Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG #1

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
gila critanya sad bnget bang :sedih:


ada bunuh2an :takut:
jgn lambungkan cinta stinggi mungkin bila kau tak ingin terjatuh..
 
njir kejamnya dirimu hu kena harkos :galau: ... kira in mau update...


kalo total remake jadi balik lagi ke awal dong hu ceritanya ??? :takut:

yup. Full remake. Dengan konsep dan alur yang berbeda. Lupakan Catapult versi lama. Terlalu banyak blunder di sana.
 
Seperti biasa, ide ceritanya out of the box

heiii... Suhu nostradamus sudi mampir kemari. Terima kasih Suhu.

Speechless ane hu, keren bangsat updatenya,

"Cinta itu ibarat tebing yang terbuat dr tumpukan harapan, semakin tinggi harapan, semakin tinggi tebing, dan akan semakin sakit saat jatuh"

Dalem suhu... Dan ane setuju banget,
Kbanyakan yg sakit cinta tuh sakit bukan krn cintanya tp sakit krn harapannya ga kesampaian, kayak ayahnya tara.
yg lbh memilih mati dan ttap menjaga janjinya ke orang yg sangat dicintainya.


wah... Wah.... Sepertinya ada yang juga ngalamin nih. Hihihi

gila critanya sad bnget bang :sedih:


ada bunuh2an :takut:
jgn lambungkan cinta stinggi mungkin bila kau tak ingin terjatuh..

lambung kan di perut Om??
 
Lhoh nyas kok remake, yg error dimana, aku masi ada lho sofcopy nya lengkap dr silent rose, catapult, and bleeding rose yg bapake silent rose itu sama yg satunya wise crow

The Catapult
Case 04 - Released Bullet

4.1 Another Crow
Warna hitam pekat menghiasi dinding, lantai dan langit langit ruangan tersebut,,,
 
Terakhir diubah:
Cinta itu emang buta ya...
seburuk apapun orang yg kita cintai dimata orang lain, dimata kita dia adalah yg terbaik.
 
@1
Chapter 06

Selesailah sudah
Astara menghentikan ceritanya. Ia tak mendengar apapun dari Dina yang seharusnya berada tepat di belakang punggungnya. Pria itu lantas berbalik badan dan menemukan Dina telah tertidur lelap. Entah sejak kapan Dina mulai tertidur. Mungkin gadis itu telah tertidur saat Tara baru mengucapkan tiga atau empat kalimat.

Pelan dan hati-hati, Tara beranjak dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar. Semua dilakukannya dengan penuh hati-hati seolah enggan membangunkan Dina yang tidur lelap.

Tara baru saja hendak masuk ke kamar sebelah ketika ponselnya di atas meja berdering. Sekilas ia melirik dan menemukan tulisan 'Kak Ken' di layar ponsel. Ia lantas memutuskan untuk menerima panggilan.

"Halo Kak," sapa Tara setengah berbisik. Seolah ia masih berpotensi membangunkan Dina yang kini berada di ruangan berbeda dengannya.

"Aku sudah membereskannya," dengusan nafas yang memburu terdengar diantara kalimat yang diucapkan Ken.

"Membereskan apa Kak? Dan kenapa kedengarannya dirimu baru saja bertanding di olimpiade?"

"Ramzi..." ujar Ken masih dengan nafas yang ngos-ngosan. "Orang yang memukulmu. Aku sudah membunuhnya."

"Kau gila Kak?!" Tara setengah berteriak. "Aku tidak memintamu membunuhnya," Tara kembali berbisik.

"Siapapun yang berani menyentuh Adikku harus mati," ujar Ken. "Sekarang... Mulai sekarang kau harus mengurusnya sendiri. Tidak ada komunikasi lagi setelah ini. Aku tidak menyangka kalau selama ini dia telah mengincarku."

"Dia? Ramzi? Ramzi mengincarmu? Bukankah Kakak baru saja mengatakan kalau Kakak telah menghabisinya?"

"Bukan, bodoh!" Ken terdengar kesal. "Bukan Ramzi. Ramzi sudah mati. Yang kuhadapi sekarang jauh lebih berbahaya, jauh lebih mematikan. Dan aku tidak yakin bisa lari lebih jauh dari ini."

"Siapa Kak? Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Dengar... Dia mengincarku karena mengetahui pergerakan Divisi Belakang. Aku takut dia juga akan mengincarmu. Tinggalkan apartemen sekarang juga! Dua belas anak buah terbaikku sudah ia habisi."

"Siapa Kak? Siapa yang mengincar kita?"

"Silent Rose. Sekarang cepa..."

Kata-kata Ken terputus tanpa sebab. Hanya terdengar suara benturan berkali-kali.

"Kak?? Kak Ken??" Tara berusaha memanggil Ken.

"Seharusnya kau sudah meninggalkan apartemen itu," terdengar suara seorang pria dari ponsel Ken. Suara yang dingin dan mencekam.

"Siapa kau bangsat?! Kau apakan Kakakku?!" Tara menghardik suara yang jelas-jelas bukan suara Ken.

"Aku Silent Rose. Dan kau akan segera mati, Astara, putra dari Wedianto Wicaksana. Kau akan menebus kejahatan ilegal yang dilakukan oleh perusahaanmu. Atau yang lebih suka kau sebut sebagai Divisi Belakang."

"Aku akan mengejarmu! Mencarimu dan membunuhmu Bangsat!!"

"Oh, aku akan sangat mengharapkan itu..." ada nada mengejek dari suara pria yang menyebut dirinya Silent Rose itu. "Tapi sayangnya kau tidak akan bisa. Kau akan segera menyusul Kakakmu."

"Coba saja kalau kau bisa Bang..."

DARR!!

Belum sempat Tara menyelesaikan kalimatnya, ponselnya mendadak meledak keras. Memberikan ledakan yang cukup untuk membentur syaraf otaknya. Detik berikutnya Tara tergeletak jatuh di atas lantai keramik apartemennya. Tak bernyawa...

Meninggalkan sebuah kisah yang tak pernah terselesaikan.

END
 
Hore pertamaxxx

kok cepat ditamatin Hu? Ane kira bakal sampe bait terahir #1
apa karena mau fokus ke catapult?
 
Owh, jd ini cuma side story dr cerita2 sebelumnya yah? Hehe pantes ane bingung mendadak End. Haha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd