Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG AYU MERONA

Untuk SARAN dan MASUKAN saja. Suhu dimari lebih senang Ayu pertama kali sama siapa..??


  • Total voters
    84
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
1 prt bagian pak mamat dan kawn" nya 1 part buat bagian anak muda nya dan lama kelamaan 1 part jadi pesta sex nih
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Salah satu cerita terbaik!! Gaya penulisannya keren bgt... Cocok jadi sutradara nih....
 
Part 4 : Sebuah Janji

****​
Setelah kejadian dengan Tono, Udin, Fajrin, Dodo dan Aris, aku lebih banyak merenung dalam kamarku. Aku tak menyangka, dalam 2 hari akan memiliki pengalaman yang dulu mungkin hanya ada dalam anganku. Terlebih, aku melakukannya bukan hanya dengan satu orang, namun 5 orang. Sungguh jauh dari yang aku bayangkan selama ini, meski kadang timbul fantasi nakal dalam benakku. Dan kejadian2 itu, seolah membangkitkan gairah terpendam dalam diriku yang selama 2 tahun ini. Aku selalu ingin mengulangi lagi perbuatan itu. Bahkan selalu mengingat setiap permainan mereka pada tubuhku. Dan ujung-ujungnya, aku paling hanya bisa melampiaskan dengan bermasturbasi membayangkan penis-penis mereka mengisi setiap lubang dalam tubuhku.

Ada satu lagi yang kini aku suka lakukan. Saat keluar rumah aku sering menggunakan pakaian yang lebih ketat dari sebelumnya. Meski masih dalam batas wajar, namun aku merasa setiap lelaki yang memperhatikanku kini seolah benar2 manatapku dengan penuh nafsu. Beda dari yang sebelumnya. Apalagi, aku juga kadang sengaja membuat gerakan2 yang menunjukan kesintalan tubuhku.

Entahlah, aku suka saja sensasinya saat mereka tak berkedip menatap tubuhku. Membuat aku juga merasakan sebuah gairah dalam dadaku. Tapi untuk benar-benar berbicara dan becanda dengan mereka aku masih membatasi diri. Terutama jika hanya berduaan saja.

Dan pagi ini, aku berencana untuk berbelanja sayuran di warung Bu Siti. Dia ini adalah istri dari pak Darmo yang ikut membantu menggarap sawahku. Bu Siti juga kadang membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah, terutama untuk bagian luar. Seperti mencabut rumput, menyapu halaman, dan merawat tanaman2 hias yang memang menjadi hobiku sejak dulu. Pak Darmo juga ikut membantu dengan membuka warung kopi disebelah warung bu Siti. Namun karena banyak warga yang hanya bekerja sebagai buruh tani, maka lebih banyak mereka berhutang dulu dan baru dibayar saat panen. Bahkan mereka kadang membayar lebih dari jumlah hutang mereka. Sebagai tambahan modal dan ganti keuntungan saat uang itu dipinjam.

Kupilih sebuah pakaian yang lumayan ketat sehingga bisa memperlihatkan lekuk tubuhku. Dipadu dengan jilbab yang hanya sampai dibagian dadaku, sehingga payudaraku yang besar terlihat menonjol dibalik bajuku. Kutatap sebentar penampilanku di cermin, untuk melihat keseksian tubuhku pagi ini. Setelah kurasa cukup, aku pun keluar menuju warung bu Siti dengan berjalan kaki.

"Pagi mba, mau kemana nih..??" Sapa seseorang saat aku baru saja keluar rumah dan sedang mengunci pintu. Ketika berbalik, ternyata pak Mamat yang menyapaku.

"Pagi pak. Tumben pagi2 gini sudah rapih.?" Tanyaku tanpa menjawab pertanyaan pak Mamat yang masih berdiri dijalan gang depan rumahku. Aku menghampiri pak Mamat yang sedang mematung menatap tubuhku. Apalagi dengan pakaianku yang seperti ini, tentu tak akan disia2kan oleh pak Mamat. Karena sering aku menangkap basah pak Mamat menatap lekat2 tubuhku meski aku menggunakan pakaian yang benar2 tertutup sekalipun.

"Iya nih mba. Mau kerumah temanku. Minta dipijat katanya." Jawab pak Mamat saat aku sudah berdiri dihadapannya.

"Wahh boleh tuh pak. Kapan2 pijitin aku." Pintaku karena memang pak Mamat punya pekerjaan sampingan sebagai tukang pijit.

"Serius mba minta dipijitin..??" Tanya pak Mamat antusias yang memang dari dulu dia selalu menawarkan jasa untuk memijatku saat dia sedang main kerumahku untuk membahas masalah sawah. Dan tawaran memijatnya justru dia lakukan bebebeapa bulan setelah suamiku meninggal, jadi aku tahu bahwa pak Mamat menginginkan sesuatu selain memijat tubuhku. Namun selalu aku menolaknya dengan alasan malu atau kadang aku menjawab tak biasa untuk dipijat. Walaupun sebenarnya, aku juga sering pijat sama tetanggaku juga yang seorang wanita.

"Iyaa pak. Serius aku." Jawabku meyakinkan pak Mamat yang kulihat begitu semangat ingin memijatku.

"Ya udah mba. Sekarang aja yukk.??" Pintanya tak sabaran.

"Kapan2 aja pak. Lagian kan bapak mau kerumah temannya. Kasihan pelanggan udah menunggu dari tadi. Hehehe." Ucapku yang membuat raut muka pak Mamat menjadi sedikit kecewa. Tak sesemangat beberapa detik lalu.

"Aku juga mau kewarung pak. Ada janji sama bu Siti." Sambungku sedikit berbohong agar pak Mamat mau menunda dulu memijatku.

"Kalau nanti malam gimana mba..?? Bisa kan..??" Pintanya lagi yang sepertinya sudah tak sabaran untuk bisa memijat tubuhku.

"Nanti aku kabarin lagi deh pak, sekarang aku mau kewarung dulu." Jawabku sambil melangkah pergi. Namun saat aku baru berjalan pak Mamat menahan tanganku, membuatku berhenti dan menatap wajah pak Mamat.

"Maaf mba...." Ucapnya melepaskan tanganku.

"Tapi,,, bisa ngga nanti malam mba.?" Tanyanya lagi. Aku yang melihat itu ingin tertawa sendiri.

"Sebegitu besarkah keinginan pak Mamat untuk menjamah tubuhku.?" Batinku melihat pak Mamat yang begitu gigih ingin segera memijatku. Aku sih bisa memaklumi, karena pak Mamat sudah lama menjadi duda. Apalagi selama ini yang ku tahu, pak Mamat memang lebih sering memijat laki-laki. Setelah berpikir beberapa saat, aku jadi ingin menggoda pak Mamat.

"Gpp deh, buat bahan dia. Hihihi.." Batinku nakal.

"Eemmmm...jangan nanti malam deh pak, ada Roni. Gimana kalau besok pas Roni sekolah..?" Tawarku sambil menggoda pak Mamat dengan menyilangkan tangan didepan dadaku. Membuat payudaraku kini menjadi santapan liar mata pak Mamat.

"Mau kan pak....?! Pak...???" Kataku lagi sambil menepuk pundak pak Mamat untuk menyadarkannya dari lamunan.

"Eehhhh....iyaa...mbaaa...mau kokk..." Jawabnya sedikit grogi karena ketahuan melihat tubuhku.

"Udah ya pak, saya belanja dulu. Besok kerumah aja jam2 segini. Oke pak...??" Ucapku sambil melangkah meninggalkan pak Mamat.

"Iyaa mbaa...siaapp...." Jawabnya cepat kemudian juga berjalan menjauh untuk kerumah temannya.

Sesampainya diwarung bu Siti, kulihat hanya ada Pak Darmo, Bu situ dan Bu Ipah saja.

"Hhmmm gagal deh mau pamer..hihihi.." Batinku.

"Nahh kebetulan mba Ronah udah dateng." Ucap Bu Ipah saat aku baru sampai di warung bu Siti.

"Kebetulan kenapa, Bu.?" Tanyaku heran.

"Jadi ada yang nemenin ngobrol disini, Mba.hehehe." Jawab bu Ipah yang aku lihat memang sedang menikmati segelas teh hangat.

"Kirain kenapa, Bu. Tapi boleh deh. Ngga ngapa2in juga dirumah. Pak Darmo, aku minta Susu hangat ya." Pesanku kepada pak Darmo yang sedang memperhatikanku. Mungkin dia heran dengan penampilanku yang agak berbeda hari ini.

"Tapi aku belanja dulu ya Bu. Baru nanti kita ngobrol2." Sambungku lagi segera memilih sayuran dan belanjaan yang lain.

Setelah semuanya selesai, aku segera membayar sekalian juga membayar susu yang aku pesan. Selanjutnya aku pun duduk di kursi untuk menikmati secangkir susu yang aku pesan sambil ngobrol ngalor ngidul dengan Bu Siti dan Bu Ipah. Sementara pak Darto dari tadi hanya memperhatikanku saja dari dalam dapur diwarung kopinya. Aku bukannya tak sadar dia memperhatikanku. Tapi karena memang niatku ingin sedikit pamer, maka aku biarkan saja mata pak Darmo jelalatan menikmati tubuhku. Kadang malah aku melirik pak Darmo yang sedang memperhatikanku. Saat mata kami bertemu, tak jarang aku melempar senyum kepadanya yang membuat pak Darmo menjadi salah tingkah.

Saat hari beranjak siang, aku dan Bu Ipah pamit pulang. Sesampainya di rumah aku yang dari tadi sudah nafsu karena tatapan nakal pak Darmo pun memutuskan untuk masturbasi. Aku pun membayangkan pak Darmo sedang menyusu kepadaku, kemudian menggauliku dengan penuh nafsu. Membuatku mengerang dan mandesah merasakan kenikmatan disetubuhi oleh pak Darmo. Hingga akhirnya, aku pun meraih orgasmeku dan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan aktivitas keseharianku.

******

Keesokan harinya, seperti biasa aku melanjutkan pekerjaan rumah saat anakku sudah berangkat sekolah. Setelah mencuci baju, cuci piring dan menyapu lantai, kini aku sedang mengepel sebelum nanti aku mandi. Begitulah rutinitasku hampir disetiap hari. Namun belum sempat aku menyelesaikan pekerjaanku, kudengar ada suara seseorang mengetuk pintu dan memanggil namaku. Kedengar itu adalah pak Mamat, yang kuingat memintanya untuk datang memijatku.

"Duuhhh, pagi bener datengnya. Udah pengen banget apa Pak.? Hehehehe." Ucapku lirih saat tahu yang datang adalah pak Mamat.

"Mana aku pakai baju begini lagi." Lanjutku lagi karena memang sedang memakai pakaian yang seksi seperti biasa saat dirumah. Terlebih aku juga ngga tidak memakai BH pada saat itu. Mau ganti baju juga malas karena sudah terlanjur berkeringat dan sebentar lagi akan mandi. Akhirnya aku pun memutuskan untuk membukakan pintu saja, sekalian menggoda pak Mamat.

"Lho pak Mamat. Pagi bener udah kesini." Tanyaku pada pak Mamat yang datang pagi2 sekali. Namun bukannya menjawab, dia malah bengong melihat penampilanku. Matanya tak berkedip melihat kearah payudaraku yang putih mulus tanpa ditopang oleh BH. Putingku samar-samar terlihat dibalik baju putih yang aku kenakan.

"Pak...ayo masuk..keburu ada yang liat." Ingatku menyadarkan pak Mamat yang tak enak juga jika ada tetangga yang melihat pak Mamat sedang didepan rumahku berbicara denganku yang hanya menggunakan pakaian seminim ini.

"Eehhh...iyaaa mbaaa..." Pak Mamat pun melangkah masuk sampai lupa melepas sandal saking terpesonanya dengan penampilanku.

"Aaduhhh maaf mmbaa..." Ucap pak Mamat saat ingat masih memakai sandal dan akan meletakkannya di luar.

"Udah pak. Taruh sini aja." Pintaku belajar dari Dodo dan Aris yang memasukan sepatunya agar lebih aman.

Pak Mamat terus saja manatap tubuhku dari atas sampai bawah. Tatapan penuh nafsu yang sudah biasa aku lihat akhir2 ini ketika aku berpenampilan lebih seksi.

"Kok ditutup mba pintunya..??" Tanyanya heran namun sambil tersenyum.

"Iya pak. Ngga enak aja kalau ada yang lihat kita berduaan. Apalagi pakaianku begini." Jawabku sambil merentangkan kedua tanganku dan menegakkan dada seperti mengundang pak Mamat untuk memperhatikan payudaraku.

Gleekkk.....kulihat pak Mamat menelan air liurnya dengan mata terbuka lebar melihat kearah dadaku. Kubiarkan dia menikmati keindahan yang mungkin sudah lama tidak dia lihat.

"Pak, aku ngelanjutin ngepel dulu ya..Bapak duduk aja dulu, tunggu bentar." Ujarku karena memang tanggung tinggal sedikit lagi.

"Eehhh iyaa mbaa...silahkan." Jawab pak Mamat masih menatap tubuhku lekat-lekat.

Tak memperdulikan keberadaan pak Mamat, aku segera melanjutkan pekerjaan rumahku yang tadi sempat tertunda. Selama mengepel lantai, pak Mamat terus memperhatikanku. Apalagi saat menunduk itu, pak Mamat pasti bisa melihat dengan jelas bongkahan peyudaraku yang menggantung indah. Beberapa kali mataku menangkap gerakan tangan pak Mamat yang membetulkan letak penis dibalik celana yang dia pakai. Tak jarang, dia juga mengelus2 penisnya yang aku yakin sudah berdiri tegak.

"Pak, aku mandi dulu ya. Terus mau belanja dulu ke warung bu Siti." Ucapku ketika sudah selesai mengepel lantai rumahku.

"Lahh kok belanja segala mba.? Ngga langsung pijat saja.?" Tanyanya yang pasti sudah bernafsu ingin menjamah tubuhku.

"Sebentar aja kok pak. Nanti kalau aku ngga belanja malah pada nyariin pak. Kan repot juga kalau ada yang kesini." Jawabku beralasan, karena hampir setiap hari aku memang belanja diwarung bu Siti. Kecuali pada hari2 tertentu saat aku ingin belanja di pasar, atau ada kegiatan lain yang membuat aku tidak bisa belanja di warung. Itupun pasti aku bilang dulu ke bu Siti agar dia belanja sayurnya agak dikurangi. Karena biasanya, saat aku belanja di pasar pasti beberapa hari aku tak belanja diwarung bu Siti.

"Iya deh mba..Terus bapak ngapain disini..??" Tanyanya bingung.

"Duduk aja pak. Nanti aku bikinin kopi." Jawabku.

"Pokoknya bapak jangan keluar, jangan nyalain tv, jangan berisik. Intinya diem aja tunggu aku pulang." Tegasku lagi.

"Iya deh mba, aku nurut aja. Tapi jangan lama2 ya mba.!!" Pinta pak Mamat.

"Iyaa..ya udah aku mandi dulu pak." Jawabku kemudian beranjak untuk mandi pagi dan meninggalkan pak Mamat sendirian di dalam rumah.

Begitu selesai, aku membungkus tubuhku dengan kimono handuk yang sudah aku persiapkan. Sesampainya dikamar aku mengganti kimonoku dengan pakaian santai yang biasa aku gunakan didalam rumah. Sebuah pakaian yang tentu saja akan membuat pak Mamat yang daritadi menungguku akan semakin girang dengan penampilanku. Karena pagi ini, aku hanya menggunakan kaos ketat dan celana pendek saja. Terlebih aku sengaja tak menggunakan BH meski masih menggunakan celana dalam. Dan dengan pakaian seperti ini, aku akan menemui pak Mamat untuk membuatkan kopi yang aku janjikan tadi. Tak sabar rasanya melihat reaksi pak Mamat.

"Aku bikinin kopi dulu ya pak." Sapaku ketika keluar dari kamar tidur. Lagi2 pak Mamat memandangku tak percaya, melihat penampilanku yang tak biasa ini. Aku tak mempedulikannya dan langsung ke dapur memasak air untuk kopi pak Mamat. Namun saat aku sedang mempersiapkan kopi pak Mamat dimeja dapur, tiba2 ada yang memelukku dari belakang. Kedua tangannya mencengkeram payudaraku, bibirnya menciumi leherku yang membuat aku bergidik geli. Sementara di bawah sana, penis orang itu menempel di bongkahan pantatku. Aku yakin ini adalah pak Mamat, karena cuma ada dia dan aku dirumah ini.

"Oohhh...pakkk...leepassiiin......" Ucapku saat mendapat perlakuan mesum itu.

"Oohhh mbaaa....maafff baapakk nggaaa taahhaaannn mbaaaa...... Dariitadiii mbaaa sekkssiiii beenggettt......mmpphh........" Ucapnya sambil menciumi leherku.

"Iyaaa taapiii lepaasiiinn duulluuu pakkk....eehhhhhhhhhh........" Ucapku mencoba berontak dari dekapan pak Mamat.

"Mmpphh....mmmphhh....ssllrrruuppp....." Bukannya mendengarkan, pak Mamat malah makin agresif menyerang leherku. Bukan hanya dicium, tapi kini dihisap2 juga. Tangannya juga kini menelusup dari bawah kaosku dan meremas payudaraku secara langsung. Kadang putingku ditarik dan dipelintir2 membuat aku mendesah tak karuan.

"Eemmppp mbaaa....tetekmu gede banget mbaa...kenyall lagii.....mmpphhhhhhhh..." Desah pak Mamat disela2 remasan dan cumbuannya pada tubuhku.

"Oouugghhhh paakkk....eemmhhh......" Desahku yang hampir terbuai dengan permainan pak Mamat. Apalagi di bawah sana, penis pak Mamat mulai digerakan menggesek2 pantatku.

"Lepaasiinn duluuu pakk....eemmpphhhh....naanntiiii laagiii.........oougghhhhh......." Desahku yang juga menikmati rangsangan yang diberikan pak Mamat. Karena sudah beberapa hari aku tak melakukannya lagi dengan mereka.

"Eemmpphhh pakk stoppp duluuu,, dengerriinnn dulluuu....emmpphhhh....." Ucapku agak keras untuk menyadarkan pak Mamat. Mendengar itu, pak Mamat pun mulai tersadar dan mengendurkan pegangannya pada tubuhku.

"Aaduuhh mbaaa..tangguunngg iniii...ouughhhhh..." Ucap pak Mamat masih menggerakkan pinggulnya dan meremasi payudaraku pelan.

"Iyaaa pak...nanti lagi. Aku belanja dulu. Biar orang2 ngga curiga. Jadi kita bisa lebih lama dan ngga terburu2 pak." Ucapku memberi alasan sekaligus meyakinkan pak Mamat untuk menunda dulu aktivitas kita.

"Lagian tuh airnya udah mateng pak, nanti keburu gosong.hehehe." Sambungku yang membuat pak Mamat melepaskan cengkeraman tangannya dipayudaraku dan melangkah mundur sedikit. Dengan santai, aku lalu menuang air itu kedalam gelas kopi yang sudah aku sediakan tadi.

"Tapi beneran kan mba? Nanti dilanjutin lagi.? Tanya pak Mamat saat aku menyeduh kopi.

"Iya pak.. Tapi tunggu aku belanja dulu. Cuma sebentar kok. Tenang aja.." Jawabku sambil mengerlingkan mata. Membuat pak Mamat hanya bengong saja diam mematung entah apa yang dipikirkannya. Melihat reaksi pak Mamat aku malah jadi ingin menggodanya.

"Kenapa.? Bapak ngga percaya sama aku..? Tanyaku saat melihat kebisuan pak Mamat. Aku pun kemudian mendekat dan berdiri tepat dihadapan pak Mamat. Lalu tanpa pikir panjang aku lalu menaikan bajuku hingga diatas payudaraku yang tentu saja langsung menyembul keluar didepan mata pak Mamat.

"Mbbaaaa.......?" Kata pak Mamat antara kagum dan bingung melihat aku melakukan aksi nakal itu.

"Udah lama kan bapak ingin menikmati ini.? Aku kasih waktu 1 menit buat bapak menikmati ini. Ayoo pak...." Kataku meminta pak Mamat untuk melakukan sesuatu pada payudaraku yang pasti sudah lama dia impikan.

Tanpa diminta dua kali tangan pak Mamat langsung menyerbu payudaraku lagi. Dipegangnya kedua daging kenyal itu lalu diremas2 gemas. Tak mau ketinggalan, mulutnya juga ikut menikmati payudaraku. Dihisap kedua putingku bergantian kiri kanan.

"Eemmpphh....paakkk...pelaaannn.......ouugghhj....." Desahku cukup keras karena begitu nafsunya pak Mamat menggarap payudaraku.

"Ssllrruupppjhh....ssllrruuuppp....eeeehhmmmmmm.....ssllrrruuppppp....." Tak menghiraukan kata2ku, pak Mamat benar memanfaatkan waktu satu menit yang aku berikan.

"Eehhmmmppp paahhkkkk....cuukuuppp..paakkkhh.....udaahhh leebiihhh iniii....ouuugghhhh....." Pekikku saat pak Mamat mengakhiri aktivitasnya dipayudaraku dengan sebuah gigitan ringan.

"Tetekmu emang mantap mba. Gede dan montok banget..Bapak udah lama ingin nyusu sama kamu." Ucapnya saat dia sudah selesai menikmati payudaraku.

"Haaahh...haahh...haaahhh...." Aku tak menjawab dan hanya mengatur nafasku kembali. Setelah aku bisa menguasai lagi diriku, aku pun menurunkan kembali bajuku sepertin semula dan menatap mata pak Mamat dengan pandangan sayu.

"Udah ya pak. Aku belanja dulu." Ucapku sambil tersenyum.

"Iyaa mbaa..tapi masa mau pakai begini mba..??" Tanyanya mengira aku akan belanja menggunakan pakaian seperti itu.

"Ya iya pak. Tapi nanti aku tutup pakai jaket dan rok panjang kok. Hehehehe.." Jawabku yang memang tak berniat menggunakan pakaian seseksi ini.

"Ya udah mba. Yang penting jangan lama2 ya mba..hehehehe.." Pinta pak Mamat berharap cepat2 bisa melanjutkan perbuatan mesum kami.

"Ngga janji ya pak. Kalau banyak ibu2 disana ya aku ngobrol2 dulu." Ucapku menggodanya.

"Laahh.....kokkk..??" Tanya pak Mamat menampakan wajah bingung.

"Hihihihii....ngga kok pak. Aku kan juga pingin dipijat lagi." Jawabku sambil mengerlingkan mata, yang hanya disambut dengan senyum sumringah pak Mamat.

"Ingat ya pak. Pokoknya diem aja disini. Jangan berisik. Kalau ada orang ngga usah ditanggapi." Ingatku ke pak Mamat sebelum berangkat.

"Iya mba. Tenang aja." Jawabnya mengikuti langkahku.

"Ya udah aku berangkat ya Pak. Pintu aku kunci." Kataku saat akan membuka kunci pintu.

"Iyaa mba....jangan kelamaan." Ucap pak Mamat. Lalu "plookkk.." pak Mamat menepuk pantatku.

"Isshhhh...nakal..." Kataku tersenyum mendapat perlakuan nakal pak Mamat sebelum aku melangkah keluar dan mengunci pintu.

Dijalan, aku jadi kepikiran apa yang baru saja aku lakukan dengan pak Mamat. Dibalik bajuku, putingku masih mengeras hasil rangsangan pak Mamat yang membuat setiap gesekan diarea itu membuatku menjadi semakin bergairah.

Hanya sebentar aku di warung, karena aku sudah ngga sabar ingin menikmati hari ini bersama pak Mamat. Orang yang mungkin akan menikmati tubuhku seutuhnya. Karena didalam hatiku, aku ingin merasakan apa yang sudah lama tidak aku rasakan lagi. Yaitu sebuah batang penis mengaduk2 area sensitifku. Dan aku rasa, pak Mamat juga pasti sudah lama tak merasakan jepitan vagina seorang perempuan.

Ceklek..ceklek...... Bunyi kunci pintu rumah yang aku buka. Saat masuk kulihat pak Mamat masih duduk diruang tamu menikmati segelas kopi yang buatkan tadi. Dia lalu tersenyum sumringah melihat kedatanganku.

"Dateng juga akhirnya..hehehe.." Ucap pak Mamat menyambut kedatanganku. Aku tersenyum saja mendengar ucapan pak Mamat.

"Bentar ya pak. Naruh ini dulu di dapur." Ucapku tak menanggapi omongan pak Mamat yang begitu sumringah melihat kedatanganku.

"Iyaa mba..silahkan." Jawab pak Mamat mempersilahkanku. Aku lalu melangkah ke dapur untuk merapihkan belanjaanku. Pak Mamat yang tadi menungguku diruang tamu malah mengikutiku ke dapur.

"Mau pijat sekarang apa gimana mba..??" Tanya pak Mamat sambil memeluku yang baru saja meletakkan barang belanjaan di meja. Kurasakan penisnya masih mengeras mengganjal pantatku.

"Eemmmm...boleh deh." Jawabku yang juga sudah ingin segera mendapat kenikmatan.

"Mau disini apa di kamar, mba.?" Tanyanya lagi.

"Di kamar aja yuk pak. Biar enak....hehehe." Jawabku sambil menggesekan pantatku ke penis pak Mamat.

"Aaaauhhhh...." Desah pak Mamat merasakan penisnya bersentuham dengan pantatku. Namun aku tak membiarkan itu berlangsung lama, karena lalu melangkah meninggalkan pak Mamat dan menuju kamarku.

"Aku tunggu lho pak, jangan lama2 nanti keburu sianh.hihihi." Ucapku saat sampai didepan pintu kamar dan melihat pak Mamat masih terpaku di dapur.

"Ehhh iyaa mbaaa..." Pak Mamat yanh juga sudah ngga sabaran lalu mengikuti masuk kedalam kamar.

"Pak, pijitin dulu ya. Aku benar2 pegel2 ini." Sambutku saat pak Mamat masuk dan tersenyum mesum melihat aku yang sedang membuka jaketku.

"Eehhh iyaa mba... Gleekk..." Jawab pak Mamat matanya kembali menatap bagian payudaraku yang mengintip dari celah bajuku. Kuteruskan membuka rok yang aku kenakan sehingga membuat pak Mamat makin nanar matanya menatap tubuhku yang hanya dibalut pakaian yang seksi.

"Isshhh.....kayak yang belum pernah lihat aja pak.?" Godaku melihat tatapan mesum pak Mamat.

"Abisnya seksi banget mbaaa....aduuhh ngga tahann aku mbaa..." Ucap pak Mamat yang akan melangkah maju menyergapku.

"Eeiittt.....sabar dulu pak." Cegahku.

"Kan janjinya mau pijitin aku dulu." Sambungku lagi mengingatkan pak Mamat.

"Eehhmmm iyaa dehh mba.. maaf.." Jawab pak Mamat.

"Abis nafsuin banget mbaa..." Sambungnya jujur membuatku sedikit bangga mendapat pujian jujur meskipun mesum. Aku pun kemudian menggoda pak Mamat yang sedang dibakar nafsu menatap tubuhku ini.

"Kalau begini, nafsuin ngga pak.?" Tanyaku membuka pakaian atas tubuhku.

"Waduhh mbaa...montookknyaa itu tetekk..." Ucap mesum pak Mamat menatap nafsu ke payudaraku yang kini kembali terbuka dihadapan pak Mamat.

"Gede ngga pak.?? Bapaj suka ngga.??" Tanyaku menggoda pak Mamat.

"Gede mbaa...gede bangett....yang gede2 gini emang kesukaanku mbaa..." Jawabnya mesum.

"Mau pegang ngga..???" Godaku lagi.

"Bolehh mbaa..?" Tanya pak Mamat yang ngga sabaran ingin memegang lagi payudaraku.

"Bolehh dong pak. Tapi pijitin dulu..hehehehe.." Jawabku mencegah pak Mamat yang akan maju meremas payudaraku.

"Aaduuhhh bisa aja godainnya....udahh gemess ini mbaa mau remesin teteknya yang gede itu...iihhhhh...." Ucap pak Mamat gemas membuat gerakan meremas di awang2.

"Makanya ayoo buruan pijitin dulu. Tapi yang serius ya pijitnya. Kalau asal2an nanti ngga boleh ngeremes punyaku lho." Ancamku yang memang benar2 ingin dipijat karena badanku lumayan pegal2.

"Iyaa deh mba...ayoo mulai..." Pak Mamat pun memintaku untuk segera memulai pijatannya. Mungkin dia sudah ngga sabar ingin mendapat bonusnya hari ini.

"Sabar ya pak, aku buka ini dulu." Kataku sambil menunjuk bagian bawah tubuhku yang masih tertutup celana pendek.

"Tapi bapak ngadep sana. Dan ngga boleh ngintip." Sambungku meminta pak Mamat membelakangiku saat aku membuka penutup terakhir ditubuhku.

"Iyaa mbaa..." Ucap pak Mamat yang langsung membalikan badannya.

"Jangan ngintip lho..." Ingatku. Segera membuka celana beserta celana dalamku sekalian. Lalu aku mengambil selimut untuk menutupu ketelanjanganku. Namun itu pun hanya menutupi bagian bawah tubuhku dan membiarkan payudaraku tetap terbuka.

"Udah pak." Ucapku berbisik ditelinga pak Mamat yang langsung berbalik menghadapku.

"Mba Ronah emang bener2 seksi. Persis seperti yang aku bayangkan." Ucap pak Mamat menatap tubuhku lekat-lekat.

"Hhmmmmm,, yuk mulai pijatnya pak." Ucapku sembari melangkah kearah tempat tidur lalu menelungkupkan tubuhku untuk segera dipijat pak Mamat.

"Ayyoo mbaa..aku juga udah ngga sabar...." Kata pak Mamat memgikutiku kearah kasur.

"Ngga sabar buat apa pak.?" Tanyaku sambil menoleh ke arah pak Mamat yang tersenyum mesum melihat posisi tidurku sekarang.

"Ya memijat lah mba. Emang mau ngapain lagi.? Hehehehe." Jawab pak Mamat tersenyum penuh arti.

"Ohhh kirain ngga sabar buat yang lain pak.hehehe." Kataku sambil mengerlingkan mata.

"Hehehehehe.....itu bonus mba." Jawab pak Mamat yang pastinya mengharap lebih dari sekedar memijat.

"Ngomong2 mau pakai apa ini mba pijatnya." Tanya pak Mamat kemudian.

"Pake itu aja pak." Jawabku menunjuk body lotion yang ada dikamarku. Pak Mamat pun mengambilnya, sementara aku mengambil posisi serileks mungkin untuk segera dipijat.

"Kita mulai ya mba." Ucap pak Mamat saat naik keatas kasur dan mulai memijatku. Dia mengolesi betisku dengan body lotion dan melakukan pijatan diarea kakiku. Dari kaki kanan, pak Mamat berpindah ke kaki kiri. Kuakui, pijatan pak Mamat memang enak dan bikin rileks. Meski mungkin pak Mamat melakukannya sambil menahan nafsu, tapi dia tetap profesional memijatku. Bahkan saat memijat bagian pahaku, pak Mamat cuma memijatnya dari luar saja, tanpa membuka selimut yang menutupi dibagian itu.

"Kakinya sudah mba.. sekarang tinggal punggungnya." Ucap pak Mamat saat sudah selesai memijat kakiku.

"Iyaa pakk..wahh enak banget pijatannya. Sampe ngga kerasa udh selesai aja." Jawabku memuji pijatan pak Mamat yang memang kurasakan enak dibadanku. Beda dengan tukang pijat langgananku yang kurang begitu kerasa. Maklumlah beda tenaga juga, karena pemijat langgananku adalah perempuan.

"Iyaa mba..mulai sekarang ya.? Tanyanya.

"Hhemmmm...." Jawabku.

Pak Mamat lalu mengolesi body lotion mulai dari pundakku. Dipijat area itu yang membuatku menjadi bertambah rileks. Perlahan pak Mamat menurunkan pijatannya kearah punggungku sampai diarea pinggang. Selimutku pun kini tak lagi menutupi tubuhku dan hanya menutupi paha dan pantatku. Aku yakin, pak Mamat dapat melihat dengan jelas payudaraku yang tergencet kasur. Kadang pak Mamat juga memijat area samping tubuhku dan mengurut2 payudaraku bagian samping membuat aku mendesah karena tak bisa menahan nikmat.

"Eehhmmmm....eehhmmmmm......" Desahku saat pak Mamat mengurut bagian samping payudaraku.

"Enak ya mba..?" Tanya pak Mamat dengan suara agak berat menahan nafsu.

"Iiyaaa paakk...." Jawabku jujur merasakan nikmat saat dipijat pak Mamat.

"Mau yang lebih enak lagi ngga mbaa..??" Tanyanya lagi masih mengelusi samping payudaraku.

"Booleehh paakhh...." Jawabku sedikit mendesah karena pak Mamat yang mengelusi pinggir payudaraku. Mendengar jawabanku pak Mamat lalu menduduki pantatku yang sebelumnya dia hanya memijat dari samping tubuhku.

"Ouuhh paakk......." Ucapku lagi merasakan sedikit berat dibagian bawah tubuhku.

"Maaf mbaa...." Pak mamat seolah mengerti, dan hanya menempelkan saja buah penisnya dengan bertumpu pada lutut. Dia pun lalu melanjutkan pijatannya, namun kali ini lebih tepat hanya mengelus2 saja. Karena kurasakan tak ada lagi tekanan yang cukup berarti di badanku. Malah dibagian pantatku, penis pak Mamat terus menekan2 yang membuat selimutku makin tak karuan menutupi area itu.

"Mbaa,, sekarang depannya yaa.??" Pinta pak Mamat dengan siara berat tanda nafsu mulai menguasainya.

"Nanti dulu ahh pak..masih enak begini." Jawabku yang muali aktif menggerakan pantatku menyambut penis pak Mamat yang bergerak disana.

"Eemmpphhh....." Desahku merasakan nikmat dibawah sana. Pak Mamat yang mendapat sambutan pun sekarang meneludupkan tanganya untuk meremas payudaraku.

"Aahhhh...bisa ngeremes tetek kamu lagi mba.." Pak Mamat girang bisa meremasi payudaraku lagi.

"Seneng banget sihh pak ngeremesin punyaku...aahh......" Pekikku karena pak Mamat tiba2 memelintir puting payudaraku.

"Hehehehe, habisnya kemarin belum puas sih..... Eehhh hari ini malah dapet yang montok lagi.." Ucap pak Mamat tak sadar telah keceplosan.

"Lhoo....emang kemarin habis dapet dari siapa pak.?" Tanyaku yang langsung membuat pak Mamat tergagap menjawabnya.

"Eehhh...aanuuu mbaaaa........aadduhhh........" Jawab pak Mamat bingung.

"Bangun pak...ayooo buruann bangunnn...." Ucapku menggoyang2kan tubuhku agar pak Mamat bangun dari pantatku. Pak Mamat pun mengerti dan bangkit lalu duduk ditepi kasur. Aku yang penasaran dengan ucapan pak Mamat barusan pun ikut duduk ditengah2 kasur. Tak kupedulikan lagi keadaan tubuhku yang sudah terbuka. Aku duduk dengan kondisi payudaraku tak tertutup apa2 lagi, sehingga menjadi santapan mata pak Mamat yang memandang penuh nafsu.

"Pak...pakkk......" Ucapku keras menyadarkan pak Mamat yang asik melihat payudaraku yang menggantung indah.

"Iyaaa mbaa..." Jawabnya singkat..

"Ayoo ceritaa..kemarin bapak habis ngapain..??" Tanyaku.

"Eehhh anuuu mbaaa.....gimaanaaa yaaa ceritanyaa...." Jawab pak Mamat mengusap2 rambutnya.

"Ceritain aja...aku janji ngga akan bilang2 kok pak...." Desakku kepada pak Mamat.

"Ra...ha...sia...... Sstttttt..." Lanjutku meyakinkan pak Mamat tak akan menceritakan apa yang akan pak Mamat ceritakan.

"Aadduuhhh...jaanjii yaa mbaaa...??" Tanyanya ragu2.

"Iyaaa...janji......." Jawabku memberikan jari kelingkingku mengajak pak Mamat untuk bertautan..

"Okee mbaa.." Pak Mamat menautkan jari kelingkingnya menyambut ajakanku.

Akhirnya pak Mamat pun mulai menceritakan apa yang terjadi kemarin di rumah temannya. Awalnya memang pak Mamat diundang untuk memijat temannya itu, tapi waktu sampai sana ternyata terjadi hal yang lebih dari memijat. Temannya menawarkan pak Mamat untuk ikut menikmati seorang wanita yang ternyata selama ini telah menjalin hubungan seksual dengan temannya itu. Padahal umur wanita itu jauh lebih muda dari mereka. Bahkan lebih muda dariku. Tentu saja, pak Mamat yang sudah lama tak lagi merasakan kehangatan tubuh wanita langsung mengiyakan ajakan temannya itu. Dan kemarin pak Mamat melakukan 2 kali dengan wanita itu.

"Jadii.....baapakkk......??" Ucapku tak bisa melanjutkan kata2ku karena speechless. Aku tak menyangka kalau pak Mamat pernah melakukan itu. Terlebih dengan wanita muda yang juga pernah melakukan hubungan seksual dengan teman pak Mamat.

"Bapak seriuskan..??? Tanyaku sedikit tak parcaya dengan cerita pak Mamat meski aku juga pernah melakukan hal seperti itu.

"Serius mba..ngapain saya bohong." Jawab pak Mamat menatapku dengan pandangan mata serius menampakan bahwa pak Mamat benar2 tak bohong.

"Kok bisa ya..???" Tanyaku heran.

"Ya bisa saja mba. Buktinya sekarang kita juga begitu. Walau belum begini....hehehehe..." Ucap pak Mamat sambil menunjukan jari jempol diapit telunjuk dan jari tengah.

"Eehh..siapa bilanh bapak boleh begitu.?" Tanyaku melihat kode tangan pak mamat. Mendengar cerita pak Mamat aku jadi penasaran dan justru mendapat ide yang sedikit gila.

"Kenapa mba..???" Tanya pak Mamat yang mungkin sudah sangat bernafsu berharap segera menikmati tubuhku.

"Pokoknya aku enggak mau pakkk...weeee...." Candaku meleletkan lidahku.

"Ayolah mbaa...udah tegang gini nihhh...." Jawab pak Mamat berlutut lalu menurunkan celananya, sehingga penisnya yang sudah tegang kini berdiri menantang di hadapanku

"Iihhhhhhhh paakkkkk....." Pekikku tak menyangka pak Mamat akan melakukan itu.

"Ya ampun pak Mamat, berani banget dia nunjukin penisnya. Mana gede banget lagi. Pasti enak nihhh digenjot sama penis sebesar itu." Batinku nakal menatap penis besar pak Mamat.

"Mau ya mbaa......." Ucap pak Mamat lagi memajukan tubuhnya mendekatiku.

"Mauuu bangett emangnyaa.....????" Tanyaku saat pak Mamat sekarang berlutut tepat dihadapanku menodongkan penis tegangnya.

"Maauuu mbaaa......udaahhh ngga tahann mba...pengen genjot kamu mbaa......" Jawabnya vulgar.

"Eeemmmmm.....boleh...." Jawabku membuat pak Mamat girang.

"Tapi ada syaratnya....." Sambungku lagi yang membuat pak Mamat kembali terdiam.

"Apa mbaa...???" Tanyanya.

"Ajak temen bapak dan pasangannya kesini. Baru bapak boleh memasukkan punya bapak.." Jawabku yang penasaran tentang benar tidaknya cerita pak Mamat.

"Yaahhh mbaaa...mereka kan kerja.." Jawab pak Mamat yang kini mulai nakal menggerayangi payudaraku lagi seperti tadi pagi.

"Ouuhhhh gedeeee bangettt mbaaa teeteekkmuu...." Ucapnya saat tiba2 meremas payudaraku.

"Bapakkk iihhh.......dengerr duluu....oougghhh...." Desahku yang juga merasakan kenikmatan remasan pak Mamat.

"Pokokknyaa...ougghh....baapaakk aaturr aajaaa.....ouugghhhh paakk....yangg kenncenngg rreemeessnyaaa......ouuhhggg......" Sambungku disela2 desahan karena ulah pak Mamat.

"Iyaaaa mbaaaa....teruuss iniii gimaannaa mbaa...???" Tanya pak Mamat memegang penis tegangnya. Dan tanpa pikir panjang.

Haapp.....

Aku yang juga sudah bernafsu langsung mengulum penis pak Mamat.

"Aauuggghhhhh...mbaaaa......eenaakkkk.......aaahhh......" Desah pak Mamat merasakan kenikmatan dipenisnya. Tangannya beralih memegang kepalaku dan menahannya untuk kemudian dia membuat gerakan maju mundur menyetubui mulutku.

"Eemmppp....eepmmmmm....eemmppphh......." Desahku tertahan penis pak Mamat yang keluar masuk di mulutku membuatku sedikit sulit untuk bernafas. Apalagi kadang pak mamat menenggelamkan penisnya dalam2 dimulutku.

Menyadari aku yang susah bernafas, pak Mamat akhirnya menarik keluar penisnya dari mulutku.

"Maaf mba...kebawa nafsu.." Ucapnya saat penisnya sudah terlepas.

"Haahh..haahh..hhaaahh...." Kugunakan kesempatan itu untuk menarik nafas. Semetara pak Mamat kulihat sedang menelanjangi dirinya hingga membuat pak Mamat telanjang bulat dihadapanku.

"Ayo mbaa lanjut lagi..." Pinta pak Mamat menarik tubuhku untuk rebah ditengah kasur. Pak mamat lalu mengamati tubuhku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Agak lama pak Mamat menatap payudaraku yang masih membusung meski dalam posisi rebahan.

"Kalau cuma mau diliatin, aku pakai lagi nih bajunya.." Godaku ke pak Mamat.

"Eehh jangan mbaa..." Cegah pak Mamat yang tak ingin kenikmatannya segera berakhir.

"Mba seksi benget.." Ucap pak Mamat memuji keseksianku lagi untuk yang kesekian kalinya.

"Seksi mana sama yang kemarin pak.?" Tanyaku mengingatkan pak Mamat tentang yang dia lakukan kemarin.

"Eehh...sama2 seksi kok mba. Bikin ngaceng...hehehe..." Jawab pak Mamat mesum.

"Beneran mba, kamu mau undang mereka kesini..??" Tanyanya lagi meyakinkan ucapanku yang tadi.

"Beneran pak. Aku penasaran aja sama cerita bapak. Hehehe." Jawabku yakin.

"Hehehe. Tapi ngga tahu kapan mba. Yang jelas sekarang aku ingin menikmati tubuhmu mba..." Ucap pak Mamat yang langsung menyosor payudaraku.

"Oougghhh pakk....pelaann aajj....aaahhh...." Desahku karena tiba2 pak Mamat meremas dan mengisapi payudaraku keras.

"Eemmpphh....sslrruuuppp........ssllrruppppp....." Pak Mamat terus saja menghisapi putingku bergantian kiri kanan. Mambuat aku menggelinjang dan mendesah tak karuan.

Tangannya yang kiri merayap kebawah perutku dan mengusap2 vaginaku dari luar selimut yang kugunakan. Aku memegang tangannya, karena merasakan kenikmatan diarea selangkangaku. Bahkan saat tangan pak Mamat menelusup dan mengelus2 vaginaku, aku tak melarangnya meski masih kupegangi tangan itu. Dielus2 vaginaku tepat di bagian klitoris membuat aku semakin blingsatan menahan nikmat. Terlebih mulutnya juga tak mau diam menghisapi payudaraku.

"Aaahhh...paakhhh.....eenaakkk paakkkhh......ooohhh......." Desahku merasakan nikmat luar biasa. Cairan kewanitaanku pun semakin membasahi vaginaku. Manandakan nafsuku semakin memuncak dan berpusat diarea itu.

"Sstthhhh...paakkhhh....ouugghhhh.......oouugghhhh...oouugghhh....." Desahku makin keras saat kurasakan jari pak Mamat menelusup masuk vaginaku dan mulai mengocoknya. Belum pernah selama dua tahun ada yang masuk kesana lagi selain jariku. Dan hari ini, pak Mamat tanpa permisi memasukan jarinya kesana yang membuatku semakin bernafsu. Jari pak Mamat terus saja bergerak menyetubuhi vaginaku. Meski tak sebesar penis, namun tetap saja aku merasa sesak saat jari pak Mamat merojok2 vaginaku.

"Oougghhh....ouugghh....aahhhh...aaahhhhh...." Desahku berulang karena nikmat ini.

"Nikmatt kan mbaa..??" Bisik pak Mamat ditelingaku semakin mempercepat jarinya mengocok vaginaku.

"Ouuhhhh hiiyaaa pakhhhh...aahhh...." Jawabku jujur.

Pak Mamat yang dalam posisi miring menghadapku terus saja mengocok vaginaku dengan jarinya. Satu tangannya digunakan untuk mengusap2 rambutku, membuat aku menjadi nyaman saat diperlakukan mesum seperti itu.

"Eemmpppphhhh....paakhhh...aaahhhhhhhhhhhh........" Erangku saat cairan orgasme mengalir dari liang kewanitaanku.

Cccrrttttt....ccrrttttt.....ccrrttttt..... Tubuhku menggelinjang hebat merasakan orgasmeku. Klimaks yang benar2 menghanyutkanku, lebih dari jika aku melakukannya sendiri. Nafasku memburu dengan keringat yang mulai membasahi tubuhku membuatnya makin seksi.

"Hhaahh..haahhh..haaaahh..." Deru nafasku tak beraturan. Dadaku naik turun demi merasakan orgasmeku. Pak Mamat membiarkan aku beristirahat dan menikmati puncak pendakianku. Meski tangannya masih tertancap divaginaku, namun hanya dibenamkan saja hingga membuatnya basah oleh cairan kewanitaanku yang mengalir deras.

"Gimana mba..?? Enak..??" Tanya pak Mamat beberapa saat kemudian.

"Hheemmm....." Jawabku sambil tersenyum dan menganggukan kepala.

"Iya dong mba. Sampai basah gini tanganku." Ucap pak Mamat menunjukan jari tangannya yang basah oleh cairanku. Bau khas kewanitaan kini tercium di hidungku yang justru kembali menaikan nafsuku. Tak kusangka, pak Mamat tanpa rasa jijik malah menjilati jarinya untuk membersihkan lelehan cairan kewanitaanku.

"Eenyaakk mbaa...seegerr.....eempphhh...." Sambung pak Mamat sambil menjilati jari tangannya.

"Iihhh pakk...jorookk ihhhh...." Ucapku melihat kelakuan pak Mamat.

"Hehehe. Enak lho mba." Jawabnya dengan tersenyum kepadaku dan melanjutkan menjilati jari2nya.

Setelah cukup lama beristirahat pak Mamat pun memintaku untuk membantu mengeluarkan spermanya. Tadinya pak Mamat meminta untuk memasukan penisnya ke vaginaku. Namun aku tolak dengan alasan pak Mamat akan mendapatkan yang dia mau kalau bisa membawa temannya itu kesini. Akhirnya, pak Mamat pun bisa mengerti dan memintaku untuk menjepit penisnya dipayudaraku.

"Ya udah gpp deh mba. Dijepit sini aja ya mba.? Boleh.?" Tanya pak Mamat sambil meremas payudaraku.

"Boleh dong pak,,sini aku jepit pak." Ucapku kepada pak mamat mengiyakan.

"Jilat dulu dong mbaa...!!" Pinta pak Mamat mengangkangi mukaku dan menyodorkan penis besarnya untuk kukulum.

Aku pun memegang penis pak Mamat dan mulai mengocoknya sebentar. Lalu aku memasukannya kedalam mulutku untuk mengoral penis pak Mamat.

"Oougghhh mbaaa....enakkknyaaa....ssshhhhh...." Desah pak Mamat menikmati seponganku. Tak ketinggalan, pinggul pak Mamat pun ikut bergerak pelan mencari kenikmatan di mulutku.

Sslruupp...ssllrruuppp...ssrrluuppp....suara mulutku mengoral penis pak Mamat. Kadang aku gigit pelan kepala penisnya sambil kujilati lubang kencing pak Mamat yang sudah mengeluarkan cairan precumnya daritadi. Membuat pak Mamat jadi belingsatan merasakan sensasi nikmat di penisnya.

"Aaduuhh mbaaa....ngiiluuu.....oouugghhhhh....." Desahnya.

Hingga beberapa saat kemudian, pak Mamat pun memintaku menghentikan hisapanku.

"Sstoppp mbaaa...aahhh....bisaaa muncraatt aku......." Ucap pak Mamat berusaha menarik keluar penisnya dari mulutku.

"Ayo mbaa sekarang jepit disini." Lanjut pak Mamat menempatkan penisnya dibelahan payudaraku. Aku yang mengerti maunya membantu pak Mamat dengan menghimpitkan payudaraku dengan kedua tangan. Membuat penis pak Mamat sekarang tenggelam diantara payudaraku yang besar itu.

"Oohhh...enaknyaa...empukk mbaaa tetekknyaa....angettt....." Ucap pak Mamat merasakan himpitan payudaraku.

"Uuhhhhh.....enaakknyaaa....eesshhhhh....ssshhhhh........" Desahnya kemudian saat mulai menggerakan pinggulnya. Kepala penis pak Mamat pun timbul tenggelam di celah payudaraku. Kusambut kepala penisnya dengan menjulurkan lidahku. Kujilat2 kepala penis itu, membuat pak Mamat jadi semakin mendesah.

"Ouughhh....enakkk..mbaa....uuhhhhj....mantaappp mbaaa....." Desah pak Mamat makin keras. Pinggul pak Mamat juga makin cepat bergerak diatas tubuhku.

"Oouhhh mbaa....*** tahhaann mbaa....ouuhhhh......" Desah pak Mamat sambil mencengkeram payudaraku merasakan luncak kenikmatannya yang semakin dekat.

Sleebb...sleebbb...ssleebbbb.... Penisnya makin cepat menggesek payudaraku.

"Aaahh....mbaaa....oouuuggghhhhhhhh............" Desah pak Mamat saat orgasme melandanya.

Crroottt..crroott...crroottt... beberapa kali cairan spermanya muncrat membasahi dadaku. Sebagian meluncur kedaguku dan mambasahi leherku.

"Eehhmmmm..." Lenguhku merasakan cairan pak Mamat membasahi tubuhku.

"Emang mantap bener ini tetek mba. Bikin ngecrot.." Ujar pak Mamat meremasi payudaraku.

"Iya dong. Punya siapa dulu." Jawabku tak kalah mesum dengan pak Mamat.

"Pak, ambilin tissue dong. Tuh dimeja." Puntaku menunjuk tisi yang ada dimeja kamarku.

"Siap mba..hehe." Ucap pak Mamat langsung berdiri meraih tisu dan diberikan kepadaki. Tak lupa dia juga mengambil beberapa untuk mengelap penisnya.

Kami kemudian ngobrol2 sebentar tentang rencana kita. Pak Mamat pun berjanji akan bicara sama temannya untuk mengundang mereka kesini. Namun tentunya, kita harus benar2 bisa mengatur waktu yang pas.

Karena waktu sudah siang, dan sebentar lagi anakku pulang, maka aku minta pak Mamat untuk memakai lagi bajunya dan segera pulang. Sebelum keluar rumahku, pak Mamat kembali meremas dan menghisap puting payudaraku sebentar.

Setelah pak Mamat pulang, aku merapihkan seadanya kasurku dan membuang tisu bekas membersihkan sperma pak Mamat. Lalu aku pun merebahkan kembali tubuhku untuk beristirahat siang sambil menunggu anakku pulang. Hingga aku tertidur dan baru bangun di sore harinya.
Great...
Bikin ngaceng Huuuu.....
:tegang:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd