Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Cewek-Cewek Sombong, Starring @RedVelvet

Saya bukan robot

Semprot Kecil
Daftar
29 Mar 2016
Post
75
Like diterima
45
Bimabet
Perkenalkan semua, ini cerita pertamaku yang akhirnya dengan berani kukirimkan pada forum tercinta ini, sekadar fantasi muluk dari buah pemikiran yang dituangkan dengan tangan amatiran, jadi mohon ma'af bila banyak kesalahan dan dengan sangat senang hati menerima kritikan dari teman-teman semua, selamat membaca :D

~~~~\\\\~~~~


Namaku Paijo, aku adalah seorang TKI di Korea Selatan, perantauan yang berasal dari Nganjuk, Jawa Timur, aku sudah 10 tahun bekerja disini, suka-duka telah aku alami, pahit-getirnya hidup di negeri orang, namun semua itu kujalani demi membayar hutang kakek-nenekku yang berpuluh-puluh juta, aku seorang yatim piatu, sejak kecil kakek-nenekku lah yang mengurusku hingga mampu mencari nafkah sendiri, awalnya aku merantau ke Ibukota Jakarta, namun karna satu-dua hal, aku akhirnya berakhir di negeri ginseng sebagai pembersih kaca gedung-gedung di Korea.

Di negara ini aku hidup ngekos dengan biaya hidup seadanya, 5 tahun lalu kakek-nenekku telah meninggal dan akhirnya aku benar-benar sebatang kara, sebenarnya aku bisa saja pulang dan hidup di desa karna kakek mewariskan rumah gubuk reotnya padaku, namun aku lebih memilih disini karna gajinya yang lumayan walau hanya membersihkan kaca.

"Joe...," Panggil temanku saat aku mencoba membuka kunci pintu kosanku. Ya, di Korea ini namaku menjadi sedikit lebih keren, karna saat ditanya nama kamu siapa, mereka salah menafsirkan dari Paijo menjadi Park Gi-Joe, dan aku menerimanya saja karna memang lebih keren dan akan terasa familiar di lidah mereka.

"Kamu masih punya stock mie instant? Aku pinjam dulu, tanggal tua ini." Ternyata tetanggaku yang sama-sama miskin cuma mau ngutang, kirain ada apa.

"Ada lah, kamu ambil aja itu di rak, cari aja sendiri, sorry acak-acakkan, kalo bisa sekalian bersihin." Gurauku yang ditowel dia dengan sikut.

"Yee, jaluk mie siji bae nggo imbalan, ra ikhlas kamu Joe, ra berkah," Yup, tetanggaku bernama Han Do Ko, dia asli orang Korea, namun karna sudah lama bersamaku, dia malah jadi bisa sedikit bahasa Jawa. Dan itu sedikit mengobati rasa rinduku dengan kampung halaman, berasa ada orang sebangsa-setanah air di sebelah kita. Orangnya agak gemuk, mungkin bisa dibilang buncit. Berambut cepak namun berponi tipis, umurnya kisaran 40 tahunan, dan seorang duda karna ditinggal istrinya selingkuh.

Perawakanku sendiri tidaklah ganteng, dan tidak jelek juga, yah tampang khas orang miskin lah. Dengan satu tindik di telinga kiri, sisa kenakalan remaja dahulu.

Baru-baru ini aku menerima job membersihkan kaca di gedung bertajuk SM Town, bersama temanku Han Do Ko esok hari, untuk itu aku bersiap-siap dengan peralatanku di malam harinya, dilanjut dengan setrika pakaian dan mencuci piring bekas makan.

Yah hidup sendiri memang merepotkan, walau kadang mengasyikkan, aku berharap bisa punya istri yang sholehah, bisa membantu menyiapkan segala sesuatunya, merapihkan pakaian, mencuci serta memasak, kok aku jadi bingung ini mau cari istri apa pembantu.

Kubuang jauh-jauh dulu pikiran itu, aku menuju teras kosanku yang berbentuk rumah susun, tidak terlalu kumuh karna kehidupan disini memang bersih walau kami miskin tapi tetap menjunjung tinggi kebersihan, tidak seperti di tanah kelahiranku, sudah miskin buang sampah sembarangan lagi, giliran kena penyakit dan banjir yang disalahkan pemerintah.

Aku hisap dalam-dalam rokok murahanku, sambil mengusap-usap sebuah smartphone yang seminggu lalu kutemukan di pinggir jalan, masih belum terbuka kuncinya sampai sekarang, walau tentu saja bisa ku format agar kembali dari awal lagi, namun wallpaper di layar kunci yang menampilkan selfie seorang wanita cantik ini membuatku penasaran dengan isinya, walau jelek-jelek begini, aku tetap masih lelaki dengan sedikit sifat mesum di dalamnya, just little.

"Joe, durung turu kau, masih ra iso iku hape kebuka e'?" Han Do Ko menyapaku dari balik tangga sambil mengaduk segelas kopi.

"Durung Han, lagi ngadem, kamu tuh orang sini Han, gak usah sok-sokan ngomong Jawa campur aduk gitu, aneh jadi dengernya," gurauku.

Dia cuma nyengir.

"Btw, darimana? Kau dari bawah gitu? Gangguin mbak-mbak warung bawah yah?" Basa-basiku.

"Ndak lah, aku tadi dari bawah jaluk banyu panas, kebetulan punya kopi tapi ra due gas guna masak e', mau minta ke kamu gak enak tadi siang udah minta hehe...," terangnya sambil sruput.

"Yee, hidupmu serba minta, nanti ku punya istri jangan-jangan kamu minta jatah lagi." Kuhisap lagi rokokku.

"Betul itu!" Tawanya mesem-mesem.

"Rokok Han?" Abaiku.

"Yoo, masak bekas kamu toh!"

"Gapapa lah joinan," kekehku sambil mengeluarkan bungkusan rokok di kantung celana jeansku.

"Nih! Pengennya yang baru aja, padahal yang bekas juga enak." Sodorku.

"Bekas-bekas kalo artis sih enak wae, apalagi idol-idol K-Pop tuh yah si Irene pengen rasane ane pelintir-pelintir susune gemes," Han Do Ko mulai menghayal, mungkin di kopinya kemasukan nyamuk yang habis ngisap darah petani *****, emang ngaruh yah?.

"Irene siapa sih, gua gak kenal, kenalnya Juleha, TKW baru di kosan seberang, punya anak 2 suaminya ditinggal, kasian kedinginan, temenin gih sana!" Usirku.





#Irene.

"Waduh, akeh sing demen Joe, ra kuat aku duit pas-pasan gini," rendahnya.

"Tampangmu juga pas-pasan Han Do Ko," toyorku sambil berlalu meninggalkan sobatku ke dalam kosan.

Kulewati malam ini lagi dengan hal-hal yang gak penting, ngobrol ngalor-ngidul, membicarakan kebobrokan atau apapun itu, walau diluar sana langit malam cerah berbintang, namun tidak dengan nasibku, entah sampai kapan aku bisa bertahan hidup di negeri orang ini.

Ooh, perantauan-perantauan.


~Pagi hari dalam suasana perkotaan yang sibuk~


"Hati-hati Han, jangan gegabah," ingatku.

"Tenang ae, kita sudah 5 tahun bekerja seperti ini, sudah Diploma lah aku seharusnya!" Konyol Han.

"Oke, semua pengaman sudah selesai dipasang dan diperiksa, waktunya naik," jariku mengisyaratkan pada operator crane untuk menaikkan kami ke atas gedung lantai-perlantai.

Berjam-jam kami lalui dengan seksama membersihkan jamur dan lumut yang mulai mengerak disela-sela jendela. Membersihkan gedung setinggi ini mungkin butuh 3 hari lamanya, tergantung kecerahan hari juga.

"Joe, istirahat dulu yuk, udah mau jam 12 ini." Han mengingatkan.

"Belum Han, setengah jam lagi, sabar." Tahanku.

"Terik banget ini Joe, aku duluan saja, kamu mau titip apa biar aku yang turun duluan belikan sesuatu." Han sudah bersiap turun.

"Boleh deh, es susu aja yang murah, sama nasi padang."

"Mana ada! Aku belikan kimbap saja!" Han ngegas.

Ia pun mulai turun.

Selang 20 menitan, aku juga bersiap turun ketika tak sengaja kulihat dari jendela tiga orang lelaki dan seorang perempuan sedang berbicara, aku terkejut saat seorang pria yang tinggal rambut belakangnya saja tiba-tiba meremas dada si gadis itu dari depan, dan si gadis tampak enggan, ketika si gadis membuang muka ke arah jendela, aku langsung bersigap untuk merunduk dan sembunyi.

"Gila, cakep banget, do'i siapa yah, apa karyawan disini? Tingginya kayak model, body-nya juga berisi, rambutnya hitam dan tampak lebat bergelombang, garis wajahnya ya ampun mengandung sex appeal banget." Gumamku sambil mengatur posisi sembunyi.

Aku mencoba mengintip kembali sedikit, dan kulihat adegan sudah berubah menjadi sevice blowjob untuk ketiga lelaki itu secara bersamaan di depan wajahnya.

Naluri mainstream-ku langsung bangkit, kukeluarkan handphone flip dalam saku celanaku, walau bukan berbasis android, setidaknya bisa jepret-jepret foto dan video kualitas ampas.

"Daaaamn...!"

"Ngaceng gue, gila nih cewek awalnya enggan kok malah jadi semangat menservis tuh para bajingan," kujepret dan kurekam terus kedua orang tua yang tampak bangka serta seorang pemuda dengan rambut terklimis rapi. Tidak lupa juga ku-zoom muka si ceweknya.

"Anjir, mau berapa lama gue ngintip disini, panas cuk!" sepertinya menu makan siangku ganti menjadi santapan perbokepan di siang hari. Hilang sudah laparku untuk sejenak.


~Malam harinya~

"Kamu tuh yoo kemana aja tadi istirahat, sampek kimbapnya ku makan juga kelamaan nunggu," kesal Han.

"Yaa bagus dong, jadi gausah ngeganti uangnya," tawaku.

"Yoo, aku yang tekor lah Joe," sewotnya.

"Yaa sorry, tadi bojoku nelpon jadi aku keasyikkan sampek lupa turun," bohongku.

"Lah jomblo aja kok sok-sokan ngaku due bojo!" Kesal Han.

"Ih due lah, kamu saja tak tahu, nanti kukenalkan kalau sudah waktunya," tawaku lagi berbohong.

Han cuma mendengus kesal.

~~~~~~~~~~~\\\\\~~~~~~~~~~~~


Jam menunjukan pukul 11 malam, aku jua baru sempat untuk membuka kembali rekaman persetubuhan tadi siang, dikarenakan jendelanya sangat terbuka, jadi yang mengintip banyak hanya kamera hapeku saja, kepalaku hanya sedikit-sedikit nongol karna penasaran.

Sedih sekali mengingat dimana orang-orang sudah berkutat di MP4 atau MKV, aku masih setia memakai 3gp untuk menemani malam-malam kesendirianku.

"Buset memoriku jebol cuk!" Kulihat rekaman berdurasi 27 menit itu membuat hapeku kepenuhan, aku pun mencoba menontonnya.


~Isi rekaman~

Menit-menit awal langsung membawaku pada servis blowjob ketiga lelaki brengsek itu, dengan si perempuan yang tangan kanan-kirinya memegang batangan-batangan itu dengan seksama, dan juga bibir seksi tebalnya yang mengulum ganti-gantian ketiga konti itu.

"Sial baru menit awal aja udah bikin ngaceng," dengusku.

Adegan beralih saat si tua berambut belakangnya saja itu berpisah dari kerumunan kedua orang temannya, dan berjalan menuju pantat si gadis, sambil mengusap-usap rok blouse pendeknya dari luar, kontinya ia tempel-tempelkan dalam-dalam pada rok si gadis. Si gadis tampak melihat kebelakang sambil menggigit bibir bawahnya, lalu menarik sedikit rok pendek itu hingga paha putih montoknya sedikit tersingkap. Si pria lalu menamparkan kontinya ke kanan-kiri paha si gadis montok itu.

"Bangsat, kok ceweknya mauan banget sih!" Kesalku sambil mengusap-usap kontiku dari luar boxer.

Si pria lalu menyingkap rok itu ke atas, dan kedua jarinya bermain-main di luar celana dalam si gadis yang ternyata berwarna merah, ku kira akan senada dengan warna blouse hitamnya.

Tampak ia usap-usap jari itu dengan tempo lembut dan kasar secara bergantian, si gadis tampak meringis sambil melihat lantai. Sang pria berambut klimis masih fokus dengan blowjobnya yang terlepas dan menampar-namparkan konti beruratnya di depan pipi si gadis mengisyaratkan untuk kembali dihisap lagi. Si pria tua gendut satunya lagi tampak sudah kelelahan dan hanya duduk di sofa, lalu ia menyalakan cerutu dan mengambil smartphone-nya mencoba menelpon seseorang, aku tidak bisa mendengarnya atau pun mendengar suara persetubuhan itu karna ku rekam dari luar jendela, yang ada hanya suara angin bertiup lembut-kencang berirama.

Si bandot berambut belakangnya saja masih terus mengusap-usap jarinya yang kini sudah berpindah ke dalam CD-nya, aku tidak bisa melihat jelas bentuk mekinya seperti apa namun seharusnya pasti enak dan manis banget, khayalku sambil ikut-ikutan menggesekkan penisku ke guling.

Si klimis tidak mau kalah mengambil bagian dada si gadis dan meremas-remasnya, si gadis terlihat merem-melek tak kuasa menahan gempuran dari depan-belakang para bajingan itu.

Si pria gendut mulai berdiri dari sofanya dan menghampiri kembali sang gadis serta kedua temannya, ia tiba-tiba menjambak rambut indah sang gadis lalu tampak membisikkan sesuatu di telinga si gadis yang dibalas dengan anggukan, sepertinya si gendut ini bosnya para komplotan pemerkosa bin bejat itu.

Si gadis tampak berbicara kepada para pria yang sedang menjamahnya untuk melepasnya sejenak, tampak setelah itu si gadis dengan dalaman blouse, rok, dan rambutnya yang sudah acak-acakkan berjalan menuju sebuah meja kerja yang ada di ruangan itu, lalu ia tampak sedikit menaikkan roknya ke atas, memperlihatkan CD merah tebalnya, ia buka CD-nya itu, dan dengan gerakan perlahan ia menggesek-gesekkan mekinya pada ujung meja kerja berbahan kayu kecoklatan itu.

"Shit!" Gue ngecrot karna kaget melihat adegan panas itu.

Para pria tampak tertawa puas dan melecehkan serta bertepuk tangan, lalu tak lupa mereka juga seperti merekam atau memotret adegan panas yang disuguhkan si gadis cantik itu.

Si gadis masih terus menggesek-gesekkan mekinya pada ujung meja, dan kini ditambah dengan kedua tangannya yang sudah memainkan payudaranya dari luar blouse dengan irama yang menggoda.

Aku masih terus mengocok kontiku walau sudah keluar, gila nih cewek hot banget bikin cepet ngaceng lagi.

Tak sadar menit sudah menunjukkan angka 25, aku pun bergumam kesal karna kenapa punya hape kecil banget memorinya. Karna ku yakin persetubuhan itu gak akan cuma berlangsung 30 menitan, minimal 1 jam lah, huh nasib-nasib.

"Wait, what?" Si cewek tampak menangis sambil tetap menggesek-gesekkan mekinya pada ujung meja, dengan wajah merah meronanya yang tampak horny, wanita ini terlihat menangis sambil tetap meremas payudaranya.

Sebenarnya apa yang terjadi pada wanita ini? Apakah ia dipaksa? Atau diancam? Karna orang-orang berkuasa yang tampak seperti ketiga pria tersebut bisa saja melakukan segalanya dengan kekuasaan mereka, walau aku tidak tahu juga sih mereka siapa dan jabatannya apa. Pikirku menerka-nerka.

~~~~\\\\~~~~


Angin dingin seakan menunjukkan pukul larut malam, aku menyudahi kegiatan bodohku sambil berjalan lemas membersihkan cipratan-cipratannya, karna bahaya bila ketahuan si Han Do Ko, bisa dikira susu untuk ditambahkan ke kopinya nanti.

Aku pun bertanya-tanya tentang siapa gadis siang tadi itu, kini sudah 2 gadis yang membuatku bertanya-tanya dalam waktu berdekatan, mungkinkah ini sebuah keberuntungan atau hanya kebetulan saja, yang jelas dalam smartphone yang kutemukan ini pun aku yakin akan banyak file-file pribadi pemiliknya, naluri setanku bangkit, masih ada 2 hari lagi pekerjaanku di gedung itu, mungkin aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk bertemu si gadis siang hari itu, melakukan blackmail ala penjahat kelamin, berharap berhasil dan memang harus berhasil, aku harus mengancamnya sedemikian rupa, karna kapan lagi seorang miskin sepertiku bisa menyetubuhi gadis bak model seperti itu, aku merasa tanduk-tanduk setan seakan mulai muncul di dahiku, aku tertawa sambil berkhayal akan mimpi-mimpi konyol itu, mungkin di detik inilah nasibku akan mulai berubah.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 2


Aku hanya sempat gosok gigi pagi ini, kumur-kumur cuci muka, pakai parfum sisa, hasil campuran air keran.

"Gila, kesiangan gue," umpatku sambil menarik-narik lubang kaki jeans ketatku.

"Joe! Woy!" Han Do Ko sudah mulai teriak-teriak dari bawah.

"Kalem bangkek! Gua turun!" Kusambar kemeja kerja lusuhku.

"Udah lompat aja langsung!" Han memperhatikan jam ponselnya.

Bruk!!!

"Woy bangsat!"

"Huahahahaha...," tawaku menggema, kulempar jatuh sneakersku tepat di kepala Han dari lantai 4 ini.

Suara berisik kami pagi-pagi diperhatikan banyak tetangga disana, padahal sudah turun tangga sambil nyeker biar gak kedengaran, tapi bodo amat lah, udah hampir telat ini.

~~~~~\\\~~~~~

"Gila lu Joe, gara-gara lu coli semaleman, kita harus naik kereta cepat kan pagi ini, tekor bandar aing! Mahal su!"

"Wait? What? Kok lo asal nuduh gitu, gua cuma telat bangun gara-gara hape lobet, alarmnya jadi mati kan," kilahku.

"Anjir gak ngaku nih bocah, gua semalem denger suara plak-plok~plak-plok lo kali, mau minta gula buat kopi, eh lo lagi asik gituan, hoek jijik gua ceritanya," celotehnya di tengah istirahat siang kami yang singkat.

"Bangsat, ya gak usah diceritain lah!" Kesalku menghabiskan sisa susu dan makan siangku.

"Huahahaha, btw bacolin siapa mas bro," sikutnya.

"Ada lah, gua abis video call-an sama cewek gue," abaiku.

"Bangkek, hapelo mana bisa v-call-an curut!" Sendoknya menggeplak kepalaku.

Kusudahi pembicaraan jorok dalam warung makan seadanya ini karna pengunjung yang lain tampak sedang mencuri dengar, bisa hancur image-ku sebagai si miskin yang innocent.

Aku lanjutkan pekerjaan di tengah teriknya kota Seoul ini.

Sebenarnya pikiranku sudah tak fokus pada pekerjaan, mataku selalu mengawasi lantai bawah, juga jendela sekitar, berharap ada kejadian menarik lagi, tempat parkir, serta halaman dan jalan tak luput dari pengawasanku. Seharusnya aku menjalankan misi jahatku hari ini, tapi apesnya kenapa hapeku mati, dan tak ada satu pun disini yang punya casan hape jadul, parah.

~~~~\\\\~~~~

"Serius Joe kamu ada urusan?," Kernyit Han, kami sudah berada di tepi jalan sore itu.


“Iya, lo duluan aja balik, gua harus ke kota sebentar ada urusan mendadak, masalah TKI, biasa,” terangku meyakinkannya.


“Yaudah kalo gitu, apa mau gua temenin? Sekalian jalan-jalan juga, udah lama juga gue gak menikmati hidup,” tawarnya.


“Nggak deh, Han, lo ngerepotin,” kusulut rokokku sambil meladeninya.


“Yee si bangsat, yaudah gua pulang duluan, awas kalo ada apa-apa panggil-panggil gue,” dengusnya berlalu.


Gua cuma ketawa mendengar celotehannya.


“Kosan gue jangan dibobol yah, masih ada mie instantnya itu 2 biji,” candaku yang disambut dengan lemparan botol air mineral yang ditemukannya di tengah jalan, kubiarkan sobatku mendapatkan tumpangan umumnya baru ku mulai pergi juga dari tempat itu, kusempatkan menengok sekitar sambil berharap ada si gadis siang hari itu memunculkan batang dada hidungnya.


~~~~////~~~~


~Senja berganti malam di langit-langit Seoul~



“Bos, bukan dapet nyuri kan?” selidik si tukang counter hape curiga, aku mendudukkan diri di atas bangku plastik, sambil menawarkan rokok padanya.


“Nggak lah, itu punya cewek aku, do’i lupa sandinya, bisa aja kita format ulang, tapi dia bilang gamau data-data kenangan kita hilang katanya,” kekehku mencairkan suasana, padahal itu cewek siapa juga gue mana tau.


“Bisa aja sih bos kita bongkar, cuma yah gabisa sekarang juga, paling 3 harian baru beres,” jelasnya sambil menolak halus tawaran rokokku.


“Lama juga yah, kita ini turis mas,” bohongku, “gak bisa lama-lama disini,” melasku.


Si pria counter itu hanya menggumam.


Dalam suasana saling membalas klakson serta riuhnya malam ini membuat pikiran nekatku bekerja.


“Gini aja deh mas, saya kasih dana lebih 300 ribu, asal mas private aku dalam kisaran waktu 1 atau 2 jam untuk membongkar hape ini, nanti sisanya biar saya yang bongkar sendiri di tempat motel saya menginap,” tawarku membujuk, habis-habis deh tabunganku.


Ia tampak berpikir panjang dan melarak-lirik sekitar, namun raut wajahnya menunjukkan tanda setuju.


“Oke deh mas, silahkan ke ruang kerja saya,” ajaknya menyetujui penawaranku, “Gon, jaga meja depan dulu yah, gua mau servis hape dulu,” kulihat jempol temannya menunjukkan simbol oke.


~Di ruang kerja~



Kuhabiskan waktu malam ini dengan beberapa catatan dari si mas-mas counter yang belum kutahu namanya, setelah bercakap-cakap mencoba saling mengakrabkan diri, ia akhirnya mengambil sendiri rokok yang kutaruh terbungkus di atas meja, kulirik jam di dinding sudah pukul 10 malam.


“Bosnya menginap di motel mana gitu?” tanyanya tiba-tiba membuatku gelagapan.


“Aah, gak jauh dari sini kok, Motel B-Seoul, cari yang murah-murah aja, lumayan ada wifi dan komputer gratisnya untuk dipakai selama disana,” ujarku mengarang.


“Ooh, si bosnya sudah cukup jelas kan cara bongkarnya?” Tanyanya.


“Sudah, sudah mas, sudah mulai larut juga, saya harus kembali ke tempat asal saya,” candaku mulai membereskan catatan-catatanku.


“Oh iya bos, nama saya Kang Uu-Duk, tadi lupa gak sempat kenalan, buru-buru sih,” juluran tangannya kusambut.


“Paijo mas, gausah panggil bos lagi, saya cuma rakyat biasa kok.” Cengirku.


“Oke, Park Gi-Joe, salam kenal.”


Aku menghela napas sambil berlalu pamit, telinga orang-orang disini mungkin memang bermasalah.


~~~~\\\\~~~~


~Berjalan-jalan dalam larutnya malam kota Seoul~



Aku tidak ada niatan pulang malam ini, kuusap lagi smartphone yang kutemukan lusa lalu, dengan sedikit ilmu yang kudapat tadi mungkin aku bisa membongkarnya lain hari jika ada kesempatan dan waktu.


Kudapati beberapa hotel berbintang di kawasan ini, bukan, aku bukannya ingin menginap di hotel itu dan tidak pulang, bisa gak makan aku besok-besoknya, aku hanya masih penasaran dengan si gadis pada siang hari itu, ingin mencoba peruntunganku lagi dengan mengawasi satu atau dua hotel yang berdekatan, kalau ini bukan kebetulan, bertemunya disini berarti keberuntungan, takdir jahat yang digariskan yang di Atas padaku serta cewek itu, khayalku mulai lapar.


~~~~\\\\~~~~



Aku tercekat sesaat setelah sekian lama menunggu, melihat sebuah Mercy mewah menurunkan kedua penumpangnya di depan salah satu lobby hotel yang ku awasi, berambut klimis dan tegap, aku kenal pria itu, serta seorang wanita disampingnya, perawakan agak tinggi dan rambut tebal hitam bergelombang, meski ditutup cadar ala arabian pun, aku paham siapa dia, si gadis hot pada siang hari itu.


~~~~\\\\~~~~


Aku bergegas melewati rerumputan hotel di tengah semilirnya angin perkotaan malam itu, mencoba berakting ngos-ngosan di depan penjaga lobby, “ma’af pak, mbak yang tadi baru masuk itu menjatuhkan secarik amplop, bisa tolong berikan pada beliau, barangkali ini penting buatnya.” Ujarku berbohong lagi dan lagi, entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.


“Oh boleh mas, masnya dapet dari mana ini?” Ujarnya setelah menerima amplop dariku.


“Di jalan mas, tadi mbaknya kebetulan belanja di toko saya sebelum kesini, aku kejar karna ada barangnya yang ketinggalan, gak jauh kok dari sini, yaudah mas saya pulang dulu yah,” Pamitku berlalu.


“Oh iya mas, hati-hati, saya kasihkan nanti pada beliau.” Ucapnya sopan.


“Oke pak, terima kasih, saya pamit dulu, toko gak ada yang nunggu.” Senyumku tanpa dosa.


~~~~\\\\~~~~


“Permisi, Hotel Room Service.”


“Iya sebentar,” seorang wanita membukakan pintu kamarnya.


“Oh, ma’af nyonya, ganggu, tadi ada mas-mas yang nitip ini amplop, katanya punya si mbak yang tak sengaja menjatuhkan di jalan tadi.”


“Amplop? Amplop apa ya, Pak?”


“Wah ma’af, saya kurang tahu nyonya, ini amplopnya mohon diterima,” wanita itu tampak enggan mengambil amplopnya.


“Saya permisi dulu nyonya.” Security itu izin tuk kembali lagi ke posnya.


~~~~\\\\~~~~


Wanita itu membolak-balik amplop sambil bertanya-tanya.


“Gak inget gua punya amplop kaya gini,” ia tetap membuka amplopnya walau penuh tanda tanya.



Dear baby girl-ku yang cantik, aku mengetahui apa yang terjadi di gedung SM Town pada siang hari kemarin, temui aku setelah kau menerima surat ini, sebelum suatu hal buruk akan terjadi.



My Number: XXXXXXXXXXX


~~~~\\\\~~~~


“Ada apa, Joy?”


Wanita itu tampak kaget dan menutup kembali amplopnya.





#Joy.


Bersambung…



Ma’af suhu kalau kurang berkenan untuk part 2 ini, karna aku harus membangun plot ceritanya dulu sebelum beralih ke konflik dan ekse, tapi aku akan terus berusaha untuk menyajikan cerita yang bisa membakar gairah forum kita tercinta ini, selamat membaca semuanya :D .
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd