Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Anak Gunung

setelah cukup lama hanya menjadi penikmat di forum ini, saya memaksakan diri untuk membuat sebuah thread yang mungkin bisa menghibur para suhu-suhu sekalian.
ini adalah pengalaman menulis pertama saya, dan saya nekat untuk membuat sebuah cerbung. kemungkinan besar thread ini akan gagal atau macet ditengah jalan, jadi kalau misalnya cerita tiba-tiba berhenti mohon untuk dimaklumi karena saya masih pemula di forum ini. untuk masalah update mungkin akan saya usahakan seminggu sekali, dan akan saya usahakan seminggu dua kali. kritik dan saran diterima, namun request akan saya pertimbangkan untuk membantu alur cerita.
sekian dari saya enjoy ceritanya
alur awal cerita yang bagus... Jujur kalau sudah disampaikan dari awal mungkin bisa jadi cerita ini bakal tidak tamat / macet, cukup membuat kecewa hati para pembaca...

tapi apapun itu karya2 TS kami siap membaca nya>>>>

hanya bisa mendoakan TS selalu sehat dan diberikan semangat untuk menyelesaikan cerbungnya di sela2 RL TS.
 
Bagus nih ceritanya lumayan beda, alurnya tidak terduga calon thread legend, kaya yang sudah melegenda lainnya
 
VI

#3rd


“keadaan kamu gimana??...” ucap bocah remaja pada gadis pujaannya itu

“udah baikan kok… makasih ya…” balas gadis itu dengan senyum yang berseri sehingga membuat pipi bocah remaja itu memerah

“iya… kamu dan aku, kita harus bareng terus ya…” pinta si bocah remaja kepada gadis itu

“he’eh… aku akan bareng kamu terus… kamu juga jaga aku terus yaa…” pinta balik si gadis

“iyaa… aku pasti jagain kamu kok… ” janji si bocah remaja

1 bulan setelah kejadian yang hampir benar-benar menghancurkan harapan dan kehidupan sang gadis, muncul cahaya yang menghangatkan dalam representasi si bocah remaja. Mereka menikmati kehidupan mereka bersama selama sekolah semester dua. Bahkan demi kebahagiaan mereka saat itu si bocah lelaki rela memutuskan hubungannya dengan pacarnya saat itu, dia benar-benar mencintai gadis yang diselamatkannya itu…

Bocah remaja itu seperti mendapat paket lengkap dari gadis itu, sebab seluruh cinta dan kasih sayang gadis itu ditumpahkan kepada bocah remaja itu. Gadis itu tidak memiliki siapapun saat itu untuk menyalurkan kasihnya jadi dia hanya terfokus pada bocah itu. Mereka sering bersama dalam waktu luang saat pulang sekolah, bocah remaja itu jadi sedikit terbagi waktunya antara temannya dan gadis itu namun dia bisa membagi waktu dengan cermat sehingga semua terkendali.

“kamu punya banyak buku ginian ya..?” tanya bocah itu

“iyaa… aku senang aja membaca buku seperti itu…”

Bocah remaja itu sedikit tertegun karena dia tidak memahami letak seni keindahan dalam sebuah sajak atau puisi. “emang ini tuh bagusnya dimana sih?” ke ingin tahuan bocah itu dilandaskan karena dia ingin semakin dekat dengan gadis itu. Ah iya bocah itu juga nyaman apabila berada didalam kamar kos gadis itu, selain karena luas dan rapi kamarnya juga harum

“kenapa? Kamu ingin tahu? Biar aku ajarin…” tawar gadis itu padanya. Karena dia sejak dulu menyenangi buku seperti itu yang bisa membantunya dalam mengekspresikan isi hatinya apabila di kala sedih, senang, dan sebagainya

“aku suka membaca buku seperti itu karena mempengaruhi perasaanku… aku merasa lebih tenang apabila menumpahkan keresahan hatiku dengan menulis sebuah sajak atau puisi ” ungkapan gadis itu membuat bocah itu semakin penasaran

“emang kamu sering menulis puisi ya…?” tanya bocah itu penasaran. “kalau gitu aku baca sedikit dong…” pintanya, dia ingin tahu apa yang di tuliskan gadis itu dalam puisi-puisi buatannya, apakah ada namanya tertulis disana??...

“ahhh… malu tau… puisi ku jelek semua…” merasa tidak percaya diri gadis itu enggan memperlihatkan hasil tulisannya

“ga apa… aku yakin hasilnya pasti bagus… kan yang buat kamu hehehe…” jawab cepat bocah remaja itu

“emmhh… yaudah itu coba kamu lihat di dekat situ…” ucapnya sambil menunjuk meja belajar tempat menulis karya-karyanya

“dalam derapan gelap melintang

Menutupi kanvas yang sedari awal sudah usang

Bagai ombak kian datang kian menderu

Membuat asa kian habis menjadi abu

Aku lah yang menolak takdir

Aku pula yang mengutuk hari ku lahir

Tapi…

Saat asa ini siap kembali pulang ke angkasa

Kenapa pula datang cahaya yang menghangatkan suasana

……

Belum sempat puisi itu dibaca oleh bocah remaja tadi, sebuah tangan sudah menggantung mengalung pada lehernya, menarik kepalanya kebelakang ke arah sebuah landasan empuk seolah mengizinkan kepala itu untuk menikmati dan merasakan nikmat dan hangat.

“itu untuk kamu… aku buat untuk kamu…” ucap sang gadis yang semakin mengeratkan kepala si bocah ke dada nya agar sibocah remaja semakin merasa nyaman

“ehh… ta tapi…” si bocah remaja terhenti saat dia merasakan sebulir air mata membasahi ujung hidungnya… tanpa ragu kemudia bocah remaja itu menggenggam halus tangan yang berada dilehernya dan mengelusnya dengan lembut.

Seharian dia di kos gadis itu, mereka menghabiskan waktu bersama dan saling berbagi cerita, membagikan kasih yang mereka miliki satu sama lain sehingga kenyamanan memenuhi ruang kamar itu.

“karna kamu aku selama ini menyimpan ini…” ucap bagas sambil melihat-lihat kertas khusus tempat puisi itu di tulis. Sudah dua tahun juga mungkin kertas itu besarang di dompetnya

Kertas itu sebenarnya pernah ditanyakan oleh beberapa gadis yang pernah memegang dompet bagas, termasuk mantannya vandela dan sudah pernah disuruh buang karena kertas itu sudah tampak agak usang, tetapi dia selalu beralasan bahwa kertas itu berharga baginya. “dasar tukang kabur… huh” keluh bagas dan mulai memasuki ruang kelasnya.

“heiii… gimana??...” tiba-tiba tian sudah berteriak dengan semangat ke arah bagas

“gimana apanya??... aku udah sehat kok” balas bagas seolah mengerti tujuan dan arah pembicaraan sahabatnya itu

Mereka bertiga mengangguk-angguk dan memperhatikan kedatangan bagas. “berarti nanti kami jemput lu terakhir ya gass…” ucap mada pada bagas

“iyee iyee… gua paham… ngomong-ngomong guan nanti bawa gitar yee…” ucap bagas pada mereka bertiga

“iya dong… masa ntar kemah gada yang nyanyi-nyanyi…” balas tian cepat, dia adalah vokalis diantara mereka karena sering latihan di sekolah minggunya dulu

Mereka menjalani kelas seperti biasa sampai jam 11, lalu berpencar untuk segera kerumah masing masing untuk bersiap-siap.

Bagas sudah menyusun barangnya di depan teras rumahnya. “bu, jangan bilang-bilang sama ayah ya” bagas menyadari bahwa ayahnya akan melarang dia untuk pergi karena ayahnya tau bagas adalah orang yang sembrono dan akan menantang pantangan tempat yang memiliki rumor mistiis

“ibu ga janji loh ya. Ibu gamau bohong sama ayah kamu”

“tapi kalau belum ditanya jangan dikasih tau ya bu” bagas memohon agar ibu nya tidak bergitu saja bercerita pada ayahnya tentang kepergiannya

Ibu bagas sangat memahami ayah dan anak ini, bahwa dalam beberapa boundaries mereka memang bersinggungan.”iya, kamu ini kok seneng banget sih ngehindari ayah sendiri? Itu ayah kamu loh, yang buat kamu”

“tinn… tinn…”

“iye iye bagas paham, itu teman bagas udah pada sampe, bagas berangkat ya bu”

“iya hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut loh, masih ada yang nunggu kalian dirumah, ingat!” ibu memperingatkan bagas agar tidak seperti pemuda liar lainnya yang hobinya mendekatkan nyawa pada yang mahakuasa melalui lintas kecelakaan

Bagas mengangguk sambil tersenyum. “iyaaa ibu ku sayang, anak mu ini berangkat dulu bu” pamitnya karena senang mendapat perhatian hangat dari ibunya

“iyaa… hati-hati” ucap ibu sambil melambaikan tangan dan melihat putra kebanggaannya itu pergi menjauh dari rumah bersama teman-temannya

….

Diperjalanan mereka saling mengobrol dan tertawa… mada yang membawa mobil, pacarnya duduk disebelahnya sedangkan bagas dan tian berada ditengah, dan jaya tidur-tiduran dibagian belakang

Tian sudah sangat exciting dengan perjalanan yang menunggu mereka.“gass, mainin kuy, tarik gas biar gua sambut” tian ingin menarik sebuah lagu untuk lebih menghidupkan suasana dalam mobil agar tidak ngantuk

‘jreng…jrengg…’ “lagu apa nih mau dimainin? Request dong ” balas bagas semangat dengan menggenjreng gitar kesayangannya yang sudah menaklukan banyak penonton

Mada seorang penyuka lagu lama mengusulkan lagu favoritnya, “gereja tua sabi sih gas”

“ahh, jangan ah… ntar digusur hehehe” jawab tian dengan candaan semi darknya

Gadis yang ikut tak mau kalah dan mengusulkan lagu kesenangannya juga. “di sayidan enak sih untuk perjalanan gini” tawarnya pada tian dan bagas

“nahh, itu sabi tuhh… tarik gasss… musikkk” semangat tian untuk bernyanyi

Oh, coba kawan kau dengar, ku punya cerita
Tempat biasa aku berbagi rasa
Suka duka tinggi bersama
Di gang gelap, di balik ramainya Jogja

Mari sini berkumpul, kawan, wo-woo
Dansa, dansa sambil tertawa, ha-ha-ha, hey

Oh, coba kawan kau dengar, ku punya cerita
Tempat biasa aku berbagi rasa
Suka duka tinggi bersama
Di gang gelap, di balik ramainya Jogja

Mari sini berkumpul, kawan, wo-woo
Dansa, dansa sambil tertawa, ha-ha

Bila kau datang dari selatan
Langsung saja menuju Gondomanan
Belok kanan sebelum perempatan
Teman-teman riang menunggu di Sayidan

Di Sayidan, di jalanan
Angkat sekali lagi gelasmu, kawan
Di Sayidan, di jalanan
Tuangkan air kedamaian, hey

Hey, hey
Hey, hey

Dan jangan kau takut pada gelap malam
Bulan dan bintang semuanya teman
Tembok tua, tikus-tikus liar
Iringi langkah kita menembus malam

Mari sini berkumpul, kawan, wo-woo
Dansa, dansa sambil tertawa, ha-ha

Di Sayidan, di jalanan
Angkat sekali lagi gelasmu, kawan
Di Sayidan, di jalanan
Tuangkan air kedamaian

Di Sayidan, di jalanan
Angkat sekali lagi gelasmu, kawan
Di Sayidan, di jalanan
Tuangkan air kedamaian

Di Sayidan, di jalanan
Angkat sekali lagi gelasmu, kawan
Di Sayidan, di jalanan
Tuangkan air kedamaian

Di Sayidan, di jalanan
Angkat sekali lagi gelasmu, kawan
Di Sayidan, di jalanan
Tuangkan air kedamaian, hey





Semua bergembira menyanyikan lagu itu, bahkan jaya pun ikut bangun dari tidurnya. Suasana sangat mengasyikkan dan sangat hidup.



Para anak muda ini seolah hanya mereka yang memiliki dunia karena merasakan kebahagiaan saat itu, memang tidak bisaa dipungkiri bahwa momen bersama sahabat akan selalu menyenangkan karena ada kebersamaan yang sangat kental di dalamnya



Tak terasa perjalanan mereka sudah dekat jalan masuk melalui perkampungan yang ada di sekitar kaki gunung, mereka semua lalu bersiap dengan memakai sepatu masing-masing dan memeriksa barang sekali lagi agar tidak ada yang kurang. Saat memasuki bagian gerbang berupa gapura kaki gunung ke tempat area pemarkiran kendaraan. Di area parkiran hanya ada dua mobil yang sudah terlebih dahulu tiba



Bagas yang melihat kedua mobil tersebut cukup heran. “ada juga rupanya orang gila yang nekat seperti mereka karena memang sangat sedikit orang yang berani naik gunung ini” bagas cukup kagum dengan orang yang sudah naik duluan dari mereka. Memang yang naik gunung ini kalau tidak gila, ya pasti cukup sableng hahaha.



Jaya mendekat kearah bagas.”gas, bukannya gunung ini angker banget ya… kok ada yang nekat juga ya kayak kita hehehe” tawanya karena merasa lucu bahwa tidak mereka saja yang gila rupanya didunia yang luas ini



“ahh, lu mah dah gua bilangin. Kita ini masih kurang gila” balas bagas sambil mereka berjalan ke arah rumah joglo sederhana seperti penjaga dari pintu gerbang untuk mengawasi para pendaki



Mereka berjalan kerumah dan memanggil kedalam, tapi rumah itu dalam keadaan gelap dan seperti tidak ada penghuni di dalamnya padahal rumah itu terlihat rapi dan bersih jadi tidak mungkin tidak ada yang menghuni, apalagi ini kemungkinan besar adalah rumah penjaga karena berada tepat dipinggir kaki gunung



Tian yang sudah lelah memanggil ke dalam rumah mulai gondok.”huh, gada tuh yang nyahut. Mana nih penjaganya, kalau gini mending kita langsung naik”



“”ga bisa gitu langsung dong, kita harus tetap menghargai orang dearah ini jangan buat huru hara” jaya mulai menenangkan tian yang kelihatan sudah mulai habis kesabaran



Disaat mereka sedang bersungut-sungut, tiba-tiba…



“GASSS…” tiba-tiba jaya sedikit berteriak memanggil bagas yang berada tengah dari barisan mereka dan tepat disampingnya yang menghadap rumah joglo itu



Jaya adalah orang yang pertama kali menyadari kehadiran sosok yang sangat misterius dan tidak terdeteksi oleh indra manusia, jaya memang sudah mulai terbiasa menggunakan aura untuk mendeteksi sekitarnya, walau masih dalam lingkup kecil sekali ±4 meter, oleh karena itu dia sangat telat menyadari kehadiran sosok misterius itu



Seorang kakek menggunakan bangklon batik yang dengan warna dasar hitam sudah menggenggam bahu bagas. “hohohoho… menarik, cukup menarik kamu anak muda” sang kakek kini sudah melihat ke arah jaya



Tian dan mada yang memahami keadaan sekitar kemudia mengaktifkan aura masing-masing, hanya bagas dan gadis yang masih kebingungan dengan situasi macam apa yang sekarang sedang terjadi pada mereka



Bagas bisa merasakan ada angina yang berputar cukup cepat berputar diantara tubuh jaya yang berada tepat disampingnya. “mau apa anda?” tanya jaya dengan tatapan tajam tanpa menunjukkan ketakutan sedikit pun, memang mereka empat begundal ini tidak mengenal apa itu rasa takut, sudah lama mereka membunuh rasa takutnya.



Tian dan mada tidak diam saja dan langsung berdiri di sisi kakek tersebut dengan angina juga yang cukup cepat berputar sehingga tampak menerbangkan rambut mereka, walau tidak sebesar angina yang mengitari jaya. Bagas yang melihat ini cukup terkesiap, bagaimana mungkin bisa hal diluar logika dan fisika yang dipercayainya bisa terjadi, dia cukup tertegun karena sejujurnya belum pernah melihat hal yang demikian, bahkan rama kemarin tidak membuat efek seperti ini. Oh iya, apa yang terjadi pada rama setelah kejadian kemarin? Kok aku tidak melihatnya juga dua hari belakangan ini? Lalu apa yang terjadi pada temanku? Apa aku ketinggalan sesuatu? Apa mereka sekarang jauh melampaui ku? Apa aku tertinggal jauh? Apa aku masih layak bersanding dengan sahabat-sahabatku ini?

Pikiran bagas berkecamuk dan membuatnya susah mencerna apa yang sebenarnya terjadi.



Kakek tersebut tersenyum ramah kepada mereka.”waduh, waduh… jangan terlalu bersemangat begitulah menghadapi orang tua seperti ku, keh keh keh” ucapnya sambil mengelus janggut putihnya



Tanpa basa basi jaya langsung menyerang kakek itu dengan rentetan pertanyaan tajam. “siapa kakek ini? Apa urusan kakek dengan kami? Kenapa menyembunyikan kehadiran seperti itu” jaya sedikit menggeram

“aduh, aduh… mari duduk dulu disana, biar kakek jawab pertanyaan kalian” ucapnya sambil menuju teras rumah joglo itu dan duduk di lantai kayu yang barsih itu



“tidak perlu bertele-tele, cukup jawab, kami tidak mau berlama-lama disini” mada cukup geram juga melihat kakek yang terlihat ringkih dan tak bertenaga ini karena terlihat seperti meremehkan mereka



“ya sudah, saya ini sedang mengganti penjaga yang bertugas. Dia sedang pergi ke kota karena beberapa urusan, nah sekarang saya yang bertanggung jawab. Jadi adik-adik ini ingin naik ke gunung ya?”



“tanpa perlu bertanya seharusnya anda sudah tau jawaban kami dengan melihat barang bawaan kami” bagas langsung memotong



“anak muda, kamu harus sedikit mencontoh temanmu ini. Jadi lah sosok yang lebih tenang dan berwibawa” kakek tersebut menunjuk jaya sambil menjawab pernyataan bagas



Kakek tersebut memandangi satu-satu wajah mereka. “ya sudah kalau kalian sudah tidak sabar, di gunung ini ada empat lokasi yang baik dan layak digunakan untuk tempat berkemah, jadi kalian mau ke tingkat yang keberapa? Ada empat tingkat” kakek tersebut menjelaskan dengan ramah dan bersahabat sekali, seolah dia paham dengan sikap anak muda yang sering angkuh dan semena-mena



“kami mau ke lokasi tertinggi, tingkat keempat” jawab bagas dengan mantap dan tetap tidak menunjukkan rasa hormat, padahal kakek tersebut selalu tersenyum kepada mereka



“ohh, sudah yakin mau kesana? Sudah tau pantangan disana belum?” tanya kakek itu sedang memastikan



“kami sudah yakin, dan soal pantangan kami tidak peduli” bagas kini menunjukkan sikap yang tidak terpuji terhadap orang tua yang seharusnya dihormati walau tidak dikenalnya



“kamu ini cukup tangguh anak muda, tapi tangguh saja tidak cukup, harus dibarengi dengan hati dan akal yang terpuji, jangan terlalu angkuh dalam jalan hidupmu” kakek tersebut masih tersenyum dan hal itu yang semakin membuat bagas gondok dan kesal



“ehh, anu… maafkan teman saya ya kek, kalau begitu apa larangan yang harus kami patuhi kek?” gadis mulai menengahi agar tidak terjadi keributan yang semakin melebar



“sederhana saja, kalian harus bersikap sopan diatas sana, jangan gegabah dan berkata kasar dan jaga pikiran kalian agar tidak mudah diganggu. Itupun jika kalian mau selamat, karena kelihatan temanmu itu tidak takut apa-apa” kakek tersebut memberi peringatan sambil mengarahkan pandangannya pada bagas



Gadis tersenyum dengan manis karena kakek ini masih saja ramah. “ohh iya, terimakasih kek, tapi apa kami tidak memiliki pemandu? Apa kami naik sendirian?”



“disini tidak ada yang bersedia menjadi pemandu, jadi kalian harus memantapkan hati jika mau naik ke atas sana” jawab singkat dengan lembut



“ohh, baiklah kek, kalau gitu kami berangkat dulu ya kek, terimakasih atas bantuannya” ucap gadis sambil menarik mada dan kawan-kawan untuk segera meninggalkan tempat itu agar ketegangan bisa reda



Kakek tersebut tertawa melihat kepedulian gadis terhadap mereka.“ingat, jaga teman mu itu, jangan sampai tidak bisa kembali nantinya, dan untuk tiga lainnya latihlah ilmu yang kalian punya di atas sana, kondisi di atas sangat mendukung. Keh keh keh” kakek memberi penjelasan tambahan sambil menunjuk ke arah bagas dengan telunjuknya



Mereka tidak membalas ucapan kakek tersebut dan sudah mulai mendekati kaki gunung dan bersiap mendaki melalui jalan setapak yang cukup curam untuk naik.







#Bagas



Kami berjalan cukup lambat karena membawa gadis turut berserta, tapi bagaimanapun aku sendiri sudah cukup kelelahan karena jalan yang mendaki dari tadi. Walau sudah instirahat sekali tetap saja lelahnya tidak berkurang. “sudah sekitar ±70 menit kami berjalan naik, dan sekarang istirahat yang kedua tapi kenapa dari tadi Cuma aku dan gadis yang kelelahan? Apa pendakian ini tidak ada efeknya pada mereka? Bahkan mada yang berbadan besar dan membawa banyak barang tidak terlihat lelah sedikitpun. Whattt???”



Kami beristirahat di dekat lokasi ke-dua. Disini kami makan makanan ringan dan minum untuk isi tenaga, huh… untung bawa makanan ringan cukup banyak



“lu pada kaga capek ya? Kayak masih semangat bugar banget anj” keluhku heran pada mereka, melihat mereka bertiga masih berdiri dan tidak duduk sepertiku dan gadis



Jaya, tian, dan mada tertawa. “dah dibilangin belajar ilmu, ngeyel sih lu ******” mereka mengolok-olok aku yang memang keras kepala sekali saat itu.



Gadis berdiri dan mendekati mada. “kamu ga capek yang? Sini aku bawa sendiri tas aku” gadis tidak tega dan meminta tas nya yang sedari tadi sudah dibawa mada dari bawah, sambil mengelus rambut mada



Kami tersenyum melihat perhatian gadis pada sahabat kami ini.“udah gpp yang, aku masih kuat kok. Kamu yang jangan sampai kelelahan, ntar sakit lagi diatas sana” mada balik mengelus pipi gadis di depan kami. Ah bangsat memang kalau udah ada cewe, bikin iri saja.



Satelah beristirahat sekitar 10menit kami pun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan.



“udah ayo, ntar ke sore-an sampai di atas.” Ajak jaya agar kami segera berangkat. Memang benar sih kalau sampai ke sore-an pasti menyusahkan nanti, belum lagi kami mendirikan tenda portable masing-masing apalagi belum membuat tempat api unggun malam ini, kan tidak afdol naik gunung tanpa api unggun hehehe.
Kami melanjutkan perjalanan ke atas menuju lokasi ke-empat. Kami sempat beristirahat di lokasi ketiga sebentar, tapi kok kosong? Dari lokasi pertama sampai ketiga kok kosong semua? Apa orang yang datang sebelum kami sudah naik ke lokasi ke-empat duluan? Gokil juga hahahaha.



Dalam waktu sekitar satu jam, akhirnya kami sampai dilokasi…



Aku memandang ke arah depan dan melihat pemandangan dari atas gunung yang cukup tinggi ini. “WOWW.” Cuma itu yang bisa terlintas di otak ku, tidak ku sangka bahwa pemandangan dari atas sini sungguh menakjubkan, indahnya bumi ini diciptakan yang Maha Kuasa.



Mada dan gadis saling merangkul dan menikmati pemandangan.”indah banget yang, se-indah diri kamu.”mada menggoda pacarnya sambil mengelus pipi gadis. “ihh gombal, tapi ga nyesel yang naik kesini, lokasi ini worth it untuk perjalanan yang melelahkan tadi” gadis juga senang setelah sampai. Yah memang aku tidak terlalu kecewa juga lah, walau tujuanku bukan untuk memandangi keindahan alam ini



“jay. Jay, peluk gua dong, gua gada pasangan romantic nih” rayu tian pada bagas dengan raut yang dibuat-buat seperti puss in boot.



Jaya bergidik ngeri melihat tingkah tian.”apaan sih lo ******, jangan maho lah disini” keluhnya geli. “udah ayo ke sana bangun tenda dulu, udah jem berapa ini” jaya langsung berjalan menuju lokasi yang enak untuk mendirikan tenda



Aku melihat ke arah jam tangan ku.”ohh iya udah hampir jam 6 harus buru-buru nih” aku dan yang lain berjalan mengikuti jaya. “lohh itu mereka ya, lamayan juga mereka” batinku saat melihat ada tenda lain sekitar 20 meter dari lokasi kami



Kami buru-buru mendirikan tenda masing-masing. Aku mendirikan tenda yang cukup luas karena memang ini tenda family size, untung cukup besar karena bagaimanapun aku jaya dan tian memutuskan untuk satu tenda, sedangkan mada satu tenda bersama pacarnya gadis. Aku juga membawa matress yang cukup lebar 2 biji dan bantal mini untukku.



“lu bawa satu doang nih gas?” seru tian saat melihatku berbaring menggunakan bantal yang kubawa



“lah, lu bawa sendiri egoo. Kalau gada tuh tumpukan baju lu jadiin bantal nyet” jawabku ketus, karena memang lelah sekali dan tiga kawanku seolah tidak menghadapi pendakian yang melelahkan. Bangsat.



“udah ayo mandi dulu gas, lu tidur diluar aja kalau masih keringatan gitu. Jiji gua” jaya membangunkanku dari tidur singkatku



Aku segera berdiri karena sebenarnya sedikit bingung. “lohh, emang lokasi mandi ada dimana? Ada dibangun toilet kah?”



“gada, kita mandi di air terjun. Tadi gadis sempat nanya sama kakek tadi soal sumber air.”



“ohh iya kah, yaudah ayo”



Kami pun keluar tenda dan bergegas ke arah air terjun. Katanya air terjun kalau langsung dari gunung bisa langsung diminum, cobain nanti ahh.

Aku berjalan beriringan dengan jaya hanya berdua.”yang lain kaga diajak jay?” tanyaku pada jaya



“ohh, yang lain udah pada duluan. Lu nya aja yang molor blokk”



“hehehe, gua lelah banget anjing, lu pada kek monster kaga lelah bgsat emang”



“dah dibilang belajar, lagian bokap lu kan katanya dulu mantan jagoan pengguna aura juga”



“halah gitu doang lu percaya, gile lu jay. Gua tetap pendirian, cukup kalian aja yang gunain”



“ngeyel banget sih lo gas. Tapi yaudahlah, semua tergantung lo sendiri kok”



Sekitar 5menit kami berjalan akhirnya sampai di air terjun yang tak kalah indah juga, karena dibawah air terjun seolah membentuk kolam lingkaran, tidak banyak batu dan tidak dangkal juga. Ini nih yang gua demen.



Mada yang melihat kedatangan kami langsung teriak memanggil.”hoiii… lama banget lu pada”



“ini nih kebo, malah tidur hahaha” tawa jaya dan mereka juga ikut tertawa



Tanpa babibu, langsung aku lompat kedalam kolam air terjun itu.



“byurr… astaga ini adem banget ” nikmat rasanya ditubuh. Air yang bagai memijat tubuh terasa sangat bersahabat, berbeda dengan jalan untuk mencapai lokasi ini. Sekitar 2 menit aku didalam air menikmati sejuk dan ketenangan dalam air.



“hah… seger…” ku angkat kepala ku untuk menarik oksigen



Tiba-tiba mataku terfokus pada suatu sosok, dengan wujud yang sangat indah. Dada dan bokong yang menghiasi tubuh putih mulus dan indah di sudut sana. Seorang perempuan sudah selesai berganti pakaian dan keluar dari arah semak.



Bagas dan perempuan itu beradu pandangan cukup lama, wajah cantiknya membuat bagas tidak berkedip. Wajah indah dan lembut yang menenangkan jiwa di lengkapi dengan tubuh yang mengentarkan jiwa, sungguh perpaduan komplit yang sangat menggoda pria manapun. Mata yang jernih dan tenang dilengkapi alis yang indah dan tegas. Hidung mancung dan bibir yang sensual membuatnya semakin sempurna.



Tak sampai 5 menit pertemuan mata mereka tanpa ada suatu kata yang terucap, gadis tadi sudah berlalu karena sudah dipanggil oleh teman-temannya.



“siapa lagi gadis itu? Kenapa seperti aku pernah bertemu dengannya, tapi dimana?” aku bergumam karena bingung, dan juga merasa resah karena sekarang saja sudah ada dua gadis yang aku sayangi, masa mau ditambah lagi sih.



Setelah sekitar 15 menit, teman-temanku sudah pada keluar dari air dan berganti pakaian dan ingin bergegas langsung balik ke tenda untuk istirahat. Aku sendiri masih didalam kolam, walau sudah agak gelap tapi tidak membuatku takut dan gentar.

Jaya menoleh ke arah ku.”lu gimana gas? Masih mau main di air terus?” dia bertanya sambil mengeringkan rambutnya



Aku memandangnya dan yang lain.”duluan aja, gua masih mau nyegerin badan” aku memang masih menikmati sejuknya air dan ingin sedikit melancarkan niatku



“udah ah jangan aneh-aneh gas. Entar lu kenapa-napa kita yang susah nih, lu sendirian loh nanti” tian komplen terhadap keinginanku untuk lebih lama sendiri di kolam



Mada dan gadispun mendekat ke arah ku.”iya gas, udah balik yuk” gadis mengajakku untuk ikut bersama mereka. “iya gas, ga enakan juga kita ninggalin elu disini sendiri” tambah mada



“tenang aja, lagian dekat juga kok. Gua juga kaga takut, kaga bakal aneh-aneh juga. Tenang ae” aku mencoba meyakinkan mereka



Jaya tampak tidak percaya pada ucapanku, karena dia paling memahami kenekatan ku yang gila.”yaudah, terserah lu deh. Tapi cepat balik ya” ucapnya agar tidak memperpanjang situasi



Aku pun tersenyum karena pengertian jaya.“iyee… entar lagi gua nyusul” jawabku



“yaudah kalau gitu. Kita duluan ya, jangan sampai lu diculik penghuni gunung ini.” Ucap jaya, dan mereka pun pergi berlalu balik ke tenda



Aku yang sudah sendiri langsung berenang sebentar sambil menikmati pemandangan yang sudah mau malam. Tanpa berlama-lama aku berenang ke arah tepat dibawah air terjun.



“deras juga nih air terjun. Sabi juga” aku langsung kebawah air terjun dan merasakan jatuhnya air di pundak dan kepala ku, ahhh nikmat serasa dipijat oleh alam itu sendiri.



Tak lama dibawah air terjun, aku langsung masuk kedalam goa dibaliknya yang sudah ku amati sejak sampai. Apa nih yang nunggu aku di dalam, jadi penasaran hehehe. Aku masuk kedalam goa yang tidak terlalu luas itu.



“karkk… kerrkkk”



Terdengar suara hewan, dan tiba-tiba saja seekor kelalawar terbang kearah ku dengan ukuran badan sebesar kepalan tangan serta sayap yang cukup lebar. Tanpa menunggu lama langsung ku pukul kelalawar itu dan dia terpelanting. Kelalawar itu langsung terbang keluar diikuti beberapa kelalawar lainnya.



Sekitar 20 meter aku masuk kedalam dan ternyata tidak ada apa-apa. Hanya jalan buntu yang ku temui. Tapi yang anehnya dalam gelap ini mataku sudah bias dan bisa melihat dengan cukup baik, aku melihat ada seperti meja bundar mini dari batu dan diatasnya ada seperti buku yang sudah membatu juga. Mungkin sudah lama dan mengeras di situ. Tapi yang aneh diatas buku itu ada juga sebuah batu kecil yang menjulang dan diujungnya ada seperti pola berbentuk lingkaran seperti ular, tapi ini jelas bukan ular karena memiliki seperti kaki kecil dan kepala yang sudah tidak jelas karena sudah mulai kabur. Mungkin akibat korosi pada batu.



Cukup lama aku memandangi buku tersebut.”ini buku apa ya? Masa tidak ada orang yang pernah menemukan buku ini?” aku yang penasaran mencoba membuka buku dengan paksa, namun sangat keras.”lohh, kok keras banget sih.” Keluhku karena memang permukaan buku yang kasar. Buku tersebut berbentuk seperti grimoire dengan pola khas jawa.



Ku elus seluruh permukaan buku itu mencoba mencari siapa tahu ada tombol khusus seperti di film-film. Dan hasilnya nihil. Karena kesal aku mulai memperhatikan batu kecil yang menjulang diatas buku dan sepertinya menyatu dengan buku ini.



Ku tiup batu itu untuk sekedar menghilangkan debu yang menempel dan kuperhatikan polanya. Wah, ini kayaknya symbol naga deh, tapi kurang yakin juga sih. Ku raba mulai dari pangkal sampai ujung dan mengelusnya dengan lembut.



Tiba-tiba…



“shhh… Ahhhkkk” perih sekali telapak tanganku bagian dekat jempol. Tiba-tiba seperti tersengat bara api saat telapak tanganku, ku tempelkan diatas batu kecil yang menjulang itu.



Aku terjatuh kebelakang merasakan nyeri, mata ku menjadi agak gelap dan didalam goa itu aku meringis kesakitan. Ku tahan teriakan ku sebisa mungkin.



5 menit ku tahan hinga nyeri nya mereda. Aku lantas bangkit ingin memukul buku itu, namun…



“lohh… kok hilang?” aku terkejut karena buku nya sudah hilang, dan hanya tersisa abu seperti sisa bakaran. “bangsat!!...” maki ku keras dan memukul kencang meja kosong itu dengan tinjuku. “ehh kok ga berasa?” ku tinju berkali-kali lagi dengan sedikit heran.



“kontol! BAGAS PUTRA GENTALA ini Boss!!” maki ku lantang dan menyebutkan nama panjangku. “kalian gada apa-apanya!” maki ku lagi dengan mengucap kalian sebagai tanda pada para penghuni gunung yang aku tidak tahu ada atau tidak.



Aku pun berjalan ke luar dengan memperhatikan tanganku yang melepuh akibat sengatan panas tadi. ”yahh bengkak dong…” keluhku melihat tanga ku agak bengkak. Aku lantas kembali berenang ke tepian dan terasa pedih juga terkena air. “bangsattt!!... gunung kontol!!” teriak ku keras menghina gunung ini. Namun hanya hening yang terjadi tidak ada balasan apa-apa.



Aku lantas berganti pakian dan langsung bergegas kembali ke tenda. Nyeri nya sedikit berkurang, karena sebelumnya nyeri terasa diseluruh tubuhku khususnya di daerah dada, jantung ku. Padahal yang terkena sengatan hanya di telapak tangan namun klimaksnya malah di bagian dada. Sekarang hanya nyeri akibat melepuh yang tersisa.



Sesampainya di tenda teman-temanku melihat heran ke arah ku.



“lama banget sih lu gas” ucap tian saat melihat kedatanganku



Langsung kulihat jam tangan ku dan sudah menunjukan pukul 7 malam tepat.”lah iya, hampir sejam juga gua disana ya, ga terasa loh” jawabku heran, dan kemudian aku tersadar! Loh kok aku bisa melihat jelas sekali di keadaan gelap tadi ya? Loh… lohh… lohh, kenapa ini??



Jaya mendekatiku dan langsung memegang rambutku.”lo ngecat rambut ya disana?” tanyanya yang membuat ku heran.”lihat nih rambut lu putih sebagian di poni”



Aku langsung menarik rambutku yang cukup gondrong kedepan dan melihat banyak helai rambut yang berubah menjadi putih, tapi hanya dibagian poni tengah kepala, karena rambutku model belah tengah. Bukan putih uban tetapi benar-benar putih cerah.”lohhh, kaga lohh… ini kenapa anjing!!” maki ku terkejut sendiri melihat rambutku



Mada mendekat kearah ku.”wah, wah… dah ga bener ini. Udah di tandai lu gas, lu ngapain tadi ego…” katanya sambil juga mengelus rambutku yang putih



Jaya juga lengsung menarik tangan kananku.”nah, ini juga tangan lu kok melepuh? Lo ngapain sih gas? Aneh-aneh mulu nih anak” timpalnya yang cukup khawatir dengan keadaan ku



“udah santai aja kali. Ini mah tadi jatuh jadi tergores” aku tidak ingin menceritakan apa yang terjadi pada teman-temanku agar mereka tidak khawatir



Tian langsung mendekat juga dan memperhatikan telapak tanganku.”udah besok kita balik aja kalau gini ceritanya, entar lu kenapa napa lagi” mereka terlihat mengkhawatirkan keadaanku. Memang sahabat terbaiklah kalian ini



Aku tidak boleh egois dan membuat rencana yang aku rancang sendiri jadi gagal karena ulahku.“lah, jangan gitu dong. Masa gara-gara masalah sepele gini doang rencana kita batal. Udah tenang aja besok udah pulih kok” ku coba untuk meyakinkan mereka lagi



“ga bisa gitu dong gas, kita juga khawatir tau sama lu” gadis ikut memperkuat ajakan tian untuk segera kembali



“udah tenang aja, besok pasti sembuh. Gini doang kecil sama gua mah. Tanya aja cowo lu” jawabku sekenanya



Jaya langsung menengahi.“yaudah terserah lu, ntar kalau mau balik bilang aja. Yang penting lu jangan aneh-aneh lagi blok. Kita yang susag ntar ditanyai ortu lo”



“iya iya santai… yaudah nyalain dah api unggunnya” saranku agar tidak terlalu fokus pada keadaanku.



Mereka bertiga langsung bergegas membangun api unggun, sedangkana aku balik ke tenda dan memijat area tangan ku yang melepuh. Sebelum masuk, aku sempat melihat perempuan di kolam tadi yang memperhatikanku dari jauh sedari awal obrolanku dengan temanku. Namun dia bergegas pergi ketika aku melihatnya.



Kami lalu berkumpul melingkar di api unggun dan membakar marsmellow yang ku bawa. Kami bercengkrama dan ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati mi instan cup juga. Tidak lama kami disitu karena memang aku dan gadis yang sudah lelah memutuskan untuk tidur di tenda masing-masing duluan. Namun ketiga temanku yang lain masih di sekitar api unggun dan ku dengar dari dalam tenda kalau mereka mau mengasah ilmu sebentar lagi. Aku sih tidak peduli dan langsung lalap dalam tidurku.



“eh, eh… kenapa ini?” aku panic saat menyadari tubuhku seolah melayang.”kenapa gelap? Ini kenapa?” semakin panik saat ku sadari sekelilingku hanya gelap gulita. Perasaan yang terlalu cemas membuatku tercekat dan sulit bernafas.



“heerrggghhh… woshh…brrgghhh” terdengar didalam gelap gulita seperti dengusan nafas binatang buas yang bisa dipastikan berukuran raksasa. Di dalam gelap ini aku hanya sanggup melihat tubuhku, dan tidak mampu melihat menembus gelap ini dari sisi manapun.



“arrgghhh…” kembali rasa denyut dan panas yang hebat di telapak tanganku.”akkhhh… arrgghhh…” rasa sakit yang luar biasa sehingga aku hanya bisa menggenggam pergelangan tangan kananku. Ingin rasanya memotong tangan ini. Sakit yang ditimbulkan luar biasa.



“bagas, bagas… kamu kenapa gas?”



“bagas?”



Tiba-tiba saja aku terbangun dari mimpi buruk yang baru saja ku alami, terasa begitu nyata. Gadis datang kedalam tendaku dan membangunkanku. Tapi, kenapa perihnya masih terasa? Kembali ku lihat telapak tanganku dan bekas melepuhnya semakin terang kemerahan seolah kembali terbakar.



Gadis mengelus punggungku yang sudah basah oleh keringat dingin.“kamu kenapa gas? Kamu ga sehat kah?” tanya nya khawatir pada ku



Aku menarik nafas panjang dan perlahan mengeluarkannya guna mengurangi rasa sakit yang masih terasa ini.”udah baik kok dis. makasih ya, untung kamu bangunin” aku tidak tau berapa lama aku akan terjebak didalam mimpi jika tidak dibangunkan oleh gadis



Gadis kemudian menarik kepalaku dan menempelkan ke dada nya dan mengelus kepalaku dengan lembut.“duhh, untung kamu ga kenapa-napa. Tadi kamu teriak erangan kesakitan gitu, tau. Aku jadi panik” keluhnya dan terus mengusap kepalaku



Aduh kalau bukan pacar sahabatku mungkin aku sudah gila sekarang. Lembut banget sih jadi perempuan kamu dis, pikirku.”ehmm, ngomong ngomong mada dan yang lain kemana?” aku juga sedikit heran kenapa gadis yang kesini bukan para sahabatku itu.



“entah, tapi kata mada tadi mereka mau belajar. Tuh di depan sana sekitar 50 meter kayaknya dari sini” jawabnya sambil menunjuk kea rah jam 11 dari arah kami.



Ku lihat jam ditanganku dan kusadari bahwa aku tertidur hampir 2 jam, dan sekarang sudah jam 10 kurang.”yaudah dis, aku ke tempat mereka dulu ya. Gaenak nih kelamaan posisi empuk gini” aku ingin menemui mereka karena tubuhku entah kenapa sudah lebih segar, juga untuk menghindari dan menyudahi acara pelukan hangat gadis ini.



Gadis pun menarik dadanya dari arah kepalaku dan melepas elusannya.”eh iya. Sorry gas abis kebawa suasana, kamu kayak lagi sakit parah tadi” jawabnya yang malu dan salah tingkah sendiri

“kamu gapapa kan ditinggal sendiri? Berani kan disini?”

“iya kamu tenang aja, yaudah aku balik ke tenda ku ya. Nanti bilang sama mada jangan kelamaan disana, nanti aku kedinginan.” Jawabnya yang membuatku malu sendiri mendengarnya hahahah dasar pasangan ngehe hahaha



Akupun menganti baju ku yang sudah basah dan berjalan ke arah yang di tunjukkan oleh gadis. Sesampainya disana aku mendapati kawan ku sedang duduk bersila seperti bersemedi di tanah dataran.



“lohh, kok?” aku terheran saat melihat aura yang menyelimuti teman-temanku itu. Kenapa aku bisa melihat nya sekarang? Ada apa ini ya. Telihat mereka terselubung aura yang masih belum cukup halus dan bergolak cukup besar.



Aku tidak ingin mengganggu mereka jadi ku putuskan untuk kembali. Di dalam tenda aku merasa cukup bosan dan tidak bisa tidur. 30 menit berlalu dan mataku masih sulit untuk dipejamkan. Karena bosan yang sangat, aku memilih untuk menyusuri dan mendaki lebih tinggi gunung ini didalam gelapnya malam.



Aku memakai sepatu ku dan langsung bergegas tanpa membawa senter atau hp untuk penerangan, karena sudah sedari tadi setelah dari air terjun aku bisa melihat dengan sangat baik dan tajam walau keadaan gelap malam, hanya diterangi cahaya bulan redup yang tidak mampu menembus ke dalam gunung ini.



Baru sekitar 50 meter aku berjalan naik, sebuah tangan menarik tanganku. Tangan halus dan lembut jadi tidak membuat ku terkejut, karena walaupun demit kalau cantik dan mulus pasti ku embat hehehe.



Perempuan yang ku lihat dikolam air terjun tadi rupanya yang memegang tanganku.”kamu mau kemana? Mau melanggar pantangan gunung ini?” tanya nya dengan wajah yang serius



Aku cukup heran, karena apa peduli nya? Toh juga kami belum kenal nama satu sama lain.”bukan urusana kamu, aku mau cari udara segar” jawabku enteng dan mencoba melepas tangannya



Namun bukannya terlepas, dia malah semakin erat menggenggam tanganku.”mau jadi jagoan terus? Masih ga takut apa-apa juga?” dia bertanya seolah sudah mengenalku lama



Aku jadi sedikit jengkel juga melihat sikapnya yang seolah sudah dekat dengan ku.“maaf, kamu memang cantik, tapi saya tidak kenal. Jadi tolong jangan ikut campur atau larang saya” masih ku coba menepis tangan halusnya



Dia juga semakin nekat, wow gadis yang menarik.”yaudah aku ikut. Nanti kamu kenapa-napa gimana? Janga selalu jadi jagoan. Berubahlah sedikit.” Ucapnya dan langsung berdiri disampingku sambil tetap menggenggam pergelangan tanganku



Haduhh dasar cewek keras kepala.”nanti kalau kamu yang kenapa-napa gimana? Lagian aku bukan jagoan, sok kenal kamu” jawabku ketus supaya dia kesal dan meninggalkanku sendiri



Bukannya menjawabku dia malah menarikku menyusuri jalan yang lebih kecil dari jalan saat naik ke lokasi keempat.”aku temani. Sudah lama rasanya” dia hanya berbicara seperti itu



Aku sebenarnya sedikit heran dengan sikapnya ini. Siapa sih dia?



Aku hanya diam dan berjalan naik terus bersamanya. Dia juga tetap menatap kedepan dan tidak melihat ke arah ku yang sedari tadi memperhatikan sikap nya yang aneh.



“kamu ini dari dulu ga pernah berubah. Masih aja sok jago. Masih aja sok pemberani” tiba-tiba dia bersuara



“mbakk, kita ini baru berjumpa. Jadi jangan sok mengenal saya seperti itu.” Aku kembali terheran dengan pernyataannya barusan. Tapi gapapa lah lagian dia cakep hehehe manatau ada kesempatan modus.



“hemm….” Cuma itu yang keluar dari mulutnya. Setelah berjalan cukup lama akhirnya kami berhenti. Memandang kebawah dengan takjub, aku merasa gunung ini indah sekali walau dalam keadaan gelap malam sekalipun.



Aku duduk di batang kayu yang sudah tumbang. Ku bersihkan sedikit lalu duduk santai disitu, wanita tadi juga duduk di sebelahku.”kamu ini siapa sih sebenarnya?” tanyaku langsung padanya



“aku? Ya memang sudah cukup lama sih, jadi wajar aja.” Ucapnya yang membuatku heran. Cukup lama apa? Dan apa yang wajar?



Tiba-tiba dia memandang kearah ku.”kamu mau dengar cerita lucu nggak?” tawarnya ingin bercerita padaku



Aku cukup tertarik karena dia ternyata tidak secuek itu.“cerita apa? Jangan bilang mau cerita horror atau mistis. Aku tidak percaya dan tidak tertarik sedikitpun” jawabku cepat



Dia tertawa kecil.“tidak. Aku tidak akan cerita hal seperti itu. Lagian aku tau kamu tidak akan percaya hal seperti itu.” Aku heran mendengar jawabannya. Kenapa dari tadi dia bertingkah seolah sudah mengenalku lama



“aku mau cerita tentang seorang bocah yang dulu sok jagoan, sok pemberani, sok hebat, dan sok lainnya. Tapi sikap sok nya itu yang membuatku mengingatnya sampai hari ini. Sampai detik ini” dia menjawab dengan mantap dan berhasil menarik perhatianku



“ya sudah, ayo ceritakan bocah sok jago itu padaku.” Ucapku dengan senyuman



“jadi dulu itu, ada bocah yang sangat sok jago sekali…”





….
 

Similar threads

Balasan
384
Dilihat
145.056
Balasan
331
Dilihat
356.753
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd