke selangkan anggit.

“ihh, ada orang nanti” desis anggit. Menahan tangannya.

“mau elus lagi, licin banget soalnya” dengan cepat tangan ansel masuk ke dalam celana anggit, perlahan anggit menekuk lututnya.

“enjoy aja, gue tutupin” ansel mengambil jaketnya menutupi paha anggit, berjaga-jaga kalau ada orang yang duduk di dekatnya, tapi untungnya tak ada orang sama sekali.

Anggit memejam kan matanya, dan mengigit bibir bawahnya. Desahan tertahannya cukup terdengar ansel. Dua jari ansel perlahan masuk ke vaginanya yang sudah basah

“nggghhh “ desis anggit, saat ansel menggerakan jari-jarinya keluar masuk.

“gue klimaks, lo tanggung jawab bersihin!!” ucap pelan anggit meregangkan kedua pahanya, sesekali ia mendongkan kepalanya kearah ansel.

“tentunya,” kocokan ansel semakin cepat, anggit menutup mulutnya dengan kedua tangannya, tak lama tubuhnya bergetar pertanda ia klimaks.

“slrrruupppsss” ansel membungkukan kepalanya kearah vagina anggit, di lumatnya seperti memakan es krim,

“udah ihh” tubuh ansel langsung di dorong perlahan, anggit pun memrapihkan celananya dan duduk seperti biasa.

“enak yah?” bisiknya sambil mencium tenggkuk leher.

“iahh” jawabnya tak malu seperti awal-awal,

“ke wc yuk” ajak ansel memegang tangannya langsung menuju wc sekitar sini.

“ihh, nanti ada oranng” ansel menuju ke wc yang baru di renovasi, masih banyak peralatan yang belum di rapihkan termasuk papan pengumumanan dalam renovasi,

“bentar di cek dulu” ansel langsung masuk melihat kondisi wc yang masih baru, dan siap pakai. Tapi masih belum di buka.

“yeahh,,, tuhan memberkati” gumamnya, langsung memasang papan bertulisan sedang perbaikan di depan pintu wc. Dan menganjak anggit ke dalam,

“ihh serius disinii?? Hmmm” anggit terasa ragu, tapi ia sendiri penasaran mencobanya..

“tenang sementar waktu aman” ucapnya mengambil balok tak jauh dari pintu, dan mengganjalnya.

“ihh nekat, banget, ketauan bisa gak jadi pulang gue” raut wajah kwahtir dari anggit, tapi tak bagi ansel yang menganggap ini tantangan, dia juga belum pernah melakukan di wc umum seperti ini.

“uhmmcchh” tubuh anggit langsung di pepet di tembok, ansel langsung melumatnnya sambil menyingkap tangtop anggit.

“kita main cepat yah” bisik ansel mendudukan anggit di wastafel, di bukanya celananya sampai lepas. Anggit yang protes menuruti ucapan ansel. Sambil berciuman ansel terus memainkan vagina anggit sampai terasa basah,

“nemu juga, hmmm sshh” desisnya memasang kepala penisnya di belahan vagina anggit, menghentakan pelan dan semakin dalam, tanganya anggit merangkul lehernya sambil kembali ciuman. Lenguh panjang anggit terdengar bersamaan dengan penis ansel masuk seutuhnya.

“plokk plok plok” saura hentakan cukup cepat membuat se isi ruangan kamar mandi terdengar, anggit menikmatinya sekarang, gigitan bibir bawahnya itu pertanda anggit menikmatinya sekarang.

“ohhh, memek bocah sempiittt uh” racau ansel merasakan dinding vagina anggit benar-benar sesak.

“ihh,, gue di entotin om om” balasnya membalas ciuman ansel,. Sesekali anggit melihat penis ansel yang keluar masuk cukup cepat.

“ohh,,,, bitch,, ouhhh” racau ansel benar-benar horny, baru kali ini ansel merasakan libidonya lebih tinggi di banding dengan saat di kontrakan.

“aahh ,,, aahhh, gue aahh aahh aahh” suara anggit terputus-putus,

“ploopppp”

“blesssshhh” ansel mengubah posisi anggit menjadi kedua kakinya bertumpu di pinggiran wastafel dengan menghadap kaca.

“uheeghhh “ desisnya sat sadar ia mengahadap cermin, anggit bisa melihat penis ansel begitu lincah keluar masuk di vaginanya.

“cantik banget kamu beb” bisik ansel menciumin tengkuk anggit, Dari cermin ansel bisa melihat ekpresi anggit yang benar-benar menikmatinya.

“ohh.. nggghhh gueeee keluarr nggghh ohhh” tubuh anggit kembali bergetar, ansel tak memperdulikannya terus menggerakan pinggulnya sampai anggit mengerang tak karuan.

“ploppp” ansel mencabut penisnya,

“crrooottttttt,.. crottttt” semburan putih langsung membasahai pinggung anggit. Hanya terndengar suara tarikan nafas yang mengebu sekarang.

“gue jadi ketagian sama lo” bisik ansel membersihkan punggung dengan tissue.

“lo emang doyan” jawabnya malu-malu, secara gak langsung anggit juga measakan demikan, semenjak di bobol sama ansel, anggit selalu semakin penasaran soal itu, dan menikmatinya walau tiap hari harus klimaks.

Setelah rapih ansel membuka ganjalan pintu, berjalan perlahan sambil melirik kanan kiri, tak ada orang sama sekali, ansel merapihkan papan ke tempat semula.

“ada orangnya mas,” ansel berpura-pura menunggu saat ada orang mau membuka pintunya, tak lama anggit keluar melewati ansel, seolah -olah mereka tak saling kenal.

Anggit yang baru keluar pun menerima telepon dari cece nia,

“halooo ce kenapa?” seperti biasa ponsel menjadi loudspeaker lagi.

“dimana lo skerang ngiitt hmm?”

“hmmm... ada di kontrakan... mau berangkat ini” jawab anggit ragu karena dari nadanya cece nia tak biasanya.

“oooh, gue kesana yah,,”

“haaa??” udah mau berangkat cee..” jawab anggit spontan. Anggit melihat ansel memberi apa-apa kalau cece nia berada di tangan orang yang mencarinya.

“ya udah tunggu yaahh”. Ansel kembali memberi aba-aba langsung tutup telepon.

“iah ce maaf,,,,” anggit langsung mematikan teleponnya, wajahnya terlihat panik,

“apa jangan-jangan mereka sandara cece nia yah, wah gawat ini..” ansel ikut menjadi panik sekarang, bisa-bisa mengetahui lokasinya.

“ngak kok, kalau kita dah terbang, cece nia cuman tau kalau aku dari kalimantan, hehe” ucap anggit membuat ansel sedikit lega. Dengan begini ia bisa kabur dari dua orang itu.

Anggit pun langsung menelpon dua orang yang bekerja di toko cece nia, anggit kaget saat mendengar cece nia sudah tak datang dua hari, mereka juga terlihat panik,

Tiga puluh menit sebelum keberangkatan, anggit mendapat kabar cece nia sudah balik dengan keadaan lusuh, seperti tidak mandi dua hari, dan terlihat panik.

Anggit pun reflek menelpon cece nia,

“APPAAAA?” jawabnya kesal.

“cece kenapa?”

“GARA-GARA LO BERDUA, GUE JADI GINI!!!” ansel yang mendengarnya langsung mengambil alih teleponnya.

“Lo di sekap sama dua orang?”

“IA... beegooooo.. gara-gara lo,, gue di sekap dua hari,,, “

“tapi gak kasih tau kan lokasi kita>?”

“YA kasih tau lahh,....!, gue nyesel kenal lo berdua.. bangsattt lahhhhh cihh” gumam kesal cece nia mematikan ponselnya. Dengan sigap ansel, mematikan ponsel anggit, dan ponselnya, mencabut sim cardnya.

“ihh nomor gue kenapa di buang,” omelnya.

“takut di lacak, biasa aja kan dari nomor telepon” wajah ansel kini serius, ia memikirkan suruhan siapa dua orang itu, yang ansel tau hanya tante sinta yang punya seperti itu. Dan gak mungkin mereka mencarinya setelah sudah ada bukti video dan foto kalau dirinya sudah babak belur dan kemungkinan mati.

“yukk udah masuk” ajak anggit menarik tangan ansel ke dalam pesawat. Senyum kecil ansel melihat wajah anggit.

***​

Perjalan memakan waktu satu jam tiga puluh menit, karena ada delay sekitar dua puluh menit. Raut wajah anggit begitu gembira melihat tulisan “Bandar Udara Supadio Pontianak”

“terus rumah lo jauh dari sini?” tanya ansel berjalan keluar bandara.

“ehehe, lumayan”

“berapa jam?”

“lima jam dari sini” senyum lebar anggit, karena ia belum bilang soal tempat tinggalnya.

“haaaaaaaa??? Lima jam?? Gilaaaa” ansel masih gak percaya, butuh perjalan lima jam menuju kampung halaman anggit.

“heheeh”

“daerah apa namanya?”

“sambas, di bukit liteng” ucap anggit, ansel tak bisa melihat ponselnya karena simcard nya sudah tak ada. Ia mau memastikan sejauh mana daerah itu.

“jauh yah?” raut wajah anggit yang tadinya sumringah,sekarang seperti tertekan karena ekpresi ansel yang keberatan soal ini.

“yuk, kita naik apa?”

“taksi?” ansel pun langsung mencari taksi dekat dearah bandara, tapi sayangnya mereka tak ada mau ke daerah sana, di tambah sudah malam,

“apa ngingap aja?” tanya ansel, yang tau anggit sedikit kecewa karena tak ada yang mau antar kesana, walaupun sudah di kasih satu juta oleh ansel. Jarak dan waktu yang membuat mereka menolak.

“kita cari rental mobil aja” ansel mencari daerah rental mobil dekat sini,

“ada nih, satu kilo dari sini,” lanjut ansel, anggit yang tadi sedikit murung sekarang kembali bersemangat karena pertanda ia akan sampai hari ini juga.

Beberapa menit berjalan, sampai di depan ruko rental mobil.

“Mas mas tunggu! “ teriaknya pas pintu ruko mulai si tutup setenganya.

“Jangan tuutup dulu, saya mau sewa mobil”

“wah mas, saya udah mau tutup”

“yah.. Gak bisa mas buat saya?”

“kalau boleh tau tujuannya kemana ya?”

“sambas, “ potong anggit.

“Saya sama kakak saya mau pulang kesana hari ini, pleaseee” lanjutnya. Orang itu terdiam menggaruk kepalanya.

“ya udah,” keberuntungan kembali datang, ia mempersilahkan ansel dan anggit duduk.

“Untuk lama sewanya?”

“satu hari bisa? Tanya anggit.

“wah maaf sehari gak bisa, minimal seminggu”

“Oke seminggu, gak masalah saya kesini lagi” jawab ansel.

“Oke.. “ ansel langsung memberikan KTP, nomor telepon Dan di foto untuk berjaga-jaga.

“ Berapa mas totalnya?” tanya anggit saat ansel lagi di wc.

“Udah di bayar kok sama kakaknya, ini kunci mobilnnya. Dan mobilnya ada di luar, avanza silver” tunjuknya ke parkiran ruko.

“Oh ia mas, saya dapat kabar, nanti pengembalian mobilnya di singkawang aja ya”

“kebetulan ada yang mau sewa disana” ucapnya sebelum ansel dan anggit pergi.

“Singkawang?”

“ohh ia mas nanti kabarin lagi” potong anggit lagi.

“ Hati-hati di jalan”.

“singkawang dimana lagi? Lebih jauh dari sambas kah? “

“lebih jauh sambas.. Nanti kita lewatin singkawang dulu baru sambas” jelas anggit.

“sebentar gue set gps,” kebetulan mobilnya terdapat gps dan itu berfungsi baik, dan benar perjalanan kesana sangat jauh. anggit hanya tersenyum pelan memandang wajah ansel.

“pakai sabuk pengamannya dulu”

“ yang mana?, gue gak bisa ih” selama ini anggit naik mobil tak pernah memakainya. Ansel menghela nafas panjang. Menarik sabuk pengaman.

“sreeetttt.. Clekkk” wajahnya hanya berjarak beberapa centi. Anggit memejamkan matanya seolah pasrah bibirnya akan di cium. Tapi tak ada ciuman, anggit membuka matanya.

“ AHhhhh~~” jeritnya cukup keras, di depan wajahnya masih ada ansel yang menatapnya.

“kenapa lo? Mau gue cium” tanya ansel, seolah ia tau pikiran di otak anggit.

“ehmm ngk” wajah anggit sedikit memerah menahan malu, seketika ansel benar-benar mencium bibirnya. Wajah anggit lebih merah.

“hahaa.kenapa malu gitu? Bukan udah biasa? Tanya ansel.

“Hmm.. Entah gue ngerasa sikap lo sekarang berbeda”

“bedanya? “

“Lebih gentle hehe.. Hmm” jantungnya kembali berdetak tak bearturan seperti kemarin.

“jadi, lo udah ngerasa gue jadi cowok lo seutuhnya?”

“iah.. Mungkin.. kali, gak tauuuu” jawab anggit sekenanya.

“ ada mini market.. Berhenti dulu yah.. Beli minuman” anggit berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan ansel menyetujuinya.

Perjalan selama lima jam pasti sangat melelahkan, apa lagi udah jam tujuh malam. Anggit membeli cukup minuman kopi dan cemilan untuk nanti.

“tunggu mobil yah, “ bisik ansel.

“iah.. “ Ansel membeli dua box condom,

“dua aja mas? “ tanya mbak kasir.

“Iah, cukup kok. Kalau sama mbak bisa tiga” ucapnya ansel menggodanya, dari tampang cukup cantik walau bodynya agak kutilang.

“Makasih, ini kembaliannya, semoga puas” ucap kasirnya kasih senyuman nakal ke ansel.

“Pastinya” jawab ansel balas senyumnya masuk ke mobil.

“Kenapa lo seneng banget?”

“ada cewek cakep? “ tanya anggit menyipitkan matanya dan siap menyergap kapanpun. Mood nya benar- benar tak bisa di duga. Ansel hanya bisa cengengesan, pertanda ucapan anggit benar.

***​

Sudah dua jam perjalanan, keringat ansel mulai mengalir karena AC dalam mobil terasa panas. Anggit pun demikian, ia langsung membuka jaketnya, terlihat keringat di pinggiran tangktopnya.

“Pantesan cuman angin doang” ansel membuka jendela sedikit. dengan begini terasa sejuk, walau hanya angin malam.

“Lo haus? Tanya anggit mengambil kantong plastik.

“boleh” anggit langsung merogoh kedalam kantong plastiknnya. Tak sengaja tanganya mengambil salah satu box condom yang ansel beli.

“haa lo beli ginian” tanyanya.

“hhehhe.. Lagi diskon. Ya jaga-jaga nanti”

“issh. Dasar.. ketauan lo tanggung jawab sendiri”

“Iah.. Maap.. Lupa taro juga di tas. “ Anggit mulai membiasakan diri dengan sikap ansel juga yang suka genit ke wanita.

“gue boleh tanya tentang lo lebih dalam? “ tanya anggit ragu-ragu. Ia benar- benar penasaran dengan ansel.

“boleh.. sampai mentok juga gpp” jawba ansel cengengesan.

“ihh seriusannn”

“iaah,, nanti gue jaawab jujur buat lo” lanjut ansel terus fokus mengemudi,

“jadi selama ini gak ada yang tau lo siapa?”

“ngak.. Bisa jadi gue anak haram atau semacamnya”

“dan ini kalung satu-satu paling berharga dari apapun” ansel menunjukan kembali kalungnya. Anggit mengira itu hanya hiasan. Pantas aja ansel selalu mamakainya setiap hari

“dan gue sendiri gak tau mereka semua gimana keadaanya”

“gue yakin suatu saat lo bisa ketemu”

“hhehee.. entahlah,, aminn aja” elusan lembut di pipi anggit,

Tempat jam sebelas malam mobil sudah memasuki gapura selama datang di kota singkawang. Mata anggit yang sayu kita terbuka lepar. Selangkah lagi sudah sampai rumahnya

“kita makan dulu yah, ada kok tempat makan jam segini” ajak anggit putar-putar mencari rumah makan, tapi sayangnya sudah pada tutup.

“emang nasib makan kaki lima lagi” celetuknya makan nasi goreng lagi. tapi itu cukup mengganjal perutnya lagi. karena masih satu jam perjalanan lagi ke sambas.

Selesai kenyang perjalan di lanjutkan menuju sambas, suasanya lebih sunyi ssekarang, apa lagi jalan yang tak terlalu rata. Anggit memperhatikan jalan dengan serius, karena ia tak sabar untuk pulang.

“sana belok kiri, pas ada rumah gede” tunjuk anggit, tak ada rumah sebesar ini selama perjalanan.

“ini rumahnya?”

“bukan, ini rumahnya madam erna.”

“kita masuk kesana lurus” tunjuk ke jalan masih berbatuan, di tambah kiri kanan masih banyak perpohonan. Atau bisa d bilang hutan.

“lo yakin disana?”

“iah, gak ada apa-apa, emang gelap jalannya” lanjut anggit meyakinkan.

“gak lucu ini, gelap banget” ansel benar-benar ketakutan. Bulu kuduk lamgsung berdiri. Beda dengan anggit yang santai sambil minum.

Dua puluh menit sudah, tapi belum ada tanda-tanda keluar dari hutan ini.

“Lo takut?” tanya anggit.

“ngak,, cuman iseng aja” di tambah angin malam benar-benar dinginn. Membuat suasana semakin mencekam,

“hahahaha, takut juga,”

“lagian ini cuman perkebunan karet, nanti beberapa menit lagi udah sampai kampung gue” senyum anggit sambil pegang lengannya, meletakan kepala di bahunya, anggit melakukanya agar ansel lebih rileks.

Ucapan anggit benar, tak lama mereka pun keluar dari perkebunan karet, kini terlihat seperti perkebunan di sekitar jalan.

“haaaaa akhirnyaaa” lenguh nafas panjang ansel, melihat lampu lumayan banyak, walau letaknya berjauhan.

“luruss, aja, jangan belok” pinta anggit, tempat yang benar-benar masih asri, kalau di jawab bisa di sebut bandung.

“nah disana” tunjuk anggit kesuatu rumah yang tak jauh.

“sampaaaii,, yeaayyy” decak anggit begitu senang, rasa capek di perjalan seolah hilang seketika.anggit segera melangkah cukup cepat keluar dari mobil, menuju halamann rumahnya yang masih di hiasi bebatuan.

Ansel terdiam sejenak melihat rumahnya yang tidak seperti rumah kebanyakan, masih terbuat dari kayu dan papan, tak ada tembook batu atau semacamnya.


Bersambung......


#Note, update dikit ya huu....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd