Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Ahmad Jonathan

Bimabet
Kaya maupun miskin sama aja hu, yg lebih penting, cara menaklukan wanita tersebut. Bisa aja balas dendam juga
 
Ah, daripada update, mending kita cerita-cerita dikit ya.. Eh, curhat ding lebih tepatnya.

Gw sering lihat cerita dewasa diawalin dengan "perkenalan" ke karakter utama yang standar. Kira-kira seperti ini.

Namaku Edo. Umurku 23 tahun. Kata orang-orang aku ganteng, dengan wajah putih dan tinggi 185 cm. Saat ini aku masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Perawakan yang atletis membuatku digandrungi oleh banyak sekali mahasiswa di kampusku. Ini semua karena aku sering latihan di gym.

Atau kira-kira seperti ini.

Halo pembaca yang budiman. Perkenalkan aku Cynthia. Wajahku putih mulus dengan ukuran bra 42D, tinggi badan....dst

Satu hal yang gw mau share, sesuatu yang gw pelajari di hal kepenulisan, adalah "menceritakan karakter tanpa narasi deskriptif". Salah satunya adalah lewat "percakapan". Btw ini bukan mau menggurui ya, tapi hanya sekadar alternatif cara bercerita. Contohnya seperti ini:

TING TONG! Suara bel pertanda ada tamu berbunyi.

TING TONG! Suara itu muncul untuk kedua kalinya. Siapa ya pagi-pagi sudah bertandang?

Pagi ini diawali dengan suara gemuruh di langit. Warna kelabu menghias awan. Mungkin sebentar lagi hujan.

“Kok nggak cepet dibukain pintu pagarnya, Mang?” kataku separuh berteriak.

Mang Ujang tergopoh-gopoh mendatangiku.

“Ngg, anu Den.. Anu...” Mang Ujang terbata-bata.

“Anunya siapa, Mang?” tukasku cepat. Mang Ujang sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Kami sering bercanda.

--
Dari penggalan percakapan di atas, bisa dilihat karakter utama mungkin nggak ketahuan panjang tytyd nya berapa atau tingginya berapa. Tapi dari situ terlihat bahwa MC :
- punya rumah yang ada belnya, dan relatif hidup berkecukupan. Terlihat dia punya pembantu, namanya Mang Ujang.

Atau dari percakapan berikut ini:


“Nah, itu dia Mang Ujang sudah datang.” Aku menunjuk ke arah mobil putih yg sedang parkir mundur. “Yuk?” Aku mengajaknya lagi.

“Hah? I—ini mobil Abang?” Ia menampakkan keterkejutan dan rasa takjub.
“Iya. Eh, bukan ding, ini mobil warisan Papah. Lebih sering buat disewakan jadi mobil pengantin baru.” Aku sengaja menyebut frasa ‘pengantin baru’. Biasa, mancing-mancing…

“Waa… Aku belum pernah naik Al—Alphard…” katanya lugu. Dalam hati aku tersenyum.
“Mirip-mirip angkot juga sih. Bedanya, Mang Ujang nggak ngetem sambil ngerokok,” candaku.


Dari penggalan percakapan di atas gw ingin memperlihatkan bahwa Joe ini salah satu kekuatannya adalah “tajir melintir”.
 
Terakhir diubah:
Ah, daripada update, mending kita cerita-cerita dikit ya.. Eh, curhat ding lebih tepatnya.

Gw sering lihat cerita dewasa diawalin dengan "perkenalan" ke karakter utama yang standar. Kira-kira seperti ini.

Namaku Edo. Umurku 23 tahun. Kata orang-orang aku ganteng, dengan wajah putih dan tinggi 185 cm. Saat ini aku masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Perawakan yang atletis membuatku digandrungi oleh banyak sekali mahasiswa di kampusku. Ini semua karena aku sering latihan di gym.

Atau kira-kira seperti ini.

Halo pembaca yang budiman. Perkenalkan aku Cynthia. Wajahku putih mulus dengan ukuran bra 42D, tinggi badan....dst

Satu hal yang gw mau share, sesuatu yang gw pelajari di hal kepenulisan, adalah "menceritakan karakter tanpa narasi deskriptif". Salah satunya adalah lewat "percakapan". Btw ini bukan mau menggurui ya, tapi hanya sekadar alternatif cara bercerita. Contohnya seperti ini:

TING TONG! Suara bel pertanda ada tamu berbunyi.

TING TONG! Suara itu muncul untuk kedua kalinya. Siapa ya pagi-pagi sudah bertandang?

Pagi ini diawali dengan suara gemuruh di langit. Warna kelabu menghias awan. Mungkin sebentar lagi hujan.

“Kok nggak cepet dibukain pintu pagarnya, Mang?” kataku separuh berteriak.

Mang Ujang tergopoh-gopoh mendatangiku.

“Ngg, anu Den.. Anu...” Mang Ujang terbata-bata.

“Anunya siapa, Mang?” tukasku cepat. Mang Ujang sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Kami sering bercanda.

--
Dari penggalan percakapan di atas, bisa dilihat karakter utama mungkin nggak ketahuan panjang tytyd nya berapa atau tingginya berapa. Tapi dari situ terlihat bahwa MC :
- punya rumah yang ada belnya, dan relatif hidup berkecukupan. Terlihat dia punya pembantu, namanya Mang Ujang.

Atau dari percakapan berikut ini:


“Nah, itu dia Mang Ujang sudah datang.” Aku menunjuk ke arah mobil putih yg sedang parkir mundur. “Yuk?” Aku mengajaknya lagi.

“Hah? I—ini mobil Abang?” Ia menampakkan keterkejutan dan rasa takjub.
“Iya. Eh, bukan ding, ini mobil warisan Papah. Lebih sering buat disewakan jadi mobil pengantin baru.” Aku sengaja menyebut frasa ‘pengantin baru’. Biasa, mancing-mancing…

“Waa… Aku belum pernah naik Al—Alphard…” katanya lugu. Dalam hati aku tersenyum.
“Mirip-mirip angkot juga sih. Bedanya, Mang Ujang nggak ngetem sambil ngerokok,” candaku.

-- Bersambung
hooh bener kebnyakan cerita selalu menonjolkan kelebihan, yang kadang gak sesuai realita orang" lokal anu panjang besar sehingga dapat membuat alasan untuk si mc menaklukan lawan jenisnya.
 
hooh bener kebnyakan cerita selalu menonjolkan kelebihan, yang kadang gak sesuai realita orang" lokal anu panjang besar sehingga dapat membuat alasan untuk si mc menaklukan lawan jenisnya.
Hahaha... Kalau gitu cerita gw lebih nggak masuk akal lagi Bos: Joe kan emang 20 cm dan pake pelet buat naklukin cewek.
 
Ah, daripada update, mending kita cerita-cerita dikit ya.. Eh, curhat ding lebih tepatnya.

Gw sering lihat cerita dewasa diawalin dengan "perkenalan" ke karakter utama yang standar. Kira-kira seperti ini.

Namaku Edo. Umurku 23 tahun. Kata orang-orang aku ganteng, dengan wajah putih dan tinggi 185 cm. Saat ini aku masih menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Perawakan yang atletis membuatku digandrungi oleh banyak sekali mahasiswa di kampusku. Ini semua karena aku sering latihan di gym.

Atau kira-kira seperti ini.

Halo pembaca yang budiman. Perkenalkan aku Cynthia. Wajahku putih mulus dengan ukuran bra 42D, tinggi badan....dst

Satu hal yang gw mau share, sesuatu yang gw pelajari di hal kepenulisan, adalah "menceritakan karakter tanpa narasi deskriptif". Salah satunya adalah lewat "percakapan". Btw ini bukan mau menggurui ya, tapi hanya sekadar alternatif cara bercerita. Contohnya seperti ini:

TING TONG! Suara bel pertanda ada tamu berbunyi.

TING TONG! Suara itu muncul untuk kedua kalinya. Siapa ya pagi-pagi sudah bertandang?

Pagi ini diawali dengan suara gemuruh di langit. Warna kelabu menghias awan. Mungkin sebentar lagi hujan.

“Kok nggak cepet dibukain pintu pagarnya, Mang?” kataku separuh berteriak.

Mang Ujang tergopoh-gopoh mendatangiku.

“Ngg, anu Den.. Anu...” Mang Ujang terbata-bata.

“Anunya siapa, Mang?” tukasku cepat. Mang Ujang sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri. Kami sering bercanda.

--
Dari penggalan percakapan di atas, bisa dilihat karakter utama mungkin nggak ketahuan panjang tytyd nya berapa atau tingginya berapa. Tapi dari situ terlihat bahwa MC :
- punya rumah yang ada belnya, dan relatif hidup berkecukupan. Terlihat dia punya pembantu, namanya Mang Ujang.

Atau dari percakapan berikut ini:


“Nah, itu dia Mang Ujang sudah datang.” Aku menunjuk ke arah mobil putih yg sedang parkir mundur. “Yuk?” Aku mengajaknya lagi.

“Hah? I—ini mobil Abang?” Ia menampakkan keterkejutan dan rasa takjub.
“Iya. Eh, bukan ding, ini mobil warisan Papah. Lebih sering buat disewakan jadi mobil pengantin baru.” Aku sengaja menyebut frasa ‘pengantin baru’. Biasa, mancing-mancing…

“Waa… Aku belum pernah naik Al—Alphard…” katanya lugu. Dalam hati aku tersenyum.
“Mirip-mirip angkot juga sih. Bedanya, Mang Ujang nggak ngetem sambil ngerokok,” candaku.


Dari penggalan percakapan di atas gw ingin memperlihatkan bahwa Joe ini salah satu kekuatannya adalah “tajir melintir”.
emang lebih menarik yang gitu sih hu, maksudnya secara ga langsung imajinasi pembaca digiring untuk memiliki persepsi tertentu thdp tokoh tersebut..

misalnya aja mulustrasi yang hadir di pikiran pembaca pasti beda antar satu dengan yang lain, dan itu ngebuat sebuah cerita lebih strong, bener ga sih?
 
emang lebih menarik yang gitu sih hu, maksudnya secara ga langsung imajinasi pembaca digiring untuk memiliki persepsi tertentu thdp tokoh tersebut..

misalnya aja mulustrasi yang hadir di pikiran pembaca pasti beda antar satu dengan yang lain, dan itu ngebuat sebuah cerita lebih strong, bener ga sih?

Gw termasuk yg setuju. Mungkin itu juga yg bikin gw males kasih foto or ilustrasi.
makin ksini isinya mung nylimur ngalor ngidul
Nggak di burung biru nggak di mari, pembaca model begini mah ada aja.. If you don’t like my story, feel free to fvck off.
 
Ilmu baru dalam kepenulisan nihh mantapu jiwaaa :beer: :beer:

Terlepas dari ada atau tidaknya mulustrasi. Kalo buat w pribadi, kalo ada mulustrasi ya dibaca, tp kalo ga ada malah bisa bikin imajinasi "liar" makin tereksplor and cerita yg di tulis bakal labih bikin penasaran nguehehehe :semangat::semangat:
 
For your story, you are the god, Hu.
I cant complain neither compare.

Masing2 orang mungkin akan berbeda cara memasaknya, meskipun hasilnya sama2 menjadi menu yang lezat. Masing2 mempunyai rasa, dan mungkin, kami juga akan makan dengan cara yang berbeda2. Itu selera
:beer:

Ayo update, aku lapar!!! Hekekek
 
Penulis memiliki imaji yang tentu berbeda, karena isi kepala juga beda...Entah ada bagian yang real atau tidak...... Terus berkarya, yang pasti mantab daya imajinya....
:mantap: :mantap: :mantap:
 
Daripada mulustrasi, menurut ane lebih baik kasih deskripsi yg cukup detail aja. Saya suka berimajinasi. Hee
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd