Part II: Who is she?
Seorang mahasiswi dengan rambut pendek bercelana skinny jeans dan menggunakan pakaian yang tampak fashionable. Wajahnya cukup cantik, seperti teman-teman sekelasnya. Namun senyuman manisnya yang teramat manis membuatku langsung jatuh cinta setelah jatuh cinta terakhirku saat aku masih SMA. Yah, aku tidak dapat fokus lagi.
Sesuai prosedur, aku berjalan menuju ke bagian belakang kelas untuk mengamati proses belajar mengajar, kebetulan ada sebuah kursi yang kosong. Bukannya fokus memperhatikan proses belajar mengajar, aku malah sibuk memandanginya dari belakang. Ya, beginilah seorang "lajang debuan" saat sedang jatuh cinta, jadi sedikit gila. Sekitar satu jam kemudian, aku keluar dari kelas karena kami tidak diberikan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses akreditasi. Cukup menyebalkan memang, namun sudah menjadi resiko bekerja di ranah kementerian, professionalitas harus dijaga dengan sungguh-sungguh.
Balik ke kantor, ada rasa senang sekaligus sedih melanda hatiku. Senang karena ada perempuan yang berhasil membuatku jatuh hati, sedih karena aku tidak punya apapun tentang dia, bahkan nama pun aku tidak tahu, hanya foto-foto tadi saja yang aku miliki tentang dia. Aku tidak memiliki akses daftar mahasiswa yang hadir saat proses akreditasi. Bisa aku memintanya, namun hal tersebut sangat tidak etis jika alasannya tidak jelas. Bertanya kepada 2 orang temanku tadi? Ah mana mungkin mereka akan membantu, yang ada aku agan dighibahin aja. Alhasil, hari itu aku sangat tidak produktif sebagai seorang pekerja.
Three months later.
Tiga bulan telah berlalu dari kegiatan akreditasi tersebut, dan aku masih belum mendapatkan informasi lainnya tentang dirinya. Aku sudah mencoba mencari jejak digital di internet, namun hasilnya nihil. Sampai saat ini hanya foto itu saja yang aku miliki, yang ku cetak di dalam dompet supaya menjadi penyemangat.
Hingga suatu hari, aku menonton video di internet tentang sebuah senjata api, Steyr AUG A3. Harganya yang cukup terjangkau bagiku dan sebagai alat membela diri membuatku ingin memilikinya. Yah tahu sendiri, orang yang punya banyak uang ingin benda yang dapat membuatnya disegani oleh orang lain. Namun, izin kepemilikan senjata api bagi sipil sangatlah ketat. Singkatnya, untuk mendapatkan izin tersebut calon pemilik harus mengikuti pelatihan bela negara selama 3 bulan. Hal tersebut sempat membuat semangatku turun, tapi tekadku untuk memiliki senjata api sudah kuat. Akhirnya aku mengikuti kegiatan bela negara.
Three months later.
Masa bela negaraku akan usai dua minggu lagi. Kegiatan ini tidak memandang status sosial, suku, ras, dan agama, semua dipukul rata. Banyak pengalaman yang sangat berguna yang berhasil aku dapatkan ketika masa pelatihan, seperti teknik bertahan hidup di alam bebas, dan rasa setiakawan. Di hari-hari akhir masa pelatihan, kegiatan pun sudah tidak efektif lagi karena materi sudah habis. Biasanya, aku dan teman-teman seperjuangan akan mengisinya dengan kumpul-kumpul.
Pagi ini, komandan memberi tahuku dan teman-temanku satu pletonku bahwa nanti siang akan ada acara komedi TV swasta yang akan mampir ke tempat kami untuk melalukan tantangan ala militer selama seminggu, dan kami diperintahkan untuk membantu jalannya acara. Jelas pletonku yang dipanggil karena pletonku menjadi pleton senior di pelatihan ini. Kru TV telah tiba lebih cepat dibandingkan para pemain, jadi hal-hal yang diperlukan dapat dipersiapkan terlebih dahulu.
Bus yang mengangkut para pemain tiba di gerbang masuk dan para pemain disuruh turun untuk jalan merangkak dari pintu gerbang masuk sampai lapangan, sama sepertiku dulu. Kuperhatikan satu per satu para pemain yang sedang kesusahan merangkak, dan pandanganku tertuju kepada seorang pemain perempuan. Dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang membuatku jatuh cinta 6 bulan yang lalu.
Acara shooting tersebut berjalan sampai sore. Saat proses shooting, aku bertugas membantu para pemain termasuk perempuan idamanku itu. Kegiatan shooting berhenti saat malam menjelang dan seluruh pemain dan kru dijadwalkan untuk istirahat. Semua orang telah balik ke baraknya masing-masing, kecuali perempuan yang telah membuatku gila itu. Dia pergi ke bawah pohon di atas bukit yang masih dalam area pelatihan, dan aku mengikutinya.
"Permisi dek, sudah malam. Ayo balik ke barak."
"Eh eh iya kak. Sebentar ya kak, aku mau duduk-duduk dulu."
"Sebentar lagi sudah masuk jam malam, kalau kamu tidak balik ke barak kamu akan dihukum."
"I-iya kak. Tapi boleh minta waktunya sebentar? Aku ingin menikmati pemandangan terlebih dahulu."
"Haduh susah dah"
Aku pun mengambil posisi duduk tepat di samping kanannya.
"Kakak nyuruh aku balik ke barak tapi kenapa kakak malah duduk? Hmm."
"Nungguin kamu sampai balik ke barak, supaya kamu nggak dihukum sendirian."
"Bisa aja gombalnya."
"Itu namanya jiwa korsa, satu rasa satu jiwa, kalau ada satu yang kena maka yang lain juga kena."
"Oh iya kak, hehehe."
Kalimat tersebut menutup percakapan pertamaku dengan dia. Kami pun diam seribu kata untuk waktu yang cukup lama. Dia sepertinya sedang memperhatikan gemerlap cahaya lampu dari daerah kota yang kebetulan terlihat dari sini. Sementara aku? Sibuk mencuri-curi pandangan wajah sampingnya yang amatlah indah itu.
"Kak, lagi lihat apa kak?" Ya, aku kaget.
"Aku sudah bilang kalau aku nungguin kamu sampai kamu balik ke barak."
"Bukan itu kak, tadi kakak ngelihatin apa?"
"Pemandangan lampu dari kota dan bintang. Kamu juga kan?"
"Iya kak, tau aja. Eh ngomong-ngomong nama kakak siapa?"
"Kamu dulu aja."
"Ditanya malah balik nanya."
"Iya iya deh, panggil aja aku kak Dodo"
"Eh kak Dodo, namaku Viny."
"Gak nanya."
"Iiihhh kak Dodo nyebeliinn!!"
"Iya deh iya. Eh udah malam banget nih, kamu jam segini dah harus balik ke barak. Nanti dikunci kamu tidur di luar."
"Eh iya iya kak, ayo turun."
Aku mengantarkannya kembali ke barak yang terpisah dari barakku. Soal hukuman tidak tidur malam? Sebenarnya tidak ada untuk tamu. Hukuman itu hanya untuk peserta didik saja. Namun tentang kunci barak itu ada. Akan tetapi hal itu dilakukan olehku. Jadi ucapan tadi hanya untuk membuka obrolan saja he he he.
Kegiatan pada keesokkan hari dan seterusnya berjalan dengan lancar seperti susunan acara. Aku pun bertugas seperti biasa, membantu kru yang bertugas demi kelancaran acara, walau lebih fokus untuk membantu Viny sih ehehehe. Selesai shooting, "ritual" Viny menatap daerah perkotaan dari bukit pun masih berjalan, dan pasti aku temani dia, modus modus dikit hehehe. Kami bercerita banyak hal, memang sepertinya Viny ini orangnya asik untuk diajak mengobrol. Aku pun tahu banyak hal tentang dia, seperti dia yang tergabung dalam grup JKT48 atau apalah itu dan dia tinggal bersama kedua orangtuanya di daerah dekat Jakarta. Ini berarti tenpat kerjaku dan tempat kerjanya sebelahan, memang jodoh ya. Dia pun juga tahu banyak hal tentangku seperti aku menjadi orang penting dalan peluncuran roket beberapa tahun yang lalu dan bekerja sebagai staf ahli Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi.
Akhirnya tiba waktu akhir rangkaian acara shooting, yang berarti aku akan berpisah dengan Viny sebelum sore hari. Beruntungnya sebelum rombongan berangkat terdapat waktu kosong, sehingga aku mengajak Viny ke atas bukit langganan.
"Jadi gimana Vin selama kamu di sini?"
"Ya gitu deh, tersiksa, tapi asyik, belajar banyak hal."
"Ah kamu bisa karena dibantuin sama aku."
"Enak aja, memar nih tau." (sambil menunjukkan bagian tangan dan kakinya yang memar.).
"Ah cemen gitu aja."
"Yaa gini aja sih aku dah biasa kali. Oh ya kak boleh minta kontak kamu? Kakak megang HP kan."
"Buat apa?"
"Ya kali aja aku bisa minta tolong kakak gitu hehe. Kan kakak orang penting."
"Enak aja, emang aku apaan."
"Yaudah kalau nggak mau, nyebelin." *Sambil ambil posisi siap pergi.*
"Iya iya ini, nggak tau dah baterenya masih ada atau kaga, terserah dah mau situ apain." Sambil memberikan HPku yang sudah terbuka kuncinya.
"Ada paket datanya nggak nih?"
"Pascabayar, paket internet per tahun, dibayarin kantor."
"Yaudah nih kak, kakak bentar lagi selesai kan masa didiknya? Sering-sering chat ya kak." Sambil memberikan HPku yang entah sudah diapakan oleh dia.
"Kamu siapa? Buang buang waktu aja."
"Ih..."
"Eh itu dah mau berangkat tuh. Ayo pergi."
"Eh iya kak, aku pergi ya kak."
Tak banyak yang aku lakukan bersamanya setelah dari bukit itu. Rombongan acara pun pergi dari tempat pelatihan ini. Meninggalkan sejuta harapan bagiku.
"Cieeeeee ehem uhuy uhuy."
"Bacot."
"Gosip baru ea."
"Ga usah ngomong lo kampang."
Itu? Sahabat sebangsatku dari aku masih SMA. Namanya Bimo. Dia juga ikut pelatihan bela negara bareng denganku. Nanti akan aku ceritakan tentangnya.
Two weeks later.
Kini, aku sudah dinyatakan lulus dari pelatihan bela negara. Tentunya kehidupanku sudah mulai normal kembali seperti biasanya. Aku sudah mulai aktif kembali sebagai staff ahli Kementerian Pendidikan dan Riset. Surat ijin kepemilikkan senjata api telah aku pegang beserta Steyr AUG yang menjadi incaranku. Juga yang paling utama dari semuanya adalah kehadiran Viny, yang rencananya malam ini akan menjadi makan malam pertamaku dengannya. Kebetulan dia tidak memiliki acara lain lagi setelah selesai dari kampusnya.
Jam pulang kerja di daerah urbanisasi seperti di daerah Jakarta memang tidaklah manusiawi. Jarak kantorku dengan kampusnya sebenarnya tidaklah jauh, namun jalanan yang tidak masuk akal macetnya ini membuatku stuck hingga satu jam di dalam mobilku ini sebelum sampai tujuan.
*Dah sampe blm?*
*Dah, cari aja di parkiran lobby dpn.*
*Aku dah di parkiran lobby dpn, mobilnya yg mana?*
*Yg paling butut. Cari aja.*
Ya, aku memang belum memberi tahu Viny tentang mobilku. Aku sendiri memiliki banyak mobil. Tetapi yang berada di Jakarta adalah Honda S660, BMW M3 F80, dan yang aku bawa sekarang adalah mobil terbaikku, Aston Martin DB11 V12.
Dari posisi parkir mobilku saat ini, aku dapat melihat Viny sedang kebingungan mencari-cari mobilku. Aku pun iseng merekam tingkah lakunya yang sedang kebingungan dari dalam mobil dan mengaktifkan mode penerbangan di HP-ku supaya dia tak dapat menghubungiku, ya untuk lucu-lucuan saja. Kiranya haru sudah cukup sore, dan dia sudah mulai menunjukkan wajah kesalnya, aku mulai memberikan tanda berupa lampu dim, dan dia membaca tanda ini.
"Lama amat dah." Sambil menonton videonya sedang celingak-celinguk mencari mobilku.
"Auk ah nyebelin."
"Bodo amat."
"Udah ah aku keluar aja, nyebelin banget."
"Ehh jangan dong."
"Hapus dulu videonya. Udah ngasih taunya nggak bener bikin orang kebingungan direkam lagi."
"Nih hapus sendiri." Viny ambil HP-ku sambil cemberut. Duh lucunya.
Sembari dia menghapus video yg tadi, aku mulai mengendarai mobil menuju ke restoran yang telah aku pesan. Jalanan ibukota di jam-jam segini memanglah tidak bisa dimengerti lagi.
Sampai di restoran cukup tepat waktu, pukul setengah tujuh lebih malam, waktu yang sangat cocok untuk makan malam. Kupesan tempat di pojok restoran supaya tak banyak orang yang mengetahui keberadaan kami. Kami duduk lalu memulai obrolan tentang hal-hal random, seperti pengalaman lucu sepanjang hidup, tempat-tempat di dunia, pengetahuan umum, pekerjaan, dan lain-lain. Obrolan ini terus berlanjut saat makanan sudah lengkap.
"Pelan-pelan pak makannya. Udah dua porsi itu."
"Iya kebiasaan di pelatihan, kalau nggak cepet ya kena bentak. Tapi lagi laper juga nih."
"Aku juga laper tapi nggak kayak gitu."
"Laki-laki, beda kebutuhannya. Oh ya itu beneran temen-temenmu di JKT48 pada pacaran? Bukannya nggak boleh ya?"
"Ya sebenarnya sih emang nggak boleh, tapi ya namanya juga cewek, pengen pacaran. Manajemen tau juga dibiarin aja sih. Sekarang ada kok yang udah dilamar."
"Terus fans?"
"Yaaa yang penting nggak ketauan fans aja sih. Susah pokoknya kalau dah pernah ketauan. Berdua kayak gini aja sebenarnya udah bisa bikin masalah sih."
"Lah terus gimana?"
"Ya nggak apa-apa kalau di tempat kayak gini. Temen-temenku yang pacaran biasanya juga kayak gini kok. Kalau mau di tempat yang agak ramean ga boleh berdua doang."
"Berarti ada jokinya dong? Hahaha"
"Hahaha iya. Dulu aku biasanya nemenin kak Lidya sama kak Naomi pacaran sama cowoknya sih."
"Kalau kamu sendiri udah pernah dijokiin belum?"
"Ah aku terakhir kali pacaran pas masih SMA. Masuk JKT48 udah nggak ada waktu lagi buat pacaran. Cuman gebetan doang."
"Nggak pernah ketahuan?"
"Hmm... Aku sih udah pernah. Bego emang, segala di share di Instagram. Jadinya aku yang dihukum. Susah deh pokoknya. Kamu jangan seperti itu ya."
"Tunggu tunggu, berarti sekarang kamu anggap aku gebetanmu?"
"Iya, kamu pasti juga ingin kan?"
"Dih GR"
"Iiiihhhhhhhhh" Viny mencubitku, akunya gesrek dalam hati.
Bulan telah menunjukkan tabirnya, pertanda sudah mulai malam. Jam 9 malam memang sudah cukup malam, tidak terasa memang, saatnya untuk pulang. Namun sebelum pulang, aku mendapat pesan dari Bimo.
"Woi asu bantuin gw mobil gw bannya bocor 2 nyet."
"Mampus lu bangsat."
"Tai lah gw tau lu lg ngebucin tp bantu gue nyet."
*Tau dari mana nih orang*
"Iye iye dimana loe. Loe enak2 abis nyobain meki orang bikin susah orang ae bangsat."
"Tai. Gue disuruh jaga di sini cok. Noh gue kirim lokasi gw."
"Iye iye gue otw, tp ga bs cepet."
"Ajg pacaran mulu bgzt."
Selesai membayar, aku dan Viny masuk ke dalam mobilku, karena aku akan mengantarkannya ke rumahnya. Rumahnya ternyata cukup jauh, sehingga dia pun tertidur di bangku penumpang depan selama perjalanan. Aku bingung bagaimana dia bisa menahan rasa capeknya pergi pulang tiap hari dari pagi hari hingga malam hari, mungkin aku tidak kuat jika harus seperti dia.
Sampai di depan rumahnya, aku pun membangunkannya, walau sebenarnya tak tega melihat wajah capeknya. Sebelum dia meninggalkan mobilku, tiba-tiba dia mencium bibirku yang langsung aku balas. Ciuman yang cukup singkat. Setelah berciuman, dia langsung masuk ke dalam rumahnya, dan aku bergegas ke lokasi Bimo berada.
Lokasi Bimo sekarang kebetulan berada di jalan pulang. Setelah dari rumah Viny, aku pun menuju ke posisi Bimo berada.
"Babi gue dah nungguin loe 3 jam bangsat."
"Gue dah bilang gue ga bisa cepet nyet."
"Ngebucin sih loe."
"Loe tau dari mana dah anjing."
"CIE PACARAN CIEEEE, PASTI SAMA CEWE PAS PELATIHAN KEMAREN. GUE KAN NEBAK AWKAWKAWK."
"BANGSAT YA LOE. GUE BALIK NEH."
"Iye iye dah sini tire repairement kit punya loe."
Bimo tidak membawa ban serep, dia hanya membawa satu tire repairment kit saja. Sementara itu, tire repairment kit hanya bisa untuk 1 ban saja. Selama menuju ke lokasinya aku juga tidak menemukan tukang tambal ban yang masih buka. Ya pantas saja dia minta bantuanku.
Hari sudah berganti, badanku pun sudah letih. Setelah mengawal Bimo ke rumahnya, aku pun langsung bergegas pulang untuk beristirahat. Hari yang bersejarah bagiku.
Seorang mahasiswi dengan rambut pendek bercelana skinny jeans dan menggunakan pakaian yang tampak fashionable. Wajahnya cukup cantik, seperti teman-teman sekelasnya. Namun senyuman manisnya yang teramat manis membuatku langsung jatuh cinta setelah jatuh cinta terakhirku saat aku masih SMA. Yah, aku tidak dapat fokus lagi.
Sesuai prosedur, aku berjalan menuju ke bagian belakang kelas untuk mengamati proses belajar mengajar, kebetulan ada sebuah kursi yang kosong. Bukannya fokus memperhatikan proses belajar mengajar, aku malah sibuk memandanginya dari belakang. Ya, beginilah seorang "lajang debuan" saat sedang jatuh cinta, jadi sedikit gila. Sekitar satu jam kemudian, aku keluar dari kelas karena kami tidak diberikan waktu yang cukup lama untuk melakukan proses akreditasi. Cukup menyebalkan memang, namun sudah menjadi resiko bekerja di ranah kementerian, professionalitas harus dijaga dengan sungguh-sungguh.
Balik ke kantor, ada rasa senang sekaligus sedih melanda hatiku. Senang karena ada perempuan yang berhasil membuatku jatuh hati, sedih karena aku tidak punya apapun tentang dia, bahkan nama pun aku tidak tahu, hanya foto-foto tadi saja yang aku miliki tentang dia. Aku tidak memiliki akses daftar mahasiswa yang hadir saat proses akreditasi. Bisa aku memintanya, namun hal tersebut sangat tidak etis jika alasannya tidak jelas. Bertanya kepada 2 orang temanku tadi? Ah mana mungkin mereka akan membantu, yang ada aku agan dighibahin aja. Alhasil, hari itu aku sangat tidak produktif sebagai seorang pekerja.
Three months later.
Tiga bulan telah berlalu dari kegiatan akreditasi tersebut, dan aku masih belum mendapatkan informasi lainnya tentang dirinya. Aku sudah mencoba mencari jejak digital di internet, namun hasilnya nihil. Sampai saat ini hanya foto itu saja yang aku miliki, yang ku cetak di dalam dompet supaya menjadi penyemangat.
Hingga suatu hari, aku menonton video di internet tentang sebuah senjata api, Steyr AUG A3. Harganya yang cukup terjangkau bagiku dan sebagai alat membela diri membuatku ingin memilikinya. Yah tahu sendiri, orang yang punya banyak uang ingin benda yang dapat membuatnya disegani oleh orang lain. Namun, izin kepemilikan senjata api bagi sipil sangatlah ketat. Singkatnya, untuk mendapatkan izin tersebut calon pemilik harus mengikuti pelatihan bela negara selama 3 bulan. Hal tersebut sempat membuat semangatku turun, tapi tekadku untuk memiliki senjata api sudah kuat. Akhirnya aku mengikuti kegiatan bela negara.
Three months later.
Masa bela negaraku akan usai dua minggu lagi. Kegiatan ini tidak memandang status sosial, suku, ras, dan agama, semua dipukul rata. Banyak pengalaman yang sangat berguna yang berhasil aku dapatkan ketika masa pelatihan, seperti teknik bertahan hidup di alam bebas, dan rasa setiakawan. Di hari-hari akhir masa pelatihan, kegiatan pun sudah tidak efektif lagi karena materi sudah habis. Biasanya, aku dan teman-teman seperjuangan akan mengisinya dengan kumpul-kumpul.
Pagi ini, komandan memberi tahuku dan teman-temanku satu pletonku bahwa nanti siang akan ada acara komedi TV swasta yang akan mampir ke tempat kami untuk melalukan tantangan ala militer selama seminggu, dan kami diperintahkan untuk membantu jalannya acara. Jelas pletonku yang dipanggil karena pletonku menjadi pleton senior di pelatihan ini. Kru TV telah tiba lebih cepat dibandingkan para pemain, jadi hal-hal yang diperlukan dapat dipersiapkan terlebih dahulu.
Bus yang mengangkut para pemain tiba di gerbang masuk dan para pemain disuruh turun untuk jalan merangkak dari pintu gerbang masuk sampai lapangan, sama sepertiku dulu. Kuperhatikan satu per satu para pemain yang sedang kesusahan merangkak, dan pandanganku tertuju kepada seorang pemain perempuan. Dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang membuatku jatuh cinta 6 bulan yang lalu.
Acara shooting tersebut berjalan sampai sore. Saat proses shooting, aku bertugas membantu para pemain termasuk perempuan idamanku itu. Kegiatan shooting berhenti saat malam menjelang dan seluruh pemain dan kru dijadwalkan untuk istirahat. Semua orang telah balik ke baraknya masing-masing, kecuali perempuan yang telah membuatku gila itu. Dia pergi ke bawah pohon di atas bukit yang masih dalam area pelatihan, dan aku mengikutinya.
"Permisi dek, sudah malam. Ayo balik ke barak."
"Eh eh iya kak. Sebentar ya kak, aku mau duduk-duduk dulu."
"Sebentar lagi sudah masuk jam malam, kalau kamu tidak balik ke barak kamu akan dihukum."
"I-iya kak. Tapi boleh minta waktunya sebentar? Aku ingin menikmati pemandangan terlebih dahulu."
"Haduh susah dah"
Aku pun mengambil posisi duduk tepat di samping kanannya.
"Kakak nyuruh aku balik ke barak tapi kenapa kakak malah duduk? Hmm."
"Nungguin kamu sampai balik ke barak, supaya kamu nggak dihukum sendirian."
"Bisa aja gombalnya."
"Itu namanya jiwa korsa, satu rasa satu jiwa, kalau ada satu yang kena maka yang lain juga kena."
"Oh iya kak, hehehe."
Kalimat tersebut menutup percakapan pertamaku dengan dia. Kami pun diam seribu kata untuk waktu yang cukup lama. Dia sepertinya sedang memperhatikan gemerlap cahaya lampu dari daerah kota yang kebetulan terlihat dari sini. Sementara aku? Sibuk mencuri-curi pandangan wajah sampingnya yang amatlah indah itu.
"Kak, lagi lihat apa kak?" Ya, aku kaget.
"Aku sudah bilang kalau aku nungguin kamu sampai kamu balik ke barak."
"Bukan itu kak, tadi kakak ngelihatin apa?"
"Pemandangan lampu dari kota dan bintang. Kamu juga kan?"
"Iya kak, tau aja. Eh ngomong-ngomong nama kakak siapa?"
"Kamu dulu aja."
"Ditanya malah balik nanya."
"Iya iya deh, panggil aja aku kak Dodo"
"Eh kak Dodo, namaku Viny."
"Gak nanya."
"Iiihhh kak Dodo nyebeliinn!!"
"Iya deh iya. Eh udah malam banget nih, kamu jam segini dah harus balik ke barak. Nanti dikunci kamu tidur di luar."
"Eh iya iya kak, ayo turun."
Aku mengantarkannya kembali ke barak yang terpisah dari barakku. Soal hukuman tidak tidur malam? Sebenarnya tidak ada untuk tamu. Hukuman itu hanya untuk peserta didik saja. Namun tentang kunci barak itu ada. Akan tetapi hal itu dilakukan olehku. Jadi ucapan tadi hanya untuk membuka obrolan saja he he he.
Kegiatan pada keesokkan hari dan seterusnya berjalan dengan lancar seperti susunan acara. Aku pun bertugas seperti biasa, membantu kru yang bertugas demi kelancaran acara, walau lebih fokus untuk membantu Viny sih ehehehe. Selesai shooting, "ritual" Viny menatap daerah perkotaan dari bukit pun masih berjalan, dan pasti aku temani dia, modus modus dikit hehehe. Kami bercerita banyak hal, memang sepertinya Viny ini orangnya asik untuk diajak mengobrol. Aku pun tahu banyak hal tentang dia, seperti dia yang tergabung dalam grup JKT48 atau apalah itu dan dia tinggal bersama kedua orangtuanya di daerah dekat Jakarta. Ini berarti tenpat kerjaku dan tempat kerjanya sebelahan, memang jodoh ya. Dia pun juga tahu banyak hal tentangku seperti aku menjadi orang penting dalan peluncuran roket beberapa tahun yang lalu dan bekerja sebagai staf ahli Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi.
Akhirnya tiba waktu akhir rangkaian acara shooting, yang berarti aku akan berpisah dengan Viny sebelum sore hari. Beruntungnya sebelum rombongan berangkat terdapat waktu kosong, sehingga aku mengajak Viny ke atas bukit langganan.
"Jadi gimana Vin selama kamu di sini?"
"Ya gitu deh, tersiksa, tapi asyik, belajar banyak hal."
"Ah kamu bisa karena dibantuin sama aku."
"Enak aja, memar nih tau." (sambil menunjukkan bagian tangan dan kakinya yang memar.).
"Ah cemen gitu aja."
"Yaa gini aja sih aku dah biasa kali. Oh ya kak boleh minta kontak kamu? Kakak megang HP kan."
"Buat apa?"
"Ya kali aja aku bisa minta tolong kakak gitu hehe. Kan kakak orang penting."
"Enak aja, emang aku apaan."
"Yaudah kalau nggak mau, nyebelin." *Sambil ambil posisi siap pergi.*
"Iya iya ini, nggak tau dah baterenya masih ada atau kaga, terserah dah mau situ apain." Sambil memberikan HPku yang sudah terbuka kuncinya.
"Ada paket datanya nggak nih?"
"Pascabayar, paket internet per tahun, dibayarin kantor."
"Yaudah nih kak, kakak bentar lagi selesai kan masa didiknya? Sering-sering chat ya kak." Sambil memberikan HPku yang entah sudah diapakan oleh dia.
"Kamu siapa? Buang buang waktu aja."
"Ih..."
"Eh itu dah mau berangkat tuh. Ayo pergi."
"Eh iya kak, aku pergi ya kak."
Tak banyak yang aku lakukan bersamanya setelah dari bukit itu. Rombongan acara pun pergi dari tempat pelatihan ini. Meninggalkan sejuta harapan bagiku.
"Cieeeeee ehem uhuy uhuy."
"Bacot."
"Gosip baru ea."
"Ga usah ngomong lo kampang."
Itu? Sahabat sebangsatku dari aku masih SMA. Namanya Bimo. Dia juga ikut pelatihan bela negara bareng denganku. Nanti akan aku ceritakan tentangnya.
Two weeks later.
Kini, aku sudah dinyatakan lulus dari pelatihan bela negara. Tentunya kehidupanku sudah mulai normal kembali seperti biasanya. Aku sudah mulai aktif kembali sebagai staff ahli Kementerian Pendidikan dan Riset. Surat ijin kepemilikkan senjata api telah aku pegang beserta Steyr AUG yang menjadi incaranku. Juga yang paling utama dari semuanya adalah kehadiran Viny, yang rencananya malam ini akan menjadi makan malam pertamaku dengannya. Kebetulan dia tidak memiliki acara lain lagi setelah selesai dari kampusnya.
Jam pulang kerja di daerah urbanisasi seperti di daerah Jakarta memang tidaklah manusiawi. Jarak kantorku dengan kampusnya sebenarnya tidaklah jauh, namun jalanan yang tidak masuk akal macetnya ini membuatku stuck hingga satu jam di dalam mobilku ini sebelum sampai tujuan.
*Dah sampe blm?*
*Dah, cari aja di parkiran lobby dpn.*
*Aku dah di parkiran lobby dpn, mobilnya yg mana?*
*Yg paling butut. Cari aja.*
Ya, aku memang belum memberi tahu Viny tentang mobilku. Aku sendiri memiliki banyak mobil. Tetapi yang berada di Jakarta adalah Honda S660, BMW M3 F80, dan yang aku bawa sekarang adalah mobil terbaikku, Aston Martin DB11 V12.
Dari posisi parkir mobilku saat ini, aku dapat melihat Viny sedang kebingungan mencari-cari mobilku. Aku pun iseng merekam tingkah lakunya yang sedang kebingungan dari dalam mobil dan mengaktifkan mode penerbangan di HP-ku supaya dia tak dapat menghubungiku, ya untuk lucu-lucuan saja. Kiranya haru sudah cukup sore, dan dia sudah mulai menunjukkan wajah kesalnya, aku mulai memberikan tanda berupa lampu dim, dan dia membaca tanda ini.
"Lama amat dah." Sambil menonton videonya sedang celingak-celinguk mencari mobilku.
"Auk ah nyebelin."
"Bodo amat."
"Udah ah aku keluar aja, nyebelin banget."
"Ehh jangan dong."
"Hapus dulu videonya. Udah ngasih taunya nggak bener bikin orang kebingungan direkam lagi."
"Nih hapus sendiri." Viny ambil HP-ku sambil cemberut. Duh lucunya.
Sembari dia menghapus video yg tadi, aku mulai mengendarai mobil menuju ke restoran yang telah aku pesan. Jalanan ibukota di jam-jam segini memanglah tidak bisa dimengerti lagi.
Sampai di restoran cukup tepat waktu, pukul setengah tujuh lebih malam, waktu yang sangat cocok untuk makan malam. Kupesan tempat di pojok restoran supaya tak banyak orang yang mengetahui keberadaan kami. Kami duduk lalu memulai obrolan tentang hal-hal random, seperti pengalaman lucu sepanjang hidup, tempat-tempat di dunia, pengetahuan umum, pekerjaan, dan lain-lain. Obrolan ini terus berlanjut saat makanan sudah lengkap.
"Pelan-pelan pak makannya. Udah dua porsi itu."
"Iya kebiasaan di pelatihan, kalau nggak cepet ya kena bentak. Tapi lagi laper juga nih."
"Aku juga laper tapi nggak kayak gitu."
"Laki-laki, beda kebutuhannya. Oh ya itu beneran temen-temenmu di JKT48 pada pacaran? Bukannya nggak boleh ya?"
"Ya sebenarnya sih emang nggak boleh, tapi ya namanya juga cewek, pengen pacaran. Manajemen tau juga dibiarin aja sih. Sekarang ada kok yang udah dilamar."
"Terus fans?"
"Yaaa yang penting nggak ketauan fans aja sih. Susah pokoknya kalau dah pernah ketauan. Berdua kayak gini aja sebenarnya udah bisa bikin masalah sih."
"Lah terus gimana?"
"Ya nggak apa-apa kalau di tempat kayak gini. Temen-temenku yang pacaran biasanya juga kayak gini kok. Kalau mau di tempat yang agak ramean ga boleh berdua doang."
"Berarti ada jokinya dong? Hahaha"
"Hahaha iya. Dulu aku biasanya nemenin kak Lidya sama kak Naomi pacaran sama cowoknya sih."
"Kalau kamu sendiri udah pernah dijokiin belum?"
"Ah aku terakhir kali pacaran pas masih SMA. Masuk JKT48 udah nggak ada waktu lagi buat pacaran. Cuman gebetan doang."
"Nggak pernah ketahuan?"
"Hmm... Aku sih udah pernah. Bego emang, segala di share di Instagram. Jadinya aku yang dihukum. Susah deh pokoknya. Kamu jangan seperti itu ya."
"Tunggu tunggu, berarti sekarang kamu anggap aku gebetanmu?"
"Iya, kamu pasti juga ingin kan?"
"Dih GR"
"Iiiihhhhhhhhh" Viny mencubitku, akunya gesrek dalam hati.
Bulan telah menunjukkan tabirnya, pertanda sudah mulai malam. Jam 9 malam memang sudah cukup malam, tidak terasa memang, saatnya untuk pulang. Namun sebelum pulang, aku mendapat pesan dari Bimo.
"Woi asu bantuin gw mobil gw bannya bocor 2 nyet."
"Mampus lu bangsat."
"Tai lah gw tau lu lg ngebucin tp bantu gue nyet."
*Tau dari mana nih orang*
"Iye iye dimana loe. Loe enak2 abis nyobain meki orang bikin susah orang ae bangsat."
"Tai. Gue disuruh jaga di sini cok. Noh gue kirim lokasi gw."
"Iye iye gue otw, tp ga bs cepet."
"Ajg pacaran mulu bgzt."
Selesai membayar, aku dan Viny masuk ke dalam mobilku, karena aku akan mengantarkannya ke rumahnya. Rumahnya ternyata cukup jauh, sehingga dia pun tertidur di bangku penumpang depan selama perjalanan. Aku bingung bagaimana dia bisa menahan rasa capeknya pergi pulang tiap hari dari pagi hari hingga malam hari, mungkin aku tidak kuat jika harus seperti dia.
Sampai di depan rumahnya, aku pun membangunkannya, walau sebenarnya tak tega melihat wajah capeknya. Sebelum dia meninggalkan mobilku, tiba-tiba dia mencium bibirku yang langsung aku balas. Ciuman yang cukup singkat. Setelah berciuman, dia langsung masuk ke dalam rumahnya, dan aku bergegas ke lokasi Bimo berada.
Lokasi Bimo sekarang kebetulan berada di jalan pulang. Setelah dari rumah Viny, aku pun menuju ke posisi Bimo berada.
"Babi gue dah nungguin loe 3 jam bangsat."
"Gue dah bilang gue ga bisa cepet nyet."
"Ngebucin sih loe."
"Loe tau dari mana dah anjing."
"CIE PACARAN CIEEEE, PASTI SAMA CEWE PAS PELATIHAN KEMAREN. GUE KAN NEBAK AWKAWKAWK."
"BANGSAT YA LOE. GUE BALIK NEH."
"Iye iye dah sini tire repairement kit punya loe."
Bimo tidak membawa ban serep, dia hanya membawa satu tire repairment kit saja. Sementara itu, tire repairment kit hanya bisa untuk 1 ban saja. Selama menuju ke lokasinya aku juga tidak menemukan tukang tambal ban yang masih buka. Ya pantas saja dia minta bantuanku.
Hari sudah berganti, badanku pun sudah letih. Setelah mengawal Bimo ke rumahnya, aku pun langsung bergegas pulang untuk beristirahat. Hari yang bersejarah bagiku.
Terakhir diubah: