Berhari-hari berlalu, akhirnya suamiku membuka suaranya. Aku tahu dia sosok laki-laki yang sangat sayang dan perhatian ke anak-anak dan keluarga.
" Ini adalah kesempatan terakhir buat mama..aku tidak ingin merusak kebahagiaan anak-anak ..namun jika masih saja mama mengulang kesalahan yang sama , suka atau tidak suka anak-anak ikut ayah...denger tidak ?"
Aku mengangguk meski dengan berat hati, konsekuensiku akan sangat berat.
Hari-hariku tidak semerdeka sebelumnya, no hapeku harus diganti, akun medsos semuanya aku hapus atas perintah suamiku. Andika akhirnya juga diberhentikan sebagai karyawan oleh Susi. Hutang-hutangku akhirnya dapat diselesaikan meski motor kesayanganku juga harus menjadi tumbalnya. Demikian pula diriku, yang akhirnya dirumahkan oleh suamiku.
" Tugas mama mulai saat ini adalah fokus ke pekerjaan rumah tangga ! " kata suamiku sambil menandatangani kesepakatan hitam di atas putih , komitmen dan aturan-aturan yang mengikatku.
Jujur saja aku tidak menyukai hal seperti ini. Tapi ya sudah aku hanya bisa menuruti kemauan suamiku.