.
13th SIN Untold Stories
.
(Anie's Stories)
.
Kini hanya aku sendiri, Wiwie dan Linda sudah pergi, dan tempat ini menjadi sepi, hanya tinggal aku dan si Encim.
.
"lu mesti pergi nie,dsini tidak ada apa2, jika waktu nya nanti tiba, mereka akan menjemput lu, dan pada saat itu lu ga akan punya waktu untuk dirilu sendiri.." ujar si encim. (*encim = tante)
.
Mungkin ada benarnya juga ucapan si encim, akhirnya kuputuskan pergi, tapi aku bingung harus kemana, kembali kerumah aku tidak ingin, aku hanya ingin pergi ketempat dimana orang tidak mengenalku.
.
Sejak tadi aku berdiri dihalte ini aku sudah merasakan pandangan tidak enak dari dua orang pria dengan penampilan yang semerawut disudut kiri dari tempatku berdiri.
Tanpa rasa takut sedikitpun aku tatap dua orang itu, salah satunya kemudian menghampiriku sambil cengar cengir.
"lu ani kan...?" ujarnya tiba-tiba mengejukan juga ternyata dia mengenalku.
"gua Wiji.. Masa lu lupa.!" ujarnya melihatku masih bingung.
.
"wiji anak nya bu Nur yang..." aku baru menyadari siapa pemuda kurus ini.
.
"ya wiji anak bu Nur yang kabur karena nyuri kotak amal,.." ujarnya melanjutkan.
.
"hahahaha..." aku tidak dapat menahan tawa, ketika melihat ekspresi wajahnya saat berkata, ya aku ingat siapa Wiji ini, anak paling nakal dikampung dulu, yang selalu mengganggu anak-anak sebayanya. dimana ada anak yang nangis atau berkelahi pasti akan ada keterlibatan dari si Wiji, dan satu-satunya anak yang ditakuti oleh Wiji adalah aku karena sejak kecil aku sudah berbadan besar, dan aku bisa dengan mudah melempar tubuh kurus wiji, kendati anak itu cukup tahan banting juga.
.
"lu makin semok aja ni.." ujarnya sambil menatap tubuhku dari atas kebawah.
.
.
"lu ju masih kerempeng aja." balasku.
.
"eh ngapain lo ada disini,..?" tanyanya.
.
"panjang ceritanya, lu ada tempat buat ngobrol ga..? Sekalian pengen istirahat gua..!"
.
"kekontrakan gua aja.. Deket kq dari sini...!" ajaknya.
.
"oke.." jawabku setuju.
.
Ternyata tempat kontrakan Wiji memang tidak terlalu jauh, kendati tidak terlalu besar tapi lumayanlah aku ada tempat beristirahat.
Kami bercerita tentang nostalgia diwaktu kanak-kanak dulu, tentang kenakalan Wiji dan juga kemana dia kabur setelah mencuri kotak amal dimesjid.
Akupun mengarang cerita kalau aku kabur dari rumah karena ribut dengan orang tua dan ingin menenangkan diri dulu, Wiji menawarkan tempatnya untukku tinggal sementara.
.
"beneran nih gua, ga apa disini..?" tanyaku.
.
"ga pa, lu tenang aja, disini bebas, cuma ya gini tempatnya.." jawabnya
.
"thank's ya.. Eh dah sore .. Gua pengen mandi dulu nih, dimana kamar mandinya..?"
.
"lu masuk aja dibelakang, tuh keluar pintu dapur..!" Wiji menunjukan.
.
Kamar mandi dikontrakan Wiji, terpisah dibelakang, selesai membasuh seluruh tubuh dan merasa segar kembali, uppss..! ternyata tadi aku hanya membawa handuk, tanpa membawa baju ganti, tengok kiri kanan, suasana sepi, akhirnya kubergegas jalan ke pintu dapur, dengan hanya berbalut handuk yang ukurannya sangat tidak mencukupi untuk menutupi tubuhku yang besar ini, langsung kututup pintu itu begitu ku didalam,
.
"wow.. Kau punya barang super gini disimpan sendiri aja ji..!" sebuah suara tiba-tiba dan ketika kuberpaling ternyata disitu sudah ada beberapa orang.
Aku terpaku tidak tahu harus apa, mau bersembunyi pun tidak ada tempat, karena kontrakkan ini hanya terdiri dari sebuah ruangan dan dapur kecil.
.
"siapa dia.. Kau punya pacar kah ... Pantas saja kau betah dirumah, tak mau kerja cari uang buat bayar utang.." ujar pria berambut kribo itu.
.
"itu teman saya bang, dia cuma numpang istirahat aja..!" jawab Wiji dengan tampang yang terlihat sangat ketakutan.
.
"ah..alasan saja kau, bilang saja tak mau bagi-bagi, dengan abangmu ini.." ujar si Kribo itu, lalu mendekatiku, memandang tubuhku yang hanya berbalut handuk.."hey..montok..kau ini teman atau pacarnya si Wiji..?"tanyanya padaku.
.
"teman.!" jawabku.
.
"owh teman..kuberitahu kau temen kau ini, punya hutang sama aku..gimana kalau kalau kau bayari saja hutangnya dia..." ujar siKribo itu.
.
"Bang Ramon, dia ga tau apa2..saya akan cari uangnya bang.." ujar Wiji, kepada si Kribo yang ternyata bernama Ramon ini..
.
"berapa hutangnya..?" tanyaku, karena memang aku membawa cukup uang pemberian si Encim, tapi aku juga bisa menduga si Ramon kribo ini punya maksud lain, sorot matanya menyiratkan pandangan penuh nafsu memandang tubuhku.
.
"tenang saja montok..tak perlulah memikirkan uang, pembayarannya cukup dengan kau layanin saja abang Ramon ini, badan kau itu benar-benar bikin kontol abang ngaceng.." ujarnya.
.
"oke..." jawabku sambil melepas handukku, kini aku berdiri bugil dihadapan empat orang pria, yang memandang dengan mata penuh nafsu.
.