Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ahmad Jonathan

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Waduh, apa yang akan terjadi selanjutnya?
Semoga segera dilanjut biar ga terlalu lama kentang ya om

Siap Gan, udah sampe Part 7 kok ane nulisnya. Ini baru 4D. Masih ada lanjutannya di Part 4.

Lanjutkan gan, btw korbannya dah nikah semua ya?

Hehehe, di sampai part ke sekian nanti alur akan berubah Om. Sabar ya Om...
 
Wkwkwkwk keciiillllll kasihan cuman jd jari doang di meki hahaha ane demen nich yg model gini
 
PART 4D
GELORA LARISSA, AKHWAT AKTIVIS KAMPUS

Secepat mungkin aku menyambar celana pendekku. Ia pun sibuk memunguti pakaiannya yg berserakan. Baju dan celanaku juga dikemasinya.

"Ba—bagaimana ini, Ukh?" tanyaku dengan panik.

Ia memberi kecupan di bibir sambil memegangi leherku.

"Serahkan padaku. Percayalah," katanya sungguh-sungguh. Aku mengiyakan, walaupun aku harus siap dengan segala kemungkinan terburuk.

Digebuki warga, diarak keliling kampung, atau mungkin dijebloskan ke bui.

Perasaanku tak karuan.

Ia membantuku merapikan pakaianku. Mungkin memang wanita ditakdirkan lebih cepat berkemas dibanding lelaki.

"Cepat, masuk ke dalam." Ia menunjuk ke arah lemari.

Aku menganga.

"Ap—apppa?! Yakin??" tanyaku separuh tak percaya.

"Punya opsi lain?" Ia menjawab dengan tenang. Seolah sudah pernah berhadapan dengan situasi seperti ini sebelumnya.

Kupikir lagi, pintu belakang rumah ini mengarah ke samping. Kalau hoki, aku bisa kabur. Tapi, kemungkinannya kecil. Kalau kelihatan, aku bisa mati diamuk masa karena disangka maling di siang bolong.

Kuputuskan menuruti Larissa.

Tanpa banyak bicara lagi, kuremas dan gulung pakaianku. Hanya dengan mengenakan celana boxer, aku masuk ke lemari yang sempit itu.

Lemari ini sebenarnya cukup besar untuk dimasuki, namun aku harus berbagi ruang dengan jubelan pakaian.

Ada 3 bagian besar. Satu bagian tengah dengan pintu kaca, satu bagian di ujung, dan satu bagian yang aku masuki.

"Jangan ditutup semuanya ya, nanti ana pingsan kehabisan nafas, Ukh..." pintaku. Pintu lemari terbuka sedikit, sebagai jalan udara.

Larissa melanjutkan membenahi kamar. Sedangkan aku mencoba meringkuk karena tinggi lemari yg tak seberapa.

Aku kembali mengingat cerita orang-orang yg menyusupkan selingkuhannya ke dalam kamar.

Memang hanya ada 2 tempat bersembunyi: bawah ranjang, atau lemari.

Tak kusangka, kini aku sendiri yg mengalaminya.

Aku masih bisa mengintip dari dalam lemari, walau dengan jangkauan yg terbatas. Larissa hanya mengenakan gamisnya kembali, tanpa bra dan celana dalam.

TOK TOK TOK.

Suara pintu diketuk, diiringi salam dengan suara berat.

"Wa'alaikumsalaam..." jawabnya, dilanjutkan dengan bergegas menuju pintu depan.

GELEGER.

Suara petir yg besar kembali terdengar. Namun hujan belum turun. Suara-suara itu membuat perasaanku makin berantakan.

Inikah akhir dari sederet nasib baikku?

Samar-samar aku mendengar percakapan mereka.

"Kok Abi pulang cepat? Ada masalah?"

"Gapapa Umi... Abi cuma mau ambil berkas..." kata lelaki itu. Syukurlah, pikirku. Mungkin ini tak akan lama.

"Tadi ada tamu ya, Mi?"

Ya ampun! Aku lupa membereskan meja depan!

"Umi, kok keringetan? Habis nyuci?"

Pertanyaan-pertanyaan yg menusuk. Namun kurasa masih bisa dijawab oleh Larissa. Aku yakin, ia tak sebodoh itu. Aku masih aman.

"Iya Abi, tadi ada temen kuliah dateng, bawain cheese cake." Rissa menjawab dengan santai. Aku sedikit lega.

"Maaf Abi, tadi Umi habis... Habis... Pake 'itu'," katanya lagi, setengah berbisik.

"Hi hi hi... Iya nggak papa, Umi. Pake aja."

Tunggu dulu, jadi suaminya tahu bahwa Rissa senang bermasturbasi?

Aku hampir tak percaya dengan telingaku sendiri.

Kudengar langkah kaki menuju kamar. Pikiranku semakin kalut, dan takut ketahuan.

Ternyata Larissa.

Aku mendengar suara laci dibuka dari arah ruang tamu. Suaminya mungkin sedang mencari sesuatu. Kuharap yg ia cari tak di lemari ini.

"Abiiii..." Tak kusangka, Rissa memanggil suaminya ke dalam kamar. Ia mengatur tubuhnya dengan pose menggoda. Aku menelan ludah. Apakah...

Apakah... Akan terjadi seperti yg aku bayangkan?

"Ya, sayang?" Suaminya menuruti panggilan Rissa. Kudengar pintu kamar terbuka. Dari celah lemari, dapat kulihat jelas wajah lelaki itu.

Ia mengenakan seragam. Kumisnya tipis. Wajahnya gelap. Posturnya terlalu kurus untuk ukuran seorang petugas. Aku jelas lebih tinggi dan besar.

Kubaca nama di dadanya.

R O H I M.

"Abi... Yuk 'main' bentar... Umi kepingin..."

Gila! Larissa mengajak suaminya berhubungan, dengan posisiku masih di dalam lemari? Apa yg dipikirkannya??

Larissa menarik gamisnya ke atas. Perlahan, ia mempertontonkan kemaluannya, lalu mengelusnya.

"Eh? Tapi Abi kan mesti buru-buru... Ini juga mau hujan..."

"Bentar aja Bi... Umi mohon... Langsung aja, maen cepet..."

"O—Oke... Abi jadi nggak tahan juga nih..."

Rohim akhirnya menuruti nafsu istrinya. Ia mulai membuka satu per satu pakaian dinasnya. Kulihat pangkatnya tak terlalu tinggi. Pantas saja hidupnya agak melarat.

"Berdoa dulu, Mi," kata Rohim.

"Iya Abi, mudah-mudahan kita dikaruniai anak yg sholeh dan ganteng seperti Abinya."

Mendengar kata 'sholeh' aku masih maklum, tapi 'ganteng seperti Abinya' sangat hiperbolis dan memuakkan.

Aku yg melihat adegan suami-istri ini jadi ikut terangsang. Ugh...

"Umi udah becek duluan, langsung aja ya, Bi," kata Larissa. Ia pun mengambil posisi menungging. Gamisnya masih dipakainya.

Kulihat Rohim mulai melepas celana dalamnya.

Ya ampun, apa itu? Seperti t i t i t punya anak SMP saja. Tak terlalu besar. Dan tentu tak sebanding dengan milikku.

Aku menjadi sangsi apakah benda sekecil itu bisa mengalahkan kepuasan Rissa dari d i l d o?

"Ugh..." Rohim memulai penetrasi. Sepertinya ia berhasil.

"Hmm..." Ekspresi Larissa biasa saja. Seperti tidak merasakan apapun.

"Umi, nunggingnya menghadap kaca dong, biar Abi bisa lihat muka Umi..." Rohim menyuruh istrinya menghadap lemari, yg berarti menghadapku.

Aku jadi takut kalau-kalau Rohim menyadari ada orang di dalam lemari. Keringat mulai kurasakan mengalir deras di dahiku.

Larissa menurut. Dapat kulihat ekspresi muka keduanya ketika bermain. Rohim tak menyadari bahwa lubang istrinya telah kuaduk duluan beberapa menit lalu.

"Uh ugh ah oh..."

Mereka membuat anak, dengan aku berada persis di depannya. Kuusahakan celah lemari yg terbuka hanya sedikit, sekadar untuk aku mengintip adegan 18+ ini.

"Aaahhh..." Rohim mengejang duluan. Sedangkan Larissa masih datar saja. Aku menjadi kasihan pada si Rohim ini

Lemah syahwat. Itulah mungkin akar mula pernikahan mereka tak bahagia. Alangkah mudahnya aku mengetahui aib keluarga ini di kunjungan pertamaku.

"Terima kasih Umi, Abi puas sekali," katanya.

Hm, kau puas tapi tak memuaskan pasanganmu. Kuanggap itu bentuk rasa egois lelaki.

"Iya Abi, nanti kita lanjutin kalau Abi pulang, ya," jawab Rissa. Ia mengecup suaminya. Ada perasaan cemburu di hatiku.

"Umi masakin air panas, ya?"

"Udah, ga usah," jawab Rohim sambil mengenakan pakaiannya kembali.

Kemaluannya yg melemas nampak mengkilat karena cairan s p e r ma. "Nanti Abi mandi di posko aja, keburu hujan," lanjutnya.

Bagus. Aku bisa cepat menuntaskan permainanku dengan Larissa. Aku pantang pulang sebelum orgasme.

JEDARR.

Suara halilintar diikuti gerimis kecil.

Rohim bergegas mengemasi barang-barangnya. Lalu berjalan ke luar kamar.

Ah, perasaan apa ini? Kok, hidungku gatal sekali... Gawat, aku mau bersin!

Kupejamkan mataku, kupencet hidungku kuat-kuat. Setidaknya itu yg pernah kupelajari agar kita tak jadi bersin. Tubuhku gemetar. Peluhku bercucuran.

Keputusan hidup dan matiku tergantung apakah aku bisa tetap tak bersuara dalam kotak kayu yg sempit ini!

"Abi berangkat dulu ya, Mi."

Akhirnya ia tiba di pintu.

"Pakai dulu jas hujannya, Abi. Nanti pulang cepat ya," kata Rissa.

Rasa gatal di hidungku tak bisa kubendung lagi.

HACHUUU!

Aku bersin kuat sekali hingga pintu lemari terbuka. Gawat kuadrat!

"Suara apa itu?"

Rohim bertanya dengan nada curiga.

-- BERSAMBUNG
:mantap: :mantap: :mantap: :mantap: :mantap: :mantap: :semangat: :semangat: :beer::beer::beer::beer:
 
Pinter ya larissa. Abis ini di tumpahin dalem semua juga suami ga curiga kalo jadi. Hekekek
 
Bimabet
walaah, si pokis wkwkkw
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd