Part XIX: Afterlife, With Happiness, Forever.
Dug... Dug... Dug...
Ini...
Nit... Nit... Nit...
Apa ini?...
Nit..Nit..Nit..Nit..
Aku merasakan diriku seperti sedang bernafas...
"Sayang?!"
Ah suara itu...
"Sayang! Kamu sudah sadar?!"
Aku dapat merasakan kembali tubuhku ini. Namun aku juga merasakan nafasku bukan atas kehendakku, dan sangat teratur.
"Sayang??!!"
Aku coba untuk membuka mataku dan mencoba untuk menggerakkan jari tangan kiriku. Terlihat dengan samar-samar wajah Viny yang teramat merah dan sangat berantakkan itu di hadapanku. Namun aku juga melihat Bimo dan Shani di hadapanku, walau di dominasi oleh wajah Viny.
Viny langsung membekap diriku ini. Kepalanya ia tenggelamkan di samping kiriku. Terdengar dengan jelas suara tangisannya itu yang amat histeris. Sementara itu, Bimo tak terlihat lagi di hadapanku dan Shani yang kini menatapku dengan wajah harunya itu. Ah, ada apa ini? Mengapa dadaku kini tertempel empat buah kabel? Mengapa tangan kananku tertusuk sebuah jarum? Mengapa ada selang yang masuk ke dalam mulutku? Aku tidak dapat berbicara!
Tak lama setelah itu, aku melihat ada lima orang berjas putih yang mengerubungiku, yang salah satunya adalah Bimo. Aku menebak mereka semua adalah dokter. Sementara itu, Viny kini tetap saja menangis, walau posisinya kini hanya mendekap lengan kiriku saja, itu juga karena salah satu dari mereka menyuruh Viny untuk tidak menghalangi dadaku. Tunggu sebentar, apakah ini berarti aku sedang berada di rumah sakit?
Ah, ingatanku mulai pulih! Aku mulai sadar dengan kondisiku sekarang. Sementara itu, para dokter itu kini berdiskusi sambil melihat ke arahku. Aku tak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan. Setelah mereka berdiskusi tentang keadaan dadaku, salah satu dari mereka mulai melepas selang yang menjuntai di dalam tenggorokanku ini.
"Kita mulai ya, tolong pantau terus."
Aku merasakan hilangnya sebuah rasa yang mengganjal pada pangkal tenggorokanku, yang diikuti dengan pernapasan yang harus aku kendalikan sendiri. Dengan perlahan, mereka menarik selang ini dari mulutku hingga terlepas seutuhnya.
"Haahhh... Haaahhh... Haaahhh..."
Kini mereka memasangkan selang pada kedua lubang hidungku, dan aku merasakan udara segar masuk dari hidungku.
"Bagaimana?" Ucap salah satu dari mereka yang terlihat paling senior itu kepadaku.
"Hhh... Jangan tanya saya dok, saya baru sadar."
"Hahahaha bisa saja kamu nak."
"Dok, sudah berapa lama?"
"Kamu sudah tidak sadar selama tiga hari. Mungkin temanmu ini yang akan bercerita. Sepertinya cukup ya. Kamu akan baik-baik saja. Sudah, tidak perlu mengangis lagi." Ucapnya sambil memegang bahu Viny.
Aku mulai menyadari kondisiku saat ini. Tangan kananku kini diinfus, dada kananku pun tertempel sebuah perban yang sangat tebal. Hanya tubuh bagian kiriku saja yang bebas. Kini di ruangan ini hanya terdapat Aku, Bimo, Shani, dan Viny yang masih juga membekap lengan kiriku ini. Kini sudah tak terdengar suara tangisan Viny lagi namun tetap saja Viny terlihat sesegukan.
"Viny..."
Viny masih saja membekap lenganku ini.
"Viny sayang..."
Aku menekuk lengan kiriku sehingga aku bisa menyentuh rambutnya yang amat berantakkan itu. Viny pun langsung mengangkat wajahnya, terlihat di mataku wajah yang teramat sembab dan mata yang amat merah itu.
"Kamu tidur sama aku aja sini." Sambil menepuk-nepuk ranjang dengan tangan kiriku.
"Do..."
"Ga apa-apa Bim. Masih muat."
Memang ranjang ini berukuran sangat besar, jadi sepertinya muat jika Viny juga tidur di sini, dan benar saja. Viny bangkit dan mulai mengambil posisi di sampingku. Tubuhnya dia tengkurapkan tubuhnya di sisi kiri tubuhku sehingga dia menghadap ke arahku. Aku merangkulnya dengan tangan kiriku, sehingga lengan kiri atasku menjadi bantal bagi kepalanya itu. Dengan posisi seperti ini, aku dapat melihat wajah samping Viny yang langsung tertidur pulas di lenganku ini. Ah Viny, cantik sekali dirimu ini.
Ruangan ini hening dalam beberapa menit. Aku kembali merenungkan apa saja yang telah aku perbuat. Sementara itu, Bimo masih saja berdiri menatapku dengan wajah bahagia, sementara Shani terdiam di pojokkan ruangan ini dengan tatapan yang sepertinya kosong itu.
"Bim, tolong ceritakan Bim."
"Peluru 9mm dari sebuah revolver. Menghancurkan salah satu tulang iga dan sedikit bagian paru-paru kananmu. Jadi kami terpaksa mengangkatnya. Pecahan pelurunya tersebar di dalam dadamu, beruntung tidak sampai mengenai jantung dan tulang belakang."
"Hah?"
"Iya, seperlima bagian paru-paru kananmu ada yang kita angkat karena memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Jadi napasmu tidak akan sepanjang dulu lagi. Untuk tulang igamu, kami telah memasang plat titanium sebagai pengganti tulang igamu yang hancur. Tenang, tulang iga bisa tumbuh kembali. Oh ya kamu jangan coba tarik napas panjang dulu."
Baru juga mau mencoba untuk menarik napas panjang, namun tak apa.
"Terus, kejadiannya?"
"Oh iya. Sesaat setelah kamu tak sadarkan diri, bantuan pun datang. Kamu langsung dimasukkan ke dalam ambulans yang membawa kamu ke sini bersama Viny dan Shani. Aku langsung memimpin proses operasimu selama 6 jam, sementara Viny dan Shani langsung ditangani oleh dokter psikiater. Mereka berdua syok berat, apalagi Viny yang mentalnya teramat jatuh. Dia ga mau diajak bicara oleh siapapun. Dia juga ga mau makan. Makanya dia sekarang diinfus, sama sepertimu. Oh ya senjata dan mobilmu diamankan polisi, nanti kalau sudah sembuh boleh diambil."
Iya juga. Viny dan Shani terlihat memakai baju pasien sama sepertiku. Juga aku melihat sebuah infus yang mengarah ke tangan kanan Viny.
"Terus?"
"Kami bertiga selalu menunggumu di sini. Aku dan Shani tidur di sofa, sementara Viny selalu menjagamu di kursi ini. Padahal kamar Viny dan Shani ada di sebelah. Viny tidak pernah tidur semenjak masuk rumah sakit. Baru sekarang saja aku melihatnya tidur. Oh ya, kamu kehilangan banyak sekali darah. Sementara itu saat kejadian stok golongan darahmu di sini sedang kosong."
"Terus gimana?"
"Aku tak sengaja keceplosan ngomong itu di dekat Viny. Memang sih golongan darah kamu sama dengan golongan darahnya, tapi pasien yang sedang syok tidak boleh diambil darahnya dalam jumlah banyak. Namun dia tetap memaksa sambil nangis-nangis, dan ga ada pilihan lain. Jadi sekantong darah diambil dari tubuh Viny, dan sekarang sudah berada di dalam tubuhmu.
Ah Viny. Kamu melakukan hal tak penting yang hanya akan membahayakan dirimu saja. Pasti kamu sangat lelah sekali.
"Ngomong-ngomong, orangtua lo sekarang lagi ada di sini semenjak lo masuk rumah sakit."
"Terus mereka sekarang di mana?"
"Ya mereka sekarang tinggal di rumah lo. Gue diminta sama orangtua lo buat jagain lo. Katanya biar kalau ada apa-apa bisa langsung gue tangani. BTW orangtua lo udah gue kasih tau, bentar lagi mereka dateng. Yaudah Do gue sama Shani keluar dulu."
"Ngapain lo?"
"Ya kali aja lo mau ngebucin lagi."
"Itu lo anjir."
"Ye si bangsat, gue sentil dada lo mati juga lo."
Ya itu beneran sih dengan kondisi gue yang seperti ini.
"Oh ya. Lalu bagaimana dengan skripsi dan pekerjaanmu?"
Shani tidak menjawabnya.
"Laptop Shani sama Viny udah hancur saat kejadian. Untungnya lo pernah ngajarin gue cara ngegunain fasilitas cloud storage yang sync otomatis, jadinya udah ada cadangannya di internet."
Memang aku pernah mengajari Bimo saat kita berdua sedang mengerjakan tugas akhir kami. Ngomong-ngomong, laptop Viny juga sudah aku atur agar tiap pekerjaannya selalu ada cadangannya di internet. Yah untuk berjaga-jaga dari kejadian seperti ini.
"Kalau soal JKT48, Shani sama Viny udah dapat ijin. Nama Shani sama Viny masuk ke daftar korban yang mengalami trauma. Jadinya pihak JKT48 ngasih izin dua minggu untuk pemulihan."
Yah dua minggu cukup lah ya untukku untuk pulih.
"Yaudah Do kita berdua pergi dulu ya, kalau ada apa-apa tekan aja tombol bel.."
Kini mereka berdua berjalan keluar dari kamar ini, meninggalkan gue dan Viny di atas ranjang ini.
Twelve hours later.
Kini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan sudah banyak para pejabat yang menjengukku ketika berita bahwa diriku telah siuman beredar. Ya jelas lah pak presiden, pak Kapolri, pak Panglima TNI, dan para pejabat eselon satu menjengukku. Tentunya orangtuaku dan orangtua Viny adalah orang pertama setelah Bimo yang menghampiriku di sini yang kini mereka semua berada di rumahnya masing-masing. Yah selain memberiku semangat dan ucapan rasa bangga mereka juga mengomeliku karena melakukan tindakkan yang amat berbahaya, malah lebih banyak mengomeliku. Pokoknya bercampur lah semua jadi satu. Apalagi ibuku yang selalu saja meminta kepadaku seorang cucu. Mak, anakmu sekarang udah 'cacat' mak, jangan ditambah beban lagi lah maakkk...
Selama dua belas jam itu pula aku tidak melakukan apa-apa. Hanya bunyi suara alat-alat pemantau kehidupan saja yang menemaniku sekarang. Ponsel gue sih sekarang ada di atas meja dan bisa gue ambil, namun gue ga mau memusingkan diri gue sendiri dengan ponselku. Jadinya selama itu pula aku hanya bisa memandang wajah samping atas Viny yang amat indah ini. Tak pernah bosan aku membenarkan helaian rambutnya yang berantakkan dan menutupi wajah cantik Viny. Namun selama itu pula posisiku masih saja tidak berubah. Yah memang ga boleh banyak gerak sih gue, tapi masalahnya Viny juga ga gerak dong. Viny masih saja tertidur di lenganku ini. Padahal yang menjengukku tadi pada berisik semua loh. Alhasil tangan gue kesemutan dong, dan sekarang sudah sampai titik di mana gue ga bisa tahan lagi. Gak cowonya ga cewenya sama aja bucin, aaarrrggghhh...
"Viny..."
Aku sebenarnya tak tega untuk membangunkannya, tapi...
"Ngghhh..."
Sepertinya dia terbangun.
"Vin, tolong geseran sedikit..."
Dia tidak merespon.
"Viny sayang, tanganku kesemutan..."
Kini dia memandangku dengan tatapan kosongnya.
"Geser sedikit yang, aku mau mindahin posisi tanganku."
Viny mengangguk kecil lalu dia menggeser sedikit tubuhnya sehingga aku bisa memindahkan lengan kiriku. Kini lengan kiriku berada di samping tubuhku, di antara tubuhku dengan tubuh Viny. Namun, baru saja lengan kiriku mendapatkan posisi barunya Viny langsung membekap erat lengan kiriku ini. Tak lama kemudian, terdengar suara tangisan kecil yang disertai bahu kiriku yang mulai basah. Yah tahu lah.
"Viny, jangan nangis. Aku masih di sini kok."
Malah tambah kejer.
"Sayang, coba lihat ke sini."
Dia malah menggelengkan kepalanya dan makin membekap lenganku ini.
"Viny, aku ga suka lihat kamu menangis seperti ini. Aku kuat kok, masa kamu lemah seperti ini? Katanya udah siap jadi calon ibu."
Rasanya gue ingin mengelus-elus kepalanya itu, membenarkan rambutnya yang berantakkan menutupi wajahnya itu. Akan tetapi posisi tangan kiriku kini terjepit tubuhku dan tubuh Viny, dan tulang rusukku terasa amat sakit jika tangan kananku digerakkan.
"Kamu jahat!!!"
Akhirnya Viny mulai bicara juga dengan wajahnya masih dia benamkan di lenganku sambil sesegukan. Yah walaupun gitu deh.
"Kamu bikin aku khawatir tau ga?!"
Sudah pasti ngegas lah ngomongnya.
"Viny..."
"Gamau!!!"
Malah tambah nangis.
"Vin... Ngkkk... Tolong lihat ke arahku..."
Ucapku sambil mengelus-elus kepala Viny. Ya, aku mengelusnya dengan tangan kananku yang tertusuk jarum infus, walaupun aku harus menahan rasa sakit di dadaku ini.
"Viny... Aku ga bermaksud membuatmu khawatir... Ngkkk..."
"Terus apa?!"
"Kita dalam kondisi terdesak, Vin. Jika aku tidak bertindak seperti itu, mungkin korban jiwa akan jauh lebih banyak, dan mungkin juga kita termasuk di dalamnya... Ngghhh..."
Shit sakit banget rasanya!
"Tapinya aku jadi khawatir tau ga?!!!"
Dengan tangan tanganku, aku pun meraih rahang Viny dan mengarahkannya agar wajahnya kini mengarah kearahku. Kini aku bisa melihat wajah Viny yang amat merah dan mata yang amat sembab itu tertutupi oleh rambutnya yang amat berantakkan menutupi wajahnya.
"Sayang, aku akan berjuang sekuat tenagaku agar kamu tidak kenapa-kenapa, bahkan jika aku harus mengorbankan nyawaku. Aku tidak mau melihatmu menderita..."
Ucapku dengan wajah yang dengan sekuat tenagaku tak aku tunjukkan perjuanganku menahan rasa nyeri di rusukku ini. Kini tangan kananku membenarkan rambutnya yang menutupi wajahnya itu.
"Tapi..."
Belum sempat Viny membereskan ucapannya, aku pun langsung mencium bibir Viny ini. Posisiku sekarang sedikit bangkit dengan leher yang sangat aku majukan dengan tangan kananku yang mendorong kepala Viny sehingga ciuman kami semakin erat. Manis, Manis sekali rasanya! Lembutnya bibir Viny selalu membuatku merasa nyaman dan hangat. Air liurnya pun bagaikan obat bius yang membuatku selalu tak sadarkan diri jatuh ke dalam gelora asmara. Ah nikmatnya.
Namun belum lama kamu berciuman, tiba-tiba tubuhku merasa sakit yang amat luar biasa. Aku tak bisa menahan lagi rasa sakit ini. Jantungku pun berdegup amat kencang, alat pemantau kehidupan yang ada di samping kananku pun bersahutan berbunyi dengan frekuensi yang amat tinggi. Aaaakkkkkkk...!!!!
"SAYANG!!!"
Viny sekarang terlihat amat panik. Sementara itu, aku berusaha menahan rasa sakit yang amat luar biasa ini yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.
"Do!!!"
Tiba-tiba pintu kamar pun terbuka, dan masuklah Bimo dengan amat terburu-buru menghampiriku.
"Lo abis ngapain Do?!"
Aku pun hanya membalasnya dengan ekspresiku yang sedang menahan sakit ini.
"Oke Do coba lo lurusin tangan lo senderin badan lo yang bener terus tenangin diri lo."
Aku pun mencoba menuruti perintah Bimo. Setelah beberapa lama kemudian, rasa sakitnya pun mulai menghilang. Kini di sampingku sudah terdapat banyak dokter selain Bimo meriksa keadaanku sekarang. Sementara itu, Viny kini mendekap lenganku lagi dengan amat kencang.
"Lo abis ngapain dah? Ganggu orang istirahat aja lo."
"Ya lo bisa tebak sendiri lah."
"Oh gara-gara ini."
Ucap Bimo sambil mengelus-elus kepala Viny. Viny yang merasa dirinya disalahkan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai menangis dengan kencang. Dasar teman bangsyad.
"Pak ini ada dokter yang bikin pasien kejiwaan tambah parah nih pak. Tolong bilangin ke pak dirut ya pak."
Ya jelas lah Bimo langsung panik.
"Eh eh eh kok gini sih... Viny, aku minta maaf. Gak kok kamu ga salah..."
Viny tidak meresponnya dan masih saja menangis.
"Viny, jangan nangis dong. Si Bimo hanya bercanda aja. Kamu ga salah kok, lagian aku udah gak ngerasa sakit lagi. Sudah jangan nangis lagi."
Akhirnya tangisan Viny pun mulai reda.
"Do jangan laporin gue ke pak Dirut plis."
"Iya iya. Ya lagian lo sendiri ngapa dah."
"Tulang rusuk lo ada yang geser dikit Do. Lo ntar kita operasi lagi. Bikin repot ae lo."
Yaudah lah ya.
Six months later.
“Congratulation for you wedding, kid. I’m very glad for you.”
“Thank you sir.”
“This is the beginning of your day, the beginning of your future, beginning of building great family, the beginning of all things, and a blessed and happy day for your new life. I hope your marriage will last forever.”
“I hope so. This is my first and last wedding.”
Ya, kini sedang diadakan acara resepsi pernikahanku dengan Viny. Kini aku sudah berada di atas pelaminan menyalami para tamu undangan.
“Wah akhirnya menikah juga Einstein muda kita. Selamat ya nak.”
“Terima kasih ya pak.”
“Seharusnya kamu sudah menikah dari dulu loh.”
“Yaa ga bisa gitu lah pak...”
“Hahaha yaudah nak selamat ya. Semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia selalu.”
Tentu para tamu yang datang bukanlah orang yang sembarangan. Kalau bukan keluarga atau teman-temanku, pasti orang tersebut memiliki reputasi yang besar alias kelas kakap. Dua orang yang barusan bersalaman denganku adalah ketua yayasan Nobel dan pak presiden.
“Halo sayangkuuuu..... Aaaaakkkk......!!!!! ><”
“Cantik banget sih kamu Vin.”
“Iiiihhhhhhh Viny masa ngeduluin kita sih.”
“Gimana Vin rasanya jadi calon ibu? Cie.”
“Vin, aku minder deh, yang dateng pejabat-pejabat semua.”
“Hehe...”
Itulah hasil mengupingku dari sebelahku. Ya, mereka adalah teman-teman perempuan Viny semasa sekolah dulu. Jelas heboh, namanya juga betina.
Ngomong-ngomong, pernikahanku ini dilaksanakan di dalam sebuah aula yang paling besar pada sebuah hotel bintang lima yang terletak di pusat ibukota. Aku menyewa seluruh hotel ini khusus untuk pernikahanku saja. Pakaian pengantin kami dibuat oleh seorang desainer yang amat terkenal dan dengan bahan dan kerumitan yang amat tinggi. Foto prewedding kami dilaksanakan di berbagai tempat di dunia ini. Kendaraan pengantin aku menggunakan tiga helikopter, sementara kendaraan untuk keluarga yah minimal BMW seri 3 atau Mercedes Benz seri C dengan pengawalan ketat kepolisian. Konsep pernkahan pun seperti yang sudah kalian ketahui sebelumnya, di mana aku berada di pelaminan dengan bangku tempat duduk yang tersebar di seluruh area aula. Segala jenis makanan pun tersedia dalam pernikahanku ini, dan tidak akan habis saking banyaknya. MC dan bintang tamu yang mengisi pernikahanku pun bukan sembarangan orang. Lagu-lagu yang biasa dinyanyikan di pernikahan? Di sini dinyanyikan oleh penyanyi aslinya langsung. Belasan penyanyi hits lintas generasi baik lokal maupun mancanegara ada di pernikahanku sekarang. Lagu instrumental yang langsung dibawakan oleh Kenny G pun menjadi latar belakang ketika sedang tidak ada penampilan penyanyi yang lain. Yah total biaya yang aku habiskan untuk seluruh rangkaian pernikahan ini mencapai puluhan miliar rupiah. Cukup terasa sih pengeluarannya, namun tak apa lah, namanya juga sekali seumur hidup, pula nanti dengan cepat akan terisi lagi kok.
Loving can hurt, loving can hurt sometimes
But it's the only thing that I know
When it gets hard, you know it can get hard sometimes
It is the only thing makes us feel alive
Tentunya pernikahanku yang super mewah ini mendapat pernikahan publik. Entah bagaimana publik bisa mengetahuinya, entahlah. Padahal pernikahan ini tidak aku sebarkan secara luas ke masyarakat umum. Banyak komentar dari masyarakat luas tentang pernikahanku ini, apalagi dari para wt. Yah Viny baru dua bulan lulus dari JKT48 tapi sudah menikah. Memang sih dua minggu setelah Viny lulus kami mengumumkan hubungan kami di sosial media kami masing-masing. Akan tetapi kami tidak memusingkan komentar-komentar tentang pernikahan kami. Kami lebih memikirkan tentang masa depan kita berdua nanti.
We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes are never closing
Hearts are never broken
And time's forever frozen still
Ya, ini adalah lagu Photograph yang dibawakan langsung oleh Ed Sheeran. Tentunya lagu ini ditujukan kepada para kawula muda seperti kami. Dengan gitarnya, dia menyanyikan lagunya di tengah-tengah para tamu undangan sehingga jarak antara dia dengan para tamu undangan sangatlah dekat. Tentunya heboh dong para tamu undangan, apalagi yang cewek-cewek.
So you can keep me
Inside the pocket of your ripped jeans
Holding me closer 'til our eyes meet
You won't ever be alone, wait for me to come home
“Nyusul juga lo akhirnya.”
Ya, itu Bimo. Dia memang sudah menikah duluan dengan Shani sebulan yang lalu di Jogja dengan cukup mewah juga.
“Aslinya gue duluan su. Lo segala ga bisa jaga diri sih.”
Mereka menikah duluan karena Bimo gak sengaja keluar di dalam ketika Shani dalam masa subur. Memang mereka ini cukup gila, berhubungan bada tanpa pengaman di masa subur. Yah perut Shani kini juga terlihat mulai membuncit sih.
“Yeh si anjing. Gimana? Nanti bisa keluar di dalem dong? Ga usah nunggu masa gak subur seperti biasanya.”
Gue pun menginjak kaki Bimo. Memang ga bisa dijaga omongannya. Mana cukup kencang lagi.
“Bangsat lo ya. Jaga omongan lo lah. Di depan mertua ini su.”
“Iya Do ampun ampun.”
“Jadi, udah hampir dua bulan yah nih?”
“Eh iya kak. Kak Viny cepetan nyusul ya.”
“Hehe iya Shan, nanti anak kita umurnya samaan.”
“Yaudah Do gue turun ya. Gue belom selesai nyobain makanannya.”
“Iye iye pergi sono lu cepetan.”
I want to call the stars
Down from the sky
I want to live a day
That never dies
I want to change the world
Only for you
All the impossible
I want to do
Lagu When You Tell Me That You Love Me yang dibawakan langsung oleh Diana Ross ini memang sangatlah cocok di acara pernikahan seperti ini. Istilahnya old but gold. Walaupun beliau sudah cukup tua, namun dia menyanyikannya dengan cukup baik.
I want to hold you close
Under the rain
I want to kiss your smile
And feel the pain
I know what's beautiful
Looking at you
In a world of lies
You are the truth
Para tamu pun juga terlihat cukup bahagia dengan acara pernikahan kami ini. Memang inilah yang kami berdua inginkan. Sekarang aku dan Viny duduk di atas kursi pelaminan, dengan tangan kami yang saling berpegangan.
And baby
Every time you touch me
I become a hero
I'll make you safe
No matter where you are
And give you
Everything you ask for
Nothing is above me
I'm shining like a candle in the dark
When you tell me that you love me
Kini hidupku sudah terasa sangat lengkap. Aku pun sangat bersyukur dengan keadaanku sekarang ini.