Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Aji Nyawijining Asmoro

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part. 4B (Progress)



TETANGGA SEBELAH - IBU GURU INTAN



Sedikit cerita mengenai Intan, seorang janda muda yang berprofesi sebagai pengajar disalah satu sekolah menengah pertama. Usianya hanya berselisih beberapa tahun dariku, namun wajahnya sudah menyiratkan apa itu arti dari sebuah kedewasaan. Mungkin juga karena nasib pilu yang telah dilaluinya. Belum genap satu bulan menikah, dirinya sudah harus merelakan suami tercintanya. Andaikan ia barang, bisa dibilang masihlah sangat istimewa. Lepas segel, namun kondisinya 99% terawat seperti baru dan hanya lecet pemakaian saja.



Bingung tak tahu mau apa, kuletakkan paket itu kemudian duduk sembari mengambil sebatang rokok dari saku. Kunyalakan, kunikmati tiap hisapan dan hembusan asapnya. Memandang jauh kedepan, hingga waktu menggelitik benak ini dan bertanya.



"Isinya apaan yak.." mengambil paket yang kuletakkan tadi.

"Sruuk srukk.. sruk srekk srek.." mendekatkan telinga dan menggoyangkannya.

"Hmm, ST ol shop.." fokus mataku teralih saat melihat detail pengirim yang terpampang disalah satu sisi.

"Searching mbah google ah.." tindakan atas rasa penasaran dan harapan akan jawaban.

"Pfft, paket buat bu guru kok isinya gitu..hhaha" menyadari isi paket itu.



Matahari kian tenggelam, dedaunan menyembunyikan warna hijau miliknya. Terlihat seseorang berjalan letih, menggendong tas ransel dipunggungnya. Pagar sarang kimcil menyambut, disusul sebuah suara.



"Baru pulang kuliah mas bho..?" tanya seorang gadis, mantan gadis lebih tepatnya.

"Eh, lu ra.. iya nih.. ngapain, jarang-jarang lu nongkrong didepan..?" tanyaku kepada Zahra.

"Nungguin mas bho dong..tehe" timpalnya.

"Halah.." balasku.

"Hehe, barusan ada yang kesini.. nyariin mas bho tuh, tanya soal paket.."

"Owh.. ya udah, gua masuk duluan.. gerah nih, mau mandi.."

"Mas bho itut.." pintanya nakal.

"..." apa daya, kuanggukkan kepalaku.



Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Setelah memanjakan Zahra sebentar, akupun mulai merapikan diri dan berencana memberikan paket yang dititipkan kepadaku.



"Dingg.. donggg.. permisi, selamat malam.." teriakku kecil.

"Ckreek.. eh mas bho, ada apa mas.." terdengar sedikit canggung, mungkin karena jarangnya interaksi meski bertetangga.

"Ah, ini ada titipan paket buat bu Intan.." agak terkejut, melihat janda kualitas super ini.

"Mmn, ma makasih mas.. bentar, tak taruh dalem dulu.." wajahnya sedikit memerah dan tentunya aku tahu kenapa.

"..." Merasakan sibho jr kembali berulah.

"Boleh juga nih, belajar kelompok bareng bu guru.." pikirku, melihat kedua bulatan menerawang dibalik gamis yang ia kenakan.

"Cplakk.. Intan.." tanpa berlama-lama kutepuk bongkahan pantatnya, sesaat setelah ia berbalik tuk menaruh paket.

"Achww.." teriaknya kaget, disusul dengan kebekuan yang mendalam.

"..." melihat Intan yang kini mematung, entah kenapa terbesit sesuatu dikepalaku.

"Balik dulu aja deh.." ucapku, kembali ke sarang kimcil.



Pijar cahaya menemani, menerka-nerka bagaimana sang janda melampiaskan libidonya saat ini. Semakin lama ajian ini diterima, maka semakin besar pula nafsu dan hasrat duniawi yang harus ia lampiaskan. Bagaikan gunung berapi yang siap meletus kapan saja. Setelah cukup lama menunggu, aku pun bangkit tuk meneruskan rencanaku tadi.



"Dingg.. donggg.."

"..." belum ada tanda kehidupan.

"Dingg.. donggg.."

"..." Masih belum ada tanda kehidupan.

"Ckreek.." akhirnya kubuka sendiri pintu rumah Intan.

"Sudah kuduga, pasti lupa ga dikunci.. the power of sange..hhaha" batinku.



Setelah memastikan keadaan sekitar, aku mulai melangkah masuk secara perlahan lalu menguncinya. Tak ada yang aneh, memandang sekeliling ruangan yang baru pertama kali kumasuki ini. Hanya nyala televisi terdengar cukup kencang menyambutku. Sadar lantai satu kosong, aku lantas menuju lantai dua. Belum sampai diatas, telingaku sudah dihibur rintihan manja seseorang. Semakin naik, semakin jelas pula kudengar.



Terhenti langkah ini didepan sebuah kamar dimana suara itu berasal. Pelan-pelan kudorong pintu yang tak tertutup secara benar. Mataku tak berkedip, nafasku berdesir dan jantungku memompa semakin cepat aliran dalam darahku. Melihat sosok wanita diatas ranjang kusut nan basah itu, mengobarkan semangat juang sibho jr.



Gamis berwarna merah muda itu tampak telah tersingkap naik. Memamerkan kedua kaki putih mulus dan memek kemerahan tanpa sedikitpun bulu miliknya. Matanya terpejam, lenguhan demi lenguhan bersahutan mengimbangi aktifitas mainan dewasa ditangannya. Tak tergantikan, campur aduk antara kenikmatan dan ketidakpuasan tergambar diwajahnya saat ini. Perjuangan terbukti dari basahnya ranjang dan koyakan bungkus paket disampingnya.



"..." mendekat dan berencana mengagetkannya.

"Gluuph.." menelan ludah, membayangkan reaksi apa yang akan diberikannya.

"Hmmph.. sluphh sluphh.. hhahh.. hahh.." rancaunya semakin jelas.

"Bu guru, lagi ngapain hayoo..!!?" ucapku, mengejutkannya.

"Hahh.. eh.. ehh.." reflek membenarkan gamis yang dipakainya.

"Ma maa mash bho.. mau apa kesinih..!?" tanya Indah panik.

"Niatnya mau bantu unboxing paket, eh malah udah dipake.. ya udah lanjutin, ga enak kan nanggung..hehehe" timpalku.

"Ke, keluar sekarang..!!!" sisa akal sehatnya berbicara.

"Yakin ngusir saya bu guru..?" balasku, seraya duduk lalu kedua tanganku mulai meremas-remas payudara Intan.

"Ngangapain kamu, jangan kurang ajar..!!" bentaknya, sedikit berontak.

"Dja, jangngan.. hmmph.. slurph.." bibirku menghentikan kata-katanya.

"Mmmph.. puhaah.. mau saya keluar, apa mau keluar bareng bu..?" candaku, menyibakkan gamis dan membelai paha mulus miliknya.



Merah rona wajahnya jelas terlihat, berat nafas berkecamuk menumbangkan akal sehatnya. Kualihkan diri kebelakang tubuh Intan, memberinya beberapa sentuhan kenikmatan. Hilang sudah perlawanan yang harusnya ia berikan, terganti desahan serta lenguhan.



"Enak bu, diremes-remes susunya..?" bisikku ketelinganya.

"Heemmh.. hmmhh.." jawabnya.

"Eh, apaan nih..?" tangan kananku terhenti gara-gara sesuatu, saat beralih kedaerah sensitif lain miliknya.

"Hhmmph.. iitu fa fakhet yang tadih mass.."

"Kasian banget sih bu guru ini, pengen enak aja harus beli ginian..hhaha"

"Slupp.. slaaphh slaaphhh slaph.." tanpa aba-aba, kumainkan dildo yang masih tertancap itu secara brutal.

"Akkhh ahh.. sakkh aakhitt.. arrgghhhh.." teriak Intan, pantatnya naik turun sebisanya menghindari rasa sakit.

"Ga enak kan, makanya make kontol asli jangan kontol-kontolan..hhahaha" semakin bejat saja kelakuanku.

"Hhahhhh.. hahhh.." nafasnya sedikit lega, setelah memeknya berhenti dipermainkan.



Kusudahi, merebahkan tubuhnya kembali. Bangkit menyulut sebatang rokok favoritku, memberinya sedikit waktu mengisi ulang tenaga yang terbuang. Janda kembang itu kini terlihat layaknya korban rudapaksa bergilir belasan orang, sungguh erotis memang. Ingin supaya menghadap kesisi ranjang, kuraih kedua kakinya. Kulebarkan sepasang paha putih mulus itu, hingga merekahlah vagina milik Intan.



"Fiuuuhh.. sayang banget nih meki, padahal harusnya masih sempit.. bu guru sih, doyannya ngobok-obok memek..hhaha" ejekku, menghembuskan asap rokok menuju daerah kewanitaannya.

"..." tak bisa berkata apa-apa, meski tersakiti perkataanku.

"Parah, klo sampe lecet ato baret gimana.. bu guru emang tau dimana ketok magic memek..wkkwkk" kembali kutusuk dirinya dengan kata-kata.



Air mata sedikit mengalir, akibat pahitnya kebenaran atas pernyataan yang kuberikan. Marah, malu, nafsu, senang, sedih, segala perasaan kini bergejolak dalam hatinya. Matanya terpejam, berharap kerasionalan datang menyudahi siksaan nikmat ini. Tak terduga, justru sensasi anehlah yang datang membuyarkan harapannya.



"Syyrruupph.. slurph.. mhmp.. bechek amat.. slurph.. hmmp.." lidahku menari.

"Hesssstsshhh.." desis Intan.

"Slurruphh.. slickk clikk.. syurrph.."

"Akhh.. hahh hah.. hhahh.. uhhh.."pahanya mengencang dan tangannya mencengkram ranjang.

"..." Setelah beberapa lama kuhentikan sejenak lalu merangkak ketelinganya.

"Gimana, mau terus ato lanjut bu guru..!?" Bisikku mengejek, mengarahkan tangan kanannya membelai sibho jr.



Tahu dirinya tak memiliki pilihan, kulepas celana membebaskan sibho jr dari dalam sangkar. Sembari merebahkan diri, kuarahkan Intan tuk memberi service terbaiknya. Waktu berjalan, kuluman demi kuluman ia berikan. Ingin rasanya lebih lama dimanjakan mulut Intan, namun apa daya tak sanggup lagi ia bertahan. Tanpa persetujuan, Intan sudah memposisikan dirinya diatasku. Mau bagaimana lagi, memeknya sudah terlalu gatal ingin diobrak-abrik oleh sesuatu yang besar, panjang dan keras. Terlihat senjata pusakaku memang sudah berdiri tegak menantang.







Seorang tampak gelisah mengotak-atik hp digenggaman tangan. Perawakannya begitu ayu, menghias dirinya secara maksimal. Seharusnya ini menjadi hari dimana ia melewati hangatnya malam. Tapi apa daya, sepertinya itu hanya tinggal angan.



"Tuuut.. tuuut.. tuuut.." bunyi yang menjadi familiar ditelinganya.

"Huuh, bang bho kemana sih.. jam segini belom balik.." ucap Ida kesal didepan kamar kostnya.

"Ckreek.. Nungguin sapa da..pfft" gurau Fitri, menengok keluar mendengar suara Ida barusan.

"Diem deh pit.." timpal Ida.

"Apa mau tak temenin.. sini.. sini.." jari tengah Fitri melambai-lambai memanggil Ida.

"Kamfret emang, udah tidor sana..!" tak ayal membuat Ida semakin frustasi.

"Met nunggu ya da, menunggu itu berat loh.. kamu ga bakal kuat, biar Dilan aja..hihihi" jawab Fitri, menutup kembali pintu kamarnya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd