Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri


Tiga​



“ngggggngggngngngng” anggit yang sedang tertidur merasakan kupingnya berdenging beberapa detik. Itu tak terjadi sekali, kupingnya berbunyi untuk ke tiga kalinya. Sampai ia pun terbangun.

“issh, siapa yang ngomonging” desis mengelus kupingnya agar suara berdengingnya menghilang.

Setelah suaranya menghilang, anggit membuka ponselnya, ia teringat tadi sedang menulis sesuatu ke cece nia.

Tapi sebelum itu, anggit melihat status dari cece nia yang bertulisan “ lemes gilaaa, ampun dah” anggit hanya tersenyum kecil, seperti sudah tau arti dari statusnya.

Dia sendiri sudah ikut dengan cece nia selama dua tahun, anggit sudah tahu sifat jeleknya terutama ganti-ganti cowok dalam waktu singkat, dan mereka pasti melakukan hubungan badan selama itu.

“ada apa anggit?” ketikan dari cece nia.

“heee?” anggit kaget karena pasti cece nia melihat dia sedang menulis pesan, tetapi tak ada pesannya.

“hehe. Cece nia sekarang dimana?”

“baru pulang, ada apa??”

“uhmm habis itu kan?”

“tau aja, ya pasti lah.?” jawabnya blak-blakan, angkit kembali berniat menuliskan sesuatu yang penting.

Anggit langsung menulis cukup panjang, soal dia mau izin pulang kampung, karena sudah dua tahun dia gak pernah pulang kampung. Atau tepatnya selama kerja sama cece nia dia gak pernah libur sedikit pun.

“???”

“sama siapa lagi ce?” tanya anggit, menghapus soal meminta izinya.

“rahasia yang ini, kepoo banget” jawabnya

“ouh, tapi akhirnya cece nemu cowok yang bisa imbangin kan?”

“iah, selama pacaran baru kali ini gue ketemu cowok bisa imbanging stamina gue “ jawabnya dengan emot malu, dan emot air.

“lo coba-coba lah,”

“haa? Gak ah,, gak mau, hehe” gak bisa bohong anggit memang sedikit tertarik, dia juga beberapa kali melakukan manstrubasi, tapi ia memilih tak melakukannya sering-sering.

“takut ketagihan kayak gue?”

“iah, hehe “ tak ada balasan dari cece nia, yang ada hanya di read saja, anggit langsung menyudahinya dan memilih tidur.

Anggit memandang langit-langit kamarnya, memikirkan kembali soal pulang kampung, matanya pun terlelap seketika.

Paginya.

Tubuh anggit tak semangat seperti hari-hari biasanya.anggit menatap wajahnya di cermin sambil menepuk-tepuk pipinya.

“oh iaaa si bansel,” teriaknya lupa kalau ansel menginap lagi di toko, apa lagi udah jam delapan.

Anggit terburu-buru memakai tangtopnya dan pakai jaket, ia tak melapisinya dengan kaos lagi. anggit sebenarnya tak nyaman memakai bra, karena kondisi buah dadanya yang tak terlalu besar seperti cece nia. Pakai tangtop pun cukup.

“semoga cece nia datangnya siang,” dia kembali menoleh ke arah jam ponselnya yang sudah jam sembilan lewat. Di tambah jalanan tak biasanya macet hari ini.

Sesampainya anggit langsung membuka rollingdoornya dengan cepat, dan melihat ansel sedang memasukan penisnya ke dalam botol air mineral, tepatnya kepala penisnya yang di tempelkan ke lubang botol.

“aaahhhh” jerit Anggit cukup keras melihat dengan jelas keseleruhan penisnya dari sini. Hal itu membuat ansel dengan sigap berlari ke pojokan toko dengan terus memegang botolnya.

“parah lo, bikin kaget aja” ucap ansel membalikan tubuhnya dan memakai celananya, walau anggit membuang mukanya dia sedikit melirik kearahnya.

“lo pea ya, ngapain buka celana disini?”

“heellooooo?

“gue mau pipis, kata lo, kalau mau pipis suurh di botol kan?” anggit meliriknya lagi, ansel sudah memakai celananya.

“ya maaf” jawabnya membuka rollingdoor toko, dan melirik kanan kiri. Untuk memeriksa tak ada yang curiga soal teriakannya,

“sekarang lo out sebelum ada yang liat”

“ia gue tau, awas jangan pingsan lagi,” ucapnya sambil kasih senyum tipis ke anggit, .

“isssh” desis mengingat kejadian kemarin.hal yang benar-benar memalukan. Siapa sanggka sekuat-kuatnya anggit ia bisa pingsan, yang tak pernah terjadi selama ia bekerja di toko ini. wajahnya pun memerah seketika.

***

Siangnya ansel kembali membawa dua bungkus hokben. Dari kejauhan anggit masih terlihat sibuk sendiri,

“wah gimana mau istirahat, yang kerja sendirian” ucap pelan ansel, berdiri di depan toko yang langsung berhadapan tokonya.

“bantuinlah,” desis kesal ansel melihat cece nia hanya asik bermain ponsel, ketawa ketiwi sendirian,

“pantes aja telat makan terus itu anak” ansel memilih menunggu tokonya agak sepi baru ia kasih bungkus hokben dan memilih makan satu bungkusnya. Awalnya ansel berniat untuk kasih cece nia sama anggit,

Tetapi niat itu ansel urungkan, saat melihat kelakukan cece nia terhadap anggit. Rasanya tak tega terhadap anggit. terkadang hidup tak adil secara langsung.

Satu jam berlalu, tepat jam satu lewat, suasana toko sudah lenggang. Anggit berjalan mendekati cece nia untuk meminta izin buat makan siang.

Ansel pun bersiap untuk memberikanya saat anggit keluar toko, tapi sayang ada satu pembeli lagi yang melihat-lihatnya, anggit pun memilih melayani pembelinya.

“haaa, gila tuh bocah, tapi salut sih pekerja keras ini anak” ada sedikit kekaguman dengannya, umur lebih muda darinya bekerja dengan baik.

Hasilnya jam dua anggit baru bisa keluar toko, ansel pun mengejarnya dari belakang, anggit tak melihat dirinya yang dari tadi berada di depannya.

“buat lo, “ ucapnya tiba-tiba dari samping.

“apa ini?” tanyanya dengan wajah yang datar.

“buat makan siang, daripada lo pingsan lagi?”

“gak usah, “Walau anggit tau ini cowok termasuk orang perhatian, anggit akui hal itu, tetapi anggit masih menjaga imagenya.

“gue buy one get one, sayang kalau di buang” anggit terdiam sebentar, tangannya menerima walau dengan perasaan yang sedikit terpaksa. Apa lagi suara perutnya sudah benar-benar berbunyi, untungnya tak sekeras kemarin bunyi yang keluar.

“ok, makasih” ucapnya langsung memundukan kepala saat tak sengaja mereka berdua saling bertatapan mata.

Anggit langsung berjalan ke arah tempat yang lebih sepi. Tepatnya di ujung lorong, arah dekat tangga darurat. Dia duduk dengan alas seadanya.

“selamat makan” ucapnya pelan sambil membuka kotak hokbennya, bibirnya berdecak kagum seolah anggit jarang makan makanan seperti itu.

Ansel kembali memperhatikannya, saat anggit makan dengan lahap. Memang dari sananya seperti itu. Anggit makannya cepat atau memang dia terburu-buru

“minumnya” tangan ansel menyodorkan satu botol air mineral yang sudah ia buka, bersamaan dengan itu datang di waktu yang pas saat anggit tersedak,

“bluurrrrr” tangan meleset saat memegang botolnya, yang secara gak langsung membasahi tubuhnya, terutama bagian dada nya,

Mata ansel langsung tertuju ke tonjolan kecil yang tercetak di tangtopnya yang basah. Anggit langsung bangun. Dan langsung melanjutkan minumnya sampai mendongakkan kepalanya.

“gleggg... glegggg..” anggit minum sampai habis tersisa, dan kedua mata ansel melihat tonjolan di tangtopnya lebih jelas, itu membuat penisnya sedikit memberontak.

“ahhhhh,,, ahh” helaan lega nafas anggit yang sudah tak tersedak.

“baju lo basah” ucap ansel pura-pura gak tau kalau yang di pakainya itu tangtop bukan kaos.

“haaaaa,, eeeeggggghh” suara dahaknya lumayan besar pertanda anggit sudah kenyang. Anggit menutupnya dengan jaket.

“nanti kering kok, gak masalah” anggit berharap ansel tak menghetahui kalau ia hanya memakai tangtop ke sini. Dan jaket itu hanya untuk menutupi agar tak mencolok.

“kalau gitu gue duluan” ucap ansel berjalan meninggalkan anggit yang berusaha mengeringkan tangtopnya dengan telapak tangan.

“makasih buat makanan sama airnya” ucap pelan saat ansel berjalan beberapa meter darinya. Ansel kasih jemppol kearah anggit.

Tepat keluar dari lorong, ansel melihat dua orang yang ia temui kemarin, bedanya dia memakai pakaian biasa.

“shiitt... dia lagi” ansel gak salah lihat, orang yang di lihatnya adalah orang yang sama kemarin, itu bearti ansel masih di cari-cari,

“mampus, ngeliat gue!!” ansel langsung lari masuk ke lorong,

“kenapa?” tanya anggit melihat ansel berlari dan berdiri di depannya. Ansel tak menjawab, menarik tangan anggit masuk ke pintu tangga darurat.

“ada apa?” tanya anggit yang ikutan panik ikut masuk ke pintu tangga darurat.

“ssstt” ansel menarik anggit ke belakang pintunya, dan mendekap tubuhnya. Secara tanpa sadar saat mendekap anggit,

“nggghh” desis anggit merasakan geli di putingnya, dan sadar itu jarinya ansel tepat di buah dadanya. Tangan ansel tiba-tiba bergetar karena suara langkah kaki mengarah ke arahnya.

“turun ke bawah aja” ucap anggit dengan menahan geli,

“kreeekkkk” sebelum ansel melakukannya pintu tangga darurat terbuka, ansel semakin mendekap anggit, dan tangannya semakin mencengkram buah dada anggit,

“ada gak disitu?” tanya seseorang tepat di balik pintu, anggit pun ikut menutup mulutnya karena remasan tangan ansel.

“tadi ada yang lari, sekarang gak ada, kayaknya, tadi gue liat mirip dia kesini” ucap salah satu dari mereka, hal itu membuat ansel menarik nafas dalam-dalam sambil memejam kan mata.

Di saat itu juga ansel sadar tangan sedang mencengkram buah dada anggit, sedikit iseng memainkan sala satu jarinya di daerah puting anggit.

“nggghh” anggit menahan desahannya dengan mengigit bibirnya, dan sedikit menggerakan tubuhnya menahan geli. Ansel tersenyum sambil berpura-pura tak tahu.

“sssttt, masih ada orangnya jangan gerak” bisik ansel, yang semakin berani meremas buah dadanya pelan.

“aaaahhhh~~ isshh” desah anggit memejamkan matanya tanpa menghentikannya jari-jari ansel yang semakin menjadi.

Suara menjadi sunyi, hnaya desahan tertahaan anggit yang terdengar, sadar akan hal itu anggit langsung melepaskan tangan ansel dan berjalan keluar pinttu

“tunggu” pinta ansel belum yakin orang itu udah pergi.

“ihh,,apa lagii ihhh” desis anggit antar kesal, keenakan, menjadi satu, anggit agak kesal kenapa bisa-bisa dia menikmati remasan di buah dadanya.

“tunggu sebentar aja “ ansel memegang tangan anggit yang sudah keluar dari pintu tangga darurat.

“ngakk” ucapnya berusaha melepaskan genggaman tangan ansel.. di saat itu juga ansel sekilas melihat salah satu dari mereka masih berada di depan lorong, dan berbalik arah saat melihat anggit.

“cepetan,!!” anggit pun melihat kearah orang itu, dengan tatapan takut juga, karena tinggi besar dan hitam. Dan kembali ikut bersama ansel ke tangga darutat

“mau apa?” tanya anggit menoleh ke ansel,

“yang jelas jangan lakuin apapun,” bisik ansel langsung mengajak anggit turun beberapa anak tangga, sampai di pertengahan, ansel memepetkan tubuh anggit ke tembok.

“ihh, ngapain lagi?” tanpa aba-aba ansel langsung mencium bibirnya dengan lembut. Tapi anggit tak membuka bibirnya sedikit pun.

“pura-pura aja” bisik ansel kembali melumat bibir anggit, tanganya kembali meremas buah dadanya dari luar tangktop.

“aahhh” anggiit mendesah pelan,

Berselang beberapa detik, kedua orang itu sudah berdir dani melihat kearah mereka berdua. Anggit yang ikut takut merangkul leher ansel dan membuka bibirnya.

Awalnya keberatan, anggit menjadi menikmati lumatan di bbirinya dan remasan di buah dadanya, apa lagi ini pertama kalinya orang lain melakukan terhadap dirinya.

“ngghhmm ngghh” lumatan di ikuti desahannya,

“udah pergi?” bisik ansel ke anggit yang memejamkan mata menikmati sentuhan-sentuhan darinya.

“heii angitt” ucap ansel lagi, kali ini anggit mendengar ucapan ansel, membuka matanya sedikit, sambil menganggukan kepalanya, yang pertanda orang itu masih ada.

“sshiitt” ansel kembali melumatnya, kini tangannya membuka resleting celana anggit, dan memasukan tangannya mengeleus vaginannya.

“desah pura-pura” pinta ansel saat anggit tak sadar menikmati lumatan dan remasan ansel secara gak langsung

“aaangggghhh nggghhh~~” desahnya spontanya tanpa di buat-buat, jari-jari ansel emengeleus vaginanya dari luar celana dalam,

“wuhh...” desis ansel kagum merasakan vagina anggit yang terasa hanya segaris dan bulu halus di sekitarnya. Tiba-tiba ia kepikiran untuk membuat anggit klimaks, agar kesannya dia dan anggit benar-benar pasangan kekasih.

“aaassshh ssshhh nggghh” desah anggit tak berpura-pura, apa lagi saat ansel menyingkap tnagtopnya dan melumat buah dada kiri kananya bergantian.

“oohh ohh ohh ohh ohh ohh ohhhh” desahnya semakin keras saat jari ansel dengna mudah menemukan klitorisnya dan memainkannya.

“aaahhh aahh aahh, “ ansel melihat wajah anggit sambil mendongakan kepalanya desahnya benar-benar tak di buat-buat,

“mucchh mucchh” ansel kembali melumat bibirnya, tak lama tubuh anggit bergetar pertanda secara gak langsung anggit klimaks. Jari-jari ansel terasa sesuatu yang meleleh keluar,

“udah gak ada?” tanya ansel saat anggit membuka matanya sambil mengangguk. Orang itu sudah tak ada semenjak ansel membuka celananya anggit.

Lenguh nafasnya belum bearturan karena ia klimaks tadi, anggit pun langsung mendorong tubuh ansel cukup keras sampai terdorong cukup jauh.

“sorry” ucap ansel melihat anggit merpaihkan celana dan juga tangktopnya. Tanpa sepatah kata anggit langsung pergi kembali ke tokonya.

Ia tau hal yang di lakukannya udah kelewat batas, ansel menghela nafas sambil melihat anggit keluar dari sana.

“sial dah, jadi kebablasan gini” gumannya, ansel tak sepenuhnya salah, karena anggit juga tak menolaknya, itu membuat ansel sedikit menyukainya sekarang. Berkatt dia, ansel masih bisa sembunyi disini sementara waktu,

Ansel masih tak keluar dari tangga darurat, dia hanya duduk memikirkan kejadian tadi, ciuman dan juga remasan tangannya di buah dada anggit.

“apa ini anak doyan juga yah” pikirannya terus menerka karena anggit seolah tak keberatan melakukan hal tadi. Yang jelas anggit masih perawan, ansel yakin seratus persen.

***

Anggit dengan muka masih memerah berdiri depan toko, bercermin di tiang mengkilap tak jauh dari toko.

“issh tadi mimpikah?” gumamnya menepak-nepak pipinya, berharap yang ia lakukan tadi benar-benar mimpi. Ia tak menyangka tentang kejadian tadi bersama ansel.

Setelah dirinya tenang ia berjalan ke toko, disana cece nia lagi bongkar pakaian, dan itu berantakan.

“anggit rapihin tuh,” pintannya yang melihat anggit sudah selesai makan, cece nia meninggalkan apa yang tadi ia bongkar.

“baju kamu kenapa basah gitu?” tanya cece nia saat sadar melihat tangtopnya basah, tapi dia tak ssdar anggit memakai tangtop.

“oh, tadi air tumpah hehe” jawabnya langsung menutupi dengan jaket yang ia pakai,

“ooooooh” cece nia langsung pergi keluar toko, anggit pun tak menanykan ia kemana, antara makan atau main dengan cowoknnya yang kemarin di ceritakan.

Tak terasa sudah jam setengah sembilan, tak ada tanda-tanda cece nia ke toko lagi sejak ia selesai makan siang,

Anggit kembali memasukan patung-parung manekin ke dalam toko, tapi dia berhenti sejenak tubuhnya terasa sangat lesu seperti kemarin. Di tambah ia klimaks karena hal yang tak terduga membuatnya semakin lesu.

“gue bantuin lagi” ucap ansel tiba-tiba muncul, anggit tak jawab hanya menundukan kepala saat bertatap wajah dengan ansel. Melihatnya terus teringat hal yang tadi sore terjadi.

“soal tadi, gue minta maaf” ucap ansel yang sudah selesai dan berdiri di hadapan anggit yang sedang menyapu lantai.

“eh? Ituu” anggit yang jutek berubah menjadi salah tinggkah, ia sendiri bingung harus bersikap bagaimana.

“gue boleh nginap lagi kan?” lanjut ansel

“haaa?? Ituu...ngakk, boleh” jawab anggit berusaha bersikap seperti biasa.

“please, gue masih di kejar sama orang itu” anggit langsung melirik tajam.

“gue gak mau kena masalah lagi, “ anggit sendiri penasaran kenapa ansel di kejar oleh orang-orang itu.

“gue akuin tadi gue harusnya gak lakuin hal tadi, tapi itu benar-benar mendesak,” lanjut ansel.

“terus orang itu siapa?” ansel langsung terdiam,

“gue jawab jujur, tapi izinin boleh nginap sampai batas waktu yang tidak di tentukan?” tanya ansel dengan wajah pasrah atau tepat ia merasa bersalah juga karena hal tadi.

Ansel seharusnya tak ikut mengajak anggit ikut dengannya, dan lari kebawah melewati tangga darurat, dengan begitu hal yang tadi tak akan terjadi. Apa lagi otak kotornya yang reflek melakukannya.

“itu, gue gak janji, tergantung masalahnya” jawab anggit.

“mereka rentenir, gue lari karena gue gak bayar bunga yang dia kasih, “ senyum ansel berbohong, andai ansel bilang jujur, pasti akan lebih parah, mengetahui kalau dirinya seorang pemuas tante-tante kaya. Dan sekarang menjadi buronan dari mereka.

“haaaa?” wajah terkejut anggit,

“gue janji, gue gak akan libatin lo lagi kalau ketemu sama mereka,” anggit terdiam sejenak. Ansel langsung memegang tangannya dengan wajah memohon.

“ituu, “ anggit terdiam, ia benar-benar takut soal kedua orang tadi,

“okeh,, gue izinin, kalau lo libatin gue lagi, lo harus out dari sini.” jawabnya langsung melepaskan tangannya, dan masuk kedalam merapihkan sisanya.

Ansel bernafas lega, di dalam hatinya ansel benar-benar berterima kasih ke anggit, sambil melihat anggit dengan wajah juteknya.

“gue janji, dan terima kasih” ucap ansel sebelum anggit menutup rolling door, anggit tak berkata-kata apa-apa sampai anggit menutupnya rapat-rapat tokonya,

“issshh, serba salah ih jadi orang gak tegaaan, hmm” desisnya seelsai menutup toko dan kembali pulang...


Bersambung...

#Note, update tipis ya hu...... terima kasih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd