Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Decision of Heart (No SARA)

Part 31: Konsiliasi
(Bagian I)


Pov: Rini Kusamawardani

Sore ini sudah menunjukan jam 17.00 suasana bukit Ngalain sudah semakin meredup Bram, Jhon, Rini Tasya dan Dion mereka baru selesai menyelesaikan masalah keluarga dimana akhir dari pertemuan keluarga yang menghasilkan Rini tetap minta cerai dari suaminya Jhon dan masalah perselingkuhan antara aku dan Lionif di anggap selesai dengan munculnya calon suamiku mas Hartono yang dapat menerima aku sepenuh jiwa tanpa melihat masa laluku.

“Rini kamu mau ikut mobil ayah atau suamimu” kata ayah Bram

“Aku ikut mobil ayah” kataku

“Dion juga ikut mobil eyang” kata Dion

“Boleh” kata ayah Bram, lanjutnya “Jhon cari makan yok aku sudah laper” kata ayah Bram

“Silahkan ayah dan aku juga mohon diri dulu tadi ada telp dari rekanan minta ketemuan sehabis magrib” kata Jhon

“Ya udah kalau kamu mau duluan, aku cari makan dulu” kata ayah Bram

Aku, ayah Bram, Tasya dan Dion melangkah mendekati mobil ayah yang tampak macho, aku dan Tasya duduk di bangku tengah sedang Dion depan menemani ayah Bram yang mengemudikan mobilnya.

“Ayah, kok tadi mas Tono dan Lionif di bawa ke markas ada masalah apa” tanya ku ke ayah Bram

“Kamu belum tau ya” kata Ayah Bram

“Belum tahu ayah, kan aku baru ketemu dia tadi siang sorenya langsung di bawa ke tempat ayah” kata ku

“Kamu tahu om Singgih dan om Hanung adalah 2 agen dari Interpol yang ditugasi mematamatai Hartono yang diduga petugas pencuci uang dari salah satu organisasi Internasional dan kalau memang terbukti ayah yakin akan lama meringkuh di hotet Prodeo” kata Bram, lanjutnya “Tapi itu masih praduga dari interpol bisa juga tidak karena ayah nya si Karta Atmaja kayanya bukan main kekayaannya sampai 500 T lebih bukan hanya M lho, M untuk dia adalah uang receh”

Aku terbengong mendengar keterangan ayah Bram ya senang juga bersedih dan aku bersyukur mengenalnya tadi siang dia memberiku uang sebanyak itu merupakan uang recehan untuk dia tanpa disadari aku tersenyum senyum sendiri

“Mama kok senyum senyum sendiri sih” kata Tasya yang duduk disampingku

“Ngak ada apa apa kok sayang, hanya agak galau saja” kata ku

“Nah mulai mama genitnya kumat” kata Tasya sambil menjauh dari mamanya yang suka cubit kalau lagi senang

“Aku lagi senang sayang setelah mendengar cerita ayah Bram tadi

“Ayo ceria dong mah biar aku dan Dion juga ikut senang juga mas Bram, betul ngak mas” kata Tasya

“Ya Rini kalau senang di bagi bagi jangan di pakai sendiri” kata Ayah Bram

“Ia mah aku juga setuju dengan eyang kakung dan mbak Tasya” kata Dion

“Nanti aja deh pasti di critain, tapi tidak sekarang nanti kalau udah di rumah ya sayang” kataku

“Jeng kita makan dimana” kata ayah Bram

“Makan ayam goreng Kalasan aja di dekat bunderan Kali Banteng” kata Tasya

“Ya udah siap bu boss” kata Bram

“Cie cie ayah udah panggil jeng segala ke Tasya dan Tasya juga memanggil mas” kata ku

“Apa salah Rini kan Tasya mau jadi istri aku” kata mas Bram

“Kalau di pikir pikir memang benar keinginan Bunda Niken yang menjodohkan anakku dengan eyangnya” kata Rini

“Siapa bilang Tasya adalah anakmu Rini, dia itu anak dari Margono dan Sulastri karena kamu sudah menganggap sudah mati sejak bayi, benar kan Rini” tanya ayah Bram

“Ayah, aku sangat menyesal atas peristiwa itu, maksudku hanya ingin membalas perbuatan Yudistra kok enak banget dia yang berbuat malah aku yang memikul dosanya sendiri itu lah awalnya aku ngak mau merawat Tasya dan aku tinggal di kampung mbak Lastri, kini aku sangat menyesal dan menyadari kekeliruaku dan semesta sudah menghukum aku kok ayah, dengan peristiwa yang baru saja terjadi Jhon sering marah dan memukul aku kalau dia kalah berdebat dengan aku dan setiap pukulan aku terima aku anggap sebagai penebusan dosaku terhadap semesta karena telah menelantarkan Tasya anakku yang aku kandung selama 9 bulan lebih, dan aku tidak pernah berpikir akibat dari perbuatan ku sendiri seperti ini dan mungkin bunda Niken menjodohkan Tasya dengan ayah Bram adalah salah satu alasanya untuk menyadarkan aku atas kesalahanku selama ini, benerapa hari ini aku sering merenung di dalam kamarku sendiri dan aku berusaha menerima takdirku sendiri,Tasya sayang maafkan mama ya” kata ku sambil memeluk Tasya yang ada di sampingku sambil meneteskan air mataku

Tasya membalas pelukan mamanya “Udah ma, aku sudah memafkan mama setelah aku mendengar alasan mama membuang aku, aku mungkin juga akan berbuat sama kalau peristiwa seperti mama menimpa diriku” kata Tasya, lanjutnya “Ma apakah mama merestuiku mas Bram menjadi suamiku” lata Tasya

“Ya semula aku tidak akan setuju keputusanmu untuk menjadikan ayah Bram menjadi suamimu, tapi apa dayaku, kalau bunda Niken sendiri sudah merestui hubungammu dengan ayah Bram, dan mbak Lastri pun sudah setuju malah mas Margono pun siap menjadi walimu, sekarang mama tidak mempunya alasan untuk tidak merestui hubungan kamu dengan ayah Bram” kataku

“Seriuas ma” kaya Tasya setengah menjerit dan bergembira

“Apa sih yang ngak buat kamu Tasya” kata mama sambil memekluk Tasya semakin erat

“Terima kasin mama” kata Tasya

“Tasya sudah sampai di rumah makan Kalasan, ayo pada turun” kata ayah Bram

Rumah makan Kalasan

Jam 18.30

Pov: Tasya Anggraeni

Aku, mas Bram, mama Rini dan Dion berempat memasuki Rumah Makan Kalasan yang terkenal dengan ayam goreng kremesnya, aku duduk disamping mas Bram dan mama Rini disamping Dion, sambil menunggu pesanan banyak cerita yang menjadi topic pembicaraan kami ber empat dan aku menceritakan peristiwaku dengan Aldo didepan mama dan Dion

“Mama kenal dengan tante Santi” kataku

“Santi yang mana ya” jawab mama Rini

“Itu lho mah istri om Samuel Dandin kota ini” kataku

“Oh Santi yang itu, kan teman geraja mama sama sama DGI nya” kata mama Rini, lanjutnya “Ada apa ya”

“Anak tante Santi kan teman Tasya, di SMA tapi beda kelas, sudah lama itu naksir sama aku tapi aku tolak sebab aku sudah punya mas Bram yang selalu ada dalam hatiku, terus kemarin menggoda aku kembali sampai Aldo nengerahkan teman teman geng nya untuk menekan aku, aku telp mas Bram dan mas Bram datang dan bertemu dengan ayah Aldo yang Dandim itu yang pernah menjadi anak buah mas Bram ketika bertugas di Konggo, mati kutu lah Aldo sampai sampai om Samuel mengancam akan mencoret nama Aldo dari daftar keluarga dan akhirnya Aldo membubarkan teman temannya yang sempat mengepung sekolah aku, tapi tidak hanya di situ saja Aldo nendapat hukuman dari Ayahnya motor kesayangannya disita oleh sang ayah” kata Tasya

“Rasain tu Aldo, baru kena batunya” kata Dion

“Kamu kenal to dik” tanya ku

“Kenal dong mbak kan teman gereja juga, seakan akan dia penguasa remaja gereja siapa yang tidak nurut dengan dia pasti kena hajar” kata Dion

Aku dan mas Bram juga mama Rini tersenyum mendengar gaya Dion bercerita

“Ah kamu Dion” kata mama Rini sambil mengusap kepala Dion

Kemudian pesanan datang kami makan bersama tanpa banyak bicara dan setelah selesai makan aku dan mas Bram mengantar mama Rini dan Dion pulang ke rumahnya

Dalam perjalanan pulang ke rumah mama Rini, mama Rini bertanya

“Tasya sekarang kamu tinggal di mana” kata mama Rini

“Aku tinggal di apartemen mah, di beliin oleh mas Bram” kataku

“Ngak lah mana aku punya duwit untuk membelikan Tasya sebuah apartemtemen” sanggah mas Bram, lanjutnya “Kamu kan beli sendiri owner Larasati kok ngak punya duwit” kata mas Bram

“Ih mas nyebelin” kata Tasya sambil menyubit mesra tangan mas Bram

“Ha ha ha bener juga kata ayah Bram, owner kok ngak punya duwit” kata mama Rini

“Lalu kamu tinggal sendiri” kata mama Rini

“Iyalah ma, aku tinggal sendiri, kecuali hari libur di temani oleh mas Bram”kataku

“Mama ngak kangen sama ibu Lastri” kata ku

“Kangen lah sudah lama banget ngak ketemu” kata mama Rini

“Kapan kapan kita kesana yok, ajak Dion dan mas Bram juga, pasti ibu suka banget” kataku

“Ya kalau libur agak panjang ya mama mau” kata mama, lanjutnya ”Anak mbak Lastri berapa ya”

“Anak ibu Lastri 3 ma, yang pertama ada di hadapan mama, dan ke dua sepantaran aku masih kelas XI namanya Putri centil sekali, dan yang ke tiga cowok sepantaran Dion namanya Bagas” kataku

“Centil kaya kakanya ya ha ha ha” jawab mama Rini sambil tertawa.

Perjalanan terasa cepat sampai tau tau sudah sampai didepan pintu gerbang rumah mama Rini

“Ayo mampir dulu Tasya, mama masih kangen sama kamu” kata mama Rini

Aku menoleh ke mas Bram, dan mas Bram hanya mengangukan kepalanya

Kami berempat turun dari mobil dan melangkah masuk kedalam rumah

“Ayah mau kopi ya” kata mama Rini

“Boleh” jawab mas Bram

“Tu masmu mau kopi, bikini gih” peritah mama Rini

“Mas mau mandi dulu aja, gerah banget badan lengket semua”kata mas Bram

“Masih ada pakain ayah kok yang disini” kata mama Rini

“Ambilin sayang, pakaian ganti mas di kamar mas ya”kata mas Bram

“Maja amat sih mas ku ini” kata ku sambil meleletkan lidahku

“Mah, eyang, mbak Tasya mau masuk dulu banyak PR yang harus di selesaikan maaf ngak bisa memenin” kata Dion sambil meraih tangan mamanya, eyang kakungnya dan teraklhr aku dan mencium biku biku tangannya

Setelah Dion pergi masuk manarnya di lantai dua aku mengambilkan pakaian mas Bram di kamar tamu yang sering mas Bram tiduri ketika berada di kota ini, aku memberikan pakaian untuk ganti setelah mandi dan mas Bram pergi ke kamar mandi untuk mandi

“Mama mau minum apa sekalian aku bikinin sekalian” kata ku

“Teh aja sayang yang gulanya satu sendok aja ya” kata mama, lanjutnya “Aku ya mau mandi dulu ya Tasya dangan ganti pakaian biar enak” kata mama Rini

“Silahkan mama” kataku

“Aku ke dapur membuatkan kopi buat mas Bram, teh manis utuk mama dan aku sendiri buat colkat panas kesukaanku dan aku taruh di meja ruang keluarga, aku segera naik ke lantai dua juga ingin mandi dan ganti pakaian uang masih tersisa di sini

Aku masuk kamarku lagi yang kini aku tinggalkan, yang pernah menemaniku selama 6 tahun terakhir ini penuh suka duka yang tertumpah di kamar aku ini, aku masih melihat tumpukan buku pelajaran tahun yang lalu masih tertumpuk rapi dan di atasnya msih terlihat photo ku dengan ke dua sahabatku Diana dan Reni tersenyum bahagia, aku buka lemari pakainku dan aku ambil pakain sejenis babydoll kesukaanku yang terbuat dari kain yang adem dan aku megambil masuk kamar mandi di lantai 2 ini. Setelah ritual mandi selesai aku sudah ganti baju babydoll kesukaan ku terasa sempit di tubuh ku payudaraku kelihatan lebih menonjol ke depan dan pantat ku juga lebih nungging ke belakang sehingga kalau jalan lebih bergoyang tapi aku suka

Setelah selesai mandi dan ganti pakaian aku turun ke lantai satu dan bergabung dengan mas Bram yang sedang asik melihat siaran TV nasional, Aku langsung duduk di pangkuan mas Bram dan memberi sebuah ciuman tepat di bibir mas Bram setelah ciumanku dibalasnya tapi hanya sebentar dan mas Bram melepaskannya

“Jeng apa apa ini” kata mas Bram

“Biasa lah mas, kan dulu aku juga sering minta pangku oleh mas Bram” kataku

“Tapi kan ngak pakai acara ciuman segala” taka mas Bram semu protes

“Ya mas Bram, aku kan kangen sama ciuman mas Bram sejak tadi, dan apa salahnya kan mama juga sudah merestui hubunganku dengan mas Bram he he he” kataku

“Ia sih kan mas juga sedikit terkejut nanti kalau dilihat oleh ibu mertua aku dilarang ketemu kamu gimana coba” kata mas Bram

“Biar nanti ibu mertua mas Bram aku adukan ke mama aku pasti asik deh” jawabku dan aku tertawa bersama sama geli melihat hubungan keluarga aku yang carut marut kaya begini tapi kami semua merasa bahagia

“Hai Tasya kamu udah gede ngak pantas lah duduk di pangkuan eyang kakungmu” kata mama Rini

“Biar aja Rini kan aku masih juga kangen sama cucuku yang centil dan gemersin ini” kata mas Bram

“Ya mama nih seperti ngak pernah muda aja” kataku sambil mencium pipi mas Bram dan kami tertawa bersama melihat suatu kejanggalan dalam hubungan keluarga besarku dan aku turun dari pangkuan mas Bram tapi tanganku masih berada di lengan mas Bram

“Eh Tasya pakaian mu sudah kekcilan tu, tetemu mau tumpah tu” kata mama Rini

“Ya nih mah gegara ritual di Kalimantan bersama mas Bram, pakaianmku pada sesak semua terutama pada bagian dada dan pinggul ku pada bengkak” kata mama

“Critain ke mama dong tentang ritual kamu di Kalimantan” kata mama

“Jadi gini mah ritual di Kalimantan itu mereka sebut ritual penyatuan jiwa dan raga. dengan berbagai laku, hari pertama dan kedua yang mereka sebut dengan penguwat raga dan pencucian jiwa pada hari ke tiga aku dan mas Bram melakukan penyatuan jiwa dan raga dengan di tandai minum yang sudah di campur setetes darah aku dan mas Bram setelah itu aku dinyatan sebagai suami istri menurut adat orang dayak, gitu mah” kata Tasya

“Ada efeknya ngak” kata mama

“Ada sih mah, setelah ritual itu aku dan mas Bram merasa sudah di satukan menjadi satu jiwa dan raga, jiwa kami bersatu juga raga kami juga bersatu pula bersatu yang untuk sekarang aja, kalau tidinggal mas Bram terlalu lama rasanya ngak betah kok mah” kata ku, lanjutnya “Mah tadi di mobil mau ngomong apa sih kayaknya sangat rahasia sekali”

“Ya tadi kan ada Dion mama ngak ingin Dion tau cerita ini mama ngak mau Dion dewasa sebelum waktunya sehingga mama memilh waktu akan cerita di rumah biar ayah Bram tau juga ibu tiriku tersayang yang masih muda ngemesi lagi juga tau masalah sebenarnya dan aku mau jujur, tapi aku mohon ke ayah Bram membantu aku menyelesaikan masalah denga Jhon” kata mama

“Ya Rini, aku akan bantu kamu apapun itu”kata Bram

“Sebentar aku ambil sesuatu dulu di dalam kamar, mama berdiri melangkah meninggalkan aku dan mas Bram di ruang keluarga untuk mengambil sesuatu di dalam kamarnya, aku sempat menoleh ke wajah mas Bram dan memberi ciuman di mulut kami yang bersatu

“Wah wah wah baru di tingga sebenta sudah pada nyosor” kata mama Rini mengagetkan aku dan mas Bram yang baru asik berciuman otomatis ciuman kami terlepas dan aku dan mas Bram tertawa bersama

“Habis si mama, jadi ingin ciuman gitu” kata ku

“lho kok aku yang disalahin” kata mama

“Ya kan mama pergi jadi ada kesempatan dalam kesempitan ma” kata ku

“Kamu tu ada ada saja” kata mama, lanjutnya” Begini yah dan Tasya aku mau cerita dari awal supaya ayah dan Tasya ngak binggung” kata mama

“Pada pertemuan dengan Lionif pada hari jumat Lionuf berjanji akan mengenalkan aku dengan temannya dari Jakarta seorang investor dan kalau aku bisa ngambil hatinya maka semua hutang tante akan lunas dan usaha tante juga akan naik lagi, itu kata Lionif ketika aku dan Lionif akan berpisah dan aku membuat janji dengan Lionif bertemu pada hari minggu sehabis dari gereja pagi dan ketemuan di rumah makan Condong raos, pada pertemuan dengan Lionif kali ini dia berjanji kalau aku mau jadi pacarnya, Lionif akan memgundurkan diri menjadi selingkuhanku dan berjanji akan menjagaku sebagai tantenya sendiri, setelah aku bertemu dengan mas Hartono ternyata om dari Lionif dan dari mas Hartono sendiri langsung menembak aku menjadi pacarnya aku galau, orang baru ketemu kok langsung menyatan cintanya dan menginginkan aku menjadi istrinya, bukan aku menolak tapi aku minta waktu untuk menyelesaian urusanku dengan Jhon suami ku saat ini, mengenai identitas siapa mas Hartono itu, ayah dan Tasya tentu sudah tau dari pengakuan mas Hartono didepan ayah dan Tasya tadi, setelah aku memerina dia sebagai pacarku mas Hartono memberikan sejumlah dana untuk memajukan usahaku kembali, sebelumnya hari Sabtu mas Hartono sempat datang ke butik aku dan melihat barang barang disana sudah ketinggalan model semuanya sehingga mas Hartono memberi aku modal tambahan” kata mama Rini berhenti sebentar mengambil cangkir yang berisi teh dan meminumbya sedikit dan meletakan kembali cangkir nya dan lanjutnya “Pasti ayah ngak percaya kalau mas Tono memberikan ini ke aku” kata mama sambil mengeluarkan bungkusan berwarna coklat 2 buah dan dan 2 lembar chek di bukanya yang lebih tebal dan memperlihatkan ke mas Bram dan aku, aku dan mas Bram melihat satu bendel uang 10.000 US dolar, lanjutnya “ lakau di kaksir dalam bentuk rupiah nilainya 140 juta

“Yang satu lagi ma” kataku

“Ya sama Tasya, jumlahnya separo dari jumlah ini, dan ini titipan untuk lion sebab mungkin mereka ngak ketemu setelah ini, dan ini ayah” kata Rini sambil mengacungkan 2 lembar chek ke mas Bram

Mas Bram menerima chek tersebut dan terkejut melihat nilai yang tercantum dalan chek itu dan memberikan ke aku akupun terperanjat dan heran juga

“Apa kata ku tadi Rini keluarga Karta Atmaja salah satu orang terkaya di Indonesia kekayaannya lebih dari 500 T jadi M itu dianggap sebagai uang recehan” kata Bram

“Kalau Tasya kekayaan berapa ayah” kata mama Rini

“Kalau Tasya sebagai owner Larasati ya mungkin hanya 20 – 30 T aja kok kalah jauh dengan calon suamimu” kata mas Bram

“Malah aku baru mendengar sekarang kalau kekayaanku 20 – 30 T” kataku, lanjutnya “Serius mas”

“Serius lah, kamulah pelajar SMA terkaya ha ha ha, untuk saat ini” kata mas Bram sambil tertawa

“Apa sih nyebelin, ditanya serius juga” kata ku sambil cemberut sambil mencubit lengan mas Bram

“Aduuuuhhhh, sakit Tasya sampai biru nih” kata mas Bram

“Biarin, nyebelin” kata ku

“Oh ia ayah, besok aku minta tolong ke ayah untuk mengantar aku ke pengandilan agama dan mencairkan chek dari mas Tono ke tabunganku mau ya” kata mama Rini penuh harap.

“Jadi aku pulangnya mundur lagi dong, ya udah ngak papa sampai urusanmu selesai aku akan tetap di sini, siapa lagi coba yang akan mendampunginu membawa uang sebanyak itu” kata mas Bram

“Terima kasih ayah yang selalu ada untuk aku” kata mama Rini

“Tasya kamu malam ini tidur disinu ya” kata mama

“Ngak la mah, besok pagi aku kan sekolah kemarin Sabtu aku udah bolos sekolah masah hari senin ini aku bolos lagi” kataku

“Ya udah kalau ngak mau tapi lain kali kamu mau menginap disini ya” kata mama Rini

“Pasti mah pasti tu, oh ia mah masih ada pertanyaan satu lagi mau di kemanain dengan Dion kalau mama dan papa cerai” kata Tasya mikir nasip adiknya

“Dion akan mendapatkan semua harta gono gini dari aku dan Jhon, ya rumah ini dan segala isinya akan aku balik nama atas nama Dion dan akan mendapat tunjangan juga dari aku dan ayahnya untuk menunjang hidupnya kamu ngak usah kawatir dan nanti akan tetuang dalam satu pasal tentang perceraian itu, Dion pernah mama tanya seandainya mama dan papa cerai Dion akan milih siapa, apa jawabannya, katanya aku ngak milih papa dan mama aku akan ikut mbak Tasya aja itu kata Dion dan ini juga tergantung kamu juga Tasya mau ngak di ikuti Dion adikmu” kata mama

“Aku seneng sekali mah, kalau Dion mau ikit aku” kata ku

“Yah nanti bagai mana lah baiknyaa”kata mama

“Sudah larut jeng ayok pulang besok kesini lagi, kan nanti Jhon juga pulangkan” kata mas Bram

“Ngak tau yah, mau pulang atau tidak pulang juga ngak jadi urusanku lagi” kata mama Rini

“Senentar mas, aku pamit dulu ke Dion di kamarnya” kata ku sambil melangkah ke kamar Dion di lantai 2

“Dion, mbak pulang dulu ya” teriaku sambil mengetuk kamar Dion yang tertutup

“Ya mbak aku keluar dulu” kata Dion sambil keluar kamarnya

“Ngak tidur di sini aja mbak, kasian tu kamar di tinggal sendirian terus” kata Dion sambil melangkah menurini tangga

“Besok besok aja yah, mbak kan besok juga sekolah dan semua pakaian dan buku buku ada di apartemen mbak” kata ku

“Kalau besok pulang sekolah aku ke apartemen mbak boleh ya” kata Dion

“Boleh aja, tapi telp dulu aja kalau mbak belum pulang juga kan Dion sendiri di apartemen mbak” kata ku

“Ok lah besok siang sehabis pelajaran selesai tak telp mbak” kata Dion

Kemudian Dion menyalami mas Bram dan aku sambil mencium tangan mas Bram dan aku juga dan aku mencium kening adikku ini, aku menyalimi tangan mama dan mama menyalimi tangan mas Bram lucu kan

Setengah jam kemudian aku dan Mas Bram sudah sampai di Apertemen

“Mas mau minum apa” kataku

“Minum susu aya yang itu” kata mas Bram sambil tersenyum dan duduk di sofa

“Sini” kataku sambil melepas baju yang aku pakai dan branya sekalian aku duduk dipangkuan mas Bram sambil menyodorkan tetekku ke mulut mas Bram dan mulut mas Bram langsung melumat putting susuku dan menghisapnya dengan penuh semangat

“Ihhh pelan dong maass sakit” kataku

“Ya ya ini sudah di pelanian kok” kata mas Bram, aku langsung membuka kaus mas Bram dan sambil meremas remas rambut mas Bram yang sudah banyak tumbuh uban, badanku melenggak lenggok menahan geli yang amat sangat

“Maaaasssss geelliiii” kata ku

Mas Bram melepas kulumannya di putting ku untuk ambil nafas dan mengadahkan wajahnya sehingga bibir kami saling berdekatan dan cup bibirku langsung mendarat di bibir mas Bram dan ciuman pun tak dapat dihindari lagi bibir kami saling menempel satu sama lain, tangan mas Bram malah mengusap usap payudaraku dan memilintir putting nya seakan chanel radio dan aku mendesah nikmat

“Maasssss ahhhhh” kataku panjang badanku bergelinjang gelinjang menahan geli yang amat sangat

Di angkatnya tubuhku dan di baringkan di atas sofa, dilepas celana pendeku beserta celana salam sekalian dan aku sudah telanjang bulat sehingga memeku terlihat jelas terpampang di depan wajah mas Bram yang tak lepas dari tatapan mata nya selalu ke memekku yang terbuka, di bukanya lebih lebar selangkankku sehingga warna merah muda yang menghiasi celah memekku terpampang sunggung jelas di mata mas Bram, mata mas Bram beralih memandang wajahku dan mata kami tertumbuk aku hanya tersenyum dan mas Bram membalasnya dengan berguman pelan tapi cekup terdengar di telingaku

“Cantik memekmu seperti orangnya” kata mas Bram

“Ia mas ini milik mas Bram, siahkan di nikmati” kata ku dengan suara pelam seakan berbisik dan mendesah lembut

Pandangan mas Bram tertuju lagi pada memeku dan mendekatkam mulutnya pada mulut memeku yang sudah otomatis membuka karena tarikan selakanganku yang ter buka lebar oleh tangan mas Bram yang membentangkannya

“Emmmm eennnaaakkkk gguurriiihhhhh” kata mas Bram sambil menjilati permukaan memeku yang membelah dari bawah ke atas hingga mennyentuh kelentitku dan itu di ulangganya berkali kali

“Maaasssss Ahhhhhh Emmmmm” kata ku sambil merasakan kenikmatan yang aku dapatkan dari lidah mas Bram yang menjilati memekku bagian dalam sehingga basah bukan saja karena air liur mas Bram tapi juga cairan cintaku sudah meluber sampai merembes keluar.

“Mas Bram curang” kataku ambil menarik kepala mas Bram menjuh dari memekku

Aku duduk lagi di sofa sambil melepas gesper dari celana yang di pakai mas Bram bersama celana dalam sekalian, aku memandang kontolnya sudah mulai membesar, aku usap usap dengan jari jariku dengan lembut dan aku cium kepala kontolnya

“Ahhhhh” luguan as Bram merasa kepala kontolnya aku jilat, tidak sampai disitu juga aku jilati juga batang kontolnya sampai ke pangkal nya sehingga basah kuyup

“Sudah jeng sudah basah” kata mas Bram mengangkat kepalaku menjauh dari selakangannya, tubuh aku diangkatnya dan di bawa ke tempat tidur dan di tidurkan terlentang, dan mas Bram menindih tubuhlu memberi ciuman ke bibirku dan aku membalas ciumannya sehingga bibir kami menyatu lidahku aku julurkan keluar sehinga mas Bram mudah untuk menghisapnya kala bibir mas Bram medarat di leher jenjangku dan mengulumi telingaku dan menggigit gigit kecil sehingga aku merasakan gairah kubertambah besar dan kini di alihkan ciumanya ke arah ketiakku dan aku mulai mendesis desis ke enakan

“Saiiiissssss aahhhhh” kataku

Bibir mas Bram kembali menyentuk putting ku dan mennyedotnya pelan sehingga tubuhku bergetar dan meliuk liuk bagai cacing kepanasan, tangan mas Bram langsung meusap usap memeku yang mulai membuka dengan jari jari mas Bram sudah ada di dalam lubang vaginaku yang merespon dengan cairan cintaku membasai jari jari mas Bram

Mas Bram memposisikan pinggulnya di depan selakanganku yang membuka dipeganggnya penis besar mas Bram menggosok gosokkannya ke lubang vaginaku yang sudah merekah basah bagai bunga raflesia yang sedang mekar dan di dorongnya penis ke dalam lubang memeku hanya kepala yang masuk ke dalam lubang memekku, dan dengan menarik nafasnya dan membuangnya sambil menekan sehingga penis mas Bram masuk ke dalam memekku perlahan tapi pasti dan di ulanga ulang sampai lima menit kemudia kontol besar mas Bram sudah tenggelam di makan oleh memekku

“Sempit sekali jang” kata mas Bram setelah mas Bram berhasil memasukan kontolmya ke dalam memekku dengan perjuangan yang cukup panjang dan aku merespon nya dengan senyuman

“Bukan kontol mas Bram yang kegedean ke lubang memeku yang sempit, terasa penuh menyentuh rahim” kataku, lanjutnya “pelan mas ahhhhh” setelah mas Bram menggoyang pinggulnya maju mundur dengan sangat pelan dan terasa sekali batang kontol mas Bram pada dinding memeku yang sangat sensitif yang semkin lama semakin basah karena cairan cintaku

Semakin lama penis mas Bram semakin lancar dan di naikan pinggul ku ke atas sehingga menyentuh perutku mas Bram merubag posisinya dengan posisi seperti posh up dan membuka sedikit kakiku sehingga mas Bram bisa mencium bibirku dan aku merespon dengan membuka mulutku untuk memerima ciumannya

Semakin lama semakin cepat dan mas Bram dalam posisis semula merapatkan ke dua selangkangamku sehingga penis mas Bram semakin terasa di memeku di peluknya kakiku segingga semakin merapat mulai ritme genjotannya semakin keras dan tak berirama aku buka kakiku semakin lebar aku tarik tubuh mas Bram ke dakam peluakku dam aku berbisik

“Mas aku mau pipis” kataku

Mas Bram mencium bibirku lagi dan tubuhnya bertumpu pada sikutnya sehingga mengurangi tekanan pada tubuhku pinggul ku mulai merespon gerakan pinggul mas Bram dengan memutar mutar pinggukku dan mas Bram pum mulai mempercepat gerakan pinggulnya dan suatu hentakan yang keras tapi membuat nyaman tangannya pun ngak mau ketinggalan selalu meremas dan memelintir putting ku nafasaku pun mulai ngak teratus dan gerakan badanku juga merespon nya tanganku mulai meremas rambut mas Bram yang menciumi leher di bawah telinggaku dan kerinat kami sudah membasahi tubuh kami dan sebagian sudah tumpah di sperei tempat tidur ku aku mulai mengejang pantatku mendorong ke atas dan pantat mas Bram menekan ke bawah sehingga persatuan tubuh kamu semakin menghangat dan gerakan pinggul kami pun mulai menuju ke satu titik kontol mas Bram menancap sempurna ke dalam memek ku dan bergoyang secara lambat, kelentit ku bergesekan dengan rambut tipis yang menghiasi pangkal penis mas Bram gesekan pelan ujung penis nya menyentuh rahimku dan g – spot ku juga merepon membuat aku terhenjak nikmat dan pada suatu titik bersamaan tekanan penis mas Bram pada vaginaku semakin terasa

“Aaaahhhhhh eeemmmmmmm eennnaaakkkkkk” kata ku mengakhiri pertarungan kelamin kamui sseeerrrrrttttt sseeerrrrrttttt sseeerrrrrtttttt

“Tassssyyyaaaa ohhhhhhh” suara baritone mas Bram menggema dan cchhhooootttt cchhhhoooottttt cchhhoooorrrrrttttt

Dan tubuh kami seperti terhempas dari ketinggian dan mencapai dasar samodra birahi, mas Bram mempererat pelukannya sampai tubuh ku tesasa remuk dan aku juga menyatukan peluakku de arah dada mas Bram yang bidang, badan terasa melayang ringan bersama dekapan mas Bram yang semkin mengendor dan mas Bram tergulir di sebelah kananku sambil tubuhku juga miring menghadapnya, ciuman mesra kai terjadi tanpa kata hanya nafas kami yang semakin teratur dan penis mas Bram terlepas dari memeku dan campuran caiaran cintaku dan cairan cinta mas Bram tumpah ruah di atas spreiku yang basah karena keringat dan caoran cimta kami yang menyatu

Kepalaku masih menindih lengan mas Ramyang kekar dan tangan yang satunya membelai wajah ku dan rambut kusutku dan sebuah ciuman di keningku

“Tasya love you” katanya

“Mas love you too” jawabku

“Sekarang puaskan udah dapat restu mama” kataku

“Ia mas, aku senang sekali mama merestui hubungan ini” kataku

“Tapi apa kamu sadar di balik restu yang di berkannya” kata mas Bram

“Apa maksudnya mas” kata ku

“Karena mamamu juga butuh restu dari aku untuk memerima pinangan dari si Hartono itu” kata mas Bram

“Licik juga ya, ternyata ada udang di balik rempeyek mas ha ha ha” kata ku

“Ya ngak papa Tasya yang penting kita senang dan kamu bisa tenang dalam menghadapi ujian sekolah tanpa di ganggu masalah restu dari mamamu” kata mas Bram



Sambung dulu gan …..
Bagian 2
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd