Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY 征服者 Zhēngfú zhě [Sang Penakluk]

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER V.




Berhenti dari larinya di sebuah gang yang sangat sepi, Liu Chen terdiam sambil mengawasi area sekitarnya, untuk memastikan tidak adanya orang di tempatnya saat ini, selain dirinya.

Setelah Liu Chen memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya, dia begitu saja mengeluarkan Kitab Dewa Penakluk dari sebuah cicin penyimpanan [salah satu benda sihir yang berguna untuk menyimpan apapun asalkan tidak bernyawa]. Alasan kenapa Liu Chen mengeluarkan Kitab Dewa Penakluk, karena dia ingin memastikan sesuatu yang sejak semalam mengganjal pikirannya.

“Sepertinya aku melewatkan sesuatu, dan apa yang aku lewatkan, mungkin itu bisa menjelaskan sebab dari wanita yang langsung bergairah saat melihatku, meskipun aku tidak menginginkan.” guman Liu Chen sambil membuka tiap lembaran Kitab Dewa Penakluk.

Membuka setiap lembar Kitab Dewa Penakluk, Liu Chen menemukan sebuah lembaran yang sepertinya belum dia baca. Di lembaran itu tertulis tentang peningkatan kualitas jurus. Saat seseorang yang mempelajari Kitab Dewa Penakluk menguasai tingkat di atasnya, maka kualitas jurus yang berada di tingkat yang sudah dia lewati, jurus itu akan mengalami peningkatan kualitas [kekuatannya meningkat].

Setelah membaca keseluruhan halaman itu, akhirnya Liu Chen mengerti apa yang menyebabkan wanita langsung bergairah saat melihatnya, meskipun dia tidak menginginkan wanita itu.

>> Disaat tingkat ketiga [Jurus Penakluk Alam] berhasil di pelajari, makan jurus di tingkat pertama dan kedua akan menjadi semakin kuat.
  • ‌Jurus Tingkat Pertama [Jurus Penakluk Binatang] : Hanya dengan melihat pengguna jurus ini, seluruh binatang akan bertekuk lutut di hadapan sang pengguna jurus.
  • ‌Jurus Tingkat Kedua [Jurus Penakluk Lawan Jenis] : Hanya dengan melihat wajah pengguna jurus ini, seluruh manusia yang berlainan jenis dengan pengguna jurus, seketika dia akan merasakan gairah dan terus ingin berdekatan dengan sang pengguna jurus.
>> Jurus Penakluk Lawan Jenis juga akan memberikan efek yang luar biasa setiap pengguna jurus selesai melakukan hubungan intim dengan lawan jenis. Wajah yang semakin tampan dan rupawan, serta kekuatan yang berlipat, itu akan di dapatkan pengguna Jurus Penakluk Lawan Jenis, begitu dia selesai melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya.

“Jurus yang aku pelajari ternyata begitu mengerikan, dan sepertinya aku harus membeli topeng untuk menutupi wajahku.” gumam Liu Chen setelah dia tahu apa yang harus segera dia lakukan.

Setelah menyimpan kembali Kitab Dewa Penakluk kedalam cincin penyimpanan, Liu Chen bergegas keluar dari gang, dan berjalan menuju pasar untuk membeli sebuah topeng.

Di sepanjang perjalanan menuju pasar, Liu Chen lebih banyak menunduk, dan cukup berhati-hati dalam menunjukkan wajahnya di hadapan seorang wanita. Tiba di sebuah kedai yang menjual beraneka ragam topeng, Liu Chen langsung membeli topeng berwarna putih dan seketika itu juga dia memakainya.

Melihat hari sudah siang, setelah membayar topeng yang dia beli, Liu Chen segera pergi kearah benteng selatan Kota Huang, karena dia ada janji dengan dua mantan pelayannya, Xian dan Luya.

Tidak butuh waktu lama untuk Liu Chen sampai ke tempat yang dia tuju, karena pasar di Kota Huang berada dekat dengan gerbang selatan. Liu Chen juga tidak mengalami kesulitan mencari dua wanita yang ingin dia temua, karena dua wanita itu sudah menyambutnya begitu dia sampai.

Xian dan Luya tidak mengalami kesulitan mengenali Liu Chen yang menggunakan topeng. Topeng hanya menutupi wajah, tidak dengan aura yang dikeluarkan Liu Chen. Karena itu Xian dan Luya bisa seketika mengenali Liu Chen dari aura yang di keluarkannya.

Mereka bertiga tidak saling menyapa. Memilih tempat yang sepi dan tidak banyak orang, itulah yang mereka lakukan saat ini, hingga akhirnya mereka menemukan sebuah taman yang kosong dan begitu sepi.

Mereka bertiga pun duduk di kursi taman yang terbuat dari kayu.

“Kapan kamu kembali ke Istana?.” tanya Xian memulai percakapan diantara mereka.

“Secepatnya aku akan kembali ke Istana, tapi sebelum itu aku akan sedikit memuaskan diri dengan membalas orang-orang yang dulu sering menghinaku.” jawab Liu Chen.

Xian dan Luya mereka saling pandang dan tersenyum, setelah yakin memiliki pemikiran yang sama. “Apa kami boleh ikut serta acara balas dendam kamu, Pangeran Liu Chen?.” tanya Luya.

“Ayolah izinkan kami ikut serta!.” kata Xian sambil menggelayut manja di lengan Liu Chen.

Liu Chen menghela nafas panjang melihat tingkah Xian dan Luya. Menolak keinginan mereka, tentu itu akan berakibat buruk baginya, karena Liu Chen sudah begitu mengetahui tabiat buruk kedua wanita itu, dan lagi dengan bantuan mereka, itu akan mempermudah balas dendam yang akan di lakukan Liu Chen.

“Baiklah, kalian boleh ikut, dan dengarkan rencana ku baik-baik!.” Liu Chen membisikkan semua rencananya pada Xian dan Luya, dia juga membagi tugas untuk mereka berdua.

“Malam ini rencana itu akan kita lakukan, dan kita buat kehebohan saat acara pengangkatan Putra Mahkota.” ungkap Liu Chen. “Bibi Xian, apa kamu masih memiliki pakaian pelayan Istana?.” tanya Liu Chen.

“Jangankan baju Istana, akses keluar masuk Istana saja aku masih memilikinya.” jawab Xian.

“Itu bagus. Lalu bibi Luya, tolong secepatnya bibi membeli pil yang tadi aku maksudkan!. Untuk wanita itu, biar aku yang mengurusnya.” kata Liu Chen dengan penuh keyakinan.

Xian dan Luya mengangguk mengerti, dan setelahnya mereka pergi lebih dulu meninggalkan Liu Chen. Baik Xian maupun Luya, mereka sudah sangat memahami tugas masing-masing, dan mereka sangat yakin rencana Liu Chen akan berjalan lancar. “Aku tidak sabar melihat ekspresi mereka nantinya.” kata Xian saat jalan berdua dengan Luya.

“Begitupun denganku. Rencana Pangeran Liu Chen memang terkesan licik dan begitu sederhana, tapi aku pastikan dampak dari rencana itu jika berhasil, uuuhhhh, pasti mereka akan menahan malu seumur hidup.” ungkap Luya sambil tertawa.

>>>>

Liu Chen yang sudah di tinggalkan Xian dan Luya, kini dia bersiap memulai rencananya. “Semoga dia terkejut dengan kedatanganku. Duan Luan, jangan menyesal karena telah mengkhianati ku.” gumam lirih Liu Chen dengan senyum menyeringai yang menghiasi bibirnya.

Dengan langkah pasti, Liu Chen menuju kediaman Menteri Duan Zong, Ayah dari Duan Luan, mantan tunangan Liu Chen yang saat mereka masih bertunangan, Duan Luan diam-diam menjali hubungan gelap dengan Liu Wuqiang. Liu Chen beberapa kali memergoki mereka saat bercumbu mesra di pinggiran danau yang ada di Istana, Liu Chen juga melihat betapa senangnya Duan Luan saat melihat gelar Pangerannya di cabut, dan dia usir dari Istana. “Padahal aku dulu begitu tulus menyayanginya, tapi balasannya begitu pahit dan menyakitkan.” batin Liu Chen saat dia sudah dapat melihat kediaman Menteri Duan Zong tak begitu jauh dari tempatnya berdiri.

Liu Chen tidak masuk secara baik-baik, artinya dia tidak masuk melalui gerbang utama, melainkan dia melompati pagar tembok samping kediaman Menteri Duan Zong.

Penjagaan kediaman para Menteri tidaklah seketat penjagaan Istana Kekaisaran, tetapi Liu Chen tetap hati-hati dan waspada dalam tiap langkahnya.

Sampai di dalam kediaman Menteri Duan Zong setelah melompati pagar tembok yang lumayan tinggi, Liu Chen dengan cepat menuju kearah bangunan kediaman Duan Luan. Liu Chen sudah begitu hafal seluk beluk kediaman Menteri Duan Zong, karena dulu dia sering bepergian ke kediaman ini.

Terlihat dua penjaga menjaga kediaman Duan Luan, tapi bukan Liu Chen jika tidak punya akal untuk menghindari dua penjaga itu, tanpa membuat kegaduhan.

Dengan gerakan yang begitu cepat, dan berhati-hati, Liu Chen berhasil mencapai bagian belakang kediaman Duan Luan. Ada sebuah pagar tembok yang mengelilingi kediaman Duan Luan, tapi penjagaan hanya berada di pintu masuk bagian depan.

Setelah melompati pagar tembok yang lebih pendek dari pagar tembok utama kediaman Menteri Duan Zong, kini Liu Chen begitu jelas melihat halaman belakan kediaman Duan Luan. Mengingat kebiasaan Duan Luan, Liu Chen tahu jika saat ini gadis itu pasti sedang sendirian menikmati suasana siang di taman yang ada di belakang kediamannya.

Tebakan Liu Chen benar, saat dia tiba di taman yang berada di belakang kediaman Duan Luan, dia melihat keberadan Duan Luan yang sedang sendirian menikmati suasana siang yang menenangkan. Tidak terlihat satupun pelayan di sekitar Duan Luan, dan itu membuat Liu Chen yakin jika tidak ada yang berubah dari kebiasaan gadis itu.

Dengan terlebih dahulu membuka topengnya, perlahan Liu Chen berjalan mendekati Duan Luan yang sedang duduk di gazebo yang ada di tengah-tengah taman.

Mendengar suara langkah kaki mendekat, Duan Luan merasa ketenangannya sedikit terusik dan dia menoleh untuk melihat siapa yang telah mengusik ketenangannya. Saat menoleh dan melihat siapa yang mengusiknya, mata Duan Luan melotot lebar begitu melihat sosok yang begitu mempesona muncul di hadapannya. “Siapa gerangan tuan muda ini, kenapa aku merasa tidak asing dengannya. Uhhh, ada apa dengan tubuhku, kenapa aku merasa bergairah hanya dengan menatap wajahnya?.” tanya Duan Luan dalam hati.

“Taman yang begitu indah, dengan seorang gadis yang semakin memperindah taman ini. Jika nona mengizinkan, bolehkan pria muda ini ikut menikmati keindahan yang sedang nona nikmati?.” tanya Liu Chen dengan senyum merekah menghiasi bibirnya.

“Tuan terlalu memuji, aku tidak seindah itu.” jawab Duan Luan dengan pipi bersemu merah. “Jika tuan memang berkenan, aku tidak bisa menolaknya. Taman ini bisa tuan miliki, begitupun denganku.” kata Duan Luan dengan senyuman genit yang di tunjukkan nya.

“Kena kamu.” batin Liu Chen sambil tersenyum.

Liu Chen duduk di samping Duan Luan. Dari posisi duduknya, Liu Chen dapat melihat rona merah di wajah Duan Luan, dan dia juga bisa merasakan jika gadis di sampingnya sedang gelisah.

Melirik hanfu [pakaian] putih polos Duan Luan yang sedikit basah karena keringat, Liu Chen pun merasakan gairah tersendiri. Apalagi dengan lekuk tubuh Duan Luan yang tak kalah dengan lekukan tubuh Lin Hua. Pemandangan di depan matanya seolah memancing Liu Chen untuk segera menikmati pemandangan itu.

“Tu-tuan, a-apa aku boleh aku tahu, siapa tuan sebenarnya? Dan kenapa tuan bisa ada di kediamanku?.” dengan suara sedikit bergetar, Duan Luan mulai bertanya kepada Liu Chen.

“Apa nona benar-benar ingin tahu siapa diriku?.” tanya balik Liu Chen.

“Jika tuan berkenan memberitahunya, aku pasti akan senang.” jawab Duan Luan.

Liu Chen tersenyum dalam hatinya, melihat Duan Luan sudah masuk dalam permainannya.

Liu Chen tidak menjawab apa yang barusan di tanyakan Duan Luan, dia justru memilih mendekat dan merapatkan tubuhnya kearah Duan Luan. “Nona lebih memilih tubuhku atau namaku?.” bisik Liu Chen ke telinga Duan Luan.

Tubuh Duan Luan seketika bergetar mendengar bisikan Liu Chen. Bisikan itu bagai sihir yang mempengaruhi jiwa raganya. “Aku tidak mengerti dengan tubuhku, aku benar-benar tidak berdaya dengan rasa ini. Oouuhhhhh, aku menginginkan tubuhnya.” batin Duan Luan sambil menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan birahinya yang semakin memuncak.

Duan Luan menatap wajah Liu Chen, menunjukkan wajah merahnya yang menandakan gejolak birahinya sudah tak lagi bisa di tahan. “Tubuh tuan lebih berharga dari sekedar nama, aku menginginkan tubuh tuan.” tanpa rasa malu Duan Luan menyentuh dan meraba dada bidang Liu Chen.

“Apa nona benar-benar menginginkan tubuh ini?.” tanya Liu Chen.

Duan Luan mengangguk. “Aku menginginkannya, sangat sangat menginginkannya. Tuan, ambillah tubuhku sebagai bayaran tubuh tuan.” jawab Duan Luan dengan senyuman menggoda yang mulai dia keluarkan.

“Sekali wanita jalang, tetaplah menjadi jalang.” batin Liu Chen.

Tanpa bertanya dan meminta persetujuan Duan Luan, Liu Chen begitu saja membopong tubuh Duan Luan menuju kamar milik Duan Luan. Sempat Liu Chen melihat keberadaan seorang pelayan, tapi karena gerakan cepatnya, pelayan itu sama sekali tidak menyadari Liu Chen yang saat ini sudah di dalam kamar Duan Luan.

Di rebahkannya tubuh Duan Luan di atas ranjang dengan begitu lembut. “Kenapa nona cuma diam? Apa nona menyesal telah menyerahkan tubuh indah nona padsku?.” tanya Liu Chen dengan menggerakkan kepalanya mendekat kearah Duan Luan.

Duan Luan menggelengkan kepalanya. “Ehm, aku tidak menyesal, aku justru sedang membayangkan tubuh ini di jamah tangan tuan.” balas Duan Luan dengan cara berbisik.

Duan Luan sengaja membisikkan kata-kata itu, supaya Liu Chen cepat menyentuh dan menjamah tubuhnya. Sedangkan Liu Chen yang mendengar bisikan itu, seketika dia merasa merinding, karena Duan Luan terlihat lebih agresif dari perkiraannya.

“Ughh.” desah lirih Liu Chen saat Duan Luan menjilat telinganya.

Liu Chen bisa dikatakan sangat sensitif dengan bagian telinganya. Hanya dengan sedikit jilatan di telinganya, itu sudah cukup untuk membangkitkan nafsu birahinya.

Mata Liu Chen refleks melihat kearah Duan Luan yang mulai mencium bibirnya. Bibir mungil dan seksi Duan Luan terlihat melumat bibir Liu Chen dengan begitu agresif.

“Ehhhmm ehhmmm.” bunyi ciuman Duan Luan yang semakin agresif.

Dihisapnya bibir Liu Chen, bahkan tanpa rasa jijik, lidah Duan Luan menari-nari di rongga mulut Liu Chen, mencari lidah Liu Chen yang secara insting mulai ikut menari bergumul dengan lidah Duan Lian.

Liu Chen yang sudah mulai terbiasa dengan yang namanya ciuman, dia pun membalas ciuman Duan Luan. Di hisapnya lidah Duan Luan dan di lumatnya dengan liar bibir Duan Luan.

Sebenarnya posisi mereka kuranglah nyaman. [Duan Luan duduk diatas ranjang, sedangkan Liu Chen berdiri dengan posisi membungkuk]. Meski begitu, mereka terus berciuman dengan begitu liar dan panas.

Diam-diam Liu Chen menyukai cara Duan Luan menciumnya. Lumatan bibirnya, dan kelincahan lidahnya memainkan peran, membuat Liu Chen yakin jika Duan Luan sudah sering melakukan itu.

Liu Chen menikmati ciumannya dengan Duan Luan yang masih begitu tenang mencium, melumat, serta mencumbu mesra bibirnya. Meski Liu Chen membalas, ciumannya bukan tandingan Duan Luan yang sudah begitu berpengalaman.

Dengan mata tak terpejam, Liu Chen dapat melihat wajah merona merah Duan Luan, dan ekspresi wajah wanita itu yang terlihat begitu menikmati ciumannya.

Karena kesulitan mengatur nafas, Liu Chen memilih menyudahi ciumannya, dan dia mulai mengatur nafasnya yang sedikit memburu.

Belum juga bernafas dengan lega, Duan Luan secara tiba-tiba menarik Liu Chen dan membaringkannya di ranjang tepat di sampingnya. Melihat Liu Chen sudah jatuh terlentang di atas ranjangnya, Duan Luan dengan cepat menindih tubuh Liu Chen, setelahnya kembali Duan Luan mencumbu Liu Chen yang kini berada dibawah tubuhnya.

Begitu liar dan semakin berani, Duan Luan kembali mencium bibir Liu Chen. Melumat, menyedot bibir Liu Chen, Duan Lian benar-benar membuat Liu Chen kewalahan. “Aku yang ingin menjebaknya, tapi kini aku justru yang masuk dalam jebakan birahinya yang begitu liar.” batin Liu Chen.

Puas dengan bibir Liu Chen, Duan Luan mengalihkan ciumannya kembali ke telinga Liu Chen. Tangan Duan Luan juga tidak tinggal diam, dengan tangan kanan dia meraba dada Liu Chen, sedangkan tangan kirinya memainkan rambut panjang Liu Chen.

Liu Chen hanya bisa diam, menikmati apa yang Duan Luan lakukan padanya. Mau membalas pun dia tidak akan mampu, karema Duan Luan benar-benar sebuah kenikmatan tersendiri saat di atas ranjang. Bahkan Xia Fei dan Lin Hua tidak sebanding dengan cara Duan Luan memberikan kenikmatan.

Perlahan Liu Chen merasakan gerakan bagian bawah tubuh Duan Luan. Gerakan Duan Luan yang begitu perlahan, membuat penis Liu Chen bergesekkan dengan bagian selangkangan Duan Luan yang masih sama-sama terhalang pakaian. Semakin lama, gesekan itu membuat penis Liu Chen semakin mengeras dan membesar, dan terasa denyutan nikmat mulai menjalar di sekujur tubuh Liu Chen.

“Apa tuan menikmatinya?.” bisik Duan Luan.

“Itu sungguh nikmat, tapi apa nona juga merasakannya?.” tanya Liu Chen yang ingin tahu apa yang di rasakan Duan Luan.

Duan Luan mengangguk. “Itu sangat nikmat, bahkan aku ingin segers membuat mereka saling menyatu.” jawab Duan Luan.

Setelah obrolan singkat, Liu Chen kembali hanya bisa mengikuti permainan Duan Luan. Sebenarnya Liu Chen sudah ingin menelanjangi Duan Luan yang masih menindih tubuhnya. Saling gesek memang enak, tapi tentu jauh lebih enak bercinta secara langsung, itulah yang saat ini ada di pikiran Liu Chen.

Bergerak duduk dari posisi berbaring, Liu Chen mulai membuka hanfu yang di kenakan Duan Luan, sekalian dia membuka kain yang menutupi bagian dada Duan Luan, dan terlihatlah payudara besar Duan Luan yang sudah tak tertutupi.

Payudara Duan Luan yang begitu menggoda langsung di sambut oleh mulut Liu Chen. Di hisapnya puting sebelah kiri, dan di remasnya payudara kanan Duan Luan dengan begitu kuat oleh Liu Chen.

Di dorongnya kepala Liu Chen oleh Duan Luan saat dirinya belum puas menikmati payudara besar yang begitu menggoda. Melihat Liu Chen yang memasang ekspresi kecewa, Duan Luan mengarahkan senyum tergenitnya untuk menghilangkan rasa kecewa Liu Chen.

Dua Lian yang duduk di pangkuan Liu Chen, kini giliran dia yang menelanjangi Liu Chen. Di bukanya hanfu Liu Chen, dan dia membalas Liu Chen dengan menciumi dadanya. Dengan bibir dan lidah bermain di permukaan dada Liu Chen, kedua tangan Duan Luan mencoba menyingkirkan penutup yang menutupi bagian selangkangan Liu Chen. Begitu penutup itu terlepas, keluarlah penis Liu Chen yang begitu gagah dengan ukuran yang membuat tubuh Duan Luan bergetar.

Di genggamnya penis Liu Chen menggunakan tangannya yang begitu halus, Duan Luan mulai meremas dan mengocok batang penis Liu Chen. Di pijat-pijatnya penis Liu Chen naik turun secara perlahan, dan kadang Duan Luan memainkan jari telunjuknya di lubang kencing Liu Chen.

“Oouhhmmm.” desah Liu Chen yang merasakan betapa nikmat sentuhan Duan Luan.

Di angkatnya tubuh Duan Lian oleh Liu Chen hingga posisi Duan Luan kini memunggunginya, dan setelah itu Liu Chen kembali membaringkan tubuhnya.

Mengerti maksud Liu Chen, Duan Luan segera melepas penutup bagian selangkangannya, dan dia memposisikan selangkangannya di depan wajah Liu Chen.

Dengan posisi terbalik [69] Liu Chen bisa melihat dengan jelas vagina polos tanpa bulu milik Duan Luan, yang benar-benar sudah basah.

Bau harum vagina Duan Luan membuat birahi Liu Chen semakin memuncak. Di koreknya lubang vagina Duan Luan dengan lidahnya, dan mulailah Liu Chen menjilati lubang kenikmatan Duan Luan yang sudah begitu basah.

Duan Luan yang tak ingin kalah, dia juga mulai mengulum penis Liu Chen dengan begitu liar. Kepalanya bergerak naik turun, dengan lidah bergerak menjilati seluruh bagian penis Liu Chen. Kuluman mulut Duan Luan terlihat begitu luar biasa. Tangan dan mulut Duan Luan mampu bekerjasama dengan baik, hingga Liu Chen merasakan nikmat di tiap gerakan yang di lakukan Duan Luan.

Kunci dari bercinta adalah ketenangan, setelah menyadari itu, Liu Chen bisa dengan santai menikmati kuluman Duan Luan. Dengan rasa tenang yang membuat santai, pertahanan Liu Chen pun semakin kuat dan sulit jebol. Berbeda dengan Duan Luan yang tidak kuat menahan permainan lidah Liu Chen.

Vagina Duan Luan semakin basah, dan akhirnya dia mendapatkan orgasme pertamanya. Cairan yang begitu banyak keluar dari lubang vagin Duan Luan, bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang beberapa saat, ketika dia menikmati detik-detik orgasmenya. Penis Liu Chen pun sampai lepas dari kuluman nya, karena dahsyatnya orgasme yang dirasakan Duan Luan.

“Aaagghhhhh, tu tuan luar biasa, permainan tuan begitu nikmat.” puji Duan Luan.

Liu Chen tersenyum puas dengan pujian Duan Luan, tapi dia belum memuaskan nafsunya. Kembali di rangsangnya tubuh Duan Luan, tapi kali ini Liu Chen sudah berada di atas tubuh Duan Luan dan menindihnya. Di peluknya tubuh Duan Luan menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya terus merangsang vagina Duan Luan, dan mulailah Liu Chen mencumbu mesra bibir Duan Lian, seorang gadis yang dulu merupakan tunangannya.


SEDIKIT MULUSTRASI DUAN LUAN

“Tuan, berikan aku kenikmatan lagi dan lagi, tubuh ini seutuhnya milik tuan.” ungkap Duan Luan.

Setelah sejenak ciumannya terlepas saat Duan Luan barus berkata, Liu Chen kembali mencium Duan Luan. Kali ini bukan hanya bibir, melainkan seluruh tubuh Duan Luan menjadi sasaran ciuman dan jilatan lidah Liu Chen. Mulai dari wajah, telinga, leher, punggung, payudara, perut, paha, bahkan kaki Duan Luan semua mendapat jatah ciuman dan jilatan Liu Chen. Hasil dari permainan bibir dan lidah Liu Chen, membuat tubuh Duan Luan mulai menggeliat, menandakan birahinya mulai naik kembali.

Liu Chen terlihat begitu sabar saat memberikan rangsangan pada Duan Luan. Setelah gerilya bibir dan lidah yang barusan di lakukan, Liu Chen tahu jika area perut dan vagina Duan Luan merupakan titik lemah gadis itu. Mengetahui itu, Liu Chen memfokuskan merangsang tubuh Duan Luan di dua titik itu.

Merasakan sentuhan di vaginanya, secara refleks Duan Luan membuka lebar kakinya. Vagina Duan Luan yang berwarna merah, dan tanpa bulu kemaluan, membuat begitu segar saat Liu Chen melihatnya. Liu Chen cukup lama menatap lubang sejuta kenikmatan milik Duan Luan, sambil dia mengutuk orang pertama yang menikmati lubang itu. “Liu Wuqiang, aku pastikan kamu akan menyesal dengan apa yang dulu kamu lakukan padaku, ini juga termasuk untukmu, Duan Luan.” batin Liu Chen dengan senyuman sinis yang menghiasi bibirnya.

“Tuan, jangan terus di lihat, aku malu!.” rajuk Duan Luan, tapi itu hanya di mulut saja. Sebenarnya dia justru senang saat vaginanya di amati Liu Chen.

“Sungguh sempurna, tapi sayang, aku bukan yang pertama mencicipi kesempurnaan ini.” komentar Liu Chen dengan suara begitu lirih.

“Aku memang bukan yang pertama, tapi aku tetap akan menikmatinya.” batin Liu Chen.

“Apa yang tuan tunggu? Cepat tuan masukkan punya tuan.” ungkap Duan Luan yang tak tahan dengan birahinya.

Liu Chen pun mulai memasukkan penisnya ke lubang vagina Duan Luan secara perlahan. Setiap inci penis Liu Chen mulai memasuki lubang vagina Duan Luan yang terasa begitu basah, dan “Bless.” seluruh penis Liu Chen tertelan sepenuhnya kedalam lubang vagina Duan Luan.

Tanpa memberi jeda, Liu Chen mulai menggerakkan pinggulnya, menikmati setiap gesekan yang terjadi antara penisnya dengan lubanh vagina Duan Luan yang begitu sempit. Duan Luan dengan terampil, dia terus mengimbangi gerakan Liu Chen. Tubuh mereka bergerak selaras, menyatu seirama.

Percintaan mereka terlihat begitu serasi, panas, dan begitu penuh kenikmatan. Sesekali terdengar desahan Duan Luan saat Liu Chen menghentakkan penisnya kedalam lubang vaginanya.

“Ouughhh Aaaghhh, ya te terus, tu tuan, ini luar biasa, Oougghh, yaahh, Aaagghhh.” desah Duan Luan.

Berbagai kata terlontar dari mulut Duan Luan yang sedang memacu birahi. “Tu tuan.. luahhluar biasa, aaahhhh, si Li Liu Wuqiiiaaangghhh tidaakk se luaarrbiasa tuaan, aaahhhh.”

Mendengar nama Liu Wuqiang, membuat Liu Chen semakin kuat memacu birahinya, memburu sebuah kenikmatan dan pembuktian. “Liu Wuqiang bukan apa-apa, akan aku bikin kami pingsan.” batin Liu Chen.

Bosan dengan posisi standard, Liu Chen meminta ganti posisi. Kini Duan Luan berada di pangkuan Liu Chen yang sedang terduduk. Liu Chen merasakan rasa ngilu saat Duan Luan mulai menduduki penisnya dan memasukkannya ke lubang vaginanya yang begitu sempit. “Sekecil apa punya Liu Wuqiang, kenapa lubang Duan Luan masih begitu sempit?.” batin Liu Chen.

“Tuan, aku punya sesuatu yang sepertinya akan tuan sukai, apa tuan menginginkannya?.” tanya Duan Luan.

“Tentu.” jawab singkat Liu Chen.

Tiba-tiba saja Liu Chen merasakan vagina Duan Luan menjepit penisnya begitu erat. “Aaarrgghhh.” desah Liu Chen yang merasakan sesuatu yang begitu nikmat di penisnya.

Vagina Duan Luan terasa terus membesar dan menyempit, menjepit dan melepas penis Liu Chen yang ada di dalamnya. Liu Chen terasa seperti melayang di langit saat rasa nikmat itu dia rasakan, bersamaan dengan itu Liu Chen juga merasa dia akan segera sampai ke puncak kenikmatan.

Peluh kenikmatan semakin membasahi tubuh Liu Chen. Begit juga dengan Duan Luan yang tubuhnya mulai bergetar menahan kenikmatan dari percintaannya dengan Liu Chen.

Tak lama kemudian, Liu Chen merasakan gelombang orgasme yang semakin dekat, tapi dia terus berusaha untuk menahannya.

Dia kembali mengganti posisi, menyuruh Duan Luan menungging di hadapannya [doggy style]. Sejenak Liu Chen mengagumi pantat besar dan seksi milik Duan Luan sebelum akhirnya dia kembali memasukkan penisnya kedalam lubang vagina Duan Luan.

Di hujamkan penis itu dengan begitu kasar, dan dengan cepat dan kuat Liu Chen menyodok-nyodokkan penisnya di dalam lubang vagina Duan Luan.

“Aaagghhh Aaagghhh.” desahan saling bersautan keluar dari mulut Liu Chen dan Duan Luan.

“Pllookk Pllookk Pllookk Pllookk.” suara benturan antara tubuh Liu Chen dengan pantat Duan Luan semakin terdengar nyaring saat Liu Chen semakin mempercepat dan memperkuat gerakannya.

Wajah cantik Duan Luan terlihat semakin memerah, menunjukkan nafsu birahi besar yang sebentar lagi akan mencapai puncaknya. “Tu tuaannn, aahhhhh le lebihhh cepaattt aahhh....” pinta Duan Luan.

Liu Chen pun bergerak semakin cepat, kuat dan liar menghujamkan penisnya kedalam lubang vagina Duan Luan.

Desahan, erangan, dan lenguhan semakin membuat berisik kamar Duan Luan. Liu Chen semakin terpacu dengan suara yang terdengar di telinganya. Gerakan pinggulnya benar-benar liar mengguncang tubuh Duan Luan, sampai akhirnya dia merasakan kenikmatan yang sudah berada di ujung penisnya, begitu juga dengan Duan Luan yang tinggal menunggu sedikit sodokan penis Liu Chen untuk meledakkan orgasme keduanya.

“Iyaaaa tuaaann aahhh yaahh terusssssaaahhh.” teriak Duan Luan.

Liu Chen bertahan mati-matian agar dia tidak sampai lebih dulu. Seluruh otot tubuhnya menegang, menahan puncak kenikmatannya. Tapi semua sudah terlambat, pertahanan Liu Chen jebol dan....

“Crooott Crooott Crooott Crooott..” semburan sperma yang begitu banyak keluar membanjiri rahim Duan Luan.

Bersamaan dengan jebolnya pertahanan Liu Chen, tiba-tiba tubuh Duan Luan menegang dan bergetar sangat kuat. Tangan Duan Luan pun meremas sprei dan mulutnya terbuka mengeluarkan jeritan panjang...

“Aaaaaaaaaarrrrrgghhhh....” Duan Luan mendapatkan orgasme keduanya, bersamaan dengan jebolnya pertahanan Liu Chen.

Selesai bergetar dan menegang, tubuh Duan Luan jatuh begitu saja dan sedikitpun tidak bergerak, dengan vagina masih tersumpal penis Liu Chen.

Cairan cinta Duan Luan bercampur jadi satu dengan cairan sperma Liu Chen. Saking banyaknya cairan yang mereka keluarkan, saat Liu Chen mencabut penisnya, dari lubang vagina Duan Luan mengalir keluar cairan putih bening kental, yang merupakan cairan hasil percintaan Liu Chen dan Duan Luan.

Liu Chen tersenyum melihat Duan Luan yang jatuh pingsan setelah mengalami orgasme. “Lihat, segitu saja kamu sudah pingsan. Wanita lemah memang pantas menjadi pendamping pria yang lemah juga.” hinaan Liu Chen sambil menampar kuat pantat mulus Duan Luan, sampai pantat mulus itu berwarna merah.

Meninggalkan tubuh telanjang Duan Luan, Liu Chen segera mengambil pakaiannya dan kembali memakainya.

Sambil menunggu seseorang yang sebentar lagi akan datang, Liu Chen duduk santai di pinggir ranjang, setelah barusan dia menyelimuti tubuh Duan Luan. “Hah, aku memang bukan orang kejam, aku masih punya sedikit belas kasihan.” gumam Liu Chen saat menyelimuti tubuh Liu Chen.

Karena tadi sedang memburu kenikmatan bersama Duan Luan, sampai sekarang Liu Chen menurunkan kewaspadaan, bahkan dia tidak menyadari sepasang mata yang tadi melihatnya saat sedang bersetubuh dengan Duan Luan.

Liu Chen sadar jika dia kurang waspada saat ada seseorang yang mengetuk jendela. “Kenapa aku begitu ceroboh.” batin Liu Chen, sebelum dia melihat siapa yang mengetuk jendela.

“Apa sudah selesai?.” tanya seorang wanita yang barusan mengeruk jendela.

“Bibi Luya tenang saja, semua sudah selesai. Apa bibi membawa pil nya?.” tanya Liu Chen pada Luya, wanita yang barusan mengetuk jendela.

Luya pun memberikan sebuah bungkusan pada Liu Chen. “Tidak lama lagi pangeran bodoh itu pasti ke sini, dan kita mulai permainannya.” batin Liu Chen yang melihat bungkusan di tangannya.

Luya langsung pergi begitu dia menyelesaikan tugas dari Liu Chen. “Apa aku menginginkannya?.” tanya Luya dalam hati saat merasa jantungnya berdetak begitu cepat saat mengingat apa yang tadi dia lihat.

Kembali mendekati Duan Luan, Liu Chen membangunkan wanita itu, dan hanya dengan sedikit sentuhan lembut di payudaranya, Duan Luan akhirnya tersadar, dan dia tersenyum saat melihat wajah Liu Chen yang begitu dekat dengannya.

“Bangun, dan segeralah membersihkan diri.” kata Liu Chen sambil mengecup bibir Duan Luan.

Cukup dengan satu kecupan, Duan Luan merasa tubuhnya kembali bugar, dan sebelum memanggil pelayan untuk menyiapkan air untuknya membersihkan diri, Duan Luan terlebih dahulu memakai pakaiannya yang tadi berserakan.

“Nona, jika nanti Liu Wuqiang datang, taruh pil ini secara diam-diam di dalam minuman kalian!.” Liu Chen memberikan bungkusan pemberian Luya yang berisi dua buah pil [obat perangsang].

Berkat Jurus Penakluk Lawan Jenis, Liu Chen bisa leluasa menyuruh Duan Luan melakukan apapun yang dia inginkan.

Duan Luan mengangguk mengerti. “Kalau begitu, aku pergi dulu nona.” Liu Chen meraih tangan kanan Duan Luan dan mencium punggung tangannya.

Hanya butuh satu tarikan nafas untuk Liu Chen meninggalkan kamar Duan Luan setelah dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi Liu Chen juga mendapatkan batunya, penisnya masih terasa ngilu akibat permainan Duan Luan.
 
Terima kasih
Trims update_nyahh....
:mantap: :mantap::mantap:
Makasi apdetnya suhu, semoga lancar RL dan sehat selalu
Makasih updatenya om @GGST
Hatur nuhun sifu

:semangat:
makasih updatenya @GGST
Matur tangkuyy updatenya

:beer:
Terimah kasih updatenya suhu
Makasih update chapter 5 nya yah hu
Makasih balik untuk semua.

Duan luan dibikin lemes
Uughh......
:mantap:

Anjay ada pil perangsang yah di jaman itu :nenen: menanti kabar selanjutnya
Di adain aja om, biar seru.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd