Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Decision of Heart (No SARA)

Up lagi ….
Sayang deh ngak ada respon jadi agak malas nih up nya
Semoga aja terhibur
Tapi percaya ini hanya hiburan belaka ngak ada niatan untuk melecehkan satu golongan tertentu dan hasil dari imajinasi ane aja,

Part 16: Sebuah Anugrah

Pov: Tasya Anggraeni

Pagi harinya aku terbangun dari tempat tidur itu memandang mas Bram masih teridur dengan senyum mengambang di bibirnya, aku pandang wajah mas Bram kekasih tuaku itu dan ku belai rambut nya dengan pelan aku ciumi pipinya aku kecup keningnya dan terakhir aku cium bibirnya mas Bram mulai menggeliat dan sadar dari tidurnya pandangan kami pun beradu mesra sorot mata dan senyuman bibirnya membuat hati ni berbunga bunga tidak salah aku memilih mas Bram menjadi suamiku yang perkasa baik di ranjang maupun di tempat lain membuat hatiku merasa nyaman.

“Selamat pagi sayang” katanya

“Selamat pagi juga sayang” jawabku, tangan mas Bram menarik tubuh ku di baringkannya di atas tubuhnya yang terlentang dan di peluknya tubuh ku dengan sangat erat seakan takut kehilangan aku, bibirnya mengecup bibirku dengan sangat mesra dan aku balas kecupan bibirnya dengan kecupan dan pugutan dibibirnya.

“Tasya istriku sayang” kata mas Bram dicelah celah ciumannya

“Mas Bram suamiku, bangun yuk bersih bersih udah jam 7 kayaknya matahari udah muncul” kataku

“Nanti aja lah masing ingin memeluk dirimu dan merasakan kasih sayang mu istriku” kata mas Bram

“Peluk aja sepuasnya semalam ku udah resmi menjadi istrimu mas” kataku

“Ia sayang perjunagan kita membuahkan hasil sekarang sayang sudah menjadi istriku jangan lagi menyebut menjadi gundik peliharanku risi aku mendengarnya” kata mas Bram

“Iya mas aku dari saat ini aku sudah plong karena kesungguhan hati mas Bram dan usaha mas Bram yang gigih membuat aku bersemangat menjalankan hidup ini” kataku, kami hanya berpelukan dan saling merabai tubuh kami mas Bram ngak puas puasnya memainkan payudaraku dan menyentil nyentil putting ku

“Mas kapan kita ke Palangkaraya lagi, kata nya hari ini setelah ritual penyatuan jiwa dan raga ini” kataku

“Iya jeng kemarin aku kabari Sandra kiting baru bisa lepas ijin komandannya jam 12 san untuk menjemput kita nanti sampai disini sekitar jam 3 tan gitu dan jam 4 atau 5 kita langsung ke Palangkaraya menginap di hotel yang kemarin dan esok lusanya baru kita take off ke Jakarta sayang.” kata mas Bram

Setelah puas memadu kasih aku dan mas Bram mandi bersama di kamar mandi yang sangat sederhana, setelah selesai mandi aku dan mas Bram berkumpul kembali dengna keluarga Rafii untuk makan pagi dan aku jalan jalan di sekitar perkampungan suku Dayak di dampingi oleh kak Marna, Banyak pemandangan yang masih asri belum tersentuk oeh kejahilan tangan manusia, tenang dan damai.

Sorenya sekitar jam 4 tan aku dan mas Bram pamitan pulang sambil mengucapkan terimakasih kepada keluarga Babu, kak Marna memberi aku ramuan untuk aku dan mas Bram untuk memyempurnakan ritual kami.

Sekitar jam 7 malam aku dan mas Bram sudah masuk ke holel yang kemarin untuk menginap, setelah bersih bersin aku dan Mas Bram langsung tidur karana badan aku merasa sangat leleh seharian keliling perkampungan suku dayak, pulas tidurku.

Tengah malam aku terbangum melihat mas Bram sudah tidur di sampingku sambil memeluk tubuh ku merasa nyaman dalam pelukan laki laki tuaku ini dan aku turun dari tempat tidur karena aku merasa lapar dan mencari sesuatu yang bisa mengisi perutku.

Aku hanya menemukan roti sobek yang aku beli tadi di jalan yah lumayan untuk mengisi perut kosongku, dan minum air teh hangat yang di sediakan oleh pihak hotel setelahnya aku tidur lagi di samping mas Bram.

----

Pagi harinya jam 4.30 mas Bram sudah membangunkan aku untuk melakukan ibadah bersama setelah mandi dan sholat aku dan mas Bram menanfatkan waktu luang pagi hari dengan jalan jalan sekitar hotel karena hari libur maka jalan jalan terasa lenggang hampir satu jam aku dan mas Bram jalan bergandengan tangan dan mas Bram selelu tersenyum bahagia dan mengumbar kemesraan kami di depan umum, bahagia, damai dan nyaman itu yang aku rasakan selama ini berdampingan dengan mas Bram.

Jam 7 kami kembalike hotel lagi dan becengkrama di dalam kamar hotel

“Mas, nanti siang antar aku ke mall ya beli dalaman” kata ku

“Lho pada ke mana CD dan Bramu jeng” kata mas Bram

“Kan kemarin setelah ritual tu pada kekecilan semua tambah besar kali ukuran dadaku dan pinggul aku” kataku manja

“Ya betul jeng, dadamu tambah besar,pinggulmu tambah mekar dan pantatnya pu tabah semok” kata mas Bram sambil meremas pantatku yang cukup nungging

“Aih mas” kataku sambil mencubut lengannya

“Enak juga deh pantat ini di remas remas” katanya

“Ya mas yang enak, tapi aku risi mas” kataku sambil berusaha menjauhkan tangan mas Bram dari pantatku dan pinggangku

Mas Bram hanya tertawa tawa saya

“Ayok jeng sarapan duku, aku lapar nih” kata mas Bram sambil berdiri dan menarik aku keluar dari kamar hotel menuju cafeteria hotet untuk sarapan di sama. Kami berjalan beriringan dengan bergandengan tangan mesra, saling rangkul dan sudah tidak risi lagi mengumbar kemesraan di depan umum memang aku dan mas Bram seperti suami istri tatapan mata mas Bram selalu membuat aku bergairah dan senyuman mas Bram membuat aku meleleh.

Sesampainya di cafeteria hotel aku dan mas Bram memesan makanan yang masing masing dan duduk berdampingan saling suap mesra, aku yang tidak perbah pacaran sehingga ini adalah moment yang paling berharga sepanjang hidup berdekatan dengan seorang laki laki yang sangat aku cintai dan aku sayangi aku senag dan ingin hidup seperti ini selamanya.

“Mas, enaknya liburan kayak gini dan tempat seperti ini di pakai untuk keliling kota melihat kota Palangkaraya, mungkin mas Bram sudah bosan di tempat ini tapi aku baru pertama kali kemari sehingga ini merupakan pengalaman aku yang pertama, dan aku ingin meresakan pacaran yang sebenarnya dengan mas Bram sebagai kekasihku” kataku

“Ia ia mas mengerti, kita sehari ini akan keliling kota melihat pemandangan dari kota Palangkaraya ini, nanti mas mau menyewa mobil di rental aja dan kita bebas keliling sampai malam juga ngak papa kok, mas siap mengantar kekasih mas untuk berekreasi di kota Palangkaraya ini” jawab mas Bram

“Mas Bram baik deh” Kataku sambil mencium pipi kanan mas Bram

Setelah selesai makan pagi, aku dan Mas Bram meninggalkan cafeteria hotel dan menuju ke Resepsionis menanyakan apa menyediakan mobil yang bisa di sewa seharian dan mendapatkan sewa mobil yang bisa di rental. Setelah harga cocok aku dan mas Bram kembali ke kamar. Setelah sampai di kamar

“Mas, Aku nau telp mama dulu ya ingin mengucapkan selamat Nata” kata ku

“Ya Sebaiknya sekarang kan ini siang sebab kalau sore atau malam kemungkinan ada ke giatan di gereja” jawab mas Bram

Aku mengambil smartphoneku dan menghubungi nomer mama

“Hallo ma, Selamat natal ya” kataku mengawali pembicaraanku dengan mama

“Hallo Tasya, terima kasis ya sayang, kemana saja kamu, sejak kemarin tak hubungi kok nomermu ngak aktif” kata mama

“Aku ada di Kalimantan ma, nganter eyang kakung menemui saudaranya angkatnya” kataku

“Eh, papa punya saudara anggkat di Kalimantan” kata mama heran

“Ia ma, Tasya pun baru tahu sekarang kalau eyang kakung punya saudara angkat di Kalimantan ini, tepatnya di daerah perbatasan dengan malaisia ma” kataku

“Kok bisa bisanya papa punya saudara angkat di sana” kata mama

“Jadi gini mah, 20 tahun yang lalu eyang kakung di tugaskan oleh pemerintah menjaga tapal batas di perbatasan Kalimantan ini, dan eyang kakung mengobati salah seorang kepala suku dayak dan beliau sembuh, lalu diangkat menjadi anak anggat kepala suku tersebut dan sekarang kepala suku tersebut sudah meninggal dunia dan di gantikan oleh putranya yang mengganti kedudukan sang ayah dan kemarin aku mengantar eyang kakung ke saudaranya angkat nya itu ma” kataku

“Terus sampai kapan kamu di Kalimantan” kata mama

“Besok siang udah pulang ke jawa kok mah, tapi langsung ke Jakarta untuk mememani eyang kakung reoni di mabes” kataku, lanjutnya “Mama, papa dan Dion jadi ke Makasar”

“Jadi tas siang jam satu kami terbang ke Makasar, sampai tahun baru” kata mama

“ya udah ma, hati hati di jalan” kataku

“Kamu juga hati hati di jalan, kapan pulang ke Semarang” kata mama

“Yan anti lah setelah dari Jakarta, ke Sala dulu dan setelahnya pulang ke Semarang dan mungkin tahun baru aku ada di Sala” kataku

“Oh, ya udah kalau begitu kunci rumah tak bawa aja, tadi si rencabanya mau di titipkan ke tetangga sebelah runah takut kalau sewaktu waktu kamu pulang” kata mama

“Selamat rekreasi ma, oleh oleh nya bukaken ya ma” kata ku

“Ya nanti kalau sempat mampir di bunaken” kata mama

Kemudian telpun di tutup.

“Jeng Tasya, sini dulu duduk di pangkuanku” kata mas Bram

Aku melangkah mendekati tempat duduk mas Bram di sofa panjang di dalam kamar hotel.

“Kangen ya sama aku, ya mas” kataku manja dan menuju ke pangkuan mas Bram

“Kalu dekat dengan mu selalu hawanya ingin ngentot melulu” kata mas Bram

“Aku juga kok, penginnya memekku di sodok terus oleh penis mas Bram yang perkasa” kataku

Aku memposisikan duduk di pangkuan mas Bram, aku menarik rok panjang ku sampai di atas lutut kemudian melangkah menduduki selakangan mas Bram tanganku ada di pundak dan mata ku tetap menatap mata mas Bram yang tersenyum mengambang.

Aku usap kepala mas Bram dan mas Bram mulai menciumi pipiku kiri dan kanan dan akhirnya ke bibbr ku juga, ciuman mas Bram sunggung lembut dan memabukan, aku merasakan getaran halus menyusup di relung hatiku.

“Masssss” kataku

“Main sebentar ya jeng, sambil menunggu mobil nya datang” kata mas Bram

Aku hanya menganguk sebagai pesetujuan, Mas Bram langsung melepas pakaian yang aku pakai dan melihat aku sudah ngak pakai apa apa lagi

“Nakal nih ngak pakai cd dan bra” kata mas Bram sambil meremas payudaraku

“Kan tadi udah di kasih tau kalau cd dan braku semua pada kekecilan ngak enak sesek dan susah bernafas” kataku

“He he he mas lupa” kata mas Bram

Aku juga melepas kaus dan celana trening yang di pakainya, beserta cd nya sekalian dan aku dan mas Bram sudah telanjang bulat.

Mas Bram mencium payudaraku dan meremasnya dengan pelan dan aku bergelinjang menehan nikmat ketika putting ku di cium dan di kenyot kenyot. Tanggan ku ke bawah mencari kontol mas Bram yang sudah setengah tegang.

“Mas mainnya di tempat tidur aja ya, lebih enak” kataku

Tanpa menjawab di angkatnya tubuhku dan kedua kakiku mencepit pinggang mas Bram yang membawanya ke tempat tidur di samping sofa tempat kami duduk, dengan perlahan lahan tubuhku di baringkannya di tempat tidur dan tubuh mas Bram langsung menindih tubuh ku, di geserkan tubuhnya sehingga mas Bram berada di samping kiri aku dam mas Bram saling berhadap hadapan dan tetap saja bibir mas Bram ngak lepas dari payudaraku baik ketika aku diangkatnya sampai aku di tidurkannya di tempat tidur bibir itu masih menempel di putting sambil di kenyut kenyut bagai bayi yang baru meminum susu ibunya

Setelah aku di baringkan terletang di tempat tidur mas Bram menyusul rebahan di sampingku dengan penis yang sudah lumayan tegang. Aku raih penis itu, aku pegang dengan hati hati sambil

“Becek jeng” kata mas Bram

Aku hanya tersenyum mendengar kata kata mas Bram, tanganku mulai meremas remas penis mas Bram dan mengocoknya pelan pelan cairan kental sudah mulai keluar di atas kepala penis persis pada lubang kencing nya.

Aku menyentuk kepala penis dan menggosoknya dengan pelan sehingga wajah mas Bram yang semula hanya senyam senyum sendiri kini memejamkan mata dan merasakan nikmat kerena gosokanku pada kepala penisnya.

Mas Bram menggeser tubuhnya kini mas Bram berada di atas dengan penis yang sudah tegang maksimal dam menggosok gosokannya batang penis nya mdan enyentuh belahan memekku dan akhirnya ….

Blesss …. penis itu sudah bersangkar ke dalam memekku

“Ahhhhh mmaaaasssss” legukku tetika penis masuk dengan sempurna ke dalam memekku.

Mas Bram mendiamkan sebentar penisnya pandangan matanya tertuju pada wajahku yang cukup gelisah dan ke dua tangan nya mengusap perut naik ke atas mengusapi payudaraku dan memaikkan putting ku aku diam saja merasakan sensasi yang di berikan oleh mas Bram terhadap tubuhku.

“Mas Mulai ya” kata mas Bram sambil tersenyum

Aku hanya tersenyum sambil menggerakkan kepalaku tanda setuju, mas Bram menggerakan pinggulnya dengan pelan dan hati hati, sambil tersenyum dan aku balas tatapan matanya dengan senyuman pula, tiada kata yang terucap di antara bibir bibir kami hanya desahan ku mulai terdengan seirama dengan sodokan sodokan penis mas Bram ke dalam memekku

“Ahh …. ahh …. ahh …. “ seirama dengan sodolan penis mas Bram
Pertemuan antara kontol mas Bram dengan memeku menimbulkan suara yang merdu, sleep, sleep, sleep dan benturan testis mas Bram ke pantatku plook, plook, plook ….

Mas Bram merebahkan tubuhnyan menindih tubuhku yang terlentang bertumpu pada siku siku tangannya dan sebagian lengannya menyusup di bawah tubuhku dan merusaha menjamah putting ku, Sodokan mas Bram semakin mantap dan semakin cepat, mataku tepejam dan pinggulku melai merespon gerakan pinggul mas Bram semaki mantap.

Didorongnya penis itu sehingga menancap sempurna tapi hanya sebentar dan di tarilnya kembali di goyang lagi dengan tekanan tetap, di dorongnya kembali sehingga menyentuh rahim di diamkan sebentar dan di goyangnya kembali hal itu di lakukan terus menerus ketika penis mas Bram di dorong sampai mennyentuh rahim
“Maaassss mmeenntttoookkk” kataku sambil menikmati sodokan dengan mata terpejam.

Setelah 20 menit berlalu ….

“Mas aku diatas” kataku

Mas Bram hanya tersenyum dan membalikan tubuhku dan sekarang aku yang ada di atas aku berusaha jongkong tanpa melepas penis tapi gagal, aku raih kontol mas Bram dan aku masukan ke dalam memek aku kembali, terasa licin dan mudah bleeeesss dalam sekali dorong sudah menancap semula, aku kini pegang kendali permainan

“Mas diem pinggulnya” kataku ketika mas Bram akan menggoyang pinggulnya

Mas Bram ngak jadi menggoyang pinggulnya tapi sedikit mendorong pinggulnya ke atas sehingga penis mas Bram menancap sempuna.

Dengan pelan aku mendorong pinggulku sehingga kelentitku bergesekan denggan rambut kemaluan mas Bram yang tumbuh cukup lebat dan teratur rapi, kuulangi lagi pinggulku bergoyang ke depan dan ke belakang kadang juga bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan suatu dengan kecepatan konstans dan semakin lama semakin bergairah goyangan pinggulku karena aku merasakan suatu gejolak dalam tubuh ku yang semain lama semakin besar sehingga ingin meledah ledak.

Sepuluh menit berlalu mas Bram tanpa sadar mulai mengganti posisi dalam menggoyang pinggulnya seakan aku diam di tempat dan mas Bram menaik dan turunkan pantatnya dengan menahan pantatku dalam posisi tertentu sehingga tidak berubah dan memberi ruang untuk mergerak pinggul mas Bram menggoyang pantat nya dengan cepat dan akhirnya aku dan mas Bram terkapar bersama dalam hembusan nafas yang memburu dan keringat membasahi tubuh ku dan tubuh mas Bram yang bersatu dalam persetubuhan yang melalahkan.

Setelah semuanya reda mas Bram mengangkat tubuhku di bawanya masuk ke dalam kamar mandi menghidupkan shawer dan memendikan aku kembali walau tadi pagi aku juga sudah mandi, seperti dulu ketika aku masih kecil, sering di mandikan oleh mas Bram dalam kapasitas yang berbeda. dulu kapasitasku sebagai cucu dan sekarang sebagai istri.

Setelah selesai aku di mandikan gentian aku memandikan Mas Bram kapasitas sebagai suami tercinta, mandi dengan penuh kemesrsaan saling cium bibir saling raba bagian intim dan selama ini boleh di pastikan kalau tangan mas Bram selalu berada di payudaraku baik untuk meraba, meramas ataupun mencubit mesra.

Sekitar jam 10 pagi aku dan Mas Bram sudah berada di dalam mobil rental dan tujuan ku yang pertama ke mall untuk membeli beberapa cd dan bra untuk segera aku pakai karena saat ini aku tidak memakai apa apa risi rasanya.

Sesampainya di mall lanssung cari conter pakaian dalam wanita dan mas Bram menunggu aku mencari barang barang yang aku butuhkan,

“Mbak, selamat siang” kataku pada seorang penjaga conter

“Eh, selamat siang kak, apa yang bisa saya bantu” kata mbak penjaga conter

“Aku mau cari cd dan bra tapi ngak tau no nya gimama ya” kataku

“Lho kok bisa, untuk kakak sendiri atau untuk orang lain” kata petugas konter

“Untuk aku sendiri lha, mosok untuk orang lain” jawabku

“Kalau untuk kakak sendiri ini semakin aneh, kakak ngak tau ukuran sd dan branya” kata penjaga

“Kemarin tu ukuran bra ku 32B dan cdku 34 tapi sekarang ngak muat semua” kataku

“Mari aku bantu kak” kata penjaga conter

Penjaga conter menarik tanganku dan mambawanya ke kamas pas sambil membawa cd dan Bra dengan ukuran di atas ukuran yang aku sebutkan tadi

“Coba ini” kata penjaga conter

“Malu ah, mbaknya keluar dulu” kataku

“Ngapain malu aku juga punya kaya punyanya kakak” kata penjaga conter

Aku melepas jaket yang aku pakai dan baju tipis tranfaran warna pink dan terlihat payudaraku menyembul keluar

“Ya pantes kalau ukurannya 32B udah pasri ngak muat, coba ini” kata penjaga conter, dan memberi bra ukuran 34C, lanjutnya “Enak ngak”

“Tutup nenennya masih terasa sesak mbak” kataku

“Coba yang ini ukuran 34D” kata penjaga conter sambil memberikan bra yang di pegangnya, aku melepas bra yang aku pakai dan memerima bra yang di pegang mbak penjaga conter

“Bagai mana enakan mana” kata penjaga conter

“Enakan yang tadi mbak tapi ngepres sekali dan sesak tapi ini agak longgor” kata ku

“Kalu menurutku ambil aja yang di pakai itu soalnya nenen kakak bisa lebih besar lagi dan kalau ini sebentar lagi akan sesak lagi ngak muat, soalnya nenen kakak bertambah besar hix hix hix” katanya

“Ya udah saya langsung pakai boleh” kataku

“Boleh kak tapi saya ambil dulu label harganya” kata penjaga conter

“Lalu cd nya bagai mana” kata ku

“Coba yang ini satu nomer diatas cd yang kakak pakai kemarin” kata penjaga conter

Aku melepas celana jean yang aku pakai langsung terlihat vaginaku, aku ambil cd yang di berikan nya dan memakainya

“Giman enak” kata penjaga conter

“Enak mbak, langsung aja aku pakai sekalian mau beli beberapa lagi dengan berbagai model” kataku sambil memakai celana jean ku kembali dan memekai baju yang aku lepas tadi dan keluar jaket aku tetap di tangganku.

Setelah memilh bra dan cd dengan ukuran yang persis sama aku menuju kasir untuk membayar barang yang aku beli dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya pada penjaga conter dan aku melangkah mendekati mas Bram berdiri menanti kedatanganku mas Bram memandangku dengan takjub melihat penampilanku tanpa menggunakan jaket lagi

“Masss udah mandangnya nanti aja di mobil bisa sepuas puasnya” kataku

“He he he ia deh” kata mas Bram
Aku dan Mas Bram keluar dari mall menuju tempat parkir dan masuk ke dalam mobil rental yang kami sewa mas Bram duduk di belakang kemudi dan aku duduk di samping mas Bram sebelum modil di jalankan kan mas Bram memandangku dengan rasa kagum

“Jeng tambah cantik deh” kata mas Bram

“Perasaan sama aja deh mas” jawabku

“Ngak jeng, payudaramu tambah gemesin” kata mas Bram sambil memegang payudaraku di sebelah kanan

“Massa sih mas, dasar mesum” kataku

Ketika mas Bram mau mencium ku, aku menolaknya karena kaca mobil tidak gelap dan mas Bram hanya tersenyum

“Maaf jeng, terbawa suasana” katamas Bram

“Ya udah kita kemana mas” kataku

“Ke Mosium Balangga dulu yang dekat sini, melihat kebudayaan orang dayak ya jeng” kata mas Bram

“Ok aku nurut mas, mas Bram bawa kemana aku ikut” takaku

Mas Bram mengaarahkan mobil rental ke museum Balangga yang tidak begitu jauh hanya waktu 15 menit sudah sampai di depan museum, keadaan memeng sepi jarang pengunjung memeng sih kalau museum jarang orang minat untuk melihatnya.

Didalam museum melihat banyak kegiatan orang dayak dari kelahiran, perkawinan sampai meninggal dalam balutan upacara adat suku dayak, mas Bram yang manyak mengetahui tentang suku dayak banyak cerita tentang kegiatan tersebut.

Juga terdapat berbagai paralatan perang dari Mandau sebangsa pedang dari suku dayak sampai sumpit suatu alat tradusionil berupa bamboo panjang satu meter atau lebih dan di dalamnya di beri semacam paku dan di tium sehingga paku melesat bagai anak panak senjata itu digunakan untuk merburu, sampai alat untuk memasak dan masih banyak lagi yang bisa kita lihat sebagai area pembelajaran.

Setelah puas aku dan mas Bram berkeliling dan tempat ke dua yang aku kunjungi adalah rumah adat Betang di Palangkaraya, alam perjalanan dari mosium ke rumah adat cukup jauh juga 30 menit baru sampai di depan rumah adat Betang di Palangkaraya ini

Bangunan ini merupakan bangunan besar panjangnya mencapai 100 meter dan mebar mencapai 30 meteran dan merupakan rumah panggung dengan tiang pancang sekitar 3 – 4 meter di atas tanah, bangunan megah ini biasanya dipakai untuk bersama dapat menampung 50 sampai 100 kepala keluarga di dalamnya di sekat sekat merupakan kamar kamar yang jumlahnya cukup banyak itu dulu tapi sekarang orang orang suku dayak lebih suka tempat tinggal diluar rumah adat yang lebih bersifat indifidualistis, aku dan mas Bram hanya 30 menitan berada di rumah adat Betang itu.

Selanjutnya aku dan mas Bram ke pusat kota ke tempat Bundaran besar Palangkaraya ini, entah mengapa tempat ini di namakan Bunderan Besar Palangkaraya, yang menyerupai taman atau monument sejarah di tengah terdapat patung tentara memegang senapan dan di bawahnya ada patung pelajar memakai pakaian sekolah dan pramuka, ini merupakan pusatnya kota Palangkaraya dan di sisi nya terdapat rumah dinas gupernur Kalimantan tengah yang disebut istana isen mulang.

Aku dan mas Bram sempat mengambil beberapa foto moment kebersamaan

“Setelah ini kemana mas” kataku

“Ada dua pilihan jeng, yang pertama ke danau Tahai dan Monoment Tugu Sukarno” kataku

“Kalau ke monument Tugu Sukarno juga sama di bunderan ya mas” kataku

“Benar jeng, hanya melihat patung Sukarno” kata mas Bram

“Panas ya mas” kataku

“Ya panas lah, di tengah lapamgan gitu” kata mas Bram

“Malas mas panas sekali, kalau ke danau Tahai gimana mas” kataku

“Boleh mumpung masih jam 3 nan di sana bisa naik perahu rakyat menyusuri danau Tahai di bawah jembatan sengai Kahayan” kata mas Bram

“Mas kita pacaran beneran nih, aku suka, aku kan belum pernah pacaran ini pertama kali aku pacaran dengan mas Bram, eyangku tersayang dan kini sudah menjadi suamiku aku suka” kata ku sambil memeluk pinggang mas Bram dan mas Bram langsung memegang pundaku dan merapatkan ke dalam pelukan masra sambil melangkah menuju parkiran mobil disana sepanjang jalan banyak orang lalu lalang menperhatikan langkahku dengan mas Bram mungkin mereka keki atau berpikir aku sedang jalan sama om om biarlah aku ngak kenal mereka saja cuekin lah

Sesampainya di parkiran mas Bram membukakan pintu penumpang untuk ku dan memegang tanganmu dan memegang kepalau biar masuk ke dalam mobil setelah pintu ditutup mas Bram berjalan mengintari mobil dan membuka pintu pengemudi duduk menyalakan mesin mobil menghidupkan AC dan menjalankan mobil kira kira 30 menitan aku dan mas Bram sudah berada di tepi danau Tahai dan menyewa perahu untuk berkeliling danau aku duduk ditengah berdampingan dengan mas Bram tangan nya tidak lepas dari bahuku dan kepalaku selau bersandar di pundak bidangnya nyaman sekali rasanya selalu terlindungi oleh lelaki ini.

Melihat pemandangan jembatan sungai Kahayan yang kokok membentang dari kiri ke kanan senggung menawan

“Mas Bram tau ngak kalau di ibaratkan cintaku ini seperti jembatan sungai kayayan itu” kataku

“Kok bisa jeng” jawab mas Bram

“Jembatan yang kokok tak tergoyahkan oleh badai tak lapuk oleh waktu terus membentang begitu pula cintaku ke mas Bram juga tak akan tergoyahkan oleh badai dan tak lapuk oleh waktu sejak kelas 5 SD cinta itu terus bersemi sampai kini” kataku

“Aku juga demikian juga jeng, setelah anjuran dari eyang putrimu Niken aku terus berpikir mungkinkah aku akan bersanding dengan cucuku sendiri dan cinta itu mulai tumbuh sedikit sedikit walau aku masih penasaran saja waktu itu bikin galau yang berkepanjangan 2 tahun aku menunggu tanpa kepastian sebeb aku berpikir aku tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan itu semua terserah jeng Tasya yang menentuan kan biasanya begitu laki laki memilih jodohnya dan perempuan menentukannya itu pun berlaku tapi semenjak jeng menyerahkan diri sepenuhnya ke pelukan mas Bram mu ini, aku bertekat untuk selalu berada di sampingmu untuk menebus kesalahanku terhadap eyang putrimu Niken” kata mas Bram

“Massss” kataku terpotong, kepalaku ku angkat mata kami saling pandang dan bibir kamu menyatu nyaman tapi semua berakhir setelah mendengar orang dehem dari belakang sontak aku melepakan ciuman kami aku menunduk malu kemesraan kami di lihat oleh tukang perahu

“Maaf” kata mas Bram sambil menolaeh kebelakang

“Ngak papa mas, aku juga pernah muda kok” kata tukang perahu sambil tersenyum

Setu setengah jam aku dan mas Bram memgelilingi danau Tahai dan setelah mas Bram membayar sewa perahu dan memberi tib kepadanya aku dan mas Bram berjalan bergandengan tangan, baru saja turun dari perahu ada yang memanggil

“Komandan Bram kusuma kah” kata suara yang memanggil mas Bram

Somtak mas Bram berhenti melepas genggaman tangannya dan menoleh kea rah suara itu

“Hai, kau Prapanca kan” kata mas Bram setelah pandangan mata mas Bram untuk mengenali pria yang memanggilnya itu agak lama juga berpikir mas Bram

“Ha ha ha betul ndan, sudah dari tadi waktu di bundaran besar aku perhatikan tapi ragu juga kan komandan jalan dengan gadis gitu takut menegurnya” kata Prapanca

Meraka saling berjabatan tangan di susul dengan salam komando kedua tangan setelah melepas saling meninju satu sama lain. aku melihat pertemuan kedua pria itu dengan senyum menghias di bibirku

“Kenalkan ini istriku” kata mas Bram mengenalkan aku sebagai istri mas Bram

“Tasya mas” kataku sambil mengulurkan tanganku

“Prapanca” jawab Prapanca

“Dengan siapa Panca” kata mas Bram

“Dengan keluarga ndan” kata Prapanca

“Mana keluargamu” kata mas Bram

Kemudian Prapanca menoleh ke arah istri dan anakmya yang dududk tidak jauh dari mereka berdiri, mas Bram mengandeng tanganku dan melangkah menghampiri mereka

“Apa kabar mas Bram” kata istri Prapanca

“Baik Tari, kamu bagaimana” kata mas Bram

“Baik juga mas” kata istri Prapanca

“Ini Tasya istriku Tari, kenalan dulu” kata mas Bram

Aku pun berjabatan tangan dengan istri Prapanca

“Tasya” kataku

“Lestari” jawab istri Prapanca

“Santi. sini dong kenalin dulu dengan istri mas Bram yang masih muda dan cantik” kata Lestari

Gadis yang dari tadi sibuk bermai HP sontak berhenti dan berdiri melangkah menghampiri aku dan menjabat tangan ku

“Tasya” kataku

“Santi mbak” kata Santi anak dari Prapanca dan Lestari ini

Lalu Santi menghampiri mas Bram menjabat tangan

“Santi om” kata Santi

“Bram” jawab mas Bram

Lalu kami berlima duduk dalam satu meja

“Ngopi ngopi dulu ndan, lama juga ngak ketemu komandan” kata Prapanca

“Boleh” kata mas Bram, lanjutnya “Tasya mau minum apa”

“Es teh aja mas” kataku

Prapanca memanggil pelayan dan memesan secangkir kopi dan se gelas es teh

“Jangan panggil komandan ah, kan aku sudah tidak menjabat sekarang jadi orang sipil juga” kata mas Bram

“Kebiasaan ndan, ee, mas” kata Prapanca

“Sekarang tugas dimana Panca” kata mas Bram

“Baru 2 bulan di pindah tugaskan di sini dan ini baru ngurus perpindahan sekolah anakku Santi biar bisa melanjutkan sekolah disini masuk SMA negeri” kata Prapanca

“Jadi kamu komandannya Sandra kiting ya” kata mas Bram

“Betul mas, kemarin tu aku udah curiga dia ijin ngantar tamu dari mabes katanya lenjen Bram Kusuma, tapi aku berpikir kalau Bram kusuma yang aku kenal udah purna kok katanya dari mabes, kalau dari mabes pastinya ada surat jalan dan tembusannya pasti aku terima” kata Prapanca

“Ya betul, aku yang minta tolong ke Sandra kiting untuk mengantar aku ke saudara angkatku Rafii Babu” kata mas Bram

“Boleh aku tebak mas, ini pasti ada hubungannya dengan mbak Tasya kan” kata Prapanca

“Wah pinter juga ya, Tasya, Prapanca ini sama sama tugas di Kairo 20 tahun yang lalau dia waktu itu sebagai letnan yang bergabung dalam kesatuan pengawas Perdamaian Garuda X dan aku sebagai komandan batalyonnya” kata mas Bram

“Makanya panggilannya kok aneh juga ya” kata ku

“Panggilan itu sudah melekat mbak” kata Prapanca

“Jangan panggil mbak ah mas aku masih sekolah juga kok panggil nama nja” kataku

“Mana berani aku, tar kepalalu berlubang kena tembak mas Bram” kata Prapanca sambil meragakan tangannya kanan nya di acungkan ke kepalanya

Semua yang ada di situ tertawa

“Ngak apa apa Panca, Dia itu juga masih siswa SMA juga sama dengan anakmu Santi” kata mas Bram

“Ia mas aku masih kelas XII di SMA Semarang jadi sama dengan dik Santi” kataku

“Kok bisa ya mas aku ora mudeng blas” kata Prapanca sambil nyengir

“Cerita panjang Panca tapi masih secret” kata mas Bram sambil mengacungkan jarinya di depan mulutnya

“Ini nih kebiasaan pejabat mabes pasti secret” jawab Prapanca sambil membuat tanda kunci di depan mulutnya juga, lanjutnya “pliss cerita dong penesaran nih mas”

“Ia mas aku juga penasaran nih kok bisanya mas Bram ngak ada hujan ngak ada angin petir terus bergemuruh” kata Lestari

“Ok aku cerita, ngak papa ya jeng” kata mas Bram kepadaku

“Ngak papa mas” kataku sambil tersenyum

Mas Bram bercerita atas permintaan eyang putri Niken supaya menikahiku setelah umut 18 tahun, merupakan wasiat yang di ucapkan melalui pengacara keluarga, tapi mas Bram sendiri tidak mau memaksa kehendaknya takut merusak masa depanku sebagai cucunya, tapi setelah mendengar dari kemauan dan keinginanku untuk menjadi pengganti eyang putrinya Niken dalam arti sebagai istri yang akan merawat aku di akhir hidup mas Bram dan kemarin mas Bram minta pada saudara angkat mas Bram yang sebagai kepala suku di Dayak untuk meresmikan sebagai suami istri dan 2 hari yang lalu mas Bram sudah resmi menjadi suamiku

“Selamat Mas Bram dan selamat Tasya” kata Prapanca dan Lestari bersamaan sambil menyalami aku dan mas Bram dan Santi pun juga bediri mengucapan selamat kepadaku dan mas Bram

“Kalau kemarin Sandra terus terang padaku pasti aku datang bersama satu peleton pengaman perdamaian ha ha ha” kata Prapanca

“Kayak mau perang aja kamu Panca” jawab mas Bram sambil tertawa juga

“Kapan pulang mas” kata Prapanca

“Besok, tapi langsung ke Jakarta kan ada reoni lulusan AMN angkatan xx sampai ay di mabes” kata mas Bram

“Kalau gitu malam ini juga nih harus makan makan ya” kata Lestari

“Ia mbak sebagai pajak jadian gitu istilah anak muda sekarang” kata Santi melimpai

“Ok ok” kata mas Bram kalah suara, aku pun hanya tersenyum saja no comment.

Terdengar adhan mahrib mas Bram dan Prapanca mimya ijin untuk melakukan sholat mahrib

“Aku sholad dulu ya dik Tari, mau ikut” kata mas Prapanca

“Ngak ah, baru ada tamu” jawab mbak Laetari

“Tasya ngak ikut’ kata mas Bram

“Aku nemanin mbak Lestari aja mas” kata ku

“Santi” panggil mas Prapanca

“Ngak pa, aku disini aja sama mama dan mbak Tasya, lagian ngak bawa mukena” kata Santi

“Ya udah, ayo mas kita ke masjid dulu” kata Prapanca

“Ayo” jawab mas Bram

Setelah mas Bram dan Prapanca pergi mbak Lestari bertanya ke aku

“Kok mau sih kamu Tasya, sama kakek mu sendiri apa ngak sayang dengan masa depanmu yang masih panjang” kata Lestari

“Justru untuk menjaga masa depan ku yang sekarang sudah jelas kok mbak dan menjaga pergaulan bebas pada saat ini dan yang ke dua aku memang sudah bertekat menjadi istri mas Bram semenjak kelas 5 SD ketika aku masih bersama eyang putri Niken aku merasa mas Bram mempunyai karisma yang membuatku seakan akan ingin berdekatan dengan mas Bram baik dulu sebagai eyang kakungku apalagi sekarang mas Bram sudah menjadi suamiku dan kami kemarin sudah di persatukan denan upacatra darah sehingga jiwa ragaku dan jiwa raga mas Bram sudah menyatu dan tak mukin dapat dipisahkan hanya maut ya ng dapat memisahkan kami” kataku tegas

Mbak Lestari sampai melongo mendengar penjelasanku

“Maksudnya apa dipersatukan dengan upacara darah, Tasya” kata mbak Lestari

“Begini mbak dalam upacara adat yang di pakai oleh keluarga Babu di mana mas Bram menjadi salah satu anggota keluarganya. Upacara persatuan dengan darah itu darah mas Bram di tuangkan setetes di sebuah mangkok berisi air demilian juga daraku di tuangkan setetes campuran darah aku dan mas Bram tang sudah di campur dengan air itu di minum berdua seteguk demi seteguk sampai habis air dalan cawan itu” kataku
“Lalu punya efek ngak”kata mbak Lestari

“Ada mbak setelah selah selesai upacara tersebut aku merasa semua yang aku miliki punnya mas Bram demikian pula semua yang dimiliki mas Bram adalah punyaku juga sehingga aku dan mas Bram bukan lagi dua tapi satu, satu jiwa dan satu raga” kataku

“Hai hebat nih falsafah nya” kata mbak Lestari

“Mbak Tasya enak ngak sih, jadi pengin nih” kata Santi

“Eh ngak boleh masih kecil” kata mbak Lestari

“Mbak Tasya juga masih kecil lulus SMA juga belum” sanggah Santi

“Tapi kan udah married” kata ku sambil tertawa

“Eh Santi ngak boleh pacaran dulu sebelum jadi sarjana” kata mbak Lestari

“Tuh dengar pesan mama” kataku

“Ia ya mam canda kali” jawab Santi sambil nyengar nyengir

Sebentar kemudian mas Bram dan Prapanca datang setelah sholat magrib di masjid dekat sini

“Gimana nih rencana, cari café atau rumag makan aja” kata mas Bram

“Aku tahu café yang santai di daerah patung Sukarno” kata Prapanca

“Ayo kita langsung kesana mumpung perut pada laper nih” kata mas Bram

“Panca bawa mobil” kata mas Bram

“Bawa, mobil dinas, mas” Jawab Prapanca

“Ngak papa to malah aman aku di kawal dan pom” kata mas Bram sambil tertawa

“Ayo kamu di depan aku ikuti mobil kamu” kata mas Bram

Kedatangan rombongan kami di sambit oleh pemilik café dan mas Prapanca minta privat rome ternyata masih tersedia dan kami serombongan di arahkan ke privat rome di lantai 2.
Sementara waitres mencatat pesanan kami sambil menikmati minuman dan cemilan kami bersendau gurau walau aku baru ketemu dengan keluarga Prapanca ini langsung akrap seperti asudara.

Dua jam berlalu pertemuan dengan keluarga Prapanca ini membuka wawasan baru bahwa perkawinanku dengan mas Bram mendapat dukungan setelah tau duduk permasalah yang sebenarnya yang membuat keteguhan hati lebih mendalam sebelum berpisah

“Mbak Tasya minta no HP nya dong” kata Santi

“Untuk apa dik” kataku

“Ya untuk komonikasi dong siapa tau sewaktu waktu aku membutuhkan informasi dari mbak Tasya” kata Santi

Setelah aku memberi No HP ku dan di simpannya di momori HPnya, aku dan mas Bram berpamitan dan berjanji kalau hubunganku dengan mas Bram dapat di resmikan akan kami undang daram resepsi perkawinanku

Jam 9 lebih aku dan mas Bram kembali ke holel

“Capek mas, mandi yok” kataku manja sambil melepas semua pakaina ku di depan mas Bram

“Ayo mandi bersama biar cepat” kata mas Bram juga melepas semua pakaian yang di pakainya.

Aku dan mas Bram melangkah masuk kamar mandi dengan bergandengan tangan mesra.

Seperti biasanya aku dimandikan dulu sama mas Bram dan setelah nya gentian aku memandikan mas Bram diselingi dengan canda tawa dan ciuman sekali kali, keluar dari kamar mandi masih telanjang dan aku mengambil kimono saten putih di hiasi kembang kecil kecil dan mas Bram ku ambilkan kimono biru kesukaannya langsung ke tempat ridur dan tertidur saling capeknya dan perut sudah penuh sehingga cepat sekali tertidur


Bersambung
Hanya sekedar belajar nulis, baik respon positif atau negatif ane terima dengan lapang dada
Jangan lupa ijo ijo nya dan komen tetap di nanti
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd