Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Aib 2



Kini aku berada di depan albert. Kaki ku melangkah melewati kamar-kamar kos yang terletak persis di belakang rumahku. Kulihat sebagian anak kos sudah menutup pintu kamarnya. Suasana dingin menghampiri malam itu.

Yang mungkin tak kusadari adalah pandangan dari albert yang tepat berada dibelakang tubuhku. Aku tidak tau apa yang ada dipikirannya. Tapi sekilas saat aku menoleh ke belakang ia nampak langsung memalingkan pandangan nya.

“Apakah mungkin ia nafsu denganku.” Terbersit didalam hatiku. Tapi entah mengapa pandangan laki-laki muda itu tidak membuatku merasa risih.

Kini tepat di kamar paling ujung kami berhenti.

“Ini kamar kamu, ini kunci nya Cuma satu. Jangan sampai ilang ya.” Kataku sambil memberi kunci itu dengan tangan kananku.

“Ia bu.“

Ia mengambil kuncinya ditanganku. Tapi belum sempat terpegang oleh tangannya aku tanpa sengaja menjatuhkan kunci itu.

“Eh maaf.” Sambil menungging mengambil kunci.

Di saat itu juga tanganku dan albert bersentuhan. Telapak tangan itu menyentuh punggung tanganku. Terasa sedikit kasar permukaan tangannya.

“Maaf bu.” Kata albert.

“Ia gak apa. Saya yang salah.” Lalu mengambil kunci yang tergelatak di tanah.

Kini kuberikan kunci nya. Aku hendak beranjak meninggalkan dirinya.



“Bu terima kasih ya udah bolehin saya tinggal disini.” Kata albert sammbil memandang wajahku dengan senyumnya.

“Ia asal ingatkan peraturan nya.” Kataku yang juga memandang wajahnya.

“Oh ia bu boleh saya minta nomor hp ibu. Biar nanti kalau ada masalah atau mau bayar uang kos.” Katanya sambil mengeluarkan hp dari saku celana nya.

Sebenarnya pembayaran memang langsung kepada suamiku. Tapi entah kenapa melihat pria muda ini hatiku seakan mengiyakan tawarannya.

“Ya catat aja nomor bapak ya dek.” Kataku seolah ingin menolak memberikan nomorku kepadanya.

Bagaimanapun aku memang agak menjaga jarak terhadap laki-laki yang bukan termasuk darui mahram ku.mungkin bisa dihitung dengan jari no pria selain mahram dan saudaraku yang ada dalam hp ku.

“Ia boleh bu. Tapi kalau boleh nomor ibu juga. Maaf sebelumnya Cuma saya lihat bapak kan sibuk serta tadi ibu yang kayaknya membolehkan saya untuk ngekos disini. Tapi kalau ibu gak berkenan juga gak apa bu.” Katanya dengan sambil menatapku dengan senyumnya.

Entah kenapa mendengar penjelasannya aku juga akhirnya memberikan nomor hp ku. hanya ia yang punya nomorku diantara anak-anak kos lainnya. Tapi kulihat ia juga termasuk pemuda yang sopan.

“Ya udah dicatat ini nomor bapak 0866666666 serta ini nomor saya 0877777777”

“Ia terima kasih bu. Oh ia nama ibu siapa kalau saya boleh tau?

“Buat aja bu irna.“

Terima kasih ya bu.” Ia menjulurkan tangan nya uuntuk berjabat tangan.


Namun aku menungkupkan tanganku ke arah dada ku. Kulihat ia sedeikit merasa berslah.

“Maaf bu.” Katanya dengan agak terbata.

“Ia gak apa kok. Saya tinggal dulu ya.”

“Ia bu Irna.”

Aku kini melihat ia membuka pintu kamar itu sedangkan aku juga berbalik arah menuju rumahku. Saat diriku sudah hampir melewati dinding yang membatasi rumah dan kontrakan ku. Sekilas aku melihat kearah belakang.

Saat itu aku melihat albert sedang melihatku. Pandangan kami bertemu satu sama lain. Ada rasa yang aneh. Sesat itu ia lalu membalikan badannya dan masuk kedalam kamar. Sementara aku juga menuju rumahku.

“Apakah aku masih menarik terhadap seorang pria muda.”

“Tapi aku sudah tua serta aku selalu memakai pakaian longgar dan tertutup.”

“Aku seorang istri bahkan juga seorang yang sudah menjadi nenek.”

Aku tersadar bahwa memang benar apa yang diajarkan dalam agama bahwa wanita harus selalu menjaga lekuk tubuhnya dari pandangan pria. Seakan aku telah gagal menjadi seorang ummahat yang tidak bisa menutup aurat sehingga pandangan seorang laki-laki asing bisa dengan jelas menikmati keindahan tubuh wanitaku.

Tapi saat suamiku menegurku. Pikiranku tersadar kembali.

“Udah beres ummi.” tanya suamiku.

“Eh abi. Ia udah beres abi.”

“Ya udah ayo kita masuk.” Ajak suamiku.

Aku dan suamiku pun masuk kedalam rumah kami.

Aku kini menuju kamar tempatku beristirahat. Pengalaman sebentar dengan pemuda bernama albert itu membuat gairah kewanitaanku bangkit. Entah kenapa saat mata nya memandangi tubuhku desir gairahku sebagai ummahat memuncak.

Tapi apa yang mau kukatakan. Saat aku dan suamiku berada didalam kamar. Serta kini tepat kami berada diatas ranjang. Suamiku langsung memilih untuk tidur.

“Abi tidur duluan ya umi. Besok mau keluar kota lagi.”

“Ia bi.”

Suamiku lalu mencium keningku.

Aku berharap ia mencium bibirku. Tapi apa mau dikata. Ia lalu kembali berbaring dan membelakangiku. Ya dia langsung memejamkan mata dan meninggalkan diriku yang sangat ingin di nafkahi bathin oleh dirinya.

Kini aku yang terlentang berbaring memandangi langi-langit kamarku. Aku memakai baju tidur malam itu tanpa menggunakan BH dan celana dalam. Ya aku ingin menuntaskan hasratku.

Saat aku yang bingung menuntaskan birahiku. Sebuah pesan whatssap masuk di hp ku.

Sebuah pesan yang berbunyi.

“Selamat malam, ibu ini no saya. Albert.”

Saat membuka dan membaca pesannya. Kulihat foto di kontak itu. tampak seorang pria muda dengan badan yang tegap serta wajah yang tampan.

Saat itu aku kembali mengingat saat pandangan kami bertemu saat diriku meninggalkan dirinya.

Payudaraku kini mulai sedikit keras. Aku mulai terangsang.

Tapi seakan aku tersadar bahwa aku sudah menuju dosa. Saat itulah pertahanan diriku yang selalu berpenampilan religius ini akhirnya meredam hasratku malam ni.

Aku mengucapkan doa dan akhirnya aku mencoba memejamkan mata dan tertidur.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd