Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

1. Rumah Kami Surga Kami 2. Petualangan Hot 3. Langkah Langkah Jalang (TAMAT)

Bagian 12



D
i lantai dasar villa, ada bangunan yang terpisah dari bangunan utama. Bangunan itu adalah dapur yang ditata secara modern, tak ubahnya kitchen di hotel - hotel five star.

Istri Mang Suta bernama Pipih itu sudah terbiasa bekerja di dapur villaku yang peralatannya serba kekinian itu.

Sebenarnya Mang Suta dan istrinya bukan PRTku. Mereka sekadar ingin memperlihatkan tanda terima kasihnya, karena aku membeli kebun buah - buahan punya orang tua Mang Suta. Padahal kebun seluas 1,5 hektar itu sudah ditawar - tawarkan ke mana -mana, tapi tiada yang mau membelinya juga. Sementara aku mau membelinya atas dasar agar Mang Suta mau ikut merawat villa dan tanaman hias di sekelilingnya. Begitu juga kebun buah - buahan yang sudah kubeli kitu, kutugaskan kepada Mang Suta untuk tetap merawatnya, meski kebun itu bukan milik orang tuanya lagi. Sementara Bi Pipih kutugaskan untuk merawat bagian dalam villaku. Tapi kadang - kadang bekerja di dapur pun Bi Pipih mau.

Tentu saja aku tak mau dibantu dengan tenaga gratis. Tiap tanggal muda, aku selalu memberi uang buat Mang Suta dan istrinya. Yang selalu mereka sambut dengan sorot wajah ceria. Maklum di daerah sekitar villa itu masih sulit mencari duit. Maka masyarakat di sekitar villa itu kebanyakan berdagang di kota - kota besar.

Sebenarnya aku menyebut “Bi” atau “Bibi” kepada wanita muda bernama Pipih itu, hanya karena suaminya yang usianya sudah kepala 4. Padahal setahuku Bi Pipih itu jauh lebih muda dariku. Mungkin 20 tahun pun belum usia istri Mang Suta itu.

Dalam soal mencari calon bini, aku salut juga kepada Mang Suta. Karena dalam keadaan menduda dengan anak 2 orang, Mang Suta berhasil mempersunting Bi Pipih yang waktu dinikahi masih berusia belasan tahun. Cantik dan berkulit putih bersih pula Bi Pipih itu. Padahal di daerah tempat tinggal mereka, sulit sekali mencari cewek yang seputih dan semulus Bi Pipih itu.

Dan siang itu, sehabis “kenyang” menyetubuhi Tante Kirana di kamar lantai 3, aku turun ke bawah. Ke dapur yang sudah ditata tak kalah dengan kitchen hotel - hotel bintang lima itu. Karena tadi aku meminta Bi Pipih memasak nasi dan menggoreng ketiga ekor ayam kampung itu.

Ternyata Bi Pipih masih sibuk masak di dapur dengan mengenakan daster berwarna kuning gading polos yang tipis. Sadarkah dia bahwa daster yang dikenakannya itu terlalu tipis, sehingga samar - samar aku bisa melihat bentuk tubuhnya yang agak montok di balik daster itu.

Padahal aku baru saja selesai menyetubuhi Tante Kinanti, yang kini tertidur di kamar sudut lantai 3 itu. Lalu kenapa diam - diam si jhoni jadi terbangun di balik celana denimku ?

Bi Pipih belum sadar bahwa aku sedang memperhatikan dari belakangnya. Tak juga sadar ketika aku melangkah perlahan - lahan mendekatinya. Lalu secepat kilat aku memeluknya sambil berkata perlahan, “Hai Bi Pipih ... apa kabar ?”

“Waaaw ... ! “ Bi Pipih terkejut lalu menoleh ke belakang, “Den Sam ... duuuh ... bikin saya kaget ... kirain siapa ... “ cetusnya.

Sementara aku tetap memeluknya dari belakang. Dan berkata setengah berbisik, “Bi Pipih nyadar nggak kalau Bibi ini cantik ?”

“Alaaah ... cantik apa Den ? Saya kan cuma orang kampung. ”

“Ayam kampung juga malah lebih enak daripada ayam kota kan ? Sebenarnya aku udah lama lho merhatiin Bi Pipih, “ kataku sambilmenarik bagian depan dasternya sedikit demi sedikit. Dan ... tanganku langsung menyelundup ke balik celana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya yang ternyata berjembut lebat sekali.

“Den ... !” cuma itu yang terlontar dari mulut Bi Pipih. Padahal aku sudah menemukan celah di balik jembut tebalnya. Celah yang licin dan mulai membasah setelah dicolek - colek oleh jari tengahku.

“Den ... duuuh Deeen .... “ rintih Bi Pipih, sementara tuibuhnya tetap terpaku dalam pelukanku, tenpa meronta sedikit pun.

“Kenapa Bi ? Gak seneng kalau aku suka sama Bibi ?” tanyaku setengah berbisik.

“Bukan gitu Den ... saya takut gak kuat nahan nafsu... “ sahutnya nyaris tak terdengar.

“Ya udah kita main aja di lantai dua yok. “

“Jangan Den. Mang Suta sebentar lagi juga mau ke sini. “

“Ohya ... terus gimana dong caranya supaya aku bisa mencurahkan rasa sukaku pada Bi Pipih ?”

“Hari Rabu aja Den Sam datang ke sini. “

“Kenapa harus Rabu ?”

“Pada hari itu pagi - pagi sekali Mang Suta mau ke Sukabumi. Mungkin bakal semingguan dia di sana. “

“Ohya ? Jadi nanti aku boleh nyobain yang sedang kupegang ini. “

“Boleh tapi hari Rabu aja Den. Datangnya agak siangan, supaya Mang Suta benar -benar sudah berangkat ke Sukabumi. Lagian sekarang sih badan saya kotor dan penuh keringat gini. Hari Rabu kan saya bisa mandi dulu sebersih mungkin. “

“Sekalian jembutnya dicukur habis ya Bi. Biar enak menjilatinya. “

“Iiih ... emangnya Den Sam mau jilatin memek saya ?”

“Mau. Asalkan jembutnya habisin dulu. Biar jangan ada yang nyangkut di gigiku. “

“Iiiih Den ... dengernya aja saya merinding nih. “

“Ya udah kalau gitu, sekarang kan hari Minggu. Berarti tiga hari lagi hari Rabu ya. AKu bakal datang ke sini menjelang sore. Janji ya ... Bi Pipih bakal ngasih memeknya buatku hari Rabu. “

“Iya Den. Nanti saya kasih sepuasnya Den Sam. “

“Asyik ... baru dengarnya aja si dede udah ngaceng nih. Tapi jangan lupa, jembutnya cukur habis dulu nanti ya. “

“Iya Den. “

Lalu kukeluarkan beberapa lembar duit merah dari dompetku. Yang lalu kuselipkan ke dalam beha di balik daster Bi Pipih. “Buat beli baju baru, “ bisikku.

“Terima kasih Den Sam. Ohya ... ini ayam goreng sama sayur lodehnya mau diapain Den ?”

“Simpan di meja aja, lalu tutup dengan tudung saji. Aku sedang kedatangan tamu. Adik almarhum ibuku, “ sahutku, “Nasinya sih biarkan aja di dalam magic com. Biar tetap panas. “

“Iya Den. “

“Sampai ketemu lagi hari Rabu ya Bi. “

“Iya Den, “ sahut Bi Pipih sambil tersipu malu - malu.

Hmmm ... perjalanan hidupku terasa berwarna - warni. Namun inilah aku, si Sammy yang masa kecilku kurang bahagia karena ditinggal oleh ibu yang melahirkanku ke dunia ini. Namun setelah dewasa aku merasa happy - happy aja. Terutama berkat bermunculannya perempuan - perempuan tercinta.

Kemudian aku melangkah ke lantai tiga lagi. Masuk ke kamar yang di sudut lagi.

Tante Kinanti masih tertidur, dalam keadaan masih telanjang bulat.

Lalu kubayangkan bahwa tubuh telanjang itu adalah tubuh Bi Pipih yang sama - sama putih. Sama - sama berjembut tebal pula. Cuma bedanya jembut Bi Pipih menutup seluruh permukaan kemaluannya, sementara jembut Tante Kinanti berkumpul di atas kemaluannya saja.

Ketika aku naik ke atas bed, Tante Kinanti terbangun dan berkata, “Tante harus pulang hari ini Sam. “

“Lho kenapa buru - buru amat ?” tanyaku dengan perasaan berat melepaskan tanteku yang seolah kekasih tercintaku itu.

“Barusan Lia nelepon. Dia sakit katanya. Tante kasihan dia sendirian di rumah, dalam keadaan sakit pula. “

“Sakit apa ?”

“Gak tau. Belum ke dokter. Dia cuma bilang demam. “

“Kalau gitu makan dulu deh. Di bawah ada goreng ayam kampung dan sayur lodeh. “

Tante Kinanti mengangguk. Lalu bangkit dan mengenakan kimononya.

Ketika kami tiba di dapur yang sekaligus ruang makan, Bi Pipih sudah tidak ada. Sementara makanan yang dimasaknya sudah terhidang di meja makan, ditutup oleh tudung saji.

Setelah makan bersama, kami pun pulang ke hotelku. Lalu kuantarkan Tante Kinanti sampai terminal travel.

Lebih dari sejam kami menunggu keberangkatan mobil travel yang akan membawa Tante Kinanti pulang ke Cirebon. Tentu saja aku sudah mentransfer uang secukupnya ke nomor rekening tanteku.

Sebelum Tante Kinanti masuk ke dalam mobil travel, aku masih sempat berkata padanya, “Nanti kalau supermarket itu akan grand opening, aku akan ngasih tau tante lewat hape. Supaya Lia cepat datang dan siap - siap untuk mulai bekerja. “

“Ya, “ Tante Kinanti mengangguk, “nanti tante antarkan dia ke sini. “

“Sekalian pindah juga boleh. Rumah kan sudah ada. Nanti disiapkan perabotannya sampai lengkap. Pokoknya Tante tinggal masuk aja ke rumah itu. “

“Iya. Terima kasih ya Sayang. Tante memang sudah ingin meninggalkan Cirebon dengan segala kenangan pahitnya. “

Lalu kami cipika cipiki sebelum Tante Kinanti naik ke mobil travel yang sudah menunggunya.

Setelah mobil itu berangkat, aku pun pulang ke hotelku. Dan tidur sore di bedroom pribadiku.

Aku yakin bahwa Tante Kinanti sudah menjadi milikku, yang bisa “dipakai” kapan pun aku inginkan.

Namun kenapa bayang - bayang wajah Bi Pipih yang cantik itu menggoda ingatanku terus ?

Soalnya dia seolah mutiara di dalam lumpur. Tidak berlebihan kalau aku menilai wajahnya sangat mirip Anna Rose, pornstar dari Czech itu. Matanya sayu dengan penampilan innocent. Tubuhnya tinggi semampai, dengan kulit putih bersih. Di pedesaan, sangat sulit mendapatkan cewek yang bentuknya seperti Bi Pipih itu.

Hebat juga Mang Suta, bisa memiliki istri yang begitu cemerlangnya. Apakah ada “sesuatu” yang menyebabkan Bi Pipih bersedia dijadikan istrinya ?

Entahlah. Yang jelas, Bi Pipih itu masih sangat muda. Bahkan jauh lebih muda dariku. Apalagi kalau dibandingkan dengan Mang Suta yang usianya sudah kepala 4 itu.

Mang Suta bukan orang miskin. Sawah dan kebunnya pun luas. Tapi mendapatkan istri secantik Bi Pipih, adalah pencapaian yang patut diacungi jempol.

Lalu ... menunggu datangnyha hari Rabu yang dijanjikan, terasa lama sekali.

Bahkan pada hari Selasa aku menerima WA yang mengejutkan. WA dari Bu Emi, mantan dosenku itu. Isinya :

-Sammy Sayang ... apa kabar ? Semoga Sam sehat - sehat aja ya.

Sebenarnya ada sesuatu yang sangat membahagiakan hatiku yang kusembunyikan belakangan ini. Tapi aku merasa bersalah kalau terus - terusan merahasiakan masalah ini.

Aku sedang mengandung anakmu, Sayang. Sejak pertemuan terakhir kita, ternyata spermamu berhasil membuahiku, karena saat itu aku sedang dalam masa subur. Sekarang kandunganku sudah berusia 6 bulan. Dan menurut hasil pemeriksaan USG, bayinya laki - laki. Semoga dia seganteng ayahnya ya.

Sekarang perutku sudah buncit. Dan aku sudah balas dendam beberapa hari yang lalu. Aku sengaja memamerkan kebuncitanku kepada mantan suamiku. Bahkan dengan tegas aku berkata padanya, nih lihat ... suami keduaku berhasil menghamiliku. Berarti bukan aku yang mandul kan ?

Walau pun aku hamil, Sam gak usah panik atau resah. Karena aku takkan minta dinikahi olehmu, Sayang. Keinginanku cuma satu ... pada waktu aku mau melahirkan, kumohon Sam mau menemaniku di rumah sakit bersalin nanti ya.

Bisa kan Sam ?-


Tentu saja aku kaget membaca isi WA dari mantan dosenku itu. Tapi aku harus menjadi manusia yang bijak menghadapi masalah ini.

Maka setelah berpikir beberapa saat, kubalas WA itu.

-Tolong kirim alamat Bu Emi. Aku mau ke situ sekarang juga-

Sesaat kemudian datang balasan dari Bu Emi, berisi alamat rumahnya yang baru.

Aku pun bergegas mengganti pakaian resmiku dengan pakaian casual. Kemudian menuju mobilku dan menghidupkan mesinnya.

Beberapa saat kemudian sedanku sudah kularikan menuju alamat rumah Bu Emi di kompleks perumahan paling elit di kotaku.

Namun sebelum menuju rumah Bu Emi, aku masih sempat mampir dulu ke toko yang menjual segala macam kebutuhan bayi. Di situlah aku membeli segala keperluan bayi yang kuingat. Cukup banyak jenisnya. Sehingga bagasi mobilku tidak bisa memuatnya. Lalu disimpan di jok belakang, sampai menutupi kaca jendela sampingnya, saking banyaknya.

Kemudian aku memacu mobilku menuju rumah Bu Emi.

Setibanya di depan sebuah rumah yang cukup megah dan layak untuk dijadikan tempat tinggal seorang dosen, kuparkir mobilku mepet ke bahu jalan supaya tidak menghalangi mobil lain yang mau lewat.

Sebelum aku membuka pintu pagar, pintu depan rumah megah itu dibuka oleh seorang wanita cantik dengan perut yang agak membuncit dalam baju hamilnya. Itu Bu Emi ... !

Di teras depan Bu Emi memegang tanganku erat - erat, lalu menarikku ke ruang tamu. Di situlah Bu Emi memeluk leherku. Mendaratkan ciuman bertubi - tubi di bibirku, lalu mengajak duduk berdampingan di sofa ruang tamu.

“Kirain Sam gak mau jumpa denganku lagi, “ ucapnya sambil mengelus - elus lututku.

“Aku gak sejahat itu Beib, “ sahutku, untuk pertama kalinya aku memanggilnya Beib, “Lalu kenapa baru sekarang baru ngasih tau kalau Ibu hamil ?”

“Takut mengganggu pikiran dan kesibukanmu. “

“Berita kehamilan Ibu kan berita bahagia. Jadi tercapai cita - cita Ibu sekarang ya ?”

“Iya Sayang. Hatiku senang sekali bisa memamerkan kehamilanku kepada mantan suamiku yang brengsek itu. “

“Ohya ... di mobilku ada beberapa keperluan bayi. Ada orang yang bisa disuruh ngangkut ?”

“Ada si Bibi, pembokatku. Kok langsung bawain keperluan bayi segala ? Kan bayinya juga belum lahir, “ ucapnya.

“Hanya sebagai tanda senangku aja dengan berita bahagia itu, “ sahutku.

Lalu Bu Emi menoleh ke dalam sambil berseru, “Biiii .... !”

“Ya Buuu ... “ terdengar suara sahutan dari dalam. Lalu muncul seorang wanita setengah baya dari dalam.

Aku duluan bangkit dan melangkah ke arah mobilku di depan pintu pagar besi. Kubuka bagasi dan pintu belakang mobilku.

“Agak banyak barangnya Bi. Bisa mengangkutnya ke dalam rumah kan ?” tanyaku.

Pembokat itu memandang barang - barang di bagasi dan di jok belakang mobilku. Lalu berkata, “Bisalah. Barangnya kan ringan - ringan Oom. “

Aku tersenyum sendiri dipanggil Oom oleh wanita yang jauh lebih tua dariku itu. Sama menggelikannya ketika di Singapore aku dipanggil “uncle” oleh wanita tua yang bertugas sebagai cleaning service di sebuah hotel.
 
Terakhir diubah:
Bagian 36



Pada hari Rabu siang menuju sore, Tante Rahmi datang dengan sedan mahalnya yang berwarna hitam metalic itu. Sedan mahal itu diparkir di area parkir hotelku dan kutitipkan pada security untuk menjaga mobil itu. Kemudian Tante Rahmi kupersilakan naik ke dalam sedan yang jauh lebih mahal daripada sedan tanteku. Sedan yang kuterima dari Mamie 3 hari yang lalu. Sedan berwarna merah maroon metalic yang suspensinya luar biasa halus. Tenaganya pun kuat sekali. Maklum mobil 4000 cc.

Sebelum masuk ke dalam mobilku, Tante Rahmi tertegun memperhatikan mobil mewahku. Mungkin dia merasa mobilnya sangat dibanggakan, tapi kalah jauh kalau dibandingkan dengan mobilku. Mungkin hal itu pula yang membuatku menerima tawaran Mamie untuk mengambil mobil lamanya tapi masih sangat muda usianya itu.

Tante Rahmi mengenakan celana leging tipis transparant berwarna hitam, dengan gaun span mini berwarna pink polos.

Sejujurnya kuakui Tante Rahmi sangat seksi dalam pakaian yang dikenakannya itu.

Memang kuakui bahwa keluarga dari Ibu lebih maju dalam segala hal jika dibandingkan dengan keluarga dari Papa.

Setelah sedan merah maroonku menginjak jalan aspal, aku membuka pembicaraan, “Banyak yang bilang yang sangat mirip dengan almarhumah Ibu itu Tante Rahmi katanya ya. “

“Iya, katanya sih begitu, “ sahut Tante Rahmi.

“Kalau begitu, almarhumah Ibu itu cantik ya. Soalnya Tante Rahmi juga cantik gini. “

“Memang benar. Ibumu sangat cantik Sam. Sayang usianya pendek. Tapi ... apakah aku ini cantik di matamu ?”

“Sangat, “ sahutku, “Tante kan adik bungsu almarhumah ya ?”

“Iya. “

“Maaf ... usia Tante sekarang berapa ? Belum tigapuluh kan ?”

“Ngaco. Uisaku sekarang udah tigapuluhdua tahun. Sudah tua ya ?”

“Belum Tan. Aku malah tadinya mikir Tante ini baru duapuluhenam atau duapuluhtujuh gitu. “

“Ogitu ya. Usiamu sendiri sekarang berapa ?”

“Duapuluhlima Tante. “

“Kamu juga tampak lebih muda daripada usiamu Sam. Tapi yang jelas kamu ini tergolong orang sukses. Dalam usia begitu muda sudah punya hotel bintang tiga segala. Mobilnya juga bukan mobil kebanyakan ini sih. Harganya jauh lebih mahal daripada mobilku. “

“Kebetulan aja ada rejeni nomplok Tante. “

“Ohya, kudengar tadinya hotelmu itu hotel melati tiga, tapi dalam tempo singkat berubah menjadi hotel bintang tiga yang begitu mentereng. Kapan - kapan kalau aku tidur di hotelmu, dapat discount nggak ?”

“Kalau Tante sendirian sih gratis deh. Bukan cuma dapat discount lagi. “

“Berarti kalau mau gratis harus sendirian aja ya ? Terus siapa yang nemani aku nanti ? Kan serem tidur sendirian di hotelmu yang segitu gedenya. “

“Kalau perlu teman, biar aku aja yang nemenin Tante. “

“Ciaaaah ... punya istri tiga orang masih bisa ngumpet - ngumpet nemenin aku ? Memangnya mereka takkan cemburu ?”

“Yang aku rasakan, pada waktu istriku baru dua, mereka saling cemburu. Tapi setelah istriku jadi tiga orang, gak ada lagi cemburu - cemburuan. Mereka bahkan kompak Tante. Terkadang tidur bareng. Berkelakar dan ketawa cekikikan. “

“Iya tuh ... kelihatannya ketiga istrimu itu rukun - rukun aja ya. “

“Iya. “

“Terus gimana ceritanya kok bisa punya istri bule dua orang sekaligus gitu ?”

Sambil nyetir kuceritakan secara singkat riwayat Aleksandra dan Halina yang berasal dari negara yang sama. Bahwa mereka kerasan tinggal di Indonesia, lalu ingin menjadi WNI. Supaya lebih cepat pengurusannya, mereka harus nikah denganku. Dan aku bersedia menikahi mereka, asalkan mereka mau melebur ke dalam agama yang kuanut. Karena di Indonesia tidak bisa kawin antar agama, harus ada yang mengalah di antara calon pengantinnya.

“Suratan takdirmu memang bagus Sam, “ kata Tante Rahmi setelah aku selesai menuturkan asal - usul perkawinanku dnegan Aleksandra, “Mereka bukan bule asal - asalan. Keduanya benar - benar cantik. Bersedia menjadi mualaf pula. Pahalamu gede sekali kelak Sam. “

“Amiiin ... !” sahutku, “Ohya ... satu -satunya keluarga kita yang datang tanpa suami di reuni itu Tante sendiri. Apakah Tante belum punya suami ?”

“Pernah punya suami. Bahkan punya anak seorang. Tapi suamiku meninggal dua tahun yang lalu. “

“Ogitu yaaa ... berarti Tante sekarang janda muda yang cantik dan seksi ya ?”

“Memangnya aku ini seksi di matamu Sam ?”

“Sangat seksi. Lagian kita ketemu setelah sama - sama dewasa gini, rasanya sekarang juga seperti sedang bersama teman dekat ... bukan seperti dengan tanteku sendiri. “

“Betul, “ sahut Tante Rahmi, “aku juga begitu. Sekarang merasa seperti sedang bersama seorang kekasih yang usianya lebih muda dariku. Hihihihiii ... “

“Siap Tante .... !“

“Siap apanya ?”

“Siap untuk menjadi kekasih Tante. “

“Sudah punya istri tiga masih mikirin punya kekasih ?”

“Tergantung kualitas wanitanya Tante. Kalau bukan wanita secantik dan seseksi Tante sih aku juga takkan mikir punya kekasih lagi. “

Tiba - tiba Tante Rahmi merapatkan pipi kanannya ke pipi kiriku, sambil bergumam, “Deal deh ... kita jadi sepasang kekasih gelap ya ... !”

“Yesssss .... !“ sahutku dengan penuh semangat, “Kekasih yang dirahasiakan. Bukan kekasih gelap. Biar kesannya tidak negatif. “

“Yang jelas pintu hatiku terbuka bagimu Sam. Untuk mengisi kesepianku selama ini, “ ucap Tante Rahmi sambil meremas - remas tangan kiriku.

Lalu aku bertanya tentang kisah perkawinan Tante Rahmi dengan suaminya yang sudah meninggal itu. Tante Rahmi pun menghela nafas panjang. Kemudian menceritakan kisah masa lalunya.

Bahwa Tante Rahmi pernah patah hati, karena pacarnya memutuskan hubungan dengannya, karena cowok itu mau menikah dengan cewek pilihan orang tuanya.

Lebih dari setahun Tante Rahmi bermurung - murung terus. Dunia ini terasa gelap gulita baginya. Sampai akhirnya dia bekerja di sebuah perusahaan property. Boss perusahaan itu seorang duda limapuluh tahunan.

Boss perusahaan itu makin lama makin memperlihatkan rasa suka pada Tante Rahmi yang usianya setengah dari usia sang Boss.

Pada saat itulah Tante Rahmi berusaha untuk melenyapkan kepiluannya, dengan menerima sang Boss untuk menjadi suaminya.

Awalnya Tante Rahmi merasa bahagia karena hidupnya berkecukupan. Apa pun yang diinginkannya pasti dibelikan oleh suaminya. Sementara sikap dan perilaku sang Suami begitu lembut dan sangat memanjakannya.

Tante Rahmi sudah berhasil melupakan mantan pacarnya yang sudah menikah dengan cewek lain itu. Bahkan Tante Rahmi merasa berada di atas angin. Karena kekayaannya jauh melebihi mantan pacarnya yang masih melingkar - lingkar di tempat alias masih hidup pas - pasan.

Namun hanya dua tahun Tante Rahmi mengecap kebahagiaannya. Karena ketika putranya baru berumur setahun, suami Tante Rahmi meninggal dunia.

Untungnya harta yang ditinggalkan oleh suaminya itu sangat banyak, berupa tanah di sana - sini, rumah di sana - sini, simpanan di bank yang sangat banyak dan lain - lain.

Dan harta peninggalan suaminya itu tak mau dihabiskan begitu saja. Tante Rahmi justru ingin mengembangkannya sebisa mungkin. Termasuk keinginan untuk membangun hotel di tanahnya yang berada di dekat pantai itu.

“Begitulah ceritanya, “ ucap Tante Rahmi setelah selesai menuturkan riwayat perkawinan dan harta yang ditinggalkan oleh suaminya itu. “Aku takut kalau peninggalan suamiku itu tidak dikembangkan, lama - kelamaan harta peninggalannya bisa habis. “

“Iya ... orang bilang harta warisan itu kalau dijual sedikit saja, bisa menular ke harta lainnya. Lalu habis begitu saja. Tapi apakah tanah peninggala suami Tante itu gak ada yang di dalam kota ?”

“Ada tapi tidak ada yang luas. Paling banyak juga cuma limaribu meter persegi. “

“Posisinya bagus - bagus nggak ?”

“Semuanya di pinggir jalan besar. Mendiang suamiku tidak pernah membeli tanah yang terletak di dalam gang - gang sempit. “

“Kalau dijumlahkan semuanya tentu luas ya Tan ?”

“Ya iyalah. Tapi letaknya kan berpencaran. “

“Ada berapa bidang tanahnya ? Ada limapuluh bidang ?”

“Lebih ... ! Semuanya ada enampuluh tujuh bidang. “

“Kalau gitu semuanya bisa kerjasama denganku, Tante. “

“Kerjasama dalam bentuk gimana ?”

“Kita bangun rumah - rumah di atas tanah kosong yang letaknya di pinggir jalan itu. Kalau luasnya ribuan meter, bangun ruko - ruko aja. Tante cukup duduk manis, aku yang akan membiayai semua pembangunannya. “

“Pakai duit bank ?”

“Nggak. Hotelku itu aja kubangun dengan duitku sendiri. Tak ada duit bank serupiah pun. “

“Tapi kalau semua tanahku dibangun rumah dan ruko, biayanya bisa trilyunan lho. “

“Siap Tante. “

“Siap gimana ?”

“Siap membiayainya tanpa duit bank serupiah pun... !”

“Serius Sam ?”

“Sangat serius. Masa aku harus bersumpah ?”

“Wah ... wah ... waaaah ... ! Berarti kamu sudah menjadi orang hebat Sam. “

Saat itu mobilku sudah berada di luar kota. Di tempat yang sunyi dan hanya diapit oleh rumpun bambu di kanan kiriuku, tiba - tiba mobilku dipinggirkan. Lalu dihentikan tanpa mematikan mesinnya. “Tante juga hebat, “ ucapku, “karena Tante sangat seksi di mataku. “

“Ohya ? Terus aku mau diapain sama kamu nanti ? “

“Mau dicium aja dulu ... boleh ?” tanyaku sambil mendekatkan bibirku ke bibir Tante Rahmi.

Tante Rahmi tersenyum. Lalu dipagutnya bibirku ke dalam ciuman hangatnya. Tanpa mempedulikan keadaan di luar mobilku, karena terlindungi oleh kaca gelap di sekelilingnya.

Agak lama kami berciuman dan saling lumat.

Setelah bibir kami berjauhan, kupindahkan lagi tongkat persneling mobil matic-ku ke gigi D. Sambil berkata, “Bibir atasnya sudah kucium dan kulumat. Tinggal bibir bawah yang belum, ya Tan. “

“Iiiih ... Sam... ! Kamu bikin aku merinding nih ... “

“Merinding serem apa merinding horny ?”

“Merinding horny, “ sahut Tante Rahmi sambil mencubit lengan kiriku, “Soalnya udah kebayang kalau bibir bawahku diciumi dan di .. di ... “

“Dijilati ?”

“Iya ... “

“Heheheee ... nanti akan kujilatin deh memek Tante. “

“Di mana ? Di mobil ini ?”

“Jangan di mobil dong. Kita kan bisa cek in di hotel. Tapi perutku sudah keruyukan nih. Kayaknya kita harus makan dulu nih. “

“Iya. Aku juga lapar Sam. “

Ketika hari mulai sore, mobilku mulai memasuki kota Cianjur. Kupilih sebuah Rumah Makan Sunda, sesuai dengan permintaan Tante Rahmi. Memang ada restoran berkelas internasional, tapi jaraknya masih jauh menuju Puncak sana.

Waktu mau makan di rumah makan itu, Tante Rahmi duduk di sebelahku. Tidak mau duduk berhadapan terbatas oleh meja makan.

Pada waktu makan bersama itulah Tante Rahmi berkata, “Sekarang sudah hampir malam. Gimana kalau kita cek in di kota ini aja. Besok pagi baru kita survey ke lokasi tanah yang ingin kubangun hotel itu ?”

“Boleh juga, “ aku mengangguk dan melanjutkan dengan bisikan, “udah gak sabar ya ... udah ingin diemut bibir bawahnya ?”

Tante Rahmi menahan tawanya. Mencubit lenganku sambil menyahut, “Abisnya omongan Sam tadi sangat memancing. “

“Kalau Tante terpancing, berarti Tante normal. Bukan wanita frigid, “ sahutku sambil menepuk - nepuk punggung tangan Tante Rahmi yang tergeletak di atas meja makan, “Santai aja ... hanya puluhan meter dari rumah makan ini ada hotel yang lumayan bagus. “

Tante Rahmi menatapku sambil tersenyum. Dan berkata, “Kamu memang ganteng Sam. Makanya kedua cewek bule itu mau dimadu, mau jadi mualaf pula ... !”



Setelah selesai makan, kami menuju sebuah hotel bintang dua yang letaknya tidak jauh dari rumah makan itu. Seingatku hotel ini servicenya bagus. Pagi - pagi dapat breakfast all you can eat, tanpa ditarik bayaran lagi. Kamar - kamarnya bersih. Suasananya pun tenang dan nyaman.

Setelah berada di dalam kamar yang kami booking, Tante Rahmi menatapku dengan senyu senyum yang menggoda. Tapi aku berkata, “Lepasin dulu celana leggingnya Tante. Biar aku bisa langsung merasakan padat mulusnya kulit kaki Tante... “

“Iya ... iya ... hihihihiii ... mungkin sejak berangkat dari hotelmu tadi, kamu udah gemes ya ?” sahut Tante Rahmi sambil menepuk bahuku.

“Iya sih. Kalau gak pake legging sejak di mobil tadi tanganku udah meluncur ke lembah surgawi ini, “ ucapku sambil menepuk bagian di bawah perut Tante Rahmi.

Tante Rahmi ketawa cekikikan. Lalu melepaskan celana leggingnya. Dan tampaklah sepasang kaki yang putih mulus itu, tanpa tertutupi legging lagi.

Aku pun spontan berjongkok di depan Tante Rahmi yang masih berdiri. Mengelus - elus betisnya yang bentuknya sangat indah itu. Terasa padat pula. Namun tujuanku bukan hanya ingin mengelu betis dan paha putih mulusnya. Tanganku langsung menuju lingkaran elastis celana dalamnya. Lalu menariknya sampai terlepas dari sepasang kakinya. Lalu gaun span mini itu kusingkapkan. Sebentuk memek tembem yang bersih dari bulu membuatku terpana. Betapa menggiurkannya memek Tante Rahmi itu. Tak kalah dengan memek cewek belasan tahun ... !
:ampun::ampun::mantap:;):mantap::mantap::mantap::mantap:teh neena
 
Mungkin Tante Rahmi ingin agar segala sesuatu berjalan pada tempatnya. Karena Itu dia menanggalkan gaun mininya, disusul dengan pelepasan behanya. Dan melompat ke atas bed dalam keadaan sudah telanjang bulat. “Gak enak menikmatinya sambil berdiri. Mendingan di sini aja, “ ucapnya sambil celentang dengan kedua kaki mengangkang lebar, dengan telapak tangan mengelus - elus memeknya sendiri.

Aku pun tak ragu lagi untuk menanggalkan segala yang melekat di tubuhku, sampai telanjang bulat, seperti telanjangnya Tante Rahmi.

Tiba - tiba Tante Rahmi duduk, dengan pandangan tertuju ke arah batang kemaluanku yang sudah ngaceng berat ini. Bahkan lalu ia menangkap penisku ke dalam genggamannya. ”Sam ... ! Gak salah nih ? Kontolmu sepanjang dan segede ini ?! Hihihi ... ini sih international size, Sam ... !”

“Mmm ... Tante sih kayak belum pernah liat kontol gede aja, “ ucapku sambil mendelik.

“Memang belum pernah. Satu - satunya kontol yang pernah kutemukanj hanya kontol mendiang suamiku. Tapi punya dia tidak sepanjang dan segede ini ... !” sahut Tante Rahmi yang lalu menciumi puncak penisku. Bahkan lalu menjilati leher penisku, moncong penisku dan blemmmm ... penisku dikulumnya sambil duduk membungkuk di depanku.

Tangan Tante Rahmi pun ikut beraksi. Ketika sebagian dari penisku berada di dalam mulutnya, air liur Tante Rahmi pun dialirkan ke badan penisku sampai ke panbgkalnya. Lalu bagian yang sudah basah oleh air liurnya itu, diurut - urut oleh tangannya. Sementara bibir dan lidahnya tetap aktif menyelomoti bagian atas penisku ... !

Lama juga Tante Rahmi melakukan semuanya ini.

Sampai akhirnya dia melepaskan penisku dari dalam mulutnya, disusul dengan ucapan, “Sudah ngaceng sekali Sam. Sekarang giliran Sam yang jilatin memekku. Kalau gak dijilatin dulu, bisa sakit memekku diterobos sama kontol yang segini panjang gedenya. “

Lalu Tante Rahmi celentang lagi dengan kedua kaki mengangkang lebar.

“Tenang aja Tante. Kebetulan aku paling suka jilatin memek, “ sahutku sambil menepuk - nepuk memek Tante Rahmi.

Melihat aku sudah siap untuk menjilati memeknya, Tante Rahmi malah menarik kedua lututnya, sampai berada di kanan - kiri sepasang payudaranya. Sehingga memeknya kelihatan “tengadah” ke atas. Mulutku pun langsung menyeruduk memeknya yang sangat menggiurkan itu.

Aku melakukan semua ini sambil berlutut dan membungkuk ke arah memek Tante Rahmi. Pada saat mulai asyik menjilati memek tembem yang bersih licin itu, jempol tangan kiriku pun ikut beraksi, untuk menggesek - gesek kelentit Tante Rahmi. Sementara tangan kanan kugunakan untuk menahan lipatan lutut Tante Rahmi, agar jangan sampai kakinya terhempas ke kasur. Sementara lidah dan bibirku menggasak celah memek tante Rahmi yang sudah menganga kemerahan.

“Diserang” seperti ini, Tante Rahmi mulai merintih - rintih histeris, “Dudududuuuuh Saaaam .... ! Permainan lidah dan bibibvrmu kok enak sekali Sam ... ! Itilnya gesek - gesek terus Saaam ... ini juga enak sekali ... oooooh ... ooooh ... oooh .... ! “

Bahkan pada suatu saat Tante Rahmi merengek manja, “Udah Saaam ... cukup ... masukin aja kontolmu Saaam ... !”

Aku sendiri memang tak sabar lagi. Ingin cepat menjebloskan penisku ke dalam memek Tante Rahmi yang ditengadahkan ke langit - langit kamar hotel ini. Maka sambil tetap berlutut dan meletakkan kedua kaki Tante Rahmi di sepasang bahuku ... kuletakkan moncong penisku di mulut vagina tanteku yang tampak masih ternganga kemerahan itu.

Dan dengan sekuat tenaga kudorong meriamku ke dalam liang memek tanteku.

Liang memek Tante Rahmi sudah basah kuyup akibat jilatanku barusan. Tapi tetap saja “perjuanganku” berat untuk membenamkan penisku. Namun dengan susah payah, akhirnya aku berhasil membenamkan sang Kontol ke dalam liang memek sempit ini, meski baru masuk sampai lehernya saja.

“Udah masuuuk ... ooooh ... kontolmu memang luar biasa Sam ... ayo dorong lagi, “ desis Tante Rahmi sambil menarik kedua lututnya agar lebih mengangkang lagi.

Aku pun mendorong penisku lagi dengan sekuat tenaga ... dan akhirnya bisa membenam lebih dari separohnya ... blessssskkkk ..... !

“Memek Tante luar biasa sempitnya. Kayak liang memek gadis belasan taun, “ ucapku sambil mengumpulkan konsentrasiku, untuk mulai mengentotnya perlahan - lahan dan jaraknya pendek - pendek dulu ... sambil menunggu liang memek Tante Rahmi beradaptasi dengan ukuran penisku.

Beberapa saat kemudian penisku mulai lancar “memompa” liang memek sempit ini. Memang luar biasa rasanya. Penisku seolah dikepal kuat - kuat oleh liang memek tanteku yang jelita dan masih muda ini.

Tante Rahmi pun mulai mendesah dan merintih, “Saaaam ... ooooh .... kontolmu enak sekali Sam. Ka ... kalau diibaratkan makanan ... kontolmu ini terasa asam garamnya ... enak sekali Sayaaang ... ayo entot terus Saaam ... ooooh baru sekali ini aku merasakan kontol segini enaknyaaaa .... entot teruuuuuuussss .... entooooootttttttt Sam entoootttt ... ooo ... oooo ... ooooohhhhhhh .... Saaaam ... Saaammm ... oooooh ... oooohhhh .... !”

Makin lama entotanku terasa semakin lancar bermaju - mundur di dalam cengkraman liang memek sempit menjepit ini.

Bahkan pada suatu saat kuhempaskan dadaku ke sepasang toket Tante Rahmi yang berukuran medium itu. Tidak lagi berlutut seperti tadi.

Dengan sepenuh gairah, kucium dan kulumat bibir sensual Tante Rahmi, sementara penisku makin lancar mengentot liang memek sempitnya.

Tante Rahmi pun semakin merem - melek dibuatnya.

Terlebih setelah aku melengkapinya dengan jilatan dan gigitan - gigitan kecil di leher jenjangnya yang sudah lembab oleh keringatnya. Semakin mengaum - ngaum juga harimau betina yang sedang tinggi libidonya ini.

“Aaaaa .... aaaaaaah ...... Saaaaam .... Saaaaaaaaammmm .... aaaaaa .... aaaaah .... Saaaam .... Saaaam .... Saaaaam ..... aaaaaaah .... ini lu ... luar biasa enaknya .... Saaaam ... Saaaam .... !“

Makin lama Tante Rahmi makin klepek - klepek. Bahkan ketika aku belum apa - apa, Tante Rahmi mulai berkelojotan dan akhirnya terpejam dengan tubuh terkejang - kejang. Pada saat itulah kurasakan liang memek Tante Rahmi seolah belitan ular python yang meremas batang kemaluanku seolah ingin meremukkan urat - uratnya. Disusul dengan mengalirnya lendir kewanitaannya, diiringi dengan kedutan - kedutan erotis di dalam liang sanggamanya ... !

Aku tahu apa yang sedang terjadi. Bahwa Tante Rahmi sedang menikmati orgasmenya. Dan aku pun mendiamkan penisku beberapa saat, sambil membiarkan Tante Rahmi mencium dan melumat bibirku.

“Edan ... baru sekali ini aku merasakan disetubuhi yang segini enaknya ... “ gumam Tante Rahmi setelah melepaskan ciumannya.

“Tante sudah orgasme kan ?” godaku sambil mempermainkan pentil toketnya.

“Iya. Kontolmu terlalu enak sih, “ sahut Tante Rahmi tersipu, “kamu sendiri belum ngecrot ?”

“Belum Tante ... santai aja ... sekarang masih ngilu -ngilu kan ?” sahutku.

“Iya Sayang ... rehat dulu sebentar ya. “

“Iya tanteku sayaaang ... “

“Nggak nyangka aku malah baru merasakan puas dientot oleh keponakanku sendiri. Aku pasti bakal ketagihan nanti Sam. “

“Santai aja Tante. Kalau Tante kangen padaku kelak, tinggal kirim WA aja. Lalu kita ketemuan di tempat yang aman dan nyaman. “

“Iya ... iyaaa ... mmm ... ayo entot lagi Sam ... aku sudah horny lagi nih ... “

Aku pun mengikuti keinginan Tante Rahmi. Kuayun lagi batang kemaluanku di dalam liang memek Tante Rahmi yang sudah agak becek ini dengan lancarnya.

Dalam tempo singkat saja aku berhasil membangkitkan nafsu Tante Rahmi. Dia bukan cuma mendesah - desah dan merintih - rintih, tapi juga mulai menggeolkan pinggulnya dalam gerakan meliuk - liuk, memutar - mutar dan menghempas - hempas ... !

Karuan saja aku jadi semakin bersemangat untuk mengentotnya habis - habisan, karena kesempatan menikmati memek sesempit ini jarang terjadi dalam kehidupanku.

Dengan tubuh mulai bersimbah keringat, aku semakin mempercepat gerakan entotanku. Sambil meremas - remas sepasang toket yang masih padat kenyal ini.

Tapi aku tak mau merusak wanita yang satu ini. Karena dia adik kandung ibuku. Maka aku pun mulai berkonsentrasi agar secepatnya ejakulasi di dalam liang memeknya yang selegit dodol ini.

Sampai pada suatu saat, aku bertanya terengah, “Boleh lepasin di dalam ?”

“Boleh. Emangnya kamu udah mau ngecrot ?”

“Iii ... iyaaa Tante... “

“Tahan sebentar ya ... aku juga udah mau orga lagi ... kita lepasin bareng -bareng biar nikmaaaat .... “ ucap Tante Rahmi sambil mempergila geolan pinggulnya.

Kami jadi sep[erti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Kami saling cengkram dengan kuatnya, seolah ingin saling meremukkan tulang - tulang.

Lalu kami mengelojot bareng. Mengejang bareng.

Kedutan - kedutan liang memek Tante Rahmi pun berbarengan dengan mengejut -ngejutnya batang kemaluanku yang tengah menembak -nembakkan air mani ... !

Crooootttt ... crooottt ... croooootttttt ... crooootttttt ... crotcrot ... crooooooottttttt ... !

Aku terkapar di atas perut Tante Rahmi. Lalu sama - sama lemas lunglai ... !



Beberapa saat kemudian, ketika kami sudah bersih - bersih dan berpakaian kembali, Tante Rahmi berkata, “Sam ... aku beubah tujuan sekarang. “

“Maksud Tante ?”

“Tanah yang tadinya kurencanakan untuk dijadikan hotel itu, delay saja dulu. Aku akan mengikuti saranmu. Tanah yang di kota kita itu, silakan bangun sesuai dengan posisinya masing - masing. Mungkin ada yang cocok untuk rumah pribadi, ruko atau apa pun itu, terserah pandangan bisnismu. Aku akan mempercayakan sepenuhnya padamu Sam. Yang penting memekku sering dientot oleh kontolmu yang dahsyat ini, “ sahut Tante Rahmi sambil menepuk - nepuk celana jeansku, tepat pada tempat bersemayamnya penisku.

“Kalau Tante hamil nanti gimana ?” tanyaku.

“Justru aku ingin hamil Sam. Wanita mana yang tidak ingin punya keturunan ?”

“Oke Tante. Jadi besok kita pulang aja ?”

“Iya Sayang .... “



Beberapa hari kemudian, ketika aku sedang disibukkan untuk mensurvey lahan - lahan milik Tante Rahmi, tiba -tiba datang berita dari Merry lewat WA.

Berita dari Merry itu mengejutkan juga. Bahwa suaminya meninggal dunia di Jerman. Dan jenazahnya akan tiba di Jakarta keesokan harinya.

Sebenarnya berita kematian bukan sesuatu yang aneh. Karena kematian itu jatah yang sangat adil dari Tuhan bagi seluruh manusia di muka bumi ini. Dari rakyat jelata sampai kepala negara takkan bisa menghindari kematian.

Yang membuatku tercenung adalah bagian akhir berita dari Merry lewat WA itu. Antara lain bunyinya berikut ini :

- Sam tentu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tiga bulan yang akan datang, kuharap segala sesuatunya sudah disiapkan. Untuk perkawinan kita secara sah -

Aku mencoba untuk berpikir secara jernih. Bahwa yang pertama kali harus kulakukan adalah membujuk Frida agar memberikan izin tertulis, sebagai syarat utama bagiku untuk menikah lagi.

Untungnya Frida tidak mempersulit keadaan. Terlebih setelah kujalaskan siapa itu Merry yang sebenarnya.

“Berarti Merry itu satu - satunya janda di antara istri - istri Abang ya. Yang lain kan masih gadis semua, “ ucap Frida sambil tersenyum.

Aku terdiam. Karena memang benar, bahwa Merry itu menjadi calon istri termudaku, tapi usianya paling tua kalau dibandingkan dengan istri - istri lainnya. Sudah janda pula. Tapi kalau dibandingkan dengan ketiga istriku, Merry itulah yang paling kaya raya. Hartanya takkan habis dimakan oleh tujuh turunan.

Namun tentu saja hal itu tidak kubahas dengan Frida. Aku hanya bertanya, “Jadi bagaimana ? Kamu mau ngasih izin kan ?”

“Aku akan ngasih izin dengan dua syarat, “ sahut Frida.

“Apa saja syaratnya ?”

“Setelah Abang menikah dengan Merry, berarti Abang tidak bisa menikah lagi kan ?”

“Ya iyalah. Sudah maksimal, empat orang istri. Tidak boleh nambah lagi. “

“Syarat pertama, Abang jangan bertualang lagi dengan wanita lain kecuali dengan istri - istri Abang, dengan Mama dan Mamie Yun. “

Meski hal itu berat untuk dkilaksanakan, aku menyetujuinya saja dengan mengangguk dan mengiyakan. “Lalu syarat kedua apa ?”

“Aku minta kompensasi dalam bentuk sebuah supermarket. Calon istri Abang kan konglomerat. Pasti takkan sulit meminta kompensasi itu. “

Aku tercenung sejenak. Dan teringat bahwa sebulan yang lalu aku sudah membeli tanah di samping hotelku seluas 2 hektar. Kurasa lahan seluas itu cukup untuk dibangun sebuah supermarket, lengkap dengan pelataran parkir yang cukup luas. Membangunnya pun tidak membutuhkan waktu lama. Karena membangun supermarket berbeda dengan membangun hotel. Supermarket cukup dengan satu ruangan luas, tak perlu disekat - sekat.

“Baik. Nanti akan kubangun supermarket itu, yang letaknya di samping hotel kita. Kebetulan tanahnya sudah kubeli sebulan yang lalu. Tadinya tanah itu untuk ekspansi hotel. Tapi hal itu masih membutuhkan beberapa pertimbangan. Jadi ... di tanah seluas dua hektar itu akan kubangun supermarket, sesuai dengan keinginanmu. Lalu setelah bangunannya selesai, apakah aku harus turun modal juga untuk barang - barang yang akan dijual nanti ?” tanyaku.

“Untuk barang dagangannya gak perlu bantuan Abang. Dana tabunganku sudah hampir sepuluh milyar. Kurasa dana itu cukup untuk modal awal Bang, “ sahut Frida

“Wow ... sudah banyak juga tabunganmu ya ? Itu duit dari mana aja ?” tanyaku.

“Duit dari Abang dan Mamie Yun kukumpulkan terus. Karena ingin punya supermarket itu. “

“Mamie selalu transfer dana secara rutin ya ?”

“Iya Bang. Tiap tanggal satu, dia transfer duit ke rekening tabunganku. Jumlahnya tak pernah sedikit. “

Setelah rundingan dengan Frida selesai, aku segera menghubungi kontraktor yang biasa kupakai untuk mengerjakan bangunan - bangunanku.

Tanah seluas 2 hektar di samping hotelku pun diukur oleh kontraktor, untuk dibuat gambar bangunannya, sekaligus untuk dibuastkan design interiornya. Pokokya aku minta bangunannya jangan terkesan cuma kotak seperti gudang. Kontraktor pun menyanggupinya. Dan menjanjikan bangunan supermarket itu akan selesai dalam tempo 3 atau 4 bulan. Tentu saja dalam bentuk yang modern sebagai calon supermarket.

Beberapa hari kemudian lahan kosong itu mulai diratakan tanahnya, dipadatkan dan dibentuk fondasi cakar ayam, karena aku menolak penggunaan baja ringan.

Frida tampak senang dengan pembangunan calon supermarket itu. terlebih setelah melihat gambar bangunan dan bentuk miniaturnya. Tiada kritik sepatah kata pun yang terlontar dari mulutnya. Frida hanya berkata, “Semuanya jauh lebih bagus daripada angan - anganku Bang. “



Tiga bulan kemudian bangunan untuk supermarketg itu sudah hampir jadi. Palataran p[arkirnya pun sudah selesai diratakan dan di - hotmix. Tinggal pemasangan kaca - kaca dan penghalusan dindingnya saja yang masih dikerjakan.

Pada saat itu pula aku menerima WA dari Merry. Yang isinya sebagai berikut ini :

-Masa berkabungku sudah selesai Sam. Besok aku akan terbang ke kotamu. Bisa jemput aku di bandara jam sepuluh pagi kan ?-

-Siap Sayangku-, balasku.

Esok paginya, jam 09.30 aku sudah melarikan sedan merah maroon metalic hadiah dari Mamie, menuju bandara.

Sebelum jam 10.00 aku sudah merapat ke bandara. Dan jam 10.05 Merry muncul di gerbang kedatangan, dikawan oleh dua orang bodyguardnya. Tapi kedua boodyguard itu berpisah dengan Merry, setelah Merry berpelukan denganku di dekat gerbang kedatangan.

Kemudian Merry kubawa ke tempat parkir, sementara dua buah koper besar dibawakan oleh kuli bandara.

Setelah dua koper itu dimasukkan kle dalam bagasi sedanku, Merry memberi uang seratus ribuan buat kuli bandara. Jumlah yang terlalu banyak menurutku.

Kemudian kubukakan pintu kiri depan sedanku. Merry pun masuk ke dalamnya. Setelah menutupkan pintu kiri depan, aku pun bergegas menuju pintu kanan depan dan masuk ke dalamnya.

“Mobilmu sudah ganti sama mobil keren ini ?” tanya Merry ketika aku sudah menghidupkan mesin mobilku.

Aku cuma tersenyum. Seandainya Merry tahu, baik mobil SUV mau pun sedan mahal ini, adalah hadiah dari ibu tiriku. Bahkan aku tidak pernah membeli mobil untuk kepentingan pribadiku. Memang ada beberapa minibus, tapi semuanya untuk keperluan hotelku. Aku bahkan belum pernah pergi - pergian dengan menggunakan minibus itu.

Kubawa Merry ke rumah yang sudah kusediakan sejak 5-6 bulan yang lalu itu. Rumah megah yang terletak di kompleks perumahan elit. Rumah yang dari garasi bisa langsung masuk ke bagian dalam rumah itu. Rumah yang selalu dibersihkan oleh seorang pembantu dan dijaga oleh dua orang satpam.

Setibanya di depan rumah megah itu, seorang satpam membuka pintu yang langsung menuju pintu garasi, sementara satpam yang seorang lagi membukakan pintu garasi. Sehingga sedanku bisa langsung masuk ke dalam garasi.

Kedua koper Merry dibawa oleh kedua satpam itu dan kuarahkan agar disimpan di kamar utama. Sementara aku sendiri lebih tertarik untuk mendekap pinggang Merry dari belakang, sambil menciumi tengkuknya. Kemudian berkata setengah berbisik, “Aku sudah kangen sekali padamu, Sayang. “

“Apalagi aku, “ sahut Merry, “Aku sangat - sangat kangen sekali. Tapi sikonnya tidak membolehkanku meninggalkan rumah selama masa berkabungku. “

“Sekarang sudah selesai semua ?” tanyaku sambil mengajak Merry duduk di sofa ruang keluarga.

“Sudah, “ sahut Merry, “Sesuai dengan surat wasiat yang ditinggalkan oleh almarhum suamiku, semua harta - benda miliknya diwariskan padaku. Tapi ada surat terpisah, tidak terikat secara hukum. Di dalam surat pribadi itu suamiku menganjurkan agar perusahaan - perusahaannya jangan ada yang dijual. Karena semua perusahaannya sehat dan sangat berguna untukku. “

Merry terdiam sejenak. Lalu melanjutkan penuturannya, “Suamiku juga menganjurkan, agar setelah dia meninggal, aku bebas menentukan pilihanku. Termasuk untuk kawin lagi. Dia hanya mewanti - wanti agar jangan sampai salah pilih. Itu saja. “

“Syukurlah kalau begitu, “ tanggapku, “tapi kamu tidak merasa salah pilih kah menjadikanku sebagai calon suamimu ?”

“Aku sudah sangat mencintaimu, Sam. Jadi memilihmu untuk menjadi suamiku adalah harga mati. Gak bisa ditawar - tawar lagi, “ sahut Merry, “Tapi bagaimana dengan istri pertamamu ? Apakah dia bakal ngasih izin kalau aku menjadi istrimu juga ?”

Aku mengangguk sambil tersenyum. “Sudah mendapat izin, “ kataku, “Dia hanya meminta sebuah supermarket sebagai kompensasinya. Dan supermarket itu sudah hampir selesai. Mungkin minggu depan juga sudah bisa grand opening. “

“Baguslah. Kompensasinya bukan sesuatu yang berat. Hanya sebuah supermarket. Lagipula permintaannya itu positif, untuk belajar berbisnis secara mandiri. Tidak menggantungkan diri kepada suami. “

“Terus ... bagaimana dengan rumah ini ? Cocok dengan seleramu ?” tanyaku.

“Sangat cocok. Aku mahal gak nyangka kalau pangeranku bisa menyediakan rumah yang sangat nyaman gini. Perabotannya juga modern semua. Aku puas, Sayang. “

“Terus ... bagaimana dengan pernikahan kita ? Apakah mau bikin pesta besar - besaran ?”

“Jangan, “ Merry menggoyang - goyangkan telapak tangannya, “Aku malah ingin perkawinan kita tertutup. Cukup keluarga kita aja yang hadir. Tempatnya pun harus tertutup. Yang penting kan buku nikahnya itu. “

“Kenapa harus dirahasiakan ? Bukankah sekarang kamu sudah resmi menjadi janda ?”

“Justru setelah jadi janda begini, banyak awak media yang menyorotiku. Banyak yang nanya mau menikah dengan siapa, di mana dan kapan ? Pusing deh. Aku paling takut kalau sudah berhadapan dengan mereka. Karena mereka seolah ingin menelanjangi rahasia pribadiku. “

“Baiklah. Mmm ... biar bagaimana pun aku harus memberikan mahar pada saatnya akad nikah nanti. Bidadariku mau dikasih mahar apa ?“ tanyaku sambil membelai rambut Merry yang brunette.

“Apa pun yang pangeranku berikan, akan kuterima. “

“Jangan begitu. Katakan saja apa yang kuinginkan sebagai maskawin dariku nanti ? Asal jangan minta pesawat jet pribadi aja ... hehehee ... “

“Mmmm ... ya udah. Aku minta perhiasan dari emas putih saja. Gak usah banyak - banyak. Lima gram juga cukup. “

Aku tersenyum. Karena sebenarnya aku sudah menyiapkan cincin, kalung dan gelang ... semuanya bertatahkan berlian. Tapi logamnya emas kuning semua. Tinggal menggantinya saja dengan emas putih menjelang hari pernikahanku nanti.

“Seandainya perhiasan itu terbuat dari emas kuning, kamu gak keberatan ?”

“Ya udah. Putih atau kuning sama aja. Aku suka juga emas kuning, hanya kuanggap terlalu menyolok waktu mengenakannya. Kalau emas putih kan bisa disangka perak yang gak ada harganya. “

Setelah mempertimbangkan keinginan Merry, akhirnya kubawa perhiasan bertatahkan berlian itu ke toko emas langgananku. Minta agar emas kuningnya diganti dengan emas putih.

Ternyata toko emas itu hanya membutuhkan waktu 3 hari untuk mengerjakan pesananku.

Sehingga aku merasa sudah saatnya untuk melaksanakan akad nikah dengan Merry. Yang diundang hanya keluarga besarku saja, baik dari pihak Papa mau pun pihak ibuku almarhumah. Tentu saja Papa dan Mamie pun diundang. Tapi Mama Mien, Mbak Ayu dan Mbak Ita tidak kuundang.

Dari pihak Merry sendiri datang ibunya dan adik-adik ayahnya. Salah seorang dari adik - adik ayahnya itu bertindak selaku wali, karena ayah Merry sudah tiada.



Akad nikahku dengan Merry terlaksana dengan mulus namun tertutup, sesuai dengan keinginan Merry sendiri.

Malamnya, Merry mengajakku ke Bangkok, untuk berbulan madu. Merry mengajak Frida, Aleksandra dan Halina juga. Tapi anak - anak dan babysitternya masing - masing tidak bisa diajak serta. Karena mereka tidak memiliki paspor. Sementara Frida, Aleksandra dan Halina sudah memiliki paspor, jadi bisa terbang secara mendadak malam ini juga.

Malam itu pesawat jet pribadi Merry membawa kami berlima terbang menuju Bandar Udara Suvarnabhumi, Bangkok. Bandara ini adalah bandara baru di Bangkok (Bandara lama bernama Don Muang).

Bukan cuma itu. Ternyata Merry pun sudah cek in di Hotel Al Meroz, salah satu hotel muslim di Bangkok. Yang menjamin segalanya serba halal.



Suhu - suhu yang baik,

Thread Rumah Kami Surga Kami ini SELESAI sampai di sini.
Tapi Lembaran Kehidupan Sam cs masih akan dilanjutkan
dalam thread berjudul “PETUALANGAN TAK KUNJUNG USAI”

So kita berpisah dulu di sini, untuk berjumpa lagi dalam
thread lanjutannya.

Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangannya.
Terima kasih untuk kesetiaan para suhu yang mengikuti
thread ini dari awal sampai akhir.

Wassalam,

Neena Maureen.
:mantap: :mantap: :mantap: :mantap: :mantap: :baris: :baris: :baris: :baris: :tepuktangan: :tepuktangan: :tepuktangan: :tepuktangan: :tepuktangan: terima kasih udah sampe tamat dan tidak membuat kentang semprotlover:ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun::ampun:saya baca maraton sampe burung sy ikut sedih..top deh mba
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd