Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG #1

Status
Please reply by conversation.

Enyas

Tukang Semprot
UG-FR+
Daftar
6 Jun 2012
Post
1.141
Like diterima
584
Bimabet

"Maulidina adalah seorang mahasiswi yang memiliki profesi lain sebagai wanita panggilan atau yang lebih sering disebut sebagai Ayam Kampus. Suatu hari seorang pria bernama Astara yang saat itu menggunakan jasanya tiba-tiba saja memintanya menjadi kekasih. Padahal Dina saat itu telah memiliki kekasih dan sama sekali tidak ingin memanfaatkan siapapun."

Original story by Enyas


Index :

Chapter 01 : Apa jadinya aku andai kamu nggak ada

Chapter 02 : Tanpa Kamu aku bukan apa-apa

Chapter 03 : Dan Aku

Chapter 04 : Sangat Butuh

Chapter 05 : Dan Aku...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
#1


Chapter 1 : Apa jadinya aku andai kamu nggak ada

Ranjang spring bed di sebuah kamar hotel itu sedikit berayun mengikuti gerakan sepasang insane berlainan jenis di atasnya. Jari-jemari sang pria tampak lembut mencengkeram paha mulus sang gadis. Kedua kaki terbuka, tertahan oleh tangan pria yang kini tengah memompa batang kejantanan keluar masuk tubuhnya. Sesekali sang gadis memandang sayu ke arah sang pria, sesekali matanya terpejam diikuti lenguhan pelan yang meluncur dari bibir mudanya. Sebuah lenguhan kenikmatan yang tak tergambarkan.

Tubuh keduanya tampak bermandi peluh meski pendingin suhu ruangan berfungsi dengan baik. Pria itu tampak mempercepat pompaannya, membuat lenguhan gadis yang tengah disetubuhinya lamban laun berubah menjadi erangan dan rintihan.

“Ganti,” ujar Pria itu sembari menghentikan gerakannya dan memberi isyarat agar sang gadis berbalik badan.

Sang gadis mengerti, dengan sigap ia bangkit dan berbalik membelakangi sang pria. Gadis itu mengangkat bongkahan pantatnya sembari sedikit meliukkan punggungnya. Membuat pose yang tampak seksi, erotis dan menggairahkan. Tanpa membuang waktu, sang pria mengarahkan batang kejantannya ke bibir kewanitaan gadis manis tersebut. Dalam satu hentakan lembut batang tersebut tenggelam dalam lipatan liang kenikmatan, diikuti erangan yang keluar dari bibir sang gadis kala tubuhnya sedikit terdorong maju.

Tak ada lagi kata-kata, hanya deru nafas dan hawa gairah yang menyelimuti mereka berdua. Sang pria menempatkan kedua tangannya tepat di lekuk pinggang sang gadis, menjadikannya poros dari setiap dorongan penisnya. Semakin lama semakin kencang.

“Ah!” sang gadis tak kuasa melawan rasa nikmat yang menyetubuhinya. Kepalanya terangkat sedikit mendongak, membuat rambut panjang hitamnya terurai jatuh ke punggungnya. Bibirnya terbuka, mengeluarkan rintihan demi rintihan yang juga semakin kencang. Tubuhnya terdorong maju-mundur dalam sentakan-sentakan yang semakin kencang, membuat kedua buah dada indahnya berayun-ayun liar.

“Ssh… ahh…”

Mata gadis itu terpejam, ia dapat merasakan batang kejantanan pria yang tengah menyetubuhinya mulai berkedut-kedut, seolah menjawab kedutan tersebut, dinding-dinding kewanitaanya ikut berkedut. Memberikan kenikmatan pada mereka berdua.

“Oohh!” Sang gadis mengerang keras, rupanya ia lebih dulu mencapai klimaks. Tubuhnya sedikit bergetar dan mengejan saat sesuatu serasa meledak dari dalam dirinya. Dengan sigap sang pria menahan pundak gadis tersebut dengan tangannya, membuat punggung sang gadis makin meliuk. Dengan sigap dan tegas sang pria mempercepat genjotannya. Ia belum selesai, ia masih akan selesai.

Dan dalam beberapa hentakan kencang, sang pria menggeram, matanya terpejam, penisnya melesak sangat dalam. Ia telah mencapai ejakulasinya.

Gadis manis itu ambruk. Terkulai dengan nafas tersengal-sengal saat sang pria melepaskan pegangannya dan mencabut penisnya. Cairan putih kental tampak terkumpul di ujung kondom yang masih membungkus batang kejantanannya. Dengan tenang pria tersebut beranjak ke kamar mandi untuk melepas dan membersihkan penisnya.

“Sudah ingat namaku?” tanya pria itu. Ia telah mengenakan T-shirt dan celana jeansnya. Lengkap bersama arloji dan sebatang rokok yang tengah dihisapnya.

“Astara kan?” jawab sang gadis yang masih berbalut handuk hotel. “Tenang, aku nggak lupa lagi kok,” suaranya terdengar manja.

“Panggil Tara saja,” ujar Tara sembari menghisap rokoknya. “Habis ini ada acara? Atau ada tamu berikutnya?”

Gadis itu menggeleng sembari mulai mengenakan pakaian dalamnya. Tara memandangi gadis di hadapannya dengan seksama. Ya, gadis yang kini ada di hadapannya yang baru saja disetubuhinya adalah seorang gadis panggilan berstatus mahasiswi atau yang lebih dikenal dengan sebutan ‘ayam kampus’.

Ini bukan pertama kalinya Tara menggunakan jasa sang gadis. Terhitung sudah enam kali sejak Ken, kakak tirinya merekomendasikan gadis tersebut pada dirinya. Muda, mungkin baru berusia antara sembilan belas hingga dua puluh tahun. Memiliki senyum yang manis, pandangan mata yang memikat, tutur kata yang menyenangkan dan tubuh yang langsing serta kencang menjadi daya tarik dari gadis tersebut.

“Dina…” Tara memanggil nama gadis itu. “Duduklah di sini,” Tara mempersilahkan sang gadis untuk duduk di sampingnya. “Ada yang ingin kubicarakan.”

Dina merapikan pakaiannya sebelum duduk di kursi tepat di samping Tara.

“Apa kamu mau jadi pacarku?” tanya Tara kemudian.

Untuk sesaat Dina terdiam. Memandang lekat ke wajah Tara seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

“Apa-apaan sih,” ujar Dina kemudian. “Nggak lucu bercandanya,” jawabnya seraya memukul manja bahu Tara.

“Aku nggak bercanda,” asap mengepul dari bibir Tara saat ia menegaskan keinginannya. “Aku single dan aku ingin kamu jadi pacarku.”

“Kamu serius? Meskipun kita pacaran bukan berarti aku bisa kamu tidurin secara gratis lho ya?”

“Aku bayar,” kalimat Tara terdengar singkat dan padat. “Aku akan penuhin semua kebutuhan bulananmu, kosmetikmu, salonmu kuliahmu juga boleh.”

Kalimat Tara terdengar begitu menggoda. Untuk sesaat Dina terdiam mematung, wajahnya menunjukkan ekspresi yang penuh kebingungan. Jelas saja, baru kali ini ada seorang tamu yang memintanya menjadi pacar dan menawarkan untuk membiayainya.

“Terus? Apa yang kamu dapatkan?” Dina balik bertanya.

“Aku membiayaimu berarti kamu tentu nggak keberatan untuk seks kan?” Tara mematikan rokoknya ke asbak yang berada tepat di atas meja. “Tenang saja, aku bukan maniak seks yang akan memintamu melayaniku setiap hari. Laki-laki juga perlu menjaga staminanya.”

Dina mengambil sebatang rokok dan mulai menyulutnya. Asap putih mengepul keluar dari bibir gadis manis tersebut.

“Tapi yang lebih aku butuhkan bukan seks,” Tara melanjutkan. “Yang aku minta dari kamu adalah perhatian dan kejujuranmu.”

Dina menghisap rokoknya sembari memandang ke langit-langit kamar hotel.

“Bagaimana Din?” Tara bertanya sekali lagi.

“Kamu selalu begini ke cewek-cewek?” pertanyaan balasan kembali dilontarkan oleh Dina. “Semua cewek B.O kamu ajak pacaran?”

“Kamu yang pertama,” jawab Tara pelan.

“Ah nggak percaya,” timpal Dina. “Kalo memang iya, kenapa aku? Bukan yang lain?”

Kali ini Tara tidak segera menjawab. Tara paham ini adalah pertanyaan jebakan yang menjadi andalan dari kaum hawa. Pertanyaan yang masih sejenis dengan 'Apa yang kamu suka dari aku?'.

“Aku ngerasa cocok,” jawab Tara kemudian. “Itu saja.”

Dina melemparkan senyum manisnya ke arah Tara. “Maaf ya Mas Tara,” ujarnya sambil tersenyum lembut. “Tapi Dina sudah punya pacar.”

“Tidak masalah buatku,” Tara menggeleng. “Aku hanya butuh perhatianmu ada saat aku butuhkan. Kamu boleh jadikan aku yang kedua, ketiga atau yang keberapapun.”

Lagi-lagi Dina tersenyum sebelum menggeleng. “Aku nggak mau nyakitin hati orang. Maaf ya Mas?”

“Oke, nggak masalah,” Tara membalas senyuman Dina. “Tapi kapanpun kamu berubah pikiran kamu bisa menghubungi aku. Ayo kuantar pulang?”

“Sampai depan bioskop saja,” ujar Dina. “Aku dijemput di sana.”

“Pacar?”

“He-em!” jawab Dina sembari mengangguk manja.

Tara dan Dina lantas berjalan berdampingan meninggalkan kamar hotel.

*_*_*​

Apa jadinya aku andai kamu nggak ada

Tanpa kamu aku bukan apa-apa

Dan A…a…aku… sangat butuh…

Dan A…a…aku… ingin slalu kau sentuh…


Lantunan tembang dari Slank mengantarkan Dina sampai ke tempat yang ditujunya. Sembari tersenyum gadis itu berpamitan kepada Astara dan turun dari Honda CR-V milik Astara. Setelah Dina turun dari mobil, Tara kembali melanjutkan perjalanannya.

Maulidina Putry, demikian nama lengkap dari DIna. Gadis berusia 20 tahun tersebut termasuk gadis yang atraktif. Cukup pandai merawat diri dan menjaga kebersihan dirinya. Menjadi mahasiswi di salah satu universitas swasta atas biaya sendiri memaksanya terjun ke dalam dunia malam yang kotor. Bagaimanapun itu adalah cara termudah untuk mendapatkan uang demi bertahan hidup. Dan di sinilah kini ia berada. Di depan gedung bioskop, menunggu kekasihnya, Ramzi, menjemput.

Senyumnya mengembang kala ia melihat sang pujaan hati mendekat. Senyum yang seketika berubah setelah aroma alkohol tercium dari pria berhidung mancung dengan kulit coklat terang dan rambut sebahu tersebut.

“Kamu minum lagi?” tanya Dina. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dilontarkan. Keadaan Ramzi sudah memberi jawaban secara otomatis.

“Sedikit kok,” ujar Ramzi sambil menyerahkan helm kepada Dina.

“Habis main kartu ya?” Dina tampak kesal saat mengenakan helm.

“Sedikit sayang. Begitu kalah aku langsung berhenti kok,” jawab Ramzi. “Ini buktinya, aku jemput kamu tepat waktu kan?”

Dina beranjak naik ke atas Yamaha Byson putih tunggangan Ramzi tanpa menimpali apapun.

“Ada uang kan Sayang?” tanya Ramzi kemudian.

“Untuk apa Say? Mau main kartu lagi? Nggak kalau buat main kartu!” jawab Dina ketus.

“Untuk check in Say,” Ramzi berbisik mesum. “Kangen sama memekmu nih,” tambahnya kemudian.

“iish! Mesum!” ujar Dina sambil memberi pukulan manja ke pundak pacarnya.

“Mau kan?” tanya Ramzi lagi.

“Iya udah ayo jalan,” Dina memerintahkan Ramzi untuk memulai perjalanan.

Tangan gadis itu memeluk erat sang kekasih, buah dadanya menempel rapat di punggung sang pria. Tubuh mereka tampak menempel erat. Seakan-akan tak terpisahkan. Seakan tak tahu akan jadi apa sang gadis tanpa kekasihnya. Mereka melaju melewati keramaian kota hingga berbelok masuk ke salah satu hotel kelas melati di pinggiran kota.

Ramzi memeluk kekasihnya dari belakang begitu mereka sampai di kamar hotel yang terlihat sangat standar. Bibirnya bergerak lembut menelusuri leher Dina, membuat Dina memejamkan mata dan mulai mendesis menahan geli sekaligus rangsangan yang melanda tubuhnya.

Tangan Ramzi bergerak naik dari perut rata Dina, berhenti tepat di bulatan buah dada sang gadis dan mulai meremas-remas. Memberikan desir rangsangan yang perlahan namun pasti merayap naik ke sekujur tubuh Dina. Dina membalas perlakuan kekasihnya dengan menyentuh dan menggesekkan tangan kanannya ke selangkangan Ramzi, menyentuh batang kejantanan yang sudah mengeras.

“Keras banget,” bisik Dina mesra. “Pengen ya?” godanya.

Ramzi menjawab godaan Dina dengan menyelusupkan tangan kanannya ke balik T-shirt yang dikenakan Dina, langsung menyusup masuk ke dalam bra yang dikenakan gadis itu. Tangan kirinya bergerak ke bawah, melepas kancing celana jeans Dina dan menurunkan sedikit resletingnya. Tidak butuh waktu lama bagi tangan kiri Ramzi untuk masuk menelusup ke balik celana dalam Dina, memainkan belahan kewanitaannya dengan jari-jarinya, membuat tubuh Dina sedikit bergidik dan mulai mendesah.

Cukup lama mereka bertahan dalam posisi itu hingga akhirnya Dina berbalik, tangannya merangkul leher Ramzi dan mulai berciuman. Mata keduanya terpejam saat bibir mereka berpagutan, lidah mereka beradu dan menari. Tidak peduli dengan aroma alkohol yang menyengat, keduanya telah larut dalam hasrat dan gairah muda yang menggebu, meminta untuk dilampiaskan.

Dina dapat merasakan kewanitaannya basah dan berkedut, seolah memanggil batang kejantanan untuk masuk ke dalamnya. Seolah mengerti, Ramzi membaringkan Dina ke ranjang, melucuti celana gadis manis itu sebelum menurunkan celananya sendiri. Batang kejantanan Ramzi mencuat keluar saat celana dalamnya tanggal. Tampak siap untuk mengejar kenikmatan.

Tanpa menunggu lebih lama, Ramzi menarik kekasihnya ke tepi ranjang dan membuka kedua kaki gadis manis tersebut, membiarkan kaki Dina menggantung bebas. Dengan nafas memburu pria itu menggesekkan kepala penisnya ke belahan bibir kewanitaan Dina.

“Ah!” Dina mengerang, tubuhnya sedikit terdorong ke atas saat Ramzi memasuki tubuhnya dalam satu hentakan keras. Ada sedikit rasa ngilu di kewanitaannya namun semua itu terasa samar dibandingkan kenikmatan yang di dapat kala batang itu menggesek titik-titik sensitif dalam liang kenikmatannya.

Dan kenikmatan itu makin menjadi saat Ramzi mulai menggerakkan pinggulnya, membuat gesekan kelamin yang melahirkan erangan, desahan, desisan atas kenikmatan yang tak terhentikan. Menjalar dari pangkal paha ke seluruh tubuh keduanya.

*_*_*​
 
ini cepet banget ya komennya :bata:
 
:eek: Wuihhhhh....Babak pembuka langsung duel.....:mantap:
Tunjep poin...Tanpa basa-basi...:D
 
waaw suhu enyas rilis cerita :kk:


bikin tenda dimari ah


ijin :baca: suhu
 
lagunya slank

PLUR,ijin baca fren,kaya nya seru nih.

mejeng dulu di pejwan

edited:suhu rikues bidadari penyelamat donk:Peace:

:ngacir:
 
wih suhu suhu dedengkot mulai turun gunung nh
:pandaketawa:
izin gelar tenda ya suhu
:ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd