Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA A High Class First Love Story (BUCIN)

Next update kapan? ><


  • Total voters
    72
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Jadi siapa yg LT ?

Jangan” si dodo juga wkwkwkwk 🤣

Duit inti kebahagiaan sih walaupun apa” bukan hanya duit semata.
 
Kak dodo kaya banget...
Jadi iri ai

Ane ga ceritain aja gimana pengorbanannya ketika masa SMA dan kuliah dulu
Ya emang males juga sih bikinnya
:D


Anggara Widodo...

Hmmm...

Risetnya boleh juga hehehe

Waaaaaaa ada apa inih? ><
Padahal nubi hanya ngarang aja ><


Yona sama Nadila adek kakak apa gimana ini wkwk

Kaga kok :D


anggara siapanya joko?

btw selamat ultah tahun ya queen

Joko? :bingung:


Jadi siapa yg LT ?

Jangan” si dodo juga wkwkwkwk 🤣

Duit inti kebahagiaan sih walaupun apa” bukan hanya duit semata.

Wah pelengkap doang kok harus diceritain? ><

Yoi. Duit memang bukanlah satu-satunya sumber kebahagiaan. Namun duit berada di posisi teratas dalam hal kebahagiaan.

Mantap gan

Cerita yang manis sekali ❤
Makasih gan :ampun:
 
Wah pelengkap doang kok harus diceritain? ><

Yoi. Duit memang bukanlah satu-satunya sumber kebahagiaan. Namun duit berada di posisi teratas dalam hal kebahagiaan

Jadiin cerita tersendiri aja atau side story lebih bagus. Ga kepikiran kan? Dulu juga bikin side story fireworks juga awalnya ga kepikiran, lha malah jadi partnya lbh banyak dari cerita utamanya. Bakal ada banyak ide yg dieksplorasi. Secara konflik, kenapa Yona bisa jadi cewek BO menarik lho untuk dijadiin cerita yg detail. Awalnya kan udah diceritain soal masalah ekonomi, bisa diperuncing lagi jadi konflik batin Yona sebagai idol yg harus dituntut sempurna sementara keluarganya terancam karena hutang, kenapa akhirnya mutusin jadi cewek BO, pengalaman tamu pertama. Ya bebaslah dieksplor, biarkan imajinasi liar mengalir deras.

Waaaaaaa ada apa inih? ><
Padahal nubi hanya ngarang aja ><

Nanti juga lo paham. Ga ada yanf kebetulan di dunia ini, tinggal takdirnya aja kapan bersinggungan di persimpangan.
 
Kenapa nggak ngawe aja sekalian biar jadi orgy event
siapa tau dijadikan sbg catatan untuk ditulis oleh TS hahahaha

Maaf salah orang, ini bukan Benji :p


anggara widodo.....joko widodo.....

Lah itu nama umum kok


bagi cek ksng dong kak ><

Kok cek kosong sih? ><


Jadiin cerita tersendiri aja atau side story lebih bagus. Ga kepikiran kan? Dulu juga bikin side story fireworks juga awalnya ga kepikiran, lha malah jadi partnya lbh banyak dari cerita utamanya. Bakal ada banyak ide yg dieksplorasi. Secara konflik, kenapa Yona bisa jadi cewek BO menarik lho untuk dijadiin cerita yg detail. Awalnya kan udah diceritain soal masalah ekonomi, bisa diperuncing lagi jadi konflik batin Yona sebagai idol yg harus dituntut sempurna sementara keluarganya terancam karena hutang, kenapa akhirnya mutusin jadi cewek BO, pengalaman tamu pertama. Ya bebaslah dieksplor, biarkan imajinasi liar mengalir deras.



Nanti juga lo paham. Ga ada yanf kebetulan di dunia ini, tinggal takdirnya aja kapan bersinggungan di persimpangan.

Iya, ane sih tertarik banget utk bikin side story
Ane sendiri udh bikin apa aja yg akan dibikin side story
Tapi ya RL, sudah sibuk ini

BTW, sudahlah hu. Anggap saja semua itu hanyalah kebetulan.
 
Part XV: A Service Trip.
Back to first person POV.

Sekarang adalah hari selasa di minggu pertama bulan Februari. Ini berarti dua minggu lagi adalah tanggal 23, tanggal di mana Viny berulang tahun. Tahun ini Viny sudah memasuki umur 24 tahun. Tentunya gue pusing dong, secara pacarnya ya harus ngasih hadiah ulang tahun buat Viny. Ga mungkin dong ngasihnya cuman boneka sama bunga, lah Viny aja memberikan kegadisannya untukku saat ulangtahunku dua tahun yang lalu. Apalagi kalau aku ga ngasih hadiah, bisa habis aku, lah aku udah ga ngasih hadiah ulang tahunnya yang ke-23.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, sebentar lagi adalah waktu istirahat makan siang. Namun, kini aku sudah menempati sebuah meja di kantin kantorku. Ya, aku curi start makan siang. Males banget aku nungguin, keburu habis dimangsa para karyawan. Aku memesan seporsi nasi dengan sayur kacang, sepotong tempe goreng, dan seekor ikan tongkol bumbu balado. Tak lupa diberi macam-macam kuah supaya menambah rasa. Juga jangan lupakan segelas es teh manis. Ah nikmatnya.

Makananku kini telah habis. Sekarang aku sedang berjalan menuju ke ruanganku. Entah apa yang akan aku lakukan. Namun, tiba-tiba aku dipanggil pak menteri untuk menghadap dirinya di dalam ruangannya. Yah sebenarnya sih sudah biasa aku dipanggil pak menteri.

Tok Tok Tok...

Pintu berbunyi ketika aku mengetuk pintu ruangan pak menteri.

"Masuk."

Aku membuka pintu, dan nampak di hadapanku pak menteri yang duduk di balik meja kerjanya.

"Duduk nak."

Aku pun duduk di kursi yang berada di depan mejanya itu.

"Ada apa ya pak?"
"Jadi gini. Kamu tau kan tanggal 21 dan 22 nanti pak presiden akan kunjungan kerja ke Inggris."
"Iya tau pak. Kan bapak juga harus ikut kan? Karena nanti bapak tanda tangan di atas nota kesepahaman soal pertukaran pelajar."
"Iya, masalahnya di situ. Tanggal 21 anak saya wisuda dan kebetulan anak saya meraih predikat cum laude."
"Wah selamat ya pak. Saya ikut senang mendengarnya."
"Terimakasih ya nak. Namun jadinya saya tidak dapat ikut pak presiden di kunjungan kerjanya itu. Jadi apakah kamu mau menggantikan saya, nak?"
"Yaa kalau sudah gini sih mau ga mau saya harus mau sih pak."
"Hmm... Baik nak. Terimakasih banyak ya nak."
"Iya pak."
"Jadi sehabis ini kita langsung pergi ke istana ya."
"Baik pak."

Kini pak menteri mengambil teleponnya dan mencoba untuk memanggil asistennya. Tak lama kemudian, asistennya pun datang. Pak menteri pun menyuruhnya untuk mempersiapkan perjalanan kami. Tentunya aku juga memberikan kunci Aston Martin-ku kepada sang asisten agar juga dipersiapkan. Aku memang lebih suka mengendarai mobil sendiri.

"Hmm... Pak..." Ucapku setelah sang asisten pergi.
"Kenapa?"
"Pak, bolehkah saya izin sekitar tiga hari setelah kunjungan dinas itu? Di hari senin, selasa, dan rabu."
"Buat apa?"
"Ya saya cuman ingin berlibur aja kok pak."
"Hmm... Saya sih boleh-boleh aja. Nanti kamu ngomong sendiri ya ke pak presiden."
"Baik pak. Terimakasih banyak ya pak."
"Seharusnya saya yang berterimakasih padamu nak."
"Tidak perlu pak. Ini memang pekerjaan saya."

Tak lama kemudian, kendaraan pun sudah berada di lobi. Kini aku masuk ke dalam Aston Martin-ku dan mulai melaju membuntuti mobil plat RI yang berada di depanku. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk kami sampai di istana. Kami pun masuk dan langsung menemui pak presiden yang berada di dalam istana.

"Ya silahkan duduk."

Kami pun duduk di meja rapat berhadapan dengan pak presiden, dan mulai membicarakan tentang masalah ini.

"Jadi sehubungan dengan kunjungan kerja pak presiden ke Inggris tanggal 21 dan 22 besok, saya tidak dapat mendampingi bapak karena anak bungsu saya akan wisuda di tanggal 21."
"Baik baik, saya dapat mengerti kok pak. Jadi, kamu yang akan menggantikannya, nak?"
"Iya pak."
"Kamu yakin dan siap nak?"
"Mengapa saya harus ragu dan tidak siap ketika saya sudah pernah berada di bulan, pak?"
"Kalau begitu, oke. Bagus digantikan oleh seorang anak muda yang amat berbakat. Ya ga apa-apa."
"Terimakasih banyak pak."
"Sama-sama pak."

Kami pun terdiam untuk beberapa saat. Ya, sekarang adalah giliranku.

"Pak presiden..."
"Iya ada apa?"
"Apakah saya boleh mengambil izin tiga hari pada hari senin, selasa, dan rabu setelah pertemuan itu? Saya ingin liburan."
"Boleh-boleh saja. Itu urusanmu dengan pak menteri. Tapi tentunya kami tidak memberikan fasilitas ya, kamu pulang ke sini beli tiket pesawat sendiri."
"Jelas itu pak."
"Ya boleh-boleh saja selama pak menteri mengizinkan."
"Oh ya sama satu lagi pak. Karena kita akan pergi dengan pesawat kepresidenan, apakah saya boleh ikut membawa seseorang? Hanya satu orang saja pak."
"Hmm... Gimana ya..."
"Saya sangat memohon, pak."
"Baik, saya perbolehkan. Tapi di kabin belakang tempat para wartawan."
"Kalau begitu apakah saya boleh berada di sana juga? Tidak berada di tempat pejabat negara bersama bapak."
"Yaa silahkan saja kalau mau. Tapi rasanya ya sama aja seperti naik pesawat kelas bisnis."
"Tidak apa-apa pak, daripada harus sendiri-sendiri."
"Hmm... Kamu ambil izin cuti sesudah kunjungan kerja di luar negeri. Terus kamu minta memasukkan satu orang dan ingin duduk di sebelahnya. Kamu mau liburan sama pacar kamu di sana ya?"

Anjir malu bat gue. Mana yang ngomong pak presiden, di hadapan gue lagi. Sontak dua pria paruh baya ini tertawa dengan kencang, sementara aku rasakan mukaku yang memerah. Terkadang aku ingin memaki diriku ini karena terlalu bucin. :(

"Yaa... Gitu deh pak..."
"Hahaha dasar anak muda. Ya boleh-boleh aja."
"Baik pak. Makasih banyak ya pak."
"Sama-sama."

Perbincangan kami pun dilanjutkan membahas permasalahan-permasalahan yang berada di lingkungan kementerian kami. Yah semacam laporan tak resmi kepada pak presiden gitu. Kami pun baru keluar dari istana pukul tiga sore dan kembali ke kantor menunggu absen pulang.

Eight hours later.

Sekarang sudah pukul 11 malam, dan aku berada di depan 'rumah dinas' tempat Viny latihan. Ya, aku mulai kambali menjemput Viny seperti biasa. Setelah menunggu beberapa lama, keluarlah Viny dari rumah itu dan langsung masuk ke dalam Aston Martin-ku.

"Halo sayang." Nampak capek sekali dia.
"Udah siap kan? Berangkat ya."
"Iya."

Kini mobilku mulai melaju, meninggalkan rumah tersebut. Aku memacu kendaraanku ini dengan cukup tinggi. Di tengah perjalanan membelah udara ibukota, Viny nampak masih terjaga tak seperti biasanya.

"Vin..."
"Apa yang?"
"Ga bobo? Biasanya kamu bobo."
"Tadi aku sebelum latihan minum kopi yang. :("
"Yaelah kamu ini ada-ada aja."
"Kan aku pengeennn. Huft."
"Pengen apa hayooo..."
"Pengen kopi lah. Emangnya apaan?" Mulai sewot nih.
"Ya dikirain pengen itu, ehehe."
"Ish mesum banget sih jadi orang."

Kini dia memasang wajah sok juteknya itu.

"Vin..."
"Apaan?"
"Besok kamu tanggal 20 sampai 27 ada acara apa?"
"Ga ada apa-apa kok." Tambah sok jutek lagi dah.
"Oh yaudah."

Viny tak menjawabnya. Kini kabin mobil kembali sunyi, dan aku kembali fokus memperhatikan jalanan. Namun, tak berapa lama kemudian terdengar suara tangisan dari sebelah kiriku ini. Sepertinya aku sudah keterlaluan menggodanya. Kini aku menperlambat mobilku dan menepi di bahu jalan sambil menyalakan lampu hazard.

"Viny, kamu kenapa sayang?"

Tiba-tiba aku dilempar dengan totebag-nya yang cukup besar itu.

"KAMU KENAPA JAHAT BANGET SIH GA TAU TANGGAL ULANG TAHUN AKU?!!"

Yah pasti lah gara-gara hal ini.

"Vin..."
"GA USAH DEKET-DEKET!!!"

Viny mendempetkan dirinya pada sisi kiri mobil sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Sementara aku mulai mendekat ke arahnya dan mengelus-elus kepalanya dengan tangan kananku.

"Viny sayang, aku cuma bercanda kok. Mana mungkin aku lupa sama tanggal lahir kamu."
"Terus kamu ngapain nanya acara di tanggal segitu?!" Ucapnya sambil tetap menutup wajahnya.
"Aku cuma pengen bilang, kamu siapin paspor dan koper kamu. Kita pergi."

Aku singkirkan tangan Viny dari wajahnya dan langsung memagut bibirnya yang langsung diterima oleh Viny dengan hangat. Dalam sekejap, rasa bibir Viny yang amat khas memenuhi mulutku ini. Aku rasakan tiap titik di mulut Viny yang teramat lembut ini yang berhasil membuatku lemah ini. Tentu rasa bibir Viny adalah rasa bibir favoritku. Tak akan pernah aku lupakan rasa manis nan gurih khas bibir Viny yang teramat nikmat ini. Lidahku kini beradu dengan lidah Viny, air liur kami sekarang telah menyatu. Rasa bibir Viny tak ada yang berubah semenjak pertama kali aku berciuman dengannya.

Setelah lima menit kami berciuman, kami melepaskan ciuman kami itu.

"Tapi yang..."
"Sayang, sebenarnya aku diberi tugas untuk menggantikan pak menteri yang berhalangan ikut pak presiden kunjungan kerja tanggal 21 dan 22. Tentu aku harus menerimanya. Tetapi aku tidak akan mlewatkan ulang tahun kamu tanggal 23 besok. Aku sudah melewatkan ulangtahunmu yang ke-23, maka dari itu aku tak akan melewatkan ulangtahunmu yang ke-24. Aku pikir inilah satu-satunya caraku memberikan hadiah ulangtahun ke-24-mu. Dari waktu satu minggu itu, hanya dua hari aja kok acaranya, enam hari lainnya adalah hari milik kita berdua saja. Aku janji."
"Hmm..." Viny nampak murung.
"Vin, jangan murung seperti itu dong. Kita belum pernah pergi jauh berdua kan? Mungkin, inilah saatnya."
"Tapi, kampus aku..."
"Aku sudah melihat hasil karya terutama desainmu, dan aku sangat menyukainya secara objektif, sangat bagus. Kamu kan sekarang sedang sibuk dengan urusan materi presentasi dan membuat hasil karya kan? Kamu tidak perlu khawatir, aku kenal orang yang dapat membereskannya. Kamu hanya perlu mempelajari cara dia membuatnya saja."
"Tapi, soal..."
"Yah, kamu mungkin bisa izin ke manajemen. Kamu rajin masuk kan? Terus soal perayaan ulangtahun kamu, yah memang harus diundur sih, namun aku yakin fans kamu bisa mengerti kok. Aku yakin kamu bisa meyakinkan mereka semua."

Tiba-tiba Viny memeluk tubuhku, walaupun pelukannya tidak lama dan tidak terlalu erat. Kini mukanya mulai terpancar lagi senyumannya yang amat manis itu.

"Iya, aku mau."
"Nah gitu dong ga usah cemberut."

Tangan kananku kini berada di dagu kirinya, dan jempol tangan kananku mengusap-usap pipi kirinya yang memancarkan senyuman manisnya itu.

"Hmm... Yang..."
"Iya, apa yang?
"Memangnya kita mau ke mana?"
"Kita pergi ke Inggris."

Nampak Viny amat senang dengan apa yang baru saja dia dengar itu. Sementara itu, aku langsung mencium kening milik Viny, ya sekejap saja. Kini senyuman Viny nampak makin indah. Pipinya yang menyembul itu membuatku gemas aja.

"Vin. Nanti aku bawa KTP sama paspor kamu ya."
"Iya yang."
"Yaudah kita lanjut berangkat ya."

Aku memberikan kepada Viny tas miliknya yang tadi dia lemparkan padaku. Lantas aku mematikan lampu hazard dan langsung melajukan mobilku ini. Tak butuh waktu yang terlalu lama kami sudah sudah sampai di depan rumah Viny.

"Makasih ya jelek. Kamu hati-hati ya pulangnya."
"Vin, KTP sama paspor kamu."
"Eh iya lupa. Kalau paspor sih ada di dalem rumah. Tapi kalau KTP..."

Viny membuka tasnya dan mengambil dompetnya yang berwarna coklat dan berukuran cukup besar itu. Setelah sedikit menunggu, akhirnya keluarlah KTP milik Viny dari dalam dompetnya itu dengan perjuangannya itu.

"Ini yang KTP-nya. Kalau paspor tunggu sebentar ya."
"Iya cepetan sana."

Viny pun keluar dari mobil dan langsung bergegas masuk ke dalam rumahnya. Lima menit kemudian, Viny pun keluar dari rumahnya dengan membawa paspor miliknya itu.

"Ini yang."
"Lama amat."
"Yaa tadi rada nyelip soalnya yang..." Ucapnya dengan sok manjanya itu.
"Yaudah. Kamu habis ini langsung tidur ya. Eh kamu mandi dulu deh, kamu bau keringet gitu."
"Ish kan ga boleh mandi malam-malam."
"Ya pakai air hangat lah. Kamu rebus air dulu buat mandi. Dah ah aku pulang dulu. Cepetan kamu mandi terus tidur."
"Ngh... Iya deh. Yaudah kamu pulang terus juga langsung tidur. Dah ya jelek, bye, wlekkkk..."
"Jelek jelek tapi sayang juga."

Aku langsung bergegas pergi kembali ke rumahku. KTP milik Viny aku masukkan ke dalam paspornya, dan aku meletakkannya di atas kursi penumpang, supaya tidak lupa.

Two weeks later.

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi, dan aku sedang dalam perjalananku menjemput Viny di rumahnya. Ya, aku sudah menjemputnya di pagi hati karena rombongan akan berangkat pukul 9 pagi. Tentunya aku tak ingin telat, jadinya kuputuskan jam lima sudah siap, mengingat jalanan ibukota pada pagi hari sangatlah menyeramkan.

Kini aku berada di kursi penumpang belakang. Ya, aku tidak mengendarai mobil ini. Aku menggunakan jasa supir dari kantor. Mobil yang dipakai pun hanyalah Toyota Avanza milikku yang menjadi mobil sewaan kantorku dan hanya aku pakai untuk menjemput Viny dari tempat kerjanya di samping kantorku itu. Ya, aku tidak mengendarai Aston Martin-ku. Aston Martin-ku sudah berada di Inggris sejak lima hari yang lalu karena aku berencana untuk mengendarai mobilku sendiri selama liburanku sana. Yah sama-sama setir kanan dan aku sendiri sudah punya SIM Internasional, tidak masalah lah. Selain itu, aku ingin mobilku melakukan pemeliharaan berkala di tempat asalnya, makanya aku sudah mengirimkannya terlebih dahulu.

Kini jam sudah menunjukkan hampir jam 7 pagi dan aku telah sampai di rumah Viny, dan seperti biasa dia sudah menunggu di depan rumahnya.

Cmm-Wc-St-UIAA8-DR1.jpg

"Halo sayang."
"Udah siap kan?"
"Udah, nih." Terlihat Viny yang membawa sebuah tas backpack yang berukuran sangat besar dan sebuah totebag yang biasa dia bawa.
"Banyak amat dah."
"Kan katanya seminggu."
"Yaa kan di sana masih musim dingin. Juga kan ada laundry."
"Ya udah sih bawa aja yang. Aku udah dari kemarin siap-siapnya."

Yaudah lah ya, daripada sewot lagi. Aku perintahkan supir untuk memasukkan tas backpack miliknya itu ke dalam mobil. Kini tas backpack milikku terlihat kecil jika dibandingkan dengan tas backpack milik Viny yang berada di sampingnya.

Tiba-tiba ayah Viny datang dari dalam rumah disusul dengan istrinya. Mereka berdua kini sudah berpakaian rapih dan sepertinya siap untuk berangkat kerja.

"Jadi perginya, teh?"
"Eh iya mah. Nanti jam 9 kota take off."
"Masih lama berangkatnya tapi kalian sudah siap-siap."
"Iya pah Biar ga kena macet. Masalah besar kalau kita telat datangnya pah"
"Yaudah tolong hati-hati ya. Buat Dodo, papah titip Viny. Jaga diri kalian, kalau ada apa-apa susah nanti."
"Iya pah. Tenang aja. Kita ga akan jauh-jauh kok nanti."
"Yaudah papah sama mamah berangkat dulu ya. Jangan lupa pintunya dikunci ya Vin."
"Iya pah."

Kini calon mertuaku itu masuk ke dalam sebuah Honda HR-V dan mulai mengeluarkan kendaraannya dari garasi. Tak lama kemudian, mobil yang dikemudian ayahnya Viny itu kini sudah beranjak menjauh dari tempat kita sekarang. Ngomong-ngomong, aku sudah lama bertemu dengan kedua orang tua Viny. Tentunya tiap aku mengantarkan Viny pulang sering aku menyapa kedua orang tuanya itu sebelum pulang. Maka dari itu aku sudah cukup akrab dengan calon mertuaku itu. Aku juga memanggil mereka dengan sebutan yang sama dengan Viny, papah dan mamah. Viny pun juga memanggil kedua orang tuaku dengan sebutan yang sama denganku, ayah dan mama. Ya sebagai calon menantu harus terlihat baik di depan calon mertua itu sudah wajar sih.

"Terus apa lagi? Sebelum berangkat nih."
"Hmm... Udah semuanya sih yang."
"Yaudah kalau gitu kunci pintunya terus berangkat."

Setelah Viny memastikan keadaan rumahnya sebelum dia tinggalkan, dia pun langsung mengunci lalu masuk ke dalam mobil. Kami berangkat menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma, karena kami akan berangkat dari bandara itu.

Sesampainya kami di bandara, kami pun bergegas masuk ke area VVIP yang berada di bandara ini, tempat di mana rombongan kepresidenan akan menunggu keberangkatan. Kami pun masuk, dan sudah banyak para pejabat lainnya serta para wartawan yang menunggu.

"Pagi pak." Ucapku kepada para pejabat negara lainnya, yang diiringi dengan salaman.

Tentu Viny mengikutiku menyapa para pejabat. Para pejabat yang mengetahui keberadaan Viny pun bertanya kepadaku tentang Viny, yah sudah aku tebak sih.

"Yang..."
"Apa?"
"Tadi aku grogi deh yang, disalamin sama pejabat tinggi negara."
"Biasa aja sih. Kan aku juga pejabat tinggi negara."
"Hmm... Iya yah."
"Ngomong-ngomong kita nanti geraknya cepat ya, ga boleh lambat."
"Tapi barang bawaan aku kan banyak yang. :("
"Yaudah sini tukeran bawa tasnya. Kamu ini ngerepotin aja."
"Ehehe maaf deh yang."

Tak lama kemudian, pak presiden dan ibu negara pun tiba.

"Vin ayo Vin."

Pak presiden kini sudah berada di atas karpet merah sedang prosesi keberangkatan. Sementara itu para penumpang lainnya termasuk kami bergegas masuk ke dalam pesawat kepresidenan melalui pintu belakang. Setelah berada di dalam pesawat, kami pun menempati tempat duduk yang sudah tertulis nama kami di atasnya yang berada di pojok depan kanan kabin. Viny duduk di samping jendela, sementara aku di sebelahnya. Sebenarnya satu baris tempat duduk untuk tiga orang, namun entah mengapa di sebelahku ini tak ada namanya sehingga hanya kami berdua saja yang duduk di tempat ini. Mungkin sudah diatur oleh pak presiden, tapi entahlah.


Setelah menunggu beberapa lama, pesawat yang kami tumpangi ini pun lepas landas. Perjalanan panjang kami pun dimulai. Setelah pesawat memasuki fase cruising, kami pun mulai melakukan hal-hal lainnya karena kami akan berada di pesawat ini selama sekitar 15 jam. Viny sih sekarang sedang sibuk membuat bullet journal yang berisi rangkaian jadwal dan kegiatannya itu. Sementara aku hanya bengong dan mulai memainkan ponselku yang sudah aku masukkan ke mode penerbangan ini.


"Selamat pagi bapak ibu, mohon izin untuk memberikan minum." Tiba-tiba seorang prajurit wanita TNI AU yang bertugas sebagai pramugari pesawat kepresidenan menghampiri kami.
"Tidak perlu dipanggil bapak dan ibu. Kami berdua seumuran kamu kok. Panggil kakak aja."
"Baik, kak, mohon izin memberikan minuman."
"Silahkan."
"Siap!"

Perempuan itu pun memberikan dua gelas jus kacang hijau khas pesawat kepresidenan.

"Terimakasih ya mbak."
"Sama-sama kak."
"Ngomong-ngomong, di sebelah kiri saya tidak ada yang menempati?"
"Iya kak. Dari daftar penumpang tidak ada yang duduk di sini."
"Yaudah terimakasih banyak ya."
"Siap kak."

Perempuan itu kini meninggalkan kami berdua.

"Dasar playboy! Hih!"
"Ga usah ngada-ngada deh yang. Aku ga mau dikeplak sama komandannya."
"Ish."

14 hours later.

Kini pesawat sudah berada di atas kepulauan Britania Raya dan ini tandanya sebentar lagi pesawat akan mendarat. Sementara itu, Viny dari belum juga bangun dari tidurnya setelah dari tadi dia tertidur di lenganku. Aku sih juga sempat tidur, namun tidak terlalu lama.

"Viny..."

Aku pun merangkulnya dan mencoba membangunkannya.

"Emmhh..."
"Ayo sayang, udah sampai."
"Ngghhh... Kita udah sampai mana yang?"
"Kita mau mendarat, udah sampai."


Pesawat yang kami tumpangi pun mulai masuk fase landing. Lampu kabin dimatikan, dan kami pun bersiap membawa barang bawaan kami. Setelah mendarat sempurna, kami pun keluar dari pesawat melalui pintu yang sama dengan kami masuk. Aku dapat melihat pak presiden yang turun dari pesawat masuk berjalan di atas karpet merah dan baduk ke dalam mobil tamu negara itu. Sementara kami dan rombongan masuk ke dalam bis yang akan mengantarkan kami ke hotel. Capek banget rasanya, mana ngantuk lagi. Sekarang sih jam 5 sore, namun di Indonesia sudah pukul 12 malam, jadinya jetlag banget gue rasanya. Untung tadi sempet tidur di pesawat.

Setelah perjalanan satu jam, sampailah rombongan kami di hotel. Kami berdua langsung masuk ke dalam kamar hotel yang sudah menjadi jatahku. Ya, jatahku, karena Viny tidak masuk tanggungan negara dalam perjalanan ini. Namun tenang aja, aku dapat jatah kamar yang berukuran cukup besar dengan tempat tidur full size.

"Hoaaahhhh akhirnya sampai juga." Viny membanting tubuhnya di atas tempat tidur setelah melempar tasku ke sembarang arah. Untungnya tidak ada barang elektronik di dalam tasku itu.
"Hey kok tasku dilempar gitu?!" Aku pun meletakkan tas Viny di dalam lemari lalu berjalan mengambil tasku.
"Hehe maaf yang. Ini kita bobo berdua yang?"
"Iya. Kita dikasihnya gitu." Kini tasku juga sudah berada di dalam lemari.

Aku pun mengambil pakaian tidur dari tasku lalu berjalan ke kamar mandi.

"Sayang, kamu mau ke mana?"
"Aku mau mandi biar bisa tidur."
"Ikuuttt..."
"Heh ga ada ga ada. Aku capek banget. Besok-besok aja."
"Ish siapa juga yang mau gituan."
"Yaudah sini. Ambil baju kamu cepetan."

Ya, aku akan susah tidur jika tubuhku panas dan lengket keringat seperti ini. Setelah Viny mengambil pakaiannya, kami pun masuk ke dalam kamar mandi dan langsung menuju bilik shower. Kini badan kami saling berhadapan. Kami pun langsung membuka seluruh pakaian kami sehingga kini tubuh kami berdua dalam keadaan telanjang bulat. Tentunya penisku bangun dong, bego emang mau-maunya diajak mandi bareng.

"Ih bangun. Nakal ya."
"Ya kamu sendiri yang bangunin."


Viny pun langsung jongkok di hadapanku. Kini penisku sudah berada di depan wajahnya.

"Hey kamu mau ngapain?!"

Viny tak menjawab pertanyaanku itu. Tangannya kini malah menggenggam penisku dan mulai mengocoknya.

"Dibilang besok aja hey Vin... Ahh..."

Aku tak dapat menahan desahanku ketika penis ini masuk ke dalam mulutnya. Rasanya amat nikmat sekali penisku di dalam mulut Viny. Kuluman mulut Viny tetap terasa amatir, namun sensasi yang penisku rasakan sangatlah luar biasa. Alhasil kini penisku langsung menengang maksimal. Namun baru juga semenit penisku dikulum, dia memberhentikan kulumannya itu dan langsung berdiri memasang muka senyum-senyumnya itu.

"Ngapain berhenti?! Lanjutin lah..." Ya gue protes lah, mana ada yang mau kentang kek gini.
"Ehehe katanya besok." Ucapnya dengan ekspresi manja.
"Oke kalau gitu..."

Tanpa menyelesaikan kata-kataku, aku langsung berjongkok di depan Viny sehingga di hadapanku kini nampak vagina milik Viny yang sangat terawat dan minim bulu itu.

"Iiiihhhhh katanya besok!"

Aku tak perdulikan perkataan Viny barusan. Dengan tangan kananku, aku geser sedikit kaki kiri Viny sehingga vagina Viny yang berwarna merah muda itu kini nampak dengan jelas dihadapanku.

"Aaahhhhh....!!!"

Viny mendesah nikmat ketika mulutku menyentuh vaginanya itu. Lidahku aku julurkan lalu mulai menyapu seluruh area kewanitaanya itu.

"Ssshhhh.... Sayang.... Oohhh..."

Aku langsung melanjutkan seranganku pada Viny. Kini aku mulai memasukkan lidahku pada belahan vagina Viny.

"Mmmmmhhhhhhh....!!!! Yang....!!! Aahhh....!!"

Aku pun mulai memainkan dengan ganas vagina Viny dengan mulutku ini. Sesekali juga aku benamkan wajahku supaya aku dapat menghisap vaginanya itu. Desahan demi desahan yang Viny lontarkan mampu menjaga birahiku ini, penisku masih saja sangat tegang sejak dikulum Viny tadi.


Namun, aku juga ingin mengerjainya. Aku memberhentikan jilatanku pada vagina Viny dua menit setelah dua menit aku menjilat vagina Viny.

"IIIIIHHHHHH KOK BERHENTI SIH?!"
"Kan besok. Udah mandi aja dulu."
"IH!!!"

Sekarang Viny nampak amat kesal pada diriku ini, terlihat dari ekspresi wajahnya yang terlihat tidak dibuat-buat itu. Ya jelas lah, Viny pasti kentang banget sekarang. Emangnya enak bikin orang kentang, wkwkwk.

Kami pun menyabuni tubuh kami. Akan tetapi kami menyabuni diri kami sendiri-sendiri. Viny terlihat amat marah kepadaku, terlihat dari dia yang memasang wajah cemberut dan tak mau menatap diriku ini. Tanganku yang ingin menyentuh tubuhnya aja langsung dia singkirkan dengan kasar. Jahat banget :(

Akan tetapi tentunya aku ingin mengingkari ucapanku itu, mana ada yang bisa tahan dalam kondisi tadi. Seluruh badan kami sudah kami sabuni sehingga sangat licin dan mengkilap, tinggal dibilas saja. Saat posisi tubuh Viny pas membelakangiku untuk membuka keran shower, aku langsung memegang pinggulnya itu dan dengan sigap penisku langsung aku benamkan penisku yang sedaritadi aku kocok untuk menjaga ketegangannya itu ke dalam vaginanya.

"MMMMMHHHHHHH....!!!!!!!!!"

Sesaat setelah kran shower terbuka, seluruh bagian penisku pun sudah berada di dalam vagina milik Viny. Viny nampak kaget dengan perlakuanku itu. Sementara itu, aku mendiamkan diriku terlebih dahulu supaya Viny dapat beradaptasi dengan penisku ini. Selain itu, agar aku dapat menikmati jepitan vagina Viny yang selalu menjepitku dengan cukup rapat ini.

"Katanya besok.... Hhh..."
"Salah sendiri di pancing-pancing..."

Aku pun langsung menggenjot Viny dengan kecepatan sedang. Tak lama kemudian, aku langsung menaikan tempo genjotanku menjadi sangat cepat sekuat tenagaku.

PLOK!!!
PLOK!!!
PLOK!!!


Aku terus menggenjot vagina milik Viny walaupun kami sedang di bawah guyuran air shower yang cukup hangat pada udara yang dingin ini. Tubuh Viny yang menerima perlakuanku itu nampak kelojotan menahan rasa nikmatnya persetubuhan kami ini.

"NNGGGGHHHHH..... SAYANG..... MMMHHHHH......."

Lima menit aku menggenjot vagina milik Viny, tiba-tiba tubuh Viny mengejan dan bergetar. Viny pun nampak histeris mendapat orgasme pertamanya hari ini. Aku yang tahu akan hal ini langsung menghentikan genjotanku pada vagina Viny. Aku tak mau Viny merasakan sakit di saat-saat nikmatnya itu. Aku juga dapat merasakan penisku kini terasa hangat akibat semburan cairan orgasmenya itu.

"Haahhh..... Haaahhhhh... Haahhhhh...." Nafas Viny nampak tersengal-sengal. Nampak dia kecapekan sekali.

Tubuhnya itu pun langsung lemas. Wajahnya pun terlihat amat merah. Kini aku sedang menegangi tubuh Viny agar tidak tersungkur jatuh.

"Ahh... Enak sayang... Hhh... Lanjutin mandinya yuk... Hhh..."
"Iyaa... Tapi aku belum keluar nih."
"Eh iyah... Tapi nanti aja ya setelah mandi... Hhh... Aku janji deh yang..."

Yaudah lah ya, tubuhku udah capek juga. Kami pun langsung membilas tubuh kami ini hingga bersih. Setelah dirasa bersih, kami pun langsung membungkus tubuh kami masing-masing dengan handuk besar yang disediakan oleh pihak hotel dan berjalan menuju tempat tidur.

Sesampainya di bibir tempat tidur, Viny langsung mendorong tubuhku sehingga tubuhku terbanting telentang di atas tempat tidur dan handukku terlepas dari tubuhku. Viny pun langsung melepaskan handuknya itu dan mengambil posisi menghadapku di atasku. Kini vaginanya sudah berada persis di atas penisku. Penisku yang sempat melembek itu kembali keras ketika tangan Viny menggenggam penisku dan mengarahkannya menuju vaginanya. Kini aku dapat merasakan kepala penisku yang menyentuh bibir vaginanya.


"MMMMHHHHHHHH.....!!!!!!"
"AHHH...!!!!!"

Kami melenguh bersamaan ketika Viny menurunkan tubuhnya itu dengan sekejap. Kini seluruh batang penisku sudah berada di dalam vaginanya. Kami pun diam sejenak, sehingga kini aku dapat merasakan kedutan yang dihasilkan oleh jaringan epitel vagina Viny yang teramat nikmat.

"Yang... Aku aja yang gerak... Kamu diem aja... Hhh..."

Yaudah lah ya. Kini Viny mengambil posisi kedua tangannya pada kedua pahaku dan mulai menaik-turunkan badannya itu.

"Ssshhhhh....."
"Uhh Viny... Enak..."
"Mmmhhhhhh...."

Desahan kami yang keluar terus menerus itu membuat rasa persetubuhan kami ini menjadi sangat nikmat. Viny menaik-turunkan tubuhnya itu dengan tempo yang sangat lambat sehingga benar-benar terasa sekali jepitan vagina Viny di penisku. Tubuhku pun sampai tak berdaya menahan rasa nikmat ini, arghh Viny...

"Mmmhhhh... Sayang... Ahh..."

Dari posisi ini aku dapat melihat tubuh Viny yang langsing semampai ini bergerak naik dan turun dengan perlahan. Kedua payudara Viny yang memiliki puting berwarna merah muda itu nampak sangatlah menggoda, walaupun ukurannya tidak terlalu besar. Payudara milik Viny memiliki rasanya tersendiri yang mampu membuatku selalu merasa gemas dan sukses menaikkan birahiku ini.

Lima menit kami bersetubuh, kini aku merasakan rasa gatal pada penisku. Spermaku sudah berada di ujung, dan sebentar lagi akan keluar.

"Hhh... Vin... Aku mau keluar... Mmmhhhhh..."
"Ehm... Aku juga... Ohhh..."

Beberapa saat kemudian, tubuh Viny kembali mengejan dan bergetar. Viny telah mendapatkan orgasme keduanya pada malam hari ini.

"NGGGAAAAHHHH.....!!!! SAYANG......!!!! MMMHHHHH.......!!!!!!"

Viny pun histeris, dan wajahnya kini nampak sangat merah. Sementara itu, penisku kini kembali merasakan semburan hangat cairan orgasmenya itu. Pertahananku pun jebol, kini aku sudah tak tahan lagi. Aku menyemprotkan enam semprotan spermaku itu di dalam vagina Viny, sangat banyak rasanya.

Setelah badai orgasme reda, Viny pun ambruk di atas tubuhku dalam keadaan penisku masih menancap di dalam vaginanya. Tubuh Viny yang ambruk itu langsung aku tangkap dalam pelukanku, walaupun tubuhku sebenarmya juga sangat lemas sekali.

Kami diam untuk waktu yang cukup lama. Mungkin ada 15 menit kami berada dalam posisi ini. Tubuhku terasa sangat capek sekali, rasanya bergerak pun malas.

"Vin..."
"Apa yang? Hhh..."
"Makasih ya."
"Ga usah. Kan emang buat kamu."
"Yaudah, kamu yang bener posisi bobonya yang."

Viny pun bangkit dari atas tubuhku dan melepaskan penisku dari baginanya. Kini dia mengambil posisi tengkurap di sebelah kananku menghadap ke arahku.

"Ngomong-ngomong, kamu lagi ga subur kan?"
"Ih aku kan lagi subur sekarang. Masa kamu ga inget sih."

DEG!!!

"Vin... Tolong kamu bilang kalau kamu udah minum pil KB..."
"Aku bawa sih, tapi ga aku minum. Mendadak sih tadi."

DEG!!!

Anjir!!! Gimana ini!!! Syok gue dengernya. Bukannya belum siap jadi ayah, tapi aib ga sih punya anak kandung padahal baru aja nikah?! Bisa bahaya ini. Lutut gue langsung lemes dong rasanya. Nafas gue juga jadi pendek. Jantung gue degup kencang. Shit!

"Vin... Aku keluar dulu ya. Aku mau beli morning-after pill dulu."
"Ga usah yang, kan bentar lagi kamu jadi calon ayah."
"Bukannya itu, tapi aku masih memikirkan karirmu. Karirmu masih panjang, Vin. Pula aku tak mau punya anak sebelum menikah, aib."
"Hmm... Yaudah deh yang. Tapi besok aja, katanya kamu capek."
"Tapi..."
"Udah, besok aja. Sempet kok. Nanti kita bangun pagi-pagi."

Yaudah lah ya, sekarang sudah jam 9 malam waktu Inggris. Tubuhku juga sekarang terasa capek sekali. Pula morning-after pill efektif hingga 72 jam setelah persetubuhan. Rasanya ingin tidur saja. Aku pun menarik selimut yang berada di sebelah kaki dan menariknya sehingga tubuh kami kini sudah terselimuti.

"Goodnight sayang."
"Iyaa. Besok bangun pagi ya."
"Iya."

Aku pun mengecup keningnya itu dan langsung memejamkan mata. Ah hari yang sangat melelahkan. Semoga segalanya berjalan sesuai rencana.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd