Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Mantap ceritanya suhu ... Updatenya cepet tapi gak ngaruh ke kualitas ceritanya
 
setuju nih, jangan jadiin si natan fucboy biarin buat si kimi bimbang
 
Makasih upnya.suhu @Ichbineinbuch ... :beer:
Suwun updatenya suhu

:beer:
Makasih hu masih bisa sempatin tuk update
Yoi agan semua, sama-sama :beer:
Sejateeeh sekaleee ricky ....
Apaan tuh sejateh?
:mantap:

makasih updetnya suhu @Ichbineinbuch
Yoi gan
mantulsss hu
Makasih gan
makin seru kalau ada esek esek sama bawahan dibelakang Kimi
Lihat deh, si Ricky kuat iman apa kagak
Wah gagal ngadate kimi ya om
Ya mau gimana lagi
mantap dah, emang Ricky harus punya saingan, tapi Nathan jangan dibuat fuckboy ya hu, biar Kak Kimi rada bimbang menentukan pilihan :)

....


waduh, tindakan ricky apa malah membuat musuh dikantor ya . malah kirim videonya lagi ke ayahnya, entar ayahnya konak lagi :pandajahat:
Kita lihat deh, apakah kali ini Kimi akan didekatin cowok yang fakboy atau cowok baik-baik?
Untuk kasus itu, kita berharap aja lah biar gak ada yang nyimpan dendam sama Ricky dan ayahnya Ricky gak sange liat si Mella
 
Sepertinya kelakuan ricky melaporkan nanti berbalik ke dirinya, mungkin ada yg mergoki ricky sama kimi lg mesum di kantor kemudian dilaporkan 😁
Kita lihat deh, apakah ada yang berhasil nangkap basah Kimi sama Ricky? Apakah setelah ditangkap basah, dapat jatah buat nyicip si Kimi?
nah ini ....... :)
Sepakat sm yg iniihh
Wah, pada pengen banget Kimi sama Ricky tercyduk
Mantap ceritanya suhu ... Updatenya cepet tapi gak ngaruh ke kualitas ceritanya
Makasih gan buat supportnya
setuju nih, jangan jadiin si natan fucboy biarin buat si kimi bimbang
Kita lihat lagi deh, kalau sama" baik, artinya si Kimi sue deh
Makasih om @Ichbineinbuch, updatenya menarik.
Yoi gan sama-sama
pingin remes bokong kak kimi :remas:
"Ihhh, mesum banget ah!" pekik Kak Kimi sambil menampar pipi Agan.
 
PART 11 (S2)
POV Kimi

Hoamm! Pagi ini, aku akan kembali memulai rutinitasku kembali. Untuk itu, aku segera bangkit dari ranjangku dan menyingkirkan selimut yang menutupi seluruh tubuhku. Aku langsung merapikan seisi ranjangku sebelum akhirnya aku berjalan keluar dari kamar.

Hari masih sangat awal. Maka aku bakal berolahraga terlebih dahulu. Kali ini, aku akan melatih kardioku sehingga aku menuju ke bawah untuk menggunakan treadmill. Sebelum aku menuju ke ruang olahraga, aku berpapasan dengan orang tuaku yang sedang sarapan sambil menonton layar televisi.

"Morning, Kimi," sapa Ibuku dengan hangat.

"Morning, Ma."

Saat aku akan berjalan meninggalkan mereka, tiba-tiba ayahku memanggil dan menyuruhku untuk duduk sebentar. Maka aku menuruti perintahnya tersebut dan bersiap untuk mendengar pemberitahuan apa yang ingin disampaikannya.

"Jadi begini, Kimi. Kamu kan sudah cukup mandiri dan dewasa. Setelah diskusi dengan Mama dari beberapa hari yang lalu, maka kami akan membantumu agar kamu bisa menjadi wanita seutuhnya sekarang."

"Maksud Papa?" tanyaku yang tidak mengerti dengan arah perkataan Papa.

"Papa dan Mama setuju buat menjodohkan kamu sama Nathan," sambut Mama yang langsung membuatku shock seketika.

"WHAT? Ini cuma bercanda kan?" tanyaku yang masih gak percaya.

"Ini benar, Kim. Nathan bilang ia ingin melamar kamu segera. Mengingat Nathan juga sudah mapan dan orangnya sudah lama menjalin bisnis dengan Papa, maka rasanya kami gak ada alasan buat menolak permintaan dia," papar Papa yang membuatku emosiku mulai naik.

"Gak, Papa gak ngomong dulu sebelumnya? Emang kalian kirain aku boneka kalian yang seenak hatinya diberikan kepada siapa saja?" tanyaku dengan emosi yang meluap-luap.

"Kimi, sopan sedikit sama Papamu," tegur Mama.

"Gak, aku gak setuju! Aku masih gak mau menjalin hubungan dengan siapapun."

"Kimi, sudah waktunya. Jangan ditunda-tunda lagi kalau emang udah ada yang siap menjadi calonmu," kata Papa berusaha meyakinkanku.

"Gak, aku gak mau pokoknya!" kataku bersikeras sambil terus meluapkan amarah diriku.

"Atau jangan-jangan kamu pacaran lagi sama Ricky?" Mama bertanya sembari memandang curiga padaku.

"Terserah kalian mau bilang apa. Pokoknya aku gak mau dijodohin. Titik!"

Aku langsung pergi menuju ke ruang olahraga melakukan olahraga kardioku ini dengan perasaan kesal dan marah. Aku benar-benar gak habis pikir dengan menjodohkanku pada cowok yang aku belum akrab betul. Parahnya lagi, kini aku kembali dicurigai berpacaran dengan Ricky.

Selesai berlari di treadmill selama 10 menit, aku langsung berjalan kembali ke kamarku untuk mandi. Aku tak melihat lagi Papa dan Mama di ruang keluarga saat aku berjalan melewati ruangan tersebut. Bodo amat lah, aku tak peduli mereka mau ke mana.

Aku masuk ke dalam kamarku untuk mengeringkan keringatku terlebih dahulu. Aku membuka ponselku dan mengecek status aktifnya Ricky. Rupanya dia udah bangun juga. Maka tanpa rasa ragu, aku langsung menelepon dirinya di pagi yang masih buta ini.

"Halo, Sayang," sapaku setelah telepon kami tersambung.

"Ada apa nih nelpon pagi-pagi?"

"Kangen…," ucapku dengan manja.

"Dasar Kakak."

"Ihh beneran tahu."

"Baru juga gak ketemu beberapa hari."

"Malam nanti aku ke apartemen kamu lagi ya," kataku dengan spontan.

"Nekat amat, Kak. Gak takut ketahuan?" tanyanya meragukanku.

"Bodo amat. Mereka udah tahu kok," jawabku dengan santai.

"Wait, kok bisa, Kak?" tanya Ricky dengan suara yang sangat terkejut.

"Semenjak awal, pasti mereka udah curiga sama kita."

"Jadi…." Ia tercekat dan tak bisa berkata-kata lagi.

"Dah tenang aja. Kalau kamu diusir lagi, aku bakalan ikut sama kamu," kataku dengan sejuta rasa tenang.

"Kak, lagi gak bercanda kan?" tanyanya yang masih skeptis dengan perkataanku.

"Buat apa aku nelpon pagi-pagi kalau gak penting?"

"Ah sial. Aku lebih khawatir sama karier kita berdua, terutama karier Kakak yang udah dibangun selama 3 tahun."

"Udah ah. Kamu gak perlu khawatirin aku kok. Tapi makasih ya udah perhatian."

"Dasar, masih aja sempat buat godain aku."

"Hihi… jangan bawa beban ah."

"Ya udah, aku mau mandi dulu, Kak. Nanti telat nih."

"Ihh, aku aja belum mandi kok. Masak cowok takut mandi lama sih?"

"Ya jaga-jaga, Kak."

"Ya udah. Aku mandi juga deh. Bye-bye, Sayang."

"Bye juga, Kak."

"Cium dulu dong, muach!"

Setelah menutup teleponnya, aku langsung bergegas untuk mandi. Melepaskan semua pakaianku, aku langsung berdiri di bawah pancuran air yang siap buat menyegarkan diriku. Selepas acara mandi dan segala tetek bengek perawatan diriku, aku langsung keluar dari kamar mandi. Aku menuju ke lemari pakaianku dan mengeluarkan pakaian kerjaku.

Kukenakan pakaian dalamku yang berwarna hijau strip biru. Lalu kemejaku yang berwarna hijau cerah dan celana panjang hitamku. Seharusnya hari ini aku bisa mengenakan rok span di bawah lutut yang berwarna hitam, namun aku memilih untuk tidak. Kenapa begitu? Karena aku benar-benar benci banget sama rok ini. Ketat banget tahu. Gak nyaman buat pergerakanku. Udah gitu pasti bentuk pantatku ini bakal nyeplak banget. Terakhir kali aku makai sih, pantatku dipelototin seharian sama karyawan cowok karena bentuknya yang sangat menonjol dan garis celana dalamku yang sangat jelas. Makanya aku jadi kapok makai rok ini lagi.

Setelah berpakaian dan memakai make up yang secukupnya, aku keluar untuk sarapan di ruang makan. Lagi-lagi tak nampak kedua orang tuaku di ruangan tersebut. Aku langsung menghabiskan 4 lembar roti dengan selai coklat yang sudah disediakan di atas meja. Kemudian kucuci piring roti tersebut dengan bersih dan barulah aku meminum segelas teh herbal agar menjaga kadar lemakku.

"Saatnya berangkat kerja deh, Kimi."

~~~~~​

POV Ricky

Hari ini, tidak ada hal yang menarik dari pekerjaanku. Ya seperti biasa lah, ngurusin logistik yang ada buat bahan produksi dan mengawasi karyawanku dalam proses kerjanya. Hingga pada sore hari, selesai sudah pekerjaan kami untuk hari ini.

Karyawanku telah pulang semua. Aku pun menuju ke tempat parkir begitu semuanya sudah kuperiksa beres. Kupencet tombol remot mobilku dan terdengarlah bunyinya tersebut di salah satu jajaran mobil yang terparkir rapi. Setelahnya, aku masuk ke dalam mobilku. Namun tiba-tiba, ada seorang wanita yang mengetuk pintu mobilku.

"Pak…."

Aku membuka jendela mobilku. Kemudian Mella menundukkan badannya dan menatap diriku seperti memelas. Aku hanya menghela nafas melihat dirinya yang mengganggu waktu pulangku.

"Kenapa, Mella?" tanyaku dengan nada yang sedikit kurang berkenan.

"Pak, Mella boleh ikut gak? Mella mau ngobrol sama Bapak."

"Gak lihat saya udah mau pulang?" tanyaku sembari menatap tajam dirinya.

"Tolong, Pak. Ada hal penting yang harus saya bicarakan ke Bapak," pintanya sambil memelas padaku.

"Ya udah, kita ke kafe dekat sini aja," ujarku akhirny mengalah.

"Makasih, Pak."

Ia masuk ke dalam mobilku dan memasang sabuk pengaman. Aku pun membawanya menuju ke kafe terdekat. Sesampainya di sana, kami memesan minuman kami masing-masing. Setelah pelayan yang membawa menunya pergi, maka mulailah Mella menyampaikan apa yang hendak ia sampaikan.

"Maafkan saya, Pak, yang sudah ganggu Bapak di jam pulang," ucapnya dengan wajah yang menyesal.

"Daripada kamu ganggu saya lebih lama lagi, lebih baik kamu sampaikan langsung ke intinya saja."

"Jadi gini, Pak. Mella mau minta maaf soal kejadian kemarin. Jujur, Mella juga gak mau berbuat gituan di area kantor. Tapi si Nafli yang maksa dan akhirnya membuat saya jadi terhanyut."

"Hmm begitu. Tapi tetap aja itu gak dibolehin."

"Pak, saya mohon. Kalau saya kehilangan pekerjaan ini, saya gak tahu harus berbuat apa lagi."

"Kurasa itu konsekuensimu, Mella," jawabku dengan santai.

"Hiks… Bapak jahat. Bapak tega ngebiarin Mella menderita karena kejadian sepele ini." Ia mulai menitikkan air matanya, tapi aku tak ingin terpancing ke dalam sandiwara yang tujuannya untuk memancing simpatiku.

"Dengar, aku memang bukan orang yang baik. Jadi kalau kamu terus memelas ke aku, sikapku tak akan berubah. Untuk nasibmu ke depan, kurasa itu kembali ke dirimu lagi."

"Pak…." Ia menatapku dengan mata yang masih berkaca-kaca. Wajahnya yang sendu benar-benar menggambarkan perasaannya saat ini. Perlahan diriku terenyuh dan aku merasa kalau tidak seharusnya aku sejahat itu padanya.

"Maafkan aku kalau aku terlalu kasar, Mella. Kurasa aku bakal membantu sebisaku nanti. Akan kucarikan kamu rekomendasi pekerjaan baru."

"Pak, saya mohon! Jangan pecat saya. Saya bakal melakukan apapun buat mempertahankan pekerjaan saya di sini."

"Maaf, bukan aku yang berwenang memutuskan itu. Aku hanya bisa membantu sesuai dengan kapasitasku."

"Ya udah deh kalau gitu. Saya mau ucapkan terima kasih atas bantuan dan kepedulian Bapak pada saya."

"Ya, sama-sama. Aku juga minta maaf udah ngebuat kamu akan kehilangan pekerjaan ini. Tapi aku harus melakukan ini demi tegaknya kedisiplinan lingkungan kerja kita."

"Ya udah deh. Saya ngerti kok maksud Bapak."

"Terima kasih, Mella. Pesan saya cuma satu, jangan buat masalah besar di tempat kerja barumu ya?"

"Baik, Pak. Saya janji."

Tak lama kemudian, minuman kami pun tiba di meja kami. Aku menghabiskan segelas teh hangat yang kupesan dengan cepat. Begitu pun dengan Mella, ia mengikuti jejakku dengan menghabiskan minumannya.

"Kamu ada jemputan, Mella?" tanyaku begitu melihatnya membuka aplikasi taksi online.

"Saya gak bawa kendaraan hari ini, Pak."

"Mau kuantar pulang?"

"Boleh, Pak?" tanyanya dengan wajah yang berseri-seri.

"Asal tempat tinggalmu masih di kota ini."

"Makasih, Pak. Saya bakal sangat menghargai kebaikan Bapak."

Setelah membayar minuman kami, kami menuju ke mobilku yang terparkir. Di dalam mobil tersebut, kami berdua memasang sabuk pengaman sebelum aku menjalankan mobilku. Sepanjang perjalanan, hanya hening yang menguasai keadaan di dalam kabin mobil.

"Pak…." Mella memanggilku dengan lembut.

"Ada apa, Mella?"

"Sekali lagi terima kasih ya buat kebaikan Bapak."

"Iya. Gak perlu disinggung lagi kok."

"Baik. Mella berjanji bakal baik-baik di tempat baru Mella nantinya."

"Baguslah kalau begitu."

Keheningan kembali terjadi di dalam mobil. Awalnya aku ingin menyetel musik, namun aku memilih untuk mengurungkan niatku. Ya sudahlah, lebih baik aku fokus ke kondisi jalan raya yang sudah macet.

"Si Nafli bagaimana, Pak?" tanya Mella yang memecah keheningan lagi.

"Biarkan dia memulai petualangan barunya."

"Bapak gak ada niat bantu dia?"

"Dia tak memintaku seperti kamu, jadi biarkan saja dia."

"Hihi…."

Kulihat wajah Mella dari samping. Manis juga rupanya. Rambutnya yang sedada begitu menawan dengan warna coklat cerah. Kulit wajahnya halus berkilau layaknya kulit seorang bayi. Lesung pipinya juga tampak begitu ia tersenyum sendiri. Hanya sayang saja kalau cewek semanis dia gak mampu menahan nafsunya dan melampiaskannya di tempat yang gak semestinya.

"Bapak kalau gak salah seumuran dengan Mella kan?" tanyanya begitu ia kembali menghadap diriku.

"Umurmu 22 kan?" tanyaku memastikan.

"Iya, Pak."

"Kalau gitu artinya benar."

"Ya udah. Masak aku manggil Bapak terus sih? Gak ngerasa tua ya?" Aku mulai sadar kalau gaya bicaranya Mella sudah berbeda. Kini ia lebih cair dan lepas dalam berbicara, tidak lagi mengangkut beban berupa rasa bersalahnya tersebut.

"Ya terserah kamu mau manggil apa."

"Panggil namamu boleh gak?"

"Bebas kok. Kan gak di kantor juga."

"Bebas ya? Panggil Bebeb ya?" tanyanya dengan wajah yang berseri-seri.

"Maumu aja, Mella."

"Hihi… habis kamu ganteng banget sih, Ricky. Jadi pengen deh punya Bebeb kayak kamu," pujinya yang hanya kubalas dengan manggut-manggut.

"Hmm mau ngegombal nih?"

"Kalau cowoknya kayak kamu, aku siap kok ngegombal 24 jam," godanya dengan sebuah senyuman terbentuk di bibir merahnya yang elok.

"Cukup, Mel. Aku udah punya pacar loh," tegurku.

"Yah, aku patah hati nih." Wajahnya yang ceria berubah menjadi cemberut. Tapi bagiku, itu bukan masalahku. Selama bukan Kak Kimi yang cemberut, aku tak akan terlalu peduli.

"Bukannya Nafli cowok kamu ya?"

"Bukan. Dia mah teman biasa doang. Cuma ya... gitu deh."

"Gak ada niat pacaran dengan dia?"

"Gak ah. Kalau soal pacaran, aku milih-milih orangnya. Kebetulan kamu cocok sama keinginan aku," ujarnya dengan wajah yang kembali ceria.

"Tapi maaf, aku sudah cocoknya dengan cewek lain."

"Ricky, aku cemburu nih."

"Harusnya dia yang cemburu karena aku udah nganterin kamu sampai ke rumah."

"Tenang aja kok. Aku bukan pelakor hihi…."

Sekitar 10 menit kemudian, sampailah kami ke kos-kosan Mella. Awalnya Mella mengajakku untuk duduk sebentar di kosnya, namun kutolak dengan alasan aku masih ada janji dengan orang lain. Aku berpamitan dengan Mella sebelum aku membawa mobilku meninggalkan kos-kosannya tersebut.

Perjalanan 20 menitku kini berakhir di parkiran apartemenku. Saat aku berjalan masuk ke dalam lobi apartemen, kulihat Kak Kimi sedang duduk di sofa yang disediakan sambil membaca ponselnya. Ia yang menyadari kedatanganku langsung berdiri dan memeluk diriku.

"Sayang, kok lama banget pulangnya?"

"Aku ada sedikit pembicaraan sama Mella tadi. Jadi sekalian kuanter pulang."

"Ihhhh! Aku gak suka tahu kalau kamu jalan sama cewek lain!" protes Kak Kimi dengan nada yang meninggi.

"Relax dong, Kak. Kami cuma bahas kerjaan kok. Berhubung dia gak bawa kendaraan, jadinya sekalian aja kuantar pulang. Itung-itung biar menambah nilai tambah di mata bawahanku."

"Kamu gak genit kan sama dia?" tanyanya dengan tatapan tajam bagaikan singa kelaparan.

"Ya ampun, Kak. Segitu gak percayanya Kakak sama aku?"

"Habis kamu nanti khilaf lagi kalau sama cewek cantik."

"Kan nanti aku bisa khilaf sama Kakak hehe…," ujarku cengegesan.

"Mesum!" keluh Kak Kimi sembari menampar lenganku berkali-kali.

"Ya udah, yuk naik," ajakku dengan menggenggam tangan Kak Kimi.

Kami segera naik ke lantai dimana kamar apartemenku berada. Sesampainya di depan kamarku, aku segera membuka pintunya dan mempersilakan Kak Kimi untuk masuk. Namun entah hanya perasaanku atau bukan, kulihat ekspresi wajahnya sedikit berbeda hari ini. Kira-kira, apa sih masalah yang dihadapi Kak Kimi sampai mau nginap di apartemenku ini?
 
Ricky kan fakboi, hajar Mella tu iiihh
 
kimi kasihan banget kamu nak.....wkwkwkwkwk..... bisa menyatu ngga yah secara kakak adik
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Wahh kirain Ricky mo manfaatin mella, ternyata malah tetep dilaporin ke Bapaknya..
Yap konflik dimulai lg dengan ditunangkannya Kak Kimmy dengan Nathan..
Dan bisa jadi dendam dari Nafli..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd