Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA AW - Black Kapatuli

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Numpang nitip sendal hu, kayaknya bagus... Lanjutkan hu
jangan lupa naruh sendal pada tempatnya suhu hehe

Seru nih, lanjut suhu
trims suhu

cerita action yang baru lagi, harus tamat pokoknya
nubie usahakan sampai tamat suhu

Ikut tebar benih dimari. Lanjutkan, ini keren
silahkan suhu, jangan lupa benihnya dibersihkan kalo sudah selesai hehe

Ceritanya seruuu, semoga lanjut sampai tamat
Semoga lanjut sampai tamat... Ku tunggu episode selanjutnya

nubie usahakan sampai tamat suhu
 
CHAPTER – 3



Salah satu tangan kanan Pak Raharjo sedang berjalan menuju ke ruangan inti dari gedung ini. Adalah ruangan yang mengatur segala macam system yang di miliki oleh perusahaan besar Raharjo grup. Anak perusahaan Raharjo grup, perusahaan security system yang bekerjasama dengan pemerintahan untuk keamanan negara.

“Siang boss !” Melihat kedatangannya, salah satu petugas keamanan yang berjaga di depan pintu masuk langsung menyapa.

“Ya.” Balas pria bernama Barak yang adalah bertanggung jawab penuh atas anak perusahaan ini.

Tanpa menunggu lama, pria bernama Barak segera masuk ke dalam.

Dalam ruangan, terdapat banyak komputer dengan tenaga-tenaga ahli di bidang IT sedang fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Beberapa bagian di pisahkan oleh sekat-sekat dan bertuliskan divisi masing-masing. Ada bagian yang khusus memonitoring jalannya CCTV di setiap sudut jalan yang connecting dengan system kepolisian negara ini. Ada juga bagian pertahanan dari serangan hacker dalam dan luar negeri. Dan banyak lagi.

Otak dari semua system di perusahaan berada di tempat ini.

Moris bagian yang bertanggung jawab di ruangan ini menghampiri Barak.

“Pagi bos,”

“Gimana Moris, sudah kerjakan perintah dari saya?”

“Sudah bos, ini sedang kami kerjakan.” Balas Moris menjelaskan jika dirinya bersama tim Eagle Eyes melakukan pencarian menggunakan program CCTV miliknya. Pencarian di lakukan untuk menemukan seseorang hanya bermodalkan foto yang di ambil dari footage CCTV sebuah appertemen.

Setelah mengobrol dan menjelaskan beberapa hal, seseorang menyela terhadap Moris dan Barak.

“Pak Moris!”

“Ya,” Moris menolehkan kepala kepada yang memanggil.

“Target dua jam yang lalu baru saja melewati jalan setapak 42, daerah BCC”

“Shit ! Bos, ayo kita kesana.” Ajak Moris pada Barak.



Moris berdiri di tengah-tengah ruang divisi Eagle Eyes, matanya melihat ke beberapa monitor komputer bergantian. “Coba scanning daerah situ,” tunjuk Moris di salah satu monitor berbicara kepada timnya.

Orang yang di maksud mulai bekerja, jari-jarinya mengetik lincah di keyboard. Layar monitor menampilkan applikasi pencarian yang terlihat seperti hologram dengan pergerakan angka-angka yang tidak beraturan. Di sudut kanan monitor menampilkan foto 3 dimensi menyerupai wajah seseorang yang belum jelas penampakannya.

Gambar kepala bergerak memutar lalu ke atas, ke bawah kemudian kembali berputar dengan garis-garis scanner berwarna merah dan biru menyelimuti, mengikuti garis tiap lekuk gambar kepala tersebut.

Berulang kali mesin pencarian bekerja dengan cepat. Hingga di satu titik, terdengar suara ‘BIP’ menandakan mesin sedang menemukan target serupa dengan penilaian 80%.

“Sepertinya itu targetnya.” Kata Moris menunjuk ke layar monitor. Sosok pria menggunakan topi berjalan di keramaian.

“Coba di Zoom” kata Barak ikut fokus melihat ke arah monitor yang sama.



“Benar.. Itu dia” 10 detik kemudian, senyum menyeringai terlihat di wajah Barak. Orang yang sedang mereka cari akhirnya di temukan di suatu daerah yang terletak di pinggiran kota.

Barak mulai merasa senang. Mulai merasa menang satu langkah dari Merdin. “Tangkap dia, dan bawa kesini dalam keadaan hidup-hidup” kata Barak berikutnya.

“Siap 86 bos”



-000-



Malam hari.

Aksan berjalan menyusuri daerah persawahan menggunakan hoddie menutup kepala. Kewaspadaannya terhadap apapun tetap terpasang, juga menajamkan segala indera dalam dirinya.

Pekerjaan yang baru pertama di dapatkan kemarin telah Aksan tinggalkan, di karenakan kejadian malam itu yang mengharuskan Aksan menjauh dari tempat tersebut. Mengingat Aksan adalah Buronan International, maka jauh lebih baik tidak berurusan dengan pihak yang berwajib di negara ini.

Beberapa hari ini setelah kejadian malam itu. Aksan memilih untuk bersembunyi di daerah pinggiran. Setelah sekian lama berjalan, akhirnya Aksan menemukan tempat yang paling pas untuk tinggal sementara. Adalah sebuah pondok di tengah hutan.

Langkah demi langkah menyusuri sawah, pepohonan serta kegelapan menemani. Hingga tibalah Aksan di depan sebuah hutan. Pondok tempatnya tinggal berada 1 kilo ke dalam lagi. Bukan hal sulit bagi Aksan untuk berjalan sejauh ini. Kaki, tangan dan segala yang di milikinya telah terlatih sejak dulu. Bahkan Aksan sendiri tak lagi mempunyai rasa takut.

Saat ingin memasuki hutan, Aksan merasakan ada keanehan.

Beberapa dedaunan kelihatan aneh. Aura berbahaya di rasakan sekujur tubuh Aksan. Aksan melihat ke bawah, terdapat beberapa jejak di tanah seperti kendaraan yang baru saja melewati daerah tersebut.

“Ada yang masuk ke tempat ini” Pikir Aksan dalam hati. Maka Aksan memasang kewaspadaan penuh, langkahnya sangat pelan dan pandangannya fokus ke berbagai arah bergantian.



-000-



Beberapa saat sebelumnya. Dua mobil VAN berwarna hitam memasuki daerah yang sepi penduduk. Dengan bantuan GPS yang telah di atur, menunjukkan sebuah titik keberadaan target pencarian mereka.

Tiba di tujuan, kedua mobil tersebut mematikan lampu dan berjalan masuk lebih dalam ke hutan yang tak berpenghuni itu. Salah satu mobil berhenti di awal, dan di ikuti oleh mobil lainnya. Beberapa orang berpakaian hitam lengkap anti peluru, helm, masker dan senjata berpeluru karet keluar dari mobil.

Pemimpin dari pergerakan ini, adalah Anton. Dia ketua regu tim Alpa yang cukup terlatih selama ini. Juga adalah lulusan dari pasukan khusus prajurit Bimasantara.

Anton memberikan arahan kepada tim dengan menggunakan tangan untuk berpencar. Di hadapan mereka sebuah pondok tua, dan kemungkinan target berada di dalam. Anton mengingat jelas pesan dari Barak agar target cukup di lumpuhkan saja, dan membawakan kepadanya dalam keadaan hidup-hidup.

“Kalian berdua ke arah belakang.” Kata Anton memberikan arahan kepada tim yang tersisa. “Dan kalian bertiga ikut bersama saya ke dalam.”

“Baik bos!”

Suara-suara hewan liar mulai terdengar. Mereka melangkah ke dalam pondok sepelan mungkin, jangan sampai menimbulkan bunyi yang dapat berakibat si target langsung kabur sebelum terjadi penyergapan.

Anton dan ketiga tim-nya berjalan pelan. Moncong senjata mereka menghadap ke depan, jari telunjuk bersiap-siap untuk menarik pelatuk jika saja target tiba-tiba kabur atau melakukan penyerangan secara mendadak.

Anton terlihat fokus mendengarkan apakah ada pergerakan atau suara dari dalam. Namun sejauh ini tak ada tanda-tanda kehidupan. Anton melangkah semakin mendekat, menaiki anak tangga satu persatu tanpa menimbulkan suara. Setibanya di depan pintu, tanpa bertanya Anton segera menendang daun pintu yang terbuat dari papan yang sudah usang. Brak ! Pintu terbuka, dan Anton segera mengarahkan moncong senjata ke dalam.

Tak ada siapa-siapa di dalam. Anton berjalan ke dalam, mendapati sebuah dipan tua beralaskan kardus bekas. Beberapa pakaian tergantung di dinding, dan beberapa baju di ikat menjadi satu untuk di jadikan bantal oleh pemilik pondok ini.

Ukuran pondok ini sangat kecil. Bahkan posisi Anton berdiri dapat melihat keseluruhan ruangan, dan benar tak adanya siapapun di dalam. Anton menghela nafas lalu memberikan aba-aba kepada tim yang masih berdiri di luar untuk pergi dari tempat ini.

Anton berjalan keluar, saat tiba di pintu ia di kejutkan oleh suara tembakan lalu di lanjutkan suara teriakan seseorang tak jauh dari mereka.

“Ada serangaaaannnnn !”

“Bangsat !” Anton beserta ketiga timnya berlari ke arah suara itu.

.

.

Sebelumnya...

Dua orang yang berjalan ke arah belakang pondok, tiba-tiba di kejutkan oleh sepasang mata yang secara tiba-tiba muncul di hadapannya. Dengan sigap keduanya mengarahkan senjata itu ke depan. Ceklek !

Nihil ! sepasang mata tak lagi terlihat, dan mereka terkejut berharap bukan hantu yang mereka lihat barusan. Saat salah satu dari mereka ingin berbalik ke belakang. Sebuah bogem bersarang di wajahnya.

Bug ! pria itu terdorong ke samping, dengan rasa sakit di pipi. Temannya melihat kejadian itu, pun mulai memberikan serangan dengan menendang. Tendangannya hanya menghantam angin saja, karena ia tak mendapati siapapun di tempat itu.

“Lo gak apa-apa bro?” terdengar samar-samar suara dari balik masker, sambil membantu kawan yang terkena serangan tiba-tiba tadi, kedua mata tetap fokus untuk mencari keberadaan si penyerang tadi.

“Gak apa-apa, mending kita ngasih tau si bos kalo ada yang menyerang.”

“Wait !” belum sempat berbalik ke samping, sebuah sepak kaki kanan mengarah ke kepalanya. Bugh ! lalu dua pukulan tak terlihat mulai menyerang di dada orang satunya lagi. Bugh ! Bugh !

Belum sempat berfikir, tiba-tiba tubuh orang yang terjatuh akibat terkena sepak kaki barusan terasa ada yang menahan. “Sia-“ BAM ! sebuah pukulan keras telak menghantam di wajah, hingga membuatnya tak sadarkan diri.

Teman satunya yang tersisa, mulai mengarahkan senjata dan menembak.

Door ! gerakan si penyerang begitu cepat, hingga membuat peluru karet yang di tembakkan hanya mengenai sebuah pohon tak jauh dari tempat itu. Ketika jarinya ingin menarik pelatuk kembali, lengannya tertahan dan terasa terputar. Kemudian gerakan cepat menghantam di dada, pipi, kemudian di akhiri oleh sebuah tendangan keras tepat di depan wajahnya. BAMM ! orang kedua pun terkapar tak sadarkan diri.



Tiga orang lainnya mendengar suara tembakan mulai berjalan. Mereka terkejut mendapati kedua kawannya terkapar, lalu satu persatu mulai berpencar.

“Ada serangaaaaaannn !” tak pikir lama, salah satu dari mereka teriak untuk memanggil tim lainnya yang masih berpencar. Percuma saja! rupanya beberapa saat kawannya yang lain belum datang karena sibuk melayani serangan yang datang secara tiba-tiba.

.

.

Aksan yang mengetahui ada beberapa orang mendatangi tempat persembunyiannya mulai bergerak secara senyap. Mendapati ada dua orang yang tak jauh dari posisinya berada, pun mulai bergerak dengan memberikan serangan secara tiba-tiba.

“Siapa yang di serang???”

Bugh ! Bugh ! Aksan memberikan dua pukulan kepada salah satunya. Kemudian mulai menjauh. Aksan sangat menguasai tempat ini, maka dia pun mencari spot yang dapat memanipulasi mereka. Di tunjang oleh pakaian serba hitam yang ia gunakan malam ini maka Aksan tak terlihat.

Aksan melihat dua orang lainnya berjalan ke arahnya. Seringaian terlihat jelas di wajah Aksan sebelum ia bergerak cepat memutar arah ke samping. Jejak langkah Aksan tak terdengar, seperti sangat ahli dalam penyerangan secara gerilya. Lalu saat sudah dekat ke orang sisi kiri, Aksan mulai memberikan serangan mengejutkan. Lengan Aksan memegang leher dari belakang, lalu menghantam wajah dari samping. Dan di akhiri dengan tendangan di dada ketika orang yang di hajar olehnya sempat berbalik.

Berikutnya, Aksan berjalan cepat menghampiri orang satunya lagi. Terjadi serangan balik, rupanya lawan Aksan menyadari kedatangan seseorang dari belakang. Mengeluarkan sebuah belati, dan menyerang Aksan secara cepat. Aksan menunduk saat pisau bergerak cepat ke arahnya.

Aksan lalu menyepak kaki lawan hingga terjatuh. Aksan lalu melompat, memberikan sebuah hantaman lutut di dada. Namun Aksan mendapat serangan sundulan lutut di belakangnya.

Bugh ! ada seseorang yang datang membantu. Aksan dengan cepat berguling dan mengambil jarak.

Dua lawan satu.

Aksan maju menyerang duluan. Sebuah pukulan jab kanan berhasil Aksan hindari, lalu sebuah tendangan dari samping pun berhasil Aksan hindari dengan cara menggerakkan badan ke arah lainnya. Aksan dengan cepat memberikan serangan balasan, kombinasi dua pukulan di sertai tendangan ke orang pertama. Bugh ! Bugh ! berikutnya, Aksan pun menunduk ketika datang serangan dari sisi lain. Berdiri setengah badan, Aksan memberikan dua pukulan ke dada si penyerang. Lalu Aksan menyundul dagu dengan sikunya. Bugh !

Tiga orang pertama tumbang. Aksan lalu maju lebih jauh. Dan berputar arah menuju ke belakang pondok. Aksan mendapati dua orang lainnya berada di situ. Tak butuh lama, Aksan memberikan serangan yang tak terhindarkan oleh ke dua orang itu.

Bugh ! Bugh !

Bam ! Bam !

Dua orang tumbang. Aksan melihat ada tiga orang datang ke tempat itu. Aksan lalu berjalan menjauh dan memperhatikan gerak gerik ketiganya.

Mendengar mereka bertiga meminta bantuan. Aksan berlari dengan cepat ke arah lain. Dua orang berada di sisi kiri dekat dari pohon besar, Aksan melumpuhkan keduanya dengan sangat cepat. Kombinasi pukulan dan tendangan Aksan lakukan. Tanpa memberikan ampun, Aksan ingin menghabisi nyawa mereka. Namun, apa yang terjadi berikutnya membuat niat Aksan batal. Sebuah peluru hampir saja merenggut nyawa Aksan, menurutnya. Namun Aksan tersadar jika peluru yang mengenai lengan kirinya adalah peluru karet.

What happend? Kenapa mereka hanya membawa peluru karet? Pikir Aksan bertanya-tanya.

Apakah mereka menginginkan Aksan hidup-hidup?

Demi mencari tahu pertanyaan dalam pikirannya. Maka Aksan harus melumpuhkan semuanya dan bertanya kepada salah satu dari mereka.

Satu persatu telah di lumpuhkan oleh Aksan. Bahkan ketiga orang sebelumnya, pun telah Aksan lumpuhkan dengan mudahnya. Tersisa satu orang saja yang menurut Aksan adalah pemimpin dari penyerangan ini. Karena sejak tadi, Aksan melihat orang itu lah yang selalu memberikan aba-aba kepada yang lainnya.

“Helo ! rupanya anda tangguh juga,” ujar si pria kepada Aksan ketika telah menunjukkan diri.

Aksan diam saja. Tak ingin berlama-lama, maka Aksan pun menyerang lebih dulu.

Pria dihadapan Aksan segera bereaksi ketika melihat serangan dari Aksan. Berhasil menghindar, ia pun mengambil posisi jarak agak menjauh dari Aksan. Ia lalu memasang kuda-kuda untuk bersiap-siap bertarung.

“Haha ! KRAV MAGA... oke,” katanya kembali.

Aksan diam saja. Lawannya balik memberikan serangan. Gerakannya cukup cepat, namun Aksan untuk saat ini masih memilih bertahan dengan cara memblock semua serangan yang datang padanya.

Tak berhasil. Lawan Aksan lalu melompat, dan melayangkan tendangan kaki kanan. Lompatanya mengarah ke Aksan dengan gerakan yang begitu cepat. Namun Aksan pun cukup cepat bereaksi. Dia mengelak dengan cara ikut berlompat menjauh.

Pukulan Hook kanan. Aksan menunduk, dan saat ingin memberikan serangan balasan dengan tangan kanan. Lawannya pun mengelak dengan memiringkan tubuhnya ke samping. Selanjutnya lawan memberikan tendangan dari samping. Tendangan pertama, di tepis oleh Aksan. Dan tendangan kedua, berhasil mengenai bahu kiri. BUGH !

Aksan sedikit bergeser ke samping.

Aksan lalu memberikan serangan balasan, dengan sundulan siku ke bagian dada lawan.

BUGH!

Bergeser sedikit, lawannya mulai menyerang lagi. Satu tendangan kaki kanan, Aksan block dengan lengan kanan yang telah di tekuk sebatas perut ke dada. Tak sampai di situ dia pun melakukan tendangan menyilang dari dua sisi. Namun Aksan cukup mudah mengelak, dengan cara meliukkan badan ke samping kiri lalu berganti ke samping kanan.

Lawannya berjongkok namun sepertinya Aksan lebih cepat bergerak maju. TAPP ! Lengan kanannya Aksan cengkram kuat dan menariknya dengan sekuat-kuatnya, dan dengan bantuan punggung, tubuh si lawan mulai ter tarik lalu terbanting ke depan.

Tak hanya sampai di situ, Aksan bergerak, merengsek ke depan. Hingga posisi lawannya itu mulai terdesak.

Jab, Hook! Uppercut, semua Aksan berikan dengan cara kombinasi gerak cepat ke kepala, dada maupun perut. Bugh! Satu terkena di wajah, dan pukulan tangan kiri sempat di block oleh si lawan.

Aksan bergerak makin memepetnya. Dan memberikan hantaman elbow ke wajah samping.

Aksan lalu melompat setinggi-tingginya, melayangkan tendangan terputar ke arahnya. WUSHHH!!! Lawannya menunduk, namun rupanya dia tak membaca gerakan kaki kiri dari Aksan. Saat kaki kiri baru mendarat, Aksan memutar kembali badan sembari melompat berjarak 30 centi dari lantai. Mengganti kaki kiri dengan kaki kanan, sebagai penumpu badan, dan mendorong gerak kaki kiri, sukses! BUGH!!! Kaki kiri menyepak wajah laksana bola.

Tak memberikan dia ruang gerak, Aksan makin maju dan tetap menggerakkan kombinasi pukulan dan tendangan. Sikuan maupun hantaman lutut, meskipun lawannya itu sempat beberapa kali mengelak, memblock. Namun ada beberapa pukulan terkena ke tubuhnya.

Upper Cut! Aksan lepaskan. BLAM !

Aksan menyeringai, kemudian dengan gerak cepat memegang lengan lawannya. Aksan menekuk tangan kanan dan merengsek masuk, mendorong sambil menghantam tiga kali di dada dengan siku yang sama.

Bugh! Bugh! Bugh!

Tak ingin berlama-lama Aksan menarik tubuh si lawan lalu mengunci di leher.

“Siapa yang menuruhmu untuk membunuh saya?”

Tak ada jawaban ! Aksan memperkuat kuncian di leher. “AYO JAWAB !”

“Bu-bunuh saja saya.”

“Bangsat ! siapa yang menyuruh kalian ke tempat saya? Saya tidak pernah ada urusan dengan kalian.. Ayo jawab siapa?”

“Le-lepaskan saya dulu.”

“Baik.” Aksan melepasnya.

“Uhuk ! Uhuk !”

“Saya beri waktu 3 detik, jawab siapa yang menyuruh kalian?”



“Barak !”



BLAM !



-000-



Di tempat berbeda. Terdengar derap langkah kaki menggunakan sepatu Pantofel. Pemilik sepatu kelihatan sedang terburu-buru berjalan menuju ke sebuah ruangan. Beberapa saat yang lalu ia mendapat kabar jika tim Alpa milik Perusahaan Security System mereka sedang melakukan sebuah misi di daerah pinggiran bagian selatan kota.



TOK ! TOK ! TOK ! Suara ketukan pintu terdengar keras. Bagaimana pun si pria yang mengetuk barusan sedang di landa emosi tingkat tinggi.

Kekhawatiran tampak jelas di wajahnya, khawatir tentang semua tim yang melaksanakan misi tidak akan pernah kembali lagi ke tempat ini.

“Ngetuk pintunya pelan saja, gak usah keras-keras.” Kata pemilik ruangan setelah membuka pintu.

“Barak.. kenapa lo harus menyuruh semua tim Alpa kesana?” dialah Merdin, yang langsung berjalan masuk ke dalam ruangan.

“Gak salah kan? Lagian kan mereka masih di bawah kendali gue.” Balas Baran ke Merdin dengan santai.

“Brengsek lo.”

“Eit ! selow bro, lagian kenapa sih lo jadi khawatir gini?”

“Lo tau siapa yang sedang mereka kejar sekarang?”

“Hmm, kan lo bilang dia adalah Wild Death ! keren juga sebutannya. Hahaha !”

Mendapat kesan seperti memandang remeh, membuat Merdin geram terhadap Barak. “Justru itu, karena dia adalah Wild Death, gue sangat yakin mereka gak akan bisa kembali dengan selamat.”

“Mereka siapa?”

“Tim Alpa.” Kata Merdin.

“What? HAHAHAHAHAHAHA.. Kalo ngomong itu jangan terlalu membual, Tim Alpa kita berasal dari pasukan khusus. Tidak mungkin kalah oleh satu orang saja, Hahahahahaha.”

“Arghhhhhhh !” Merdin tak menjawab, dia lalu menggebrak meja di hadapan Barak. BRAK ! “Jika sampai terjadi apa-apa sama tim Alpa maka semua adalah tanggung jawab lo. PERMISI !”



“HAHAHAHAHA... BRO BRO,”
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd