Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Anisa, hijaber yang butuh sperma (awal, part1)

wah..si annisa termasuk tipikal cewek yg punya nafsu gede......sok atuh dilanjut kisahnya
 
Wah muncul jilbaber lagi, :genit:

Cerita part-2 nya disambung aja gan, jadi dilanjutkan di thread ini, kagak usah buat thread baru. :Peace:

Em, anu gan, perasaan ane kok pernah baca ya di forum semprot ini. :ampun:

itu muklis yang lain gan, ceweknya jilbab juga tapi bukan muklis yang ini

btw kalo boleh nubi saran, kok kesannya terlaku cepat ya suhu, maaf cuma ngasih masukkan aja bukannya ada maksud lain lain

bagus ceritanya, tapi konfliknya yang ada kurang, dan anisa terkesan terlalu cepat dan terlalu gampang untuk didapatkan suhu

btw ane suka ceritanya, jangan tamat duluan dong suhu hehe
 
Sambungan

Sepulang mengantar Anisa pulang.
"Aaaah, ga kebayang, serasa mimpi jadian sama Anisa" gumam dalam hati. "Malah dapet tester duluan sebelom jadian, memang dasar beruntung kamu klis" bicara sendiri sambil menatap cermin.

*ting* suara tersebut membuyarkan lamunan saya, notifikasi HP yang menunjukuan ada pesan BBM.

Ooh, anisa.
"Muklis, kita kan udah jadian, tapi tolong yah kejadian kayak tadi jangan keulang. Aku ga mau kita terjerumus lebih dalam lagi", isi pesan yang membuat jengkel.
"Nis, maaf yah tadi aku khilaf nis". Pura-pura baik, padahal otak udah siap merencanakan yang selanjutnya dan lebih lagi.
"Yaudah kamu tidur dulu aja nis, besok kan masih ada kelas pagi kamu". Sambung lagi, serigala pun bisa berbulu domba, karna vampir aja bisa jadi anak SMA. Hehehe.

Keesokan harinya, saya memang tidak ada kelas, tapi saya tetap datang ke kampus. Biasa, pasangan baru, kangennya tuh satu jam serasa seminggu. Saya menunggu anisa di tongkrongan tempat saya biasa berkumpul, namun kali ini sepi, maklum, hari sabtu hanya beberapa kelas yang masih ada jadwal.

Lama menunggu, saya pun melihat anisa melangkah keluar gedung, langsung saya hampiri.
"Nis, kita nonton yuk, ada film bagus deh kayaknya" date pertama, ajakannya masih standar.
"Boleh deh klis, kebetulan emang udah ga ada kelas nih." jawabnya menerima ajakan.

10 menit kami tiba di depan Mall tempat kami akan nonton film. Setelah saya parkirkan motor saya, saya pun merangkul pundam anisa, namun sepertinya dia risih, karna banyak orang sepertinya. No problem, saya hargai. Sesampainya di loket tiket, kami memesan tiket film, sepertinya agak ramai, hingga kami hanya kebagian di pinggir dekat tembok, namun tidak di kursi belakang. Okay, tiket sudah di tangan, tinggal menunggu saja.

Akhirnya, pintu teater sudah di buka, kali ini saya coba menggandeng tangannya, tanpa penolakan kali ini, bahlan digenggamnya jari saya. Beeuuuh, surgaaa brooo rasanya, bisa gandengan di tempat umum dengan wanita super manis idaman kaum Adam.

Kami pun duduk, penonton lain mulai menempati kursinya. Namun, kursi yang di sebelah kami malah kosong, hingga pertunjukan berlangsung sekitar 15 menit. Sepertinya penonton di sebelah kami tidak jadi menonton, atau sentan yang membeli tiketnya untuk mendukung aksi saya. Haha.

Selagi film diputar, saya pegang tangannya, saya cium tangannya dengan lembut, dia tidak menolak. Jenuh hanya mencium, saya beranikan meletakan tangannya diatas penis saya yang tertutup celana, namun ditarik tangannya tersebut, namun yang kedua kalinya, saya letakan tangannya di atas penis saya lagi, kali ini tidak menolah, namun juga tidak aktif tangannya. Nafasnya mulai memburu, terlihat dadanya menarik nafas tidak sewajarnya.

Bosan hanya diam, saya beranikan menjalarkan tangan saya kearah payudaranya, namun saya heran, kali ini mengapa tidak ada perlawanan. Bahkan, ketika saya membuka kancing kemejanya, dia malah menyandatkan kepalanya di bahu saya. Dalam hati, berasa lewat tol nih. Lalu saya susupkan tangan saya, melewati baju dalamannya, dan menerobos ke bra yang dipakainya. Beuh, kenyal broo. Semakin lama, semakin terasa nafasnya kian memburu, namun sayang, film yang diputar hampir selesai. Akhirnya dia merapihkan pakaiannya, dan kami pun keluar ruang teater karena film pun sudah selesai.

Di jalan menuju parkiran, saya bertanya.
"Nis, mau kemana lagi? Atau langsung pulang?" basa basi terlebih dahulu untuk meyakinkan bahwa pacar saya nyaman.
"Terserah kamu aja deh, aku ikut aja kemanapun, tapi jangan pulang". Jawab anisa yang sembari mulai menggandeng tangan saya tanpa malu lagi.
Dalam hati, ini pasti sudah pasrah dan mulai menikmati.

Akhirnya, saya kemudikan motor saya kearah kostan saya, dengan alasan mau ambil helm dulu, biar aman jalan-jalannya. Dia pun tidak protes ataupun curiga. Sesampainya di kostan, saya parkirkan motor saya, namun anisa tidak mau masuk kamar saya.

"Nis, bentar yah, aku mau kirim e-mail ke dosen dulu." alasan biar dia mau masuk kamar kost saya karena mungkin akan agak lama. Dan benar saja, anisa pun masuk ke dalam kamar saya, namun seperti sebelumnya, dia hanya berdiri depan pintu, melihat saya yang pura-pura sibuk gunakan laptop.

Setelah laptop saya matikan, saya hampiri anisa, saya belai pipinya yang tidak tertutup jilbab, dia diam saja. Dan langsung saja saya kecup bibirnya, tanpa perlawanan dan tanpa reaksi. Saya mulai peluk tubuhnya, dan tangan saya menjalar ke arah pahanya dan mulai meremas. Alhasil, dia membalas ciuman, dan kami berpagutan cukup mesra.

Sekarang serangan saya kembali ke arah payudaranya yang sedari tadi saya garam di bioskop. Saya buka kancing kemejanya satu persatu, dia tidak menolak, bahkan nafasnya kian memburu. Ketika terbuka semua, saya pun menanggalkan kemejanya, kemudian saya buka jilbabnya, berhasil. Akhirnya, saya dapat melihat seluruh wajahnya tanpa penutup. Ternyata dia tidak manis seperti yang saya bilang, tapi dia sangat amat manis, bahkan juga cantik, rambut panjang sepunggung dan agak bergelombang. Kemudian saya loloskan juga baju dalamnya melalui lehernya, hanya tinggal bra ungu di bagian atas tubuhnya. Dia seakan menutupi bagian yang terbuka dengan tangannya, namun saya hadang
"Kenapa harus ditutup? Ini sangat indah sayang." rayuan buaya amatir meyakinkan mangsanya.
Kemudian tangan saya memeluknya, dan mengarah ke pengait bra di belakang tubuhnya.
"Aku buka yah bra kamu?" tanpa penolakan namun juga tanpa jawaban, akhirnya terbuka dan memperlihatkan payudara yang kencang. Putingnya masih bersembunyi, tanda bahwa memang tidak pernah dijamah, 32B, itulah ukurannya. Area putingnya pun kecil dan berwarna cerah.
Kemudian, agar dia tidak merasa canggung, saya pun melepas kaos saya, kemudian memeluknya. Cukup lama, yang saya tau bahwa berpelukan adalah cara efektif untuk memberikan rasa nyaman. Yap, benar, anisa pun memeluk saya dengan erat tanpa canggung lagi walaupun tubuhnya yang biasa tertutup kini bersentuhan kulit dengan kulit. Dia seperti canggung, tanpa berkata apapun, dan saya pun sibuk menikmatinya, jadi saya pun yidak bersuara.

Tidak sampai disitu, saya mencoba membuka celana panjang yang dipakainya, berhasil, lolos tanpa perlawanan. Saya pun memberanikan tangan saya menyelinap ke dalam celana dalamnya, namun kali ini tangannya memegang tangan saya, namun tidak ditarik, melainkan hanya menahannya. Dan tangan saya pun berhasil menyentuh lembah yang sudah cukup lembab dengan bulu halus yang masih jarang. Basah, hangan dan lengket, itu yang saya rasakan. Dan saya pun mulai menggesekan jari saya disana sambil tetap berdiri, anisa pun menggelinjang, namun tetap memeluk saya, bahkan semakin erat.

Dan ketika saya rasa cukup, saya sudahi permainan jari saya di dalam sana. Namun ketika saya hendak menurunkan penutup terakhir dari tubuhnya, dia menolak dan hendak menjauh. Saya pun menghormatinya, saya tidak memaksa. Masih dalam keadaan berdiri, saya peluk kembali tubuhnya dan kami berpagutan kembali. Sekitar 12 menitan kami berciuman dan saya terus menjamah payudara dan bagian vaginanya tanpa melepas celana dalamnya. Lelah berdiri, saya tuntun anisa ke kasur saya, sambil bersandar, kami lanjutkan menciumnya kembali sambil melepas celana sekaligus celana dalam saya. Saya pun membimbibg tangan anisa untuk meremas penis saya. Sejurus kemudian, saya bimbing kepalanya untuk mengulum penis saya. Cukup lama, sekitar 5 menit dia mengulum sambil kepalanya saya maju mundurkan. Kemudian kami berciuman lagi sambil tangannya mengocok penis saya.

Kemudian saya coba lagi untuk membuka celana dalamnya tersebut. Dan, berhasil. Kami telanjang bulat tanpa halangan apapun. Saya lebarkan kedua kakinya, dan menempatkan tubuh saya di antara selangkangannya. Kemudian anisa berbisik,
"Kamu yakin? Apa bisa kamu bertanggung jawab bila terjadi yang diluar dugaan?" tanya anisa padaku dengan wajah pasrah.
"Diminta menikahi kamu bulan depan pun aku siap." saya pun mencoba meyakinkan anisa dambil menggesekan penis saya diantara lubang vaginanya.

Kemudian anisa memejamkan mata seraya penis saya menyeruah masuk, namun agak sulit, karena ada rasa tidak tega juga merenggut kegadisan anisa. Sempat ingin urungkan niat, namun anisa memegang tangan saya, seperti menahan saya.
"Nis, apa kamu percaya sama aku untuk hal ini?" pertanyaan bodoh yang seakan dapat bisikan dari malaikat.
"Sudah terlanjur, berhenti pun tak ada guna, karna semua sudah kita nikmati. Asalkan kamu yakin siap bersama aku untuk sampai menikah klis", jawabnya yang entah mengapa seperti sangat pasrah.

Aku pun mencoba lagi, kali ini sambil berciuman, dengan santai, perlahan kepala penis saya pun sudah masuk, terlihat raut wajah anisa menahan sesuatu dan tangannya mulai kaku memeluk tubuh saya. Perlahan sekali saya majukan penis saya, makin erat pelukan anisa. Sudah 3/4 penis saya masuk, namun kali ini saya diamkan. Hingga anisa memandang saya, melepaskan ciuman dan menggigit bibir, kemudian dia menganggukan kepalanya, pertanda sudah siap. Dengan sedikit tenaga tambahan, saya dorong penis saya hingga masuk seluruhnya. Kami pun berpelukan, serasa vagina anisa berkedut, air mata terlihat sedikit menetes, namun anisa kini mencium pipi saya. Dan saya pun mulai memaju mundurkan penis saya di dalam vagina anisa, darah segar pun tercium di dalam kamar kost saya. Anisa pun memberikan tanda untuk beristirahat sejenak. Dia pun melangkah ke kamar mandi di dalam kamar saya. Dan saya hanya termangu menatap langit-langit kamar saya, seakan tidak percaya.

Anisa pun kembali dari kamar mandi. Ya, tanpa busana. Dan dia tersenyum kepada saya, sambil mengelap penis saya yang ada bercak darah dengan tisu basah. Namun saya tetap terdiam. Kemudian, hal tak terduga terjadi, anisa menaiki tubuh saya, memposisikan penis saya di depan lubang vaginanya. Kemudian menganggukan kepalanya lagi. Entah setan apa yang kini masuk ke dalam pikiran saya, seperti sudah mahir, saya menggenjot vagina anisa dari bawah dengan tempo cepat dan konsisten. Anisa pun seperti tidak kuat menahan hingga ambruk memeluk tubuh saya, namun saya tetap menggenjot. Saya rasakan anisa memberi tanda untuk berhenti, lalu saya hentikan. Vaginanya berkedut, tangannya memeluk erat, dan seperti ada yang meleleh keluar. Aaaah, anisa pun melemas. Namun kini giliran saya yang mencari kenikmatan, saya ganti posisinya. Anisa saya paksa nungging dengan badannya yabg masih lemas, dan saya pun menggenjot kembali tubuhnya dengan gaya dogystyle. Yap, benar saja, tidak sampai 5 menit saya pun sampai, kami pun ambruk di atas kasur. Dan kami kembali berpelukan dan berciuman. Hingga saat penis saya tegang kembali, kami melanjutkannya hingga 3 ronde lagi, tapi tetap tanpa berbicara, hanya saling memberi tanda. Namun sayang, waktu tidak cukup, kini tak terasa waktu menunjukan pukur 20.00, waktunya mengantar anisa pulang.

Dan sepanjang perjalanan, anisa memeluk saya dengan sangat erat, seakan tidak ingin melepaskan saya, hingga saya merasa sedikit sesak. Namun sedikit ada yang aneh di punggung saya, namun konsentrasi saya harus tetap ke jalanan. Sesampainya di depan rumahnya yang memang kawasan sepi, anisa pun berdiri di hadapan saya, dan membuka beberapa kancing kemejanya, dan astagaa, dia tidak memakai kembali bra dan kaos dalamnya. Saya pun terkejut dan kemudian tersenyum. Anisa pun memasuki rumahnya.

Selesai

mantep suhu.. jd pengeen...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd