Maaf lama ga lanjut nih.. ini saya lanjutkan sebagian ya.
Hari ini hari minggu, kami sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Saya sibuk dengan memcuci motor saya dan istri saya dengan urusan dapurnya. Beberapa kali saya dengar istri saya mengangkat telepon, sepertinya dari beberapa temannya. Setelah selesai dengan motor saya, sayapun masuk kedalam rumah, dan saya mendapati istri saya sedang berbicara seseorang ditelpon tetapi dengan suara yang sangat pelan. Saya berlalu dan duduk di depan TV sambil mencari-cari channel yang bagus. Tak lama berselang istriku datang menghampiriku di ruang TV. “Mas, ada yang mau aku ceritain ke kamu” sapa istriku dengan bibirnya yang dimajuin ke depan membuatnya terlihat mengemaskan. “cerita apa yang” sahutku sambil tetap melihat ke arah TV. “tapi kamu jangan marah ya? Janji?” sahutnya. Deg, jantungku berdegup kencang, penasaran apa yang kira2 akan disampaikan istriku. “Cerita apa sayang kok pake janji-janji segala” sahutku sambil menoleh ke arahnya. “janji dulu mas” sahutnya sambil mengigit bibir bawahnya. Aku tau dia sedang berusaha merayuku. “iya mas janji ga marah. Ada apa sih?” tanyaku. “Jadi kemarin habis pulang belanja aku nyerempet motor orang mas. Sampe jatoh orangnya. Tapi untungnya orangnya ga kenapa-kenapa, cuma motornya aja yang sedikit lecet. Justru pintu belakang mobil yang agak penyok”, “waktu itu orang-orang di sekitar udah marah aja mau main hakim sendiri, tapi untuk Bapaknya yang meredam warga disitu. Jadi aku disuruh pulang sambil dia ngikutin aku. Baru deh di rumah kita turun dan liatin mana aja yang rusak..” ceritanya. “terus gmn tuh jadinya?” tanyaku. “untung Bapaknya baik kok Mas, dia ga minta ganti motornya yang rusak, justru ini dia mau datang untuk benerin mobil kita di bengkel kenalan dia..” jawabnya. “ya iyalah dia ga minta ganti, memekmu itu yang udah jadi gantinya” batinku dalam hati. “Mas kok bengong aja sih? Kan udah janji ga marah” sahutnya yang membuatku agak kaget. “enggak.. enggak kok. Mas ga marah. Mas jadi kepikiran aja klo ga ada Bapak itu apa yang kira-kira terjadi sama kamu” jawabku. “jadi dia mau datang nih sekarang?” lanjutku. “iya Mas, tadi Bapaknya telpon, sekalian mau kenalan juga sama Mas. Orangnya baik kok mas” kata istriku sambil mengigit bibir bawahnya lagi. Aku bisa membaca makna dikata “baik” yang berulang-ulang diucapkan istriku. Langsung ku sosor bibirnya, dan kuremas payudaranya, “yang, mas kepengen nih” ajaku. Nanum tangannya mendorong tubuhku menjauh “ihh, mas ini kenapa sih, nanti klo Bapaknya datang terus liat kita lagi begituan gmn?” sambungnya. “gpp sayang, kan cuma liat aja kan..” sambungku sambil berusaha menarik tubuhnya mendekatiku. “iihh, jangan dulu ahh Mas. Mas nanti aja klo sudah sama si Bapak” jawabnya sambil berdiri. “Maksudnya sama si Bapak?” tanyaku. “ehh, maksudnya klo si Bapaknya sudah balik.. jadi kan kita bisa lama-lama Masku sayang” jawabnya dengan genit. Aku mulai mengerti apa yang jadi rencana mereka hari ini. Mungkin mereka berencana untuk ngentot entah bagaimana caranya, dan setelah itu baru aku boleh menggunakan tubuh istriku. “Ahh, kenapa aku jadi begini ya? Kenapa aku justru bergairah ketika membayangkan kalau istirku akan dipake oleh orang lain dan aku hanya mendapatkan bekasnya” pikirku diringi dengan tegangnya kemaluanku.
Sekitar 30 menit, bell di rumah pun berbunyi. Akupun dengan semangatnya kedepan untuk membukakan pintu pagar rumahku. Deg, disitu aku melihat seorang paruh baya dengan kulit agak legam, dengan tangan yang penuh bulu. Dengan suara beratnya “Bu Nianya ada Pak?” suara yang seolah membuatku tunduk tak berdaya. “Ada Pak, silahkan masuk” sahutku. “Bapak pasti suaminya ya? Saya Jamal Pak” sambil menyodorkan tanganya yang besar, bisa kulihat jari-jari besar dan kasar meremas telapak tanganku yang hanya setengah dari tangan itu. “Saya Roni Pak” sahutku sambil membayangkan tangan yang kemarin mengobel-ngobel memek istriku. Bisa kurasakan jari-jarinya yang sedikit lebih panjang dari kejantananku. “ehh Pak Jamal” sapa istirku yang mengagetkan lamunanku. “Di suruh masuk dong Mas” sambung istriku sambil menyodorkan tangan mungilnya dan disambut oleh tangan perkasa itu. “ga macet Pak?” sambung istriku. “enggak kok, lancar jaya lah jalanan hari ini”. “Pak ini motornya saya dimasukin aja ya ke garasi” sahutku. “Oh iya Mas” sahutnya sambil melangkah ke arah motornya. “udah Pak biar saya saja, bapak masuk aja dulu, istirahat” sahutku sambil berjalan ke luar pagar. “wah, makasih lho Mas” sahutnya diiringi oleh suara “ehh” istirku. Namun aku pura-pura tidak mendengar. Sambil mendorong motornya masuk, bisa kulihat dari sela-sela pagar kalau si Bapak itu sedang meremas bokong sekal istriku yang sontak membuat istirku tergaket sambi berusaha menutup mulutnya. Dan mereka pun berjalan masuk ke ruang tamu dengan tangan si Bapak tetap meremas-remas bokong istirku itu.
Gila, itu Bapak berani banget memperlakukan istri orang padahal suaminya hanya berjarak beberapa meter dan hanya di batasi oleh pagar. Namun justru ini membuatku semakin bernafsu melihat apa yang akan dia lakukan terhadap istriku selanjutnya.
Tak berapa lama aku menyusul mereka ke ruang tamu, kulihat istirku sudah di dapur menyiapkan minuman. Sayapun ngobrol dengan si Bapak sekitar 30 menit sambil menikmati kopi yang dihidangkan istirku. Darisitu aku tahu bahwa Bapak ini adalah seorang duda yang ditinggal pergi istirnya. Pekerjaannya adalah seorang sekuriti dari tempat hiburan malam di kota tempat kita tinggal. Di sela-sela obrolan kami si Bapak bertanya apakah ada warung disekitar sini, dia ingin membeli rokoknya yang sudah habis. “Rokoknya apa Pak? Warung disini tutup klo hari minggu, biar saya belikan di indomaret. Ini saya mau beli minyak goreng sekalian” sahut istirku dari dapur. “Udah sini biar aku aja yang belikan yang, udah mendung juga” sahutku. “ihh, Mas baik banget sih, ini uangnya” sahut istriku sambil menyodorkan orang 100rbuan. “saya tinggal sebentar ya Pak, eh rokoknya apa tadi Pak?” tanyaku “Samporena Kretek hijau Mas, aduh ga enak saya jadi ngerepotin nih” sambungnya diiringi dengan senyum yang penuh arti.
Langsung aku keluar dengan motorku dan melaju keluar rumah, meninggalkan istriku berdua dengan si Bapak itu. Baru saja sampai di indomaret, hujanpun turun dengan derasnya. Setelah membeli minyak dan rokok, belum sempat keluar dari indomaret, hpku berbunyi, dan kulihat dilayar istriku yang menelponku. “Mas, hujan deras lho disini, Maaassh dimanaahh, shhhh, ohhhh” terdengar suara istirku mendesah sambil menyakan keberadaanku. Samar kudengar seperti suara orang sedang menyedot sesuatu “srppph, seerppph... srhppphhh” bisa kubayangkan sepertinya si bapak itu sedang menyusu payudara sekal istirku itu. “Mas tunggu agak redaaan aja yaahhh.. awhhhg,... nanti kamu sakit kalau hujan-hujan.. hmmm” sambung istrku. “yaudah aku tunggu redaan dulu ya” sahutku. “iyaahh.. ahh.. pelan-pelan Paakkh” terdengar suara istriku diujung telepon. “apanya yang pelan-pelan yang?, kok suaramu kayak mendesah gitu? Km lagi ngapain sih?” Tanyaku pensaran. “Gpp Mas, maksudku kamu pelan pelan nanti bawa motornya.. srhppp.. srphpp” sahutnya diiringi dengan suara sedotan di payurada istriku. Kututup teleponku, dan akupun langsung bergegas ke rumah.
Kira-kira apa yang terjadi setelah Roni sampai di rumahnya? tunggu lanjutannya nanti malam.