Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Terimakasih atas update ceritanya suhu @zhuquejr92 ..
Mantul Ansel, ibu dan anak udah kena patil,
Tinggak maintenance aja, hehe...
Target selanjutnya Sri si pemilik pompa..
Ansel dan Tante Nessa ini sebenarnya sama2 mau,
Sama2 mancing,
Tapi ga enak sama Anggit,
Tapi tinggak tunggu waktunya aja sih,
Mungkin sesuai janji tante Nessa, yaitu setelah mobilnya bisa jalan..

Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Sungguh alur yg menarik, dimana dari page 1 s.d 33 baca maraton.
Dengan scenario perkotaan dgn bumbu2 sedapnya.
Beralih pedesaan Kalimantan nan indah dgn penduduknya yg mayoritas wanita dikarenakan janda dan suami merantau.
Sungguh menarik untuk diikuti.
Semoga sebentar lagi update.
Terimakasih
 
Dua Puluh


Sudah mau jam tujuh malam, anggit sedikit kwahtir ansel belum pulang dari siang.

“Anggit makan dulu” panggil tante nessa

“Iah.. Tungguin ansel bentar” rasanya gelisah menunggu ansel, pikiranya campur aduk. Dan paling sering muncul, jangan-jangan ngegarap tante stela.

“Ihh itu dia” Akhirnya ansel muncul tak membawa apa-apa.

“Kok malam banget sih? “ tanta anggit antara kwatir dan kesal.

“Hehee..”

“habis bantuin rapihin kayu bakar” jawab ansel mengelus kepalanya.

“Bukanya rapihin tante stela?”

“ehhh?” ansel yang terkejut hanya menyeringai. Pertanda dugaannya benar

“Tuh kan.. Beneran.. Dasar ihhh” ucapnya mengerutkan dahi dan juga dengan tatapan tajam.

“Tapi kan udah di izinin kamu beb” elusan di kepalanya beruba ke pipinya.

“tapi kenapa lama banget?”

“Di peres sampe habis yah? “ tanyanya tampa titik sedikit pun.

“Gak lah.. Kalau di peres sampai habis nanti lo ajah” bisik ansel sambil tertawa geli.

“Wah kamu baru pulang ansel? “ tanya tante stela yang buka pintu.

“iah tante, hehe. Kalau gitu ansel mandi dulu” ansel langsung melangkah cepat masuk ke dalam.

“Ansel darimana anggit?” tanyanya melangkah masuk ke dalam.

“bantuin tante stela rapihin kayu bakar, makanya telat. “

“tapi kenapa mama ikut penasaran?”

“hee? Itu.. “

“yah seneng aja kalau beneran mobilnya bisa jalan, jadinya gak usah titip kalau ada yang keluar desa” senyum tipis ke anggit,

“ma.. Menurut mama, ansel orangnya gimana? “ tanya anggit ragu, anggit tau gak selamanya ia bisa menutupi hubunganya dengan ansel.

“Hmm.. Yang baiknya apa jeleknya? “

“ Dua-duanyaa. “

“jeleknya, mama rasa dia tampang playboy deh.. Jadi mama ngerasa kamu di manfaatin dia” anggit hanya senyum tipis mendengarnya.

“dan baiknya, ternyata dia rajin, mau kerja, dan bertanggung jawab. “

“ kalau mama masih abg kayak kamu, bisa jadi suka sama dia” sambungnya tersenyum. Anggit sedikit lega mendengarnya,

“Oh ia, mama tau kok kamu sama ansel ada hubungan khusus, dan kalau dia macem-macemin kamu mama siap usir dia dari kampung ini”

“haa.. Itu. Ngak kok ma. Ansel gak lakuin apapun uhm hehe”. Tante nessa hanya senyum melihat anggit yang salah tingkah.

Sambil makan malam ansel memberi tahu perkembangan soal mobil, sekarang tinggal mencari pompa manual buat ban. Dan itu harus ke tante sri.

“ Ke mbak sri yah” gumam tante nessa.

“gak terlalu deket banget sih, yang deket tuh tante stela. “ lanjutnya.

“tapi ma, coba ajah kasih makanan lagi? “ sebelum mengiakan tante nessa menatap ke arah anggit dan ansel.

“Gak ada cara lain selain kasih makanan”.

***​

Tepat jam lima pagi, ansel kembali terbangun kini ia terbangun karena ingin kencing, dari arah dapur sudah ada suara berisik.

“tante buat apa?” tanya ansel melihat tante nessa sedang sibuk menggulung sesuatu di daun pisang.

“lemper, buat nanti ke mbak sri” jawabnya. Ansel langsung berlari kecil ke dalam untuk pipis, dan kembali lagi menemui tante nessa.

“orangnya gimana tante, yang namanya tante sri?”

“montok,”

“hee?”

“ahaa, seriusan, tingginya sebahu kamu” itu bearti tingginya gak jauh dengan anggit, kalau tante nessa tingginya sekupingnya.

“bantet dong”

“gak lah, semok, umurnya lima tahun di atas tante”

“hmm empat puluhan yah?”

“iyah sekitar segitu.”

“tapi semokan tante lah, hehee” ucap usil ansel di sela-sela permbicaraannya.

“oh ya?”

“iah, “

“liat aja belom, udah sok tau hahaa” ansel hanya tertawa pelan mendengan ucapan tante nessa, dan memilih kembali ke dalam kamar, hawanya semakin dingin setelah terkena air.

Remasan kecil di selangkanan ansel yang masih tertidur, yang perlahan semakin keras. Dari remasan kini berubah menjadi kocokan pelan.

“uhh” desis ansel membuka matanya perlahan, dengan samar ia melihat anggit sedang mengulum peneisnya dengan lembut.

“anggittt” panggil ansel sambil meringis nikmat,

“bangun juga, hehee,” anggit angsung menyudahinya menarik kembali celana ansel ke posisi semula, membiarkan penisnya berdiri tegak di dalam.

“emang gak ada cara lain gitu bangun gue gitu?”

“ada, tapi gue maunya begitu, “ jawabnya menjulurkan lidah sambil keluar kamar, mau tak mau ansel keluar kamar dengan penis yang masih tegak.

“buruan mandi, udah jam delapan, “ pinta tante nessa yang sudah rapih merapihkan rantang, dan tak lupa satu sisir pisang di kantong plastik.

“jangan lupa tuh pisang, umpetin nanti di samber monyet liar” lanjutnya menunjuk ke celana ansel yang menonjol. Ansel sedikit tersipu malu langsung belari kecil untuk mandi.

“dimana lokasinya tante? Jauh gak dari rumah tante stela?” tanya ansel yang sudah rapih sekarang, dan tinggal berangkat.

“lo bareng mama kok, tenang gak bakalan jadi bolang, apa lagi pulang malem” senyum anggit penuh arti, kalau ansel gak bakalan macem-macem dengan tante sri karena ada tante nessa. Tante nessa yang mendengarnya hanya tersenyum.

“yuk berangkat” ajaknya,

Ansel dan tante nessa pun berangkat jalan kaki, pakaian yang di pakai tante nessa tak jauh beda dari biasa yang ia pakai, kaos dan celana jeans panjang. Tapi kali ini kaosnya agak ketat dari biasanya dengan di padu warna biru.

“ansel yang bawain” pintanya menangkat pisang dan rantang di kedua tangannya, tak terlalu berat memang, tapi lama-lama pegel juga.

“masih jauh tante?”

“sepuluh menit lagi lah, dari sini” jawabnya melambaikan tangan saat melewati rumah tante stela. Dan benar saja, rumahnya lebih plosok dari sebelumnya,

“tuh ada yang sepeda” tunjuk tante nessa, ke arah rumah yang tak jauh beda lagi dengan rumah didesa ini,

“janda juga tante?”

“hhahaa, kenapa emangnya?”

“yah gak apa-apa, kata anggit desa ini kebanyakan janda” bisik ansel pelan.

“hahahahaha, kamu ini, kenapa semangat kalau sebut nama janda?” tanyanya,

“hehe, bukan semangat tante, janda kan lebih menarik, hehe” godanya melirik ke arah tante nessa.

“masa?”

“nah itu dia, orangnya” tante nessa tunjuk ke seseorang wanita keluar dari rumah membawa jemuran pakian.

“mbak srrriiii” panggil tante nessa, ansel berdiri di depan pagarnya, melihat seksama tante sri, saat ia mengintip di rumah tante stela tubuhnya sedikit gemuk, tetapi saat ini terlihat lekukan pinggulnya, apa lagi buah dadanya lebih menggoda karena basah habis nyuci pakaian.

“ohh kamu nessa, ada apa?” tanyanya dengan ramah mempersilahkan ansel dan tante nessa masuk.

“hehe ini ada cemilan sedikit” jawab tante nessa, ansel dengan sigap memberikan kantong plastik berisi lemper dan satu sisir pisang.

“oalaahh,, repotin aja, pasti ada sesuatu kan?” dengan senang hati tante sri menerimanya.

“iah, begini mbak” sambil jalan ke dalam tante nessa menjelaskan apa yang terjadi, sedangkan ansel menunggu di luar, itu memang rencana yang di buat tante nessa yang mau berbicara langsung.

Tak jauh beda, setiap rumah pasti selalu ada kayu bakar, ansel bisa melihatnya di samping rumahnya, tapi seperti tante sri tinggal sendiri disini, tak ada siapapun lagi disini.

“si ansel itu lama bakalan tinggal disini gak ness?” suara tante sri terdengar saat ansel berjalan-jalan di sekitar rumahnya.

“lumayan lama, soalnya itu teman anggit juga” jawab tante neesa

“kalau kelamaan takut, madam tau , dan pasti marah loh”

“hehe, jangan sampai tau, lagian madam juga cek desa enam bulan sekali,” jawab tante nessa meyakinkan kalau ansel bukan siapa-siapanya, walau sudah ada beberapa tetangga penasaran.

“tapi kemarin, ada hal yang mencurigakan loh, dia datang ke rumah mbak stela, keluar dari sana malam” bisiknya takut terdengar, walau begitu ansel masih bisa mendengarnya.

“oh itu, dia juga bilang soalnya bantuin beres-beres rumah,”

“ouh gitu,, tapi mbak liat si citra ngintip dari luar jendela loh lumayan lama”

“apa jangan-jangan mbak stela main sama ansel?” tante nessa agak terkejut dengan pemikiran mbak sri,

“jangan pikirin macem-macem mbak hehee”

“wajar kan pikirin macem-macem, wong kita semenjak tinggal disini gak pernah di jamah lelaki, sekali ada di usir sama madam”

“kreteeekkk” tak sengaja ansel menginjak ranting pohon sampai patah, dengan melangkah cepat ansel ke arah depan lagi, menyudahi menguping.

Dan benar saja, tak lama tante nessa dan tante sri keluar dari rumah, sambil membawa pompa ban yang biasa untuk sepeda.

“ini ambil, ucapin terima kasih sana” pinta tante nessa,

“terima kasih tante, pasti ini sangat membantu” tante sri hanya tersenyum melambiakan tangan saat mereka pulang kembali ke rumah.

***​

Cuaca tiba-tiba menjadi mendung, ansel dan tante nessa mempecepat langkahnya, tapi sayang hujan langsung turun cukup deras.

“teduh dulu tante,” pinta ansel yang langsung basah kuyup

“gak usah bentar lagi sampai juga,” tolaknya terus berjalan tak memperdulikan pakainya yang basah, dan juga lekukan tubuhnya terlihat dengna jelas oleh ansel,

“pakai ini aja” ansel mengambil selembar daun pisang yang besar sebagai payung, dengan begitu tante nessa melangkah lebih pelan.

“liatin apa?” tanyanya pas mata ansel meperhatikan buah dadanya.

“hehehe, gak sengaja tante, ada magnetnya pengen kesana terus liatnya” jawab ansel, tante nesa hanya tertawa,

“ansel tolong garukin dong belakang, tiba-tiba gatel” pintanya sambil jalan, dengan sigap ansel menggaruk dengan tiga jarinya,

“ke atasnya, “ puntanya lagi tepat di tali pengait branya,

“nah ia, “ seberapa kuat ansel menahan godaan, tetap saja ia tak bisa menahannya seratus persen, dengan satu tangan ansel berhasil melepaskan kaitan tali branya.

“eehh,, kenapa di situu”

“gak sengaja tante, lagian gatelnya gak jauh dari situ,”

“sini ansel pasang lagi” tante nessa pun berdiri terdiam, membiarkan tangan ansel masuk mengaitkan kembali.

“sesek ya tante? Ada bekas tali branya” ansel mengelus bagian punggungnya,

“sedikit, nanti tante gak pakai bra, kamu lepas kontrol bahaya” jawabnya membusungkan dadanya agar ansel bisa mengaitkannya.

“hehe, tenang tante, masih aman, “ sebelum masuk ke rumah, tante nessa hanya tersenyum kecil, sedangkan ansel langsung ke gudang untuk memompa ban.

Hasilnya berhasil, butuh waktu setengah jam untung memompa ke empat bannya,

“ngghh haaaaaaaaaa” sebelum menyudahinya, ansel menarik nafasnya dalam-dalam, karena nafasnya sedikit berat sekarang.

Tak seperti biasanya, setelah mandi tubuh ansel merasakan menggigil, mungkin ini karena efek keujanan dari pagi, ansel terus menahannya,

Sampai malam makin semakin larut, tubuh ansel semakin mengigil, dan tak hanya itu nafasnya terasa semakin beratt..

“ngggggghhhh aaahhhhhhhhh”

“nggghhh aaahhhhhh” mau tak mau ansel bernafas lewat mulut.

“sshiitttt,,, gak mungkin kambuh lagi,,, ngggghh aaaaahhhhhh” sekarang giginya bergetar hebat,

“ansel, lo kedinginan?” suara anggit pelan, ansel mengangguk, dengan cepat anggit mengambil kain lainnya menutupi tubuhnya.

“hhhaaaaaa,,, haaaaa” nafasnya semakin pendek.

“anggit ansel kenapa? Suara nafas ansel ternyata membangunkan tante nessa,

“asma nya kambuh ma,, ini anggit lagi gosokin pakai minyak kayu putih biar gak terlalu kedinginan” sesekali ansel mencium bau minyak kayu putihnya, agak membantu tapi tetap aja tubuhnya menggigil.

“lo sih, paksain, gue aja gak tau lo ada asma” wajah anggit terlihat panik, melihat ansel bernafas pendek.

“efek kedinginan biasanya gini, ini pun jarang kambuh kok.” jawab ansel masih duduk..

“ya udah, tidur di tengah-tengah, lebih hangat” pinta tante nessa yang langsung ambil teh hangat di dapur untuk di minumankan ansel sebelum rebahan.

Rasanya sedikit lega, tetapi saat menggigil nafasnya pun langsung sesak dan pendek,

“tiduran di sini, biasanya kalau di apit dua orang hawanya gak terlalu dingin” lanjut tante nessa mengambil selimut yang panjang, di lebarkan ke atas tubuh ansel.

“iahhh tante,,, terimaha kasihhh” jawabnya dengan nafas yang masih sesak. Anggit yang khwahtir terus mengosok tubuh ansel,

“ngghh hhaaaaaaaaaa” ansel mencoba memejamkan matanya sekarang yang semakin berat.

Diam-diam anggit membuka kaos yang di pakai ansel, ia menempelkan tubuhnya dengan ansel tanpa busana. Dan memeluknya dari samping. Anggit melakukan agar ansel lebih hangat dari sebelumnya.

Tante nessa tak berkomentar apa yang di lakukan anggit, menempelkan tubuhnya di samping sambil terus memeluk erat ansel.

“anggit anggit...hehe” gumam pelan tante nessa melihat anggit tertidur dengan kepala nya di dada ansel, dan tentunya dengan tubuhnya yang menempel.

“ngghh haaaaaaaa” walau tertidur pulas, sesekali tubuhnya menggigil dan nafasnya kembali pendek.

Dengan senyum kecil, tante nessa pun ikut membuka bajunya, perlahan mengangkat tangan ansel dan ikut menempekan tubuhnya ke ansel.

Awalnya tante nessa curiga karena mungkin saja ini akal-akalan ansel, tapi ia tak berbohong, karena ansel tak bergerak sama sekali saat tante nessa dan anggit menempelkan buah dadanya di sisi kira dan kanan. Sampai akhirnya tante nessa ikut tertidur setelah mendengar nafas ansel sedikit panjang sekarang..

Bersambung.......

#Note, update tipis-tipis ya hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd