Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Apa yang kita cari? (Perjalanan mencari jati diriku)

PERGI


"Mas Alam, bangun, sudah pagi". Setengah terjaga aku mendengar suara lembut ibu membangunkan aku. Hanya ibu, kakek- nenek dari ibu yang memanggil nama depan ku itu.

"Huaahhhemm, Sudah pagi ya bu?". Aku menguap kemudian menggeser kepala ke pangkuan ibu yang duduk di pinggir kasur. "Eh, anak ibu udah besar kok masih aja manja" ibu menggodaku dengan tangannya mengelus elus rambutku. Aku suka sekali ketika ibu melakukan itu.

"Gapapa dong Bu, lagian kan besok besok aku udah gabisa kayak gini lagi". Dengan mata yang masih terpejam aku mengobrol dengan ibu. Rasanya malas sekali beranjak dari posisi seperti ini.
"Iya deh terserah mas alam saja, tapi ingat ya mas, kalau sudah di sana jangan lupa tujuan mas, belajar yang rajin, sering sering bantu orang, kalau tidak secara materi. Bisa pakai tenaga kan? Ibu sudah tidak bisa mengawasi dan mengingatkan mas alam ketika mas salah jalan. Itu saja pesan ibu. Ibu gabisa ngasih apa apa selain nasehat mas". Panjang lebar ibu menasehatiku.

Ku tatap kedua mata ibu. Terlihat sekuat tenaga ibu menahan tangisnya. Begitu juga denganku.
Aku kemudian memeluk ibu, namun tangisku tidak tertahankan lagi ketika aku memeluk beliau. Berat sekali meninggalkan ibu dirumah ini bersama bapak. "Tidak Bu, cukup ibu merestui kepergian ku itu jauh lebih berharga dari apapun". Ucapku sesenggukan.

"Ssstt. Iya, ibu merestui kepergianmu mas, Sudah ya nangisnya. Mandi gih terus sarapan. Makanannya udah ibu siapin di dapur". Aku pun melepas pelukan ibu dan berjalan keluar kamar. Kuambil handuk yang tergantung di jemuran samping rumah kemudian menuju kamar mandi.

-====================-
Setelah sarapan dengan lauk ikan laut dengan sayur terong bakar sambal terasi. Aku dibantu ibu mengecek barang barang yang akan kubawa. Beberapa baju, ijazah SMA, beberapa peralatan mandi, dan ATM yang berisi uang tunjangan hidup hasil beasiswa ku.

Beasiswa ini kudapatkan karena dulu aku adalah siswa berprestasi di sekolahku. Tujuh kali mengikuti olimpiade ekonomi. 4 kali aku juara pertama dan 1 kali juara kedua dan 1 kali juara ketiga dan 1 kali berujung nihil. Kesemua olimpiade tersebut bertingkat nasional, atau diikuti oleh siswa seluruh Indonesia. Itulah mengapa universitas Garuda Muda tertarik memberiku beasiswa.


Setelah dipastikan tidak ada yang tertinggal aku pamit kepada ibu untuk berangkat. Ibu melepasku dengan senyuman terbaik nya.

Aku pun mengendarai siblack sepeda motor yang ku beli 2 Minggu yang lalu setelah mendapat pemberitahuan beasiswa ku. Aku menuju rumah kakek nenekku untuk pamit sebelum menuju stasiun dengan menggunakan ojek panggilan.

Rata rata mata pencaharian penduduk kampung ku adalah Nelayan. Maka tak heran pagi pagi seperti ini Terlihat beberapa laki laki dewasa berangkat menuju pantai untuk menjala ikan.


Setelah memasuki pekarangan rumah kakek. Kuhentikan motorku. "Mas alam sudah mau berangkat ya?". Tanya nenekku yang sedang menyirami tanaman herbal nya. "Iya nek, mohon doa restu nya". Ucapku ketika berdiri disamping nenek dan mencium tangannya. "Kakekmu di belakang rumah sedang memberi makan ayam". Setelah cium tangan dengan nenek aku pun menuju belakang rumah untuk pamitan kepada kakek.

Kakekku merupakan tetua kampung yang disegani oleh seluruh penduduk. Kegiatan sehari hari yang dilakukan kakek hanyalah duduk di balkon rumah, memberi makan ayam, menerima tamu ketika mereka meminta nasehat, atau mengobati orang orang kampung yang sedang sakit. Seminggu 2 kali kakekku mengajar ilmu bela diri asli dari daerahku yang telah diajarkan turun temurun. Sedangkan khusus aku, aku selalu diajari oleh kakek setiap aku berkunjung kerumahnya.

Dirumah ini kakek tinggal bersama nenek dan pakde Sujono, kakak dari ibuku. Pakde Sujono adalah seorang duda yang tidak dikaruniai anak. Istrinya meninggal ketika aku masih duduk di bangku SMP. Meninggal tanpa menderita penyakit atau penyebab lainnya.

"Kek, alam mau berangkat dulu kek". Pamit ku sambil menangkap salah satu ayam yang lari jauh dari jangkauan kakek. "Mas, sini dulu". Panggil kakek.

"Lakukan apapun yang membuat mas alam berkembang menjadi pribadi yang baik, jangan takut membuat kesalahan, jangan takut gagal. Takutlah ketika mas alam tidak pernah gagal, karena jika seumur hidup mas alam selalu berhasil tanpa melalui kegagalan. Itu akan membuat mas alam mudah menyerah ketika mengalami kesulitan, lakukan kegagalan sebanyak banyaknya. Habiskan jatah kegagalan mas alam semasa muda, Sehingga ketika mas alam menghadapi dunia sesungguhnya. Yang tersisa hanyalah keberhasilan keberhasilan yang menunggu. Ingat juga, bahwa di dunia ini semua hal diciptakan berpasang pasang. Kakek berpasangan dengan nenekmu. Siang dan malam. Besar dan kecil. Begitu pula kegagalan dan keberhasilan. Semua sudah diciptakan sesuai porsi nya masing masing. Tidak kurang tidak lebih". Kakek menasehati aku sambil masih mencampur makanan ayam.
Akupun mengangguk anggukkan kepala tanda memahami kalimat kalimat kakek

"Dan jika suatu hari nanti, mas alam merasa mencapai batas dan dalam kebingungan. Jangan tergesa gesa, jangan panik. Karena tidak semua hal harus diselesaikan pada waktu itu juga. Tidak semua hal juga harus mas alam pahami pada waktu itu". Lanjut kakek.

"Baiklah kek, akan aku ingat nasehat kakek dengan baik. Doakan semoga alam kembali dengan membawa kesuksesan yang membahagiakan". Ucapku meminta restu.
"Mas alam kembali dengan kelulusan dan dalam keadaan sehat saja kakek sudah bahagia. Ya sudah kamu berangkat sekarang. Sepeda motormu kamu tinggal disini. Nanti kakek suruh pakdemu memaket kan sepeda motormu ke kota".
"Pakde kemana kek?". Tanyaku. "Pakdemu pergi ke pasar, membeli keperluan rumah. Kalau mas alam menunggu pakde, akan ketinggalan kereta nanti". Jawab kakek. Kemudian aku dan kakek bersama sama menuju ke halaman rumah untuk melepas kepergian ku.

Kami berdua duduk di balkon rumah sambil menunggu ojek datang. Dari dalam rumah nenek keluar membawa nampan yang diatasnya terdapat dua cangkir kopi. "Ini, ngopi dulu biar nanti tidak ngantuk. Nenek mau melanjutkan masak air di dapur". Saran nenek kepadaku.
Kemudian nenek masuk kembali ke dapur Akupun mencecap kopi yang tidak terlalu panas ini. Setelah itu aku menyulut rokok dengan korek milik kakek.

Sebenarnya aku membawa korek sendiri, tapi aku lebih suka korek milik kakek, kakek membuat korek apinya sendiri dengan bahan bahan yang beliau beli di pandai besi. Korek api kakek terbuat dari besi berbentuk kotak dengan isian minyak tanah bersumbu kapas lengkap dengan batu koreknya. Seperti korek Zippo, tapi ini antik dan buatan kakek sendiri.


Korek api milik kakek.

Aku merasa keren ketika menggunakannya. Setelah rokokku menyala aku menghisapnya dalam dalam. Kami berdua tenggelam dalam lamunan masing masing.

"Kalau mas alam mau, korek milik kakek buat mas alam saja, kakek masih punya satu. Yang biasa dipakai nenekmu di dapur". Ucap kakek sambil mengulurkan korek api kepadaku. Dengan senang hati aku menerimanya. "Terima kasih kek. Tapi ini harus diisi menggunakan minyak tanah saja ya kek?". Tanyaku.

"Bisa diisi dengan minyak gas yang digunakan di korek api zaman sekarang". Akupun memasukkan korek api pemberian kakek ke dalam saku ku.


Tak lama kemudian datanglah ojek panggilan yang telah dipesankan oleh pakde. Akupun segera naik keatas sepeda motor dan menuju ke stasiun.

'universitas Garuda muda. Aku dataaanngg' batinku bersemangat. Semangatku bergejolak. Gejolaknya sampai menguap uap.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd