Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.
Selamat siang suhu.
Nanti malam saya updatenya...
Sekarang saya masih sibuk di RL...
:ampun::ampun:
Saya Up sesuai jadwal....
Telat hanya faktor sinyal...
Terimakasih suhu:ampun::beer:
 
Update nya yang panjang dong hu.
Jangan pendek melulu -_-

##

Jangan jangan adek suhu pwndek lagi *eh
 
Bimabet
Chap 08

819e17543663572.jpg

Nakula Andreas


7201d9533934359.jpg

Liana Esti Kinasih



POV Andreas


“ouhhh....Ndree” desahnya , tetapi pikiranku mulai tersadar jika yang kami lakukan itu salah. Dengan sangat perlahan aku melepaskan cumbuan pada bibirnya.


“Bu, apa yang kita lakukan ini salah?” kataku seraya memberi elusan di pipinya.

“Ta-tapi ndre! ” aku langsung menaruh jari telunjukku tepat di depan bibirnya.

“Anggap semua tidak pernah terjadi apa-apa Bu? Saya sangat menghormati Bu Liana sebagai atasan saya.” jelasku dan segera bangkit dari tempat duduk untuk segera bergegas keluar ruangannya.


“Ndree ” panggilnya sambil menahan tanganku.

Aku merasakan kehangatan tubuhnya, dia membenamkan wajahnya ke dalam bahuku. Tanpa sungkan dia memelukku erat. Aku hanya diam tidak tau harus berkata apa pada Bu Liana.


“Bu, nanti ada karyawan lain yang melihat kita?” kataku lirih dengan nada sedikit khawatir.


“Biar saja karyawan yang lain tau?” jawabnya ringan seakan tanpa beban. Bahkan dia tidak memikirkan dampak buruknya dengan jabatan di perusahaan ini, dia seorang direktur sedang aku hanyalah manajer divisi.


“Bu...” tegurku dan aku berusaha melepaskan pelukannya itu. Dengan sigap aku membalikkan badannya menghadap ke arahku.


“Saya prmisi dulu Bu! Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan hari ini juga” pamitku tanpa memperdulikan keberadaannya.


Aku keluar dari ruangannya itu, seakan beban yang ku panggul terasa ringan kembali. Baru beberapa langkah, terlihat temanku yang lain memperhatikanku, mereka menatapku seolah apa yang terjadi dan apa Bu Liana marah lagi, mungkin penalaran mereka seperti itu.
Namun di dalam hati aku merasakan ada semacam desiran entah apa itu? Aku merasakan ada yang aneh dengan sikap bu Liana kepadaku pagi ini, membuatku sedikit risih.

★★★★


Tidak terasa pekerjaanku hari ini terselesaikan semua. Hanya file untuk presentasi dari Bu Liana yang belum ku selesaikan. Karena file itu tertinggal di rumahnya. Kulihat jam dia atas kubikel sudah pukul 5.00 sore sudah waktunya merapikan dan memasukkan dokumen-dokumen yang belum selesaikan ke dalam ransel. Setelah semuanya siap aku enggan bangkit dari kubikel ku.

Pikiranku terus berkecamuk dan masih terbayang dengan kejadian yang aku dan Bu Liana lakukan tadi pagi. Bibirnya begitu hangat dan lembut, walau permainan bibirnya masih kaku. Tetapi cukup beruntung bagiku bisa menikmati dan mendapatkan ciuman pertama kali dari Bu Liana. Ciumannya itu sungguh membuatku terlena, saat itu otakku masih berfikir jernih. Jika yang kami lakukan itu salah bisa-bisa menimbulkan gosip skandal. Aku laki-laki normal dan tidak munafik ketika seorang wanita memberikan lampu hijau untuk aku menjamah tubuh indahnya.


Sebelumnya aku tidak pernah membayangkan, jika aku bakal mendapatkan hal semacam ini dari orang yang sangat aku hormati.


Bu Liana di mataku dia orangnya sangat tertutup dan tidak asal menerima seseorang dekat dengannya tanpa alasan yang jelas.


“Woiii...ndree balik yukk?” teriak salah seorang temanku.
“Ya elah dia malah bengong nih anak!” tambahnya.


“Dia mah udah biasa kali Key!” timpal salah seorang lagi.


Aku masih terdiam menatap layar komputerku yang sudah kumatikan.

“Kesambet setan penunggu kantor ini anak” selanya.

“Ahh. Berisik kamu Gas?” kataku sinis.

“Udah Gas, lo diem aja? Gw mau nanya sama si Andre?” sahut si Keysia ke arah Bagas.


“Kenapa sih lo ndre, dari pagi gw perhatiin lo bengong-bengong terus? Apa lo di marah-marahin sama bu Liana, ndree?” tanya si Keysia yang terus menatap tajam kearahku.


“He’eh .Lo Ceritain sama kita-kita men? Kali aja lo ada masalah sama Bu Liana, siapa tau kita bantu, ya nggak Key?” Tambah si Bagas yang diamini oleh si cewe imut berkacamata bernama Keysia.


“Sebenernya nggak ada apa-apa sih, Key! Gas?” jawabku hati-hati sambil melirik ke arah mereka berdua.


“Kalau nggak ada apa-apa, lo kok bengong-bengong sendiri. Apa lo sakit ndree? Soalnya muka lo juga kelihatannya pucet ndre!” ujar Keysia makin kepo, manik matanya terus menelanjangi diriku. Tatapannya itu membuatku sangat risih.


“Ahh.... i-itu cu-cuma perasaan kamu aja Key! Aku baik-baik aja kok? O..ya. tumben kalian belum pada pulang, apa kalian berdua ada janjian untuk ngedate ya?” kataku sedikit terbata-bata tapi aku masih bisa mengontrol kegugupanku itu.


“Aihh...gw ngedate sama si playboy cap kodok kaya si Bagas ini! No....No?” seru si Keysia keras.


“Bilang aja lo demen sama gw key! pake ngehina gw, lo Key” sahutsi Bagas dengan PDnya.


“Daripada lo, mending juga gw milih si Andre, upps?” timpal si Keysia keceplosan.

Seempat aku merasa terkejut dengan ucapannya. Aku hanya tersenyum reyah menanggapinya. Wajah imutnya si Keysia terlihat bersemu merah di pipinya dan dia memalingkan wajahnya ke arah lain.


“Segitunya lo Key, sama gw! Cowok paling ganteng ketimbang si muka bajaj Andre.” ejeknya.


“Ahh... Kampret kamu Gas?” dengusku kesal.


Mereka berdua malah tertawa terbahak-bahak, tanpa peduli perasaanku. Hatiku dongkol, kemudian bangkit meninggalkan mereka. Cepat-cepat aku segera bergegas keluar dari ruangan ini.
Sahutan dan panggilan mereka tak kuhiraukan. Aku terus melangkahkan kaki menelusuri lorong kantor yang sudah sepi, menuju salah satu lift. Tidak berapa lama lift yang ku tunggu terbuka.


“Yukk...Ndre!” suara lembut seorang wanita memperlambat langkahku saat berada di bibir pintu. Aku menoleh ke arah sumber suara itu yang ternyata adalah suara bu Liana.


“I-iya...b-bu!” suaraku sedikit gugup, ketika Bu Liana langsung menggandeng tangan kiriku. Aku hanya pasrah mengikuti apapun kemauannya.


Entah ini kebetulan atau dewi fortuna sedang berpihak kepadaku. Ruang lift sepi hanya aku dan Bu Liana yang ada di dalam. Tapi aku hanya diam tidak tau harus berbuat apa. Sedang bu liana terus menggandeng tanganku dan merebahkan kepalanya di bahuku, sesekali dia melirik kearahku.


“Kamu kenapa ndre, diem terus! Apa kamu marah sama saya? ” Bu Liana melepaskan pelukannya dan membalikkan wajahku untuk membalas menatapnya.


“E-enggak. Ke-kenapa-napa Bu?Sa-saya tidak marah sama i-ibu kok?” kataku sedikit terbata-bata seperti di tusuk ribuan jarum di kerongkonganku.


Suasana di dalam lift hening, tak ada ucapan dari kami berdua. Sangat terasa Bu Liana memelukku sangat erat. Aku masih bingung entah apa yang ada didalam pikirannya saat ini.

“Apa dia menyukaiku? Mustahil dan itu tidak mungkin.” pikirku

“Ndree...!” sahutnya lirih nyaris tak terdengar.


“I-iya!” balasku dengan tangan bergetar dan ragu-ragu untuk membalas memeluknya.

“Aku menyukai kamu ndree!” kata-kata yang barusan terlontar benar-benar membuatku di liputi perasaan bingung.

Lidahku kelu tidak bisa menjawab ucapannya itu. Karena ini masalah hati dan perasaan.Aku sudah sangat menyukai dan mencintai wanita yang amat sangat membenciku di sana. Dan disini aku dengan mudahnya di cintai seseorang dan seseorang ini adalah atasanku sendiri.


Hangat sekali leherku. ketika kedua tangannya menarik tengkuk leherku dan bibir kami kembali bersentuhan. Cumbuannya di bibirku begitu agresif, lidahnya perlahan mulai masuk kedalam mulutku dan menggelitiki langit-langit rongga mulutku. Sementara kedua tangannya menggerayangi punggungku.


“Ahhh... Slurrrrrpp cklokkk ouhh.. sssssttt
“uhhh... Slurrrrrpph slurrrrrpph cklokkk


Cumbuan kami semakin memanas. Tetapi perasaanku tiba-tiba merasakan sakit dan di liputi perasaan bersalah.


Ting. Tingg.

Suara pintu lift berbunyi menandakan jika lantai yang kami tuju sudah sampai. Dengan sedikit keras aku mendorong tubuh Bu Liana untuk melepaskan pelukannya dan menjauh. Pintu lift terbuka lebar,aku langsung keluar terlebih dulu sedang bu Liana mengikutiku dari belakang.

“Ndree..” desisnya.

Aku tetap terdiam dan terus melangkahkan kakiku menelusuri lorong lobi menuju pintu keluar dan menuruni anak tangga untuk sampai di lantai basement gedung kantorku.


NDREE...” teriaknya lebih keras. Mungkin bu Liana sudah amat jengkel aku cuekin, tapi biarlah. Dia mendekat dan menarik paksa tanganku hingga aku dan Bu Liana kembali bertatapan muka.

“....PLAKKK.... ”

Sebuah tamparan keras mengenai pipi sebelah kiriku. Bahkan kulihat tangannya merasakan sakit setelah menamparku tadi. Aku hanya tersenyum menyeringai kearahnnya dan membanting keras genggaman tangannya dari tanganku.


“Ndree....ma-maafin a-ku, buk-buk---?” suaranya terbata sambil menahan tangis.

“Tidak apa-apa Bu! Sudah biasa. Sekarang kita langsung saja kerumah Bu Liana, hari sudah mulai gelap” kataku datar.


“I-iya. Kamu yang bawa mobil ndree” sahutnya melirikku sekejap dan kembali tertunduk tidak berani menatapku.

Aku hanya mengangguk, dan mengambil kunci mobilnya dari tangannya. Dalam perjalanan aku dan Bu Liana hanya terdiam meresapi pemikiran kami masing-masing. Kulirik pandangan mata Bu Liana terus melihat keramaian yang berada di sampingnya. Begitu juga dengan aku yang terus menatap jalan lurus ke depan.


★★★★


POV Author


Seorang pria berbadan besar dengan jaket kulit berwarna hitam. Berdiri di sebuah ruangan bersama dua orang yang berpakaian sama denganya. Tangan kiri pria itu memegang ponsel yang di tempelkan ke telinganya. Sementara tangan kanannya menodongkan pistol ke arah seseorang yang bersimpuh di hadapannya dengan tangan memohon-mohon agar diampuni.


“Gimana. Apa kalian sudah menemukan si tua bangka dan cucunya itu.” kepada seseorang disana.

“Belum saudaraku. Aku pastikan anak buahku , berhasil menemukanya. Dan aku pastikan dia akan kubawa ke hadapanmu.”jawab si pria di ujung ponselnya.

“Bagus, tapi ingat jangan sampai istriku tau rencana kita ini?”

“Hahaha beres, saudaraku! Kamu takut juga dengan istrimu.” ejek pria di ujung ponselnya.


“Bego. Dia sekarang pemegang perusahaan si tua bangka itu. Aku tidak mau kehilangan dia sebelum mengambil alih semuanya. Baru ku singkirka dia juga.” bentaknya.


“Hahaha.iya iya! Aku hanya bercanda saudaraku?kamu masih sama licik dan bajingan.” selorohnya dari ujung ponselnya.


“HAHAHA...” tawa mereka bersamaan.

“Baik, aku tunggu hasilnya, jangan sampai mengecewakanku.”


“Hahaha baik saudaraku, aku pastikan semuanya sesuai rencana kita.” ujar pria di ujung ponselnya.

Percakapan di telepon terputus.

Sementara di ujung pistol yang di genggamannya bercucuran peluh dari pelipis pria yang bersimpuh memohon-mohon di depannya, pria itu menatap kearahnya dengan tatapan tajam.


“Jangan menatapku seperti itu, hah” bentak pria yang memegang pistol.

“Dasar anak buah bodoh, disuruh menjaga malah berkhianat” teriaknya lagi.

Kakinya langsung menghantam keras tengkuk lehernya.

..DORRR. DORRR...

Seketika pria yang bersimpuh itu roboh ke lantai dengan pelipisnya yang nampak lubang menganga lebar dan keluar bersamaan dengan sebuah cucuran cairan kental berwarna merah membasahi lantai.


“Kalian buang jauh-jauh mayatnya, dan aku ingatkan pada kalian jika tidak ingin mati tragis seperti dia. Jangan sekali-kali berkhianat.”


“Baik boss” ucapan serentak dari anak buahnya.

===========


[Next chap]>>>>
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd