#7 Bubur
- Dinda –
Kulanjutkan hariku di kosan baru dengan mandi dan membersihkan diriku dari segala beban yang ada di pikiran dan tubuh. Termasuk beban sperma yang telah mengering di beberapa bagian di wajahku. Hampir saja aku bermasturbasi karena terlalu sering meraba bagian-bagian sensitifku saat mandi.
“Gak perlu pakai daleman ah. Ademm” lalu aku berjalan keluar untuk membeli sarapan. Walau jiwa eksibisionisku sedang on saat ini, tapi masih kuusahakan untuk menahannya dulu. Kecuali jika kepepet sich. Tapi kok kalo kepepet, kok sering ya?.
Baru sampai gerbang kos, kulihat sebuah gerobak bubur ayam lewat.....
“Pagi Non !” sapanya ketika mendekati pagar kostku.
“Pagi Bang !” balasku “Beli satu porsi donk, bang, !”
“Siap, Non”. Sambil membuatkan bubur ayam. Terkadang matanya curi-curi ke bagian tubuhku, terutama dadaku yang tersetting jilboobs pagi ini. kulihat juga sambil pura-pura sibuk mainin hape, padahal geser-geser menu doang. Dia sesekali menelan ludah melihat bentuk indah payudara akhwat jilboobs yang nyeplak bener.
“penghuni baru ya, non? Kok gak pernah lihat sebelumnya?” tanya dia karena baru sadar dia ketangkap basah ngelirik tubuhku.
“iya, bang. Baru pindah beberapa hari ini”
“oohh. Pantes belum pernah lihat non secantik ini di kos-kosan ini”
“ihhh. Abang bisa aja”
Belum selesai membuatkanku seporsi, “duhh kok lama banget ya bikinnya? Sengaja ya biar bisa lama liatin body gue?” pikirku. Lalu ada seorang bapak-bapak mendekat.
“Bungkus dua ya, Dul” katanya
“ehh, halo non cantik” sapanya padaku.
Sama seperti itu bapak penjual bubur, matanya juga kutangkap sedang mengamati tubuhku. Dasar semua cowok sama saja. Timbul niatku untuk menggoda mereka lebih jauh lagi.
“nih non, udah selesai pesanan neng cantik, abang lama2in soalnya biar bisa lebih lama ama non, hehehe”
“hihihi, lebih lama ya, Bang? Emang tahan lama?” godaku yang ternyata membuat mereka terpancing. “eh bentar ya, Bang. Uangku di kamar soalnya. Aku ambilin dulu ya”
“iyadeh, Abang tungguin”
Aku pun masuk ke kosan sambil berjalan yang kubuat seseksi mungkin supaya mereka menelan ludah.
5 menit aku di dalam kos, akupun keluar, “Bang, bisa bantuin nggak? Ini kok kunci kamarku macet ya? Gak bisa buat buka pintu”
“oke deh non. Abang otewe.” Jawabnya. “bentar ya Yok, gue bantuin si eneng dulu. Tunggu bentar” katanya pada pria pembeli sebelahnya yang ternyata bernama Yoyok.
“sepi amat non? Mana yang lain?” tanyanya
“lagi pulang kampong semua, nanti sore mungkin baru balik anak-anak” jawabku sekenanya.
“ohh. Aman berarti ya Non?”
“aman? Maksudnya aman apa Bang?”
“hehehe. Nggak deh. Udah udah… mana non, biar abang yang handle kuncinya”
“ini nih, Bang” sebenarnya alasanku saja sih bawa dia masuk. Nih pintu sebenarnya tidak macet. “saya coba dulu yah bang”
Kumasukkan kunci ke lubang kunci dengan cara yang tidak biasa. Perlahan-lahan sambil agak menunduk padahal gak perlu nunduk-nunduk amat udah bisa, sih. Dan bukan menunduk juga itu, alias agak nungging juga pamer keindahan lekuk bokong. “nih, bang. Susahh” rengekku manja.
Dia memperhatikanku terus sambil berjalan mendekat, sesekali matanya mencuri-curi pandang ke lekuk pantatku yang menantang di balik gamisku yang agak ketat dan tipis, entah dia tau atau tidak bahwa dibaliknya aku tidak memakai apapun lagi.
“gampang gini lho, Non?. Kok gini aja daritadi ribet amat?” tanya dia setelah pintu terbuka.
“wah. Iya. Abang hebat. Bentar yah. Saya ambilin uangnya” kataku sambil berlagak terburu masuk kamar. “it’s show time” kataku dalam hati. Aku pura-pura tersandung dan sudah ku duga, dia menangkapku yang jatuh ke pelukannya.
“Maaf maaf Bang. Soalnya buru-buru mau ambilin uang.” Kataku
“Gak usah buru-buru non. Gak usah dibayar pake uang juga.” Jawabnya
“trus? Pakai apa donk?” tanyaku pura-pura bego
“pakai ini aja ya?” jawab dia sambil meremas payudaraku.
“Kurang ajar !” bentakku sambil menepis tangannya
Tentu ini tidak membuatnya mundur, dengan sigap ditangkapnya kedua tanganku, tubuhku diangkatnya hingga berdiri lalu dihimpit ke tembok di sebelahku. Sesungguhnya berontak dan jeritanku hanyalah pura-pura belaka untuk memanas-manasi nafsunya.
Tangannya yang kokoh dengan mudah mengunci dua pergelanganku lalu diangkat ke atas. Tangannya yang lain meremas dadaku dengan kasar.
“Jangan Bang…hentikan…eeengghh !” erangku meringis karena kerasnya remasan itu, tubuhku masih meronta pelan.
“Diam Non, Non sendiri kan yang mancing-mancing saya begini” katanya berani
Wajahnya mendekatiku mencari-cari bibirku, aku menggeleng-geleng pura-pura menolak dicium olehnya, namun tetap saja akhirnya tidak bisa menghindar dari lumatan bibirnya. Aku bisa merasakan nafasnya yang menderu dan bau badannya yang tidak enak, tapi birahi yang meninggi membuat semuanya terlupakan. Sebentar saja aku sudah memainkan lidahku membalas cipokannya. Tangannya mulai mengelus pahaku yang putih mulus sambil menyingkapi gamisku. Setelah meremas pantatku sejenak, tangannya lalu mengelus vaginaku yang berbulu tipis. Mataku membelakak ketika tangan itu meremas daerah segitigaku dengan jarinya sedikit masuk ke sana, desahan tertahan keluar dari mulutku yang sedang berciuman.
“Ga usah malu-malu Non, udah basah gini kok, ga pake apa-apa lagi, Non juga mau kan” seringainya mesum
“Duhh. Tampang alim-alim gini ternyata dalamnya lonte ya. Beruntung banget dah gue hari ini”
Dia melepaskan pergelanganku setelah aku berhenti meronta dan yakin telah menguasaiku. Dilepaskannya gamisku sehingga kini payudaraku terbuka sudah, bulat kencang dengan puting kemerahannya yang menantang. Dengan penuh nafsu dilumatnya benda itu sambil tangannya menggerayangi pantatku. Aku cuma bisa mendesah-desah dalam posisi berdiri sandaran ke tembok, putingku makin mengeras karena permainan mulutnya yang nakal.
“Ahhh.. hentikan banngghhh.. shhhhh. Nanti ahhh keterrusshaaann”
Tiba-tiba seseorang nongol di pintu dapur dan tercengang melihat adegan di depannya. Orang itu tak lain adalah Yoyok, pembeli bubur ayam tadi, rupanya dia menunggu lama di gerobak gak keluar keluar si abang sehingga masuk untuk mengecek apa yang terjadi, eh…ternyata si abang itu sedang berasyik-ria denganku di depan kamarku.
“Wei…sialan lo, ngentot ga ngajak-ngajak, gua dibiarin sendiri di nungguin pesenan !” kata si Yoyok
“Ayo brohh., kapan lagi ngerasain akhwat lonte kayak gini !” ajak tukang bubur ayam yang terus menggerayangiku
Si Yoyok bergegas mendekati kami sambil melepaskan bajunya, “Gila, kagak kuatir apa kalo ada orang masuk”
Tubuhnya lumayan berisi dengan kulit coklat gelap. Sepertinya dia pekerja kasar. Kini aku dihimpit dari depan-belakang oleh mereka, tubuhku bersandar pada si yoyok yang mendekapku sambil meremasi payudara kiriku serta meraba-raba paha dan pantatku, sedangkan si Dul, penjual Bubur Ayam, merabai pahaku bagian dalam dan mengelus vaginaku.
Dul mengenyot payudara kananku dengan kencang sampai pipinya kembung kempot, tangannya masih mengelusi vaginaku. Si Yoyok mulai menciumi belakang telingaku serta menggelikitik kupingku dengan lidahnya. Hal ini menyebabkan tubuhku menggeliat dan makin mendesah.
Selanjutnya aku disuruh berlutut, lalu mereka membuka celananya di depanku. Aku sempat terpana melihat penis mereka yang sudah berdiri tegak, keduanya keras, berurat, dan hitam. Milik si pembeli sedikit lebih panjang daripada punya si penjual bubur. Dengan hanya memakai jilbab, aku ditodong oleh dua pistol raksasa.
“Ayo Non, pilih aja mana yang mau diservis duluan” kata Yoyok cengengesan
Kugenggam kedua penis itu dan sengaja memainkannya dengan kocokan dan pijatan pada zakarnya agar nafsu kedua orang ini makin membara. Aku tersenyum nakal melihat reaksi keduanya.
“Uuuhh…ohh…asoy banget kocokannya Non !” desah si Yoyok
“iyahh… coy. Nih jilbab.. lonte abisss…” ceracau si Dul
Aku mulai membuka lebar mulutku dan memasukkan penis Yoyok ke dalamnya. Dengan penuh perasaan aku mengulum penis itu sambil tanganku mengocoki penis Dul. Sesaat kemudian aku mengeluarkan penis Yoyok dan beralih ke Dul, sepertinya servis mulutku membuatnya ketagihan, ia menahan kepalaku dengan tangannya seolah tak rela melepasnya.
Aku gelagapan saat si Yoyok menyenggamai mulutku dengan beringas hingga akhirnya dia menyembur ke dalam mulutku, sebagian meleleh ke dagu, namun sebagian besar tertelan. Aku tidak sempat mempraktekkan teknik menyedotku yang lihai hasil tempaan intensif dari Irfan dkk. karena dia terus menyodok mulutku bahkan ketika keluar sampai tersedak aku dibuatnya, begitu kulepas emutanku aku langsung batuk-batuk dan meludahi sisa sperma itu dari mulutku.
Sesaat aku bersimpuh di lantai meminum air yang disodorkan Yoyok dan mengatur kembali nafasku. Kemudian dia merebahkan tubuhku di lantai marmer yang dingin itu dan mencium dan menjamahnya dari wajah hingga berhenti di kemaluanku yang sudah basah, dia menjilat dan mengisapnya dengan lahap. Mulutku mendesis nikmat dan kedua paha mulusku mengapit kepalanya. Kulihat Dul menuangkan air dingin dari kulkas di ruang tengah dan meminumnya, dia juga melihat-lihat isi kulkas, kemudian diambilnya sebungkus susu kental manis dan kembali menghampiri kami. Kulkas itu memang disediakan untuk penghuni kos yang barangkali menyimpan makanan.
“Oii-ooi…kita sarapan sambil ngentot yuk !” sahutnya sambil menyobek ujung kemasan susu itu.
Dibaringkannya aku di sofa ruang tamu. dituangkannya susu itu ke sekujur tubuhku sampai habis, terutama payudara dan vaginaku. Kurasakan dinginnya air susu dan lantai marmer pada tubuhku yang sudah memanas. Bagaikan menyantapku, keduanya menjilati dan mencium tubuhku yang sudah rasa susu itu.
“Mmuuahh…enak banget, jadi manis kaya orangnya !” komentar Dul sambil menjilati vaginaku yang bersusu
“Sluurrpp…slurrp ! kentel-kentel manisss. hehehe” demikian suara mereka menikmati susu pada tubuhku, suara itu dimeriahkan oleh desahan dari mulutku.
“Ahhhh… shhhhh… ahhhhh.. awwshh.. gilaahhh”
“Heh, tambah lagi dong susunya, udah mau habis nih !” pinta Dul pada Yoyok
“Beres, masih ada kok !” kembali si Yoyok membuka kulkas
“Eh bentar ya. Gue masukin dulu gerobak gue ke pekarangan. Bisa berabe kalo ada yang tiba-tiba beli gangguin orang lagi hepi-hepi ini” diapun keluar setelah memakai celananya kembali dengan sempurna.
Yoyok pun kembali dari kulkas dengan satu sachet susu kental manis lagi. “ayo non, berbaring lagi.” Perintah Yoyok. Bersamaan dengan itu si Dul datang setelah membereskan gerobaknya.
“cepet banget?” tanyaku
“Iyalah. Buat non, ya harus buru-buru” jawabnya
“tinggal sebungkus nih, yuk non” ajak Yoyok
“wihh bisa mati lengket gue pagi-pagi gini kalo diginin ama nih orang barbar”pikirku. “oke waktunya balas dendam” saat aku mendadak terpikir sebuah cara baru untuk menikmati oral seks.
“Yokk, sini dehh” Maka kuminta Yoyok untuk berdiri dan menyodorkan penisnya padaku. Kurebut sachet susu tersebut dan kubalurkan ke kontolnya.
“ehhhh… Wah….wah kontol saya mau diapain Non? Ngeri amat” katanya menanggapi tindakanku
Kujawab hanya dengan membuka mulut dan memasukkan penis itu ke mulutku. Hhmmm…nikmat banget, rasa penis original aja udah bikin aku kelepek-kelepek, apalagi ini manis kena susu, kukulum-kulum seperti permen.
Kuisap maju-mundur penis itu, pipiku sesekali menggembung tertekan kepala penisnya. Sementara aku menyepong, si Dul tak bosan-bosannya menggerayangiku dari belakang, payudaraku diremasi dan diputar-putar putingnya, vaginaku diusap-usap, dari permukaan jari-jari itu merambat masuk lebih dalam dan mengorek-ngoreknya.
Yang membuatku tambah gila adalah ketika dia memain-mainkan biji klitorisku persis seperti yang dia lakukan terhadap putingku. Leher dan bahuku juga tidak luput dari cupangan-cupangan yang dilancarkannya hingga meninggalkan bekas cupangan dan ludah. Aku pun makin menggelinjang sambil terus mengeluarkan desahan-desahan tertahan. Tiba-tiba dia mendekap pinggangku dan mengangkatnya ke atas, maka posisiku kini berdiri dengan badan atas menunduk 90 derajat.
Tanpa melepas penis Yoyok, aku melingkarkan tangan pada tubuhnya sebagai penyangga. Dua jari Dul telah membuka bibir vaginaku dan penisnya ditekan masuk ke dalamnya. Badanku mengejang beberapa detik ketika benda itu menerobos vaginaku. Selanjutnya dia memaju-mundurkan pinggulnya dengan ganas sambil melenguh keenakan merasakan jepitan otot-otot vaginaku.
“gimana coy rasanya memek lonte jilbab?” tanya Yoyok
“Hhmmmhh…memeknya enak banget bro, seret dan basah!” serunya sambil meninggikan frekuensi genjotannya. “Sepongannya gimana? ahhhh” Dul menanya balik.
“Servis mulutnya juga yahud, puas banget gua main sama cewek kaya gini, hahaha…!” timpal si Yoyok sambil tertawa-tawa dan menggerayangi payudaraku yang menggantung. Jilbabku yang merupakan satu-satunya kain yang menempel di tubuhku berkibar-kibar dengan hebatnya.
Karena tidak ingin cepat-cepat orgasme si Yoyok menyuruhku melepaskan penisnya, kemudian tubuhku ditegakkan kembali, kini Dul yang menyanggaku dengan dekapannya. Disenggamainya aku dalam posisi berdiri.
“Gua juga kagak bosen ngenyotin nih tokett, mmmhhh !” katanya lalu melumat payudara yang sudah gak putih mulus lagi warnanya itu. Melainkan kemerah-merahan penuh cupangan.
“Ssspp…ssrrpp…!” seluruh payudaraku dilumatnya, putingku dijilat dan dihisapnya, dinikmatinya kedua daging kenyal itu seperti makan es krim.
Sensasi geli juga kurasakan pada lubang dan daun telingaku yang dijilati si Dul yang juga sedang menyetubuhiku dari belakang. Aku cuma bisa mendesah lirih dalam pelukan keduanya, membiarkan tubuhku diperlakukan sesuka mereka. Sekarang aku merasakan adanya desakan dari vaginaku yang ingin segera meledak sehingga aku merapatkan kedua paha meresapi kenikmatannya.
“aaawwww… sshhhh. Ah aha ah aaaaaaawwwhhhhhhhhhhhhh kontoooolll”Akhirnya aku klimaks diiringi erangan panjang, kakiku lemas sekali kalau saja tidak didekap si Dul pasti ambruk. Sebentar kemudian, dia menyusul menyiram vaginaku dengan sperma hangat. Tak kubayangkan betapa banjirnya kemaluanku, cairan kewanitaanku plus spermanya meleleh keluar menyertai penisnya yang masih keluar-masuk dengan kecepatan menurun, daerah pangkal pahaku dan sekitarnya jadi basah oleh cairan itu.
Tubuhku melorot ke bawah mengikuti Dul yang terduduk bersila di lantai. Kusandarkan kepalaku pada dadanya yang sedikit berbulu itu.
“haaafh.. haahh… hahh” terengah-engah aku menikmati orgasme yang baru menerpa.
“Nah, sekarang giliran gua !” sahut yoyok sambil meraih kakiku dan membentangkannya.
Dengan mulus penisnya meluncur masuk ke dalam vaginaku yang sudah basah kuyup. Suara kecipak cairan terdengar setiap kali dia hujamkan penisnya. Sodokannya makin lama makin bertenaga membuat tubuhku terguncang-guncang, akupun sudah kehilangan kendali diri, mataku membeliak-beliak, mulutku menceracau tak karuan mengerang dan mengeluarkan ucapan-ucapan erotis.
Dul yang menopangku terus giat memijati payudaraku, putingku digesek-gesekkan dengan jarinya yang kasar, kadang dipilin dan kadang diemutnya. Penisnya yang mulai bangkit lagi terasa menyentuh punggungku. Dia menundukkan kepala mendekati mulutku hingga bertemu mulutnya. Kami bercumbu panas sekali, lidah kami saling beradu bak sepasang ular kawin.
Lima belas menit kemudian Yoyok membekap badanku ke arahnya dan dia sendiri membaringkan dirinya di lantai, maka posisiku kini telungkup diatasnya. Dengan begitu pantatku menungging ke arah si Dul yang kini membasahi anusku dengan ludahnya dan menekan-nekankan jarinya di sana. “wahh. Bakal kena anal nih” pikirku
“Aaakkhh…!!” aku merintih dan menghentikan goyanganku sejenak ketika si Dul memasukkan penisnya ke anusku., bahu Yoyok kucengkram erat-erat menahan rasa sakitnya.
“ahhkkkkk… pelannn bang.. sakittt” mintaku
“sakitnya Cuma bentar kokkk. Nanti bentar lagi bakal enak kok sayangg” jawab Dul
Rasanya sangatlah menyesakkan ditusuk dua batang perkasa itu, terutama yang bagian anus. Kami bertiga mulai berpacu dalam birahi, rasa perih perlahan-lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh. Sulit dilukiskan perasaanku waktu itu, pokoknya rasanya seperti melayang-layang dengan dilingkupi rasa nikmat yang luar biasa.
Hal ini berlangsung selama duapuluh menit lamanya sampai suatu saat dimana tubuhku bergetar melepas suatu bentuk energi berupa orgasme dahsyat yang menyebabkan tubuhku berkelejotan, tangan dan kakiku terasa kejang-kejang, serta mulutku mengeluarkan erangan panjang. Ini multi orgasme.
“ahhhhkk gilaaa.. kontol kaliannnn enakkkk. Gedee” teriakku ngawurr.
“ehh non, akhwat kok bicaranya kayak gitu?” Dul sok-sokan menasehatiku
“tau ahh. Loe itu lonte akhwat ato akhwat lonte sih?” hina Yoyok padauk
“ahhh. Persetann. Yang penting koontoll” aku gak peduli kata-kata mereka. Mukaku memerah, keringat pun bercucuran membasahi badan kami, akhirnya akupun tergolek lemas di atas tubuh Yoyok setelah gelombang orgasme surut. Sementara itu mereka berdua itu masih terus menggenjot vagina dan anusku.
Akhirnya Yoyok menegakkan tubuhku dan menarik lepas penisnya, kemudian dikocoknya batangnya yang masih tegak itu dekat mukaku, akhirnya cret…cret muncratlah cairan kental itu membasahi wajahku, karena semprotannya kencang dan deras, bukan cuma mukaku saja yang basah, leher, jilbab dan payudaraku pun terkena cipratannya. Tak lama kemudian, si Dul pun mencabut penisnya dari anusku, dibiarkannya aku ambruk telentang di lantai. Dia berdiri di sampingku mengocok penisnya hingga menumpahkan isinya di wajahku jugaku. Makin tebal lapisan pejuh di mukaku.
Puas dan lelah kurasakan sekaligus pada saat bersamaan. Mereka tertawa-tawa melihatku yang terbaring di lantai sambil menggosok-gosokkan sperma merata ke wajahku sambal menjilat-jilat jariku yang belepotan sperma itu.
"Enak non?" Tanya Yoyok sambil tersenyum bangga karena bisa ngentotin akhwat secantik aku
Aku membalas senyuman nakal mereka sambil mengemut jariku yang belepotan sperma.
"Gak jadi makan bubur ayam, bubur pejuh udah enak kok Bang" Jawabku nakal.
"Akhwat ediannn. tapi gua suka kok. jangan bosen-bosen ama kontol kita ya Non" jawab Dul
Sementara aku memulihkan tenaga, mereka mulai berpakaian lagi. Dan aku membersihkan ruangan tempat kami beradu syahwat tadi dan menyemprotkan parfum ruangan.
Beberapa menit kemudian mereka telah kembali berpakaian lengkap dan aku memakai kembali gamisku untuk mengantar mereka keluar kos. Setelah pamitan dan berterimakasih atas kesempatan emas dariku, mereka mulai pergi. “Lha bang dul gak jadi beli bubur?” tanyaku
“lha mau jadi beli gimana? Liat deh yang jualan gak kuat dorong gerobak” katanya sambal menunjuk si Yoyok. “Sialan lo, kagak gitu juga. Bentar gue istirahat dulu” jawab Yoyok.
“ehh udah abang-abang, sorry gak maksud ngusir ya. Tapi kalo lama-lama di kosan cewe gini bakal bikin orang mikir aneh-aneh.” Kataku pada mereka berdua.
Akhirnya mereka mau menerima saranku dan pergi. Sepeninggal mereka aku masuk kamarku dan langsung mandi membersihkan badanku dari aroma persetubuhan barusan. Belum sampai 15 menit, kudengar pintu diketuk, “assalamualaikum” ucap salah satu penghuni kos, Rina.
Beruntungnya aku, lebih lama lagi, bisa diusir aku dari ini kos. “waalaikum salam” jawabku dari dalam kamar.
Rina kira-kira kalau tau aku gini, marah gak ya? atau malah jadi pengen ikut?