Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Bangke Story : Longing

update

[HIDE]

“Wahai permaisuriku, perkenankan aku menanggalkan gaun sutera indah milikmu.”

“Lakukanlah wahai pangeranku, mulai saat ini aku adalah milikmu.” Dengan nafas yang masih berat kujawab, setelah melarikan diri dari hingar bingarnya pesta pernikahan karena tidak sabar ingin menikmati malam pertama kami.

Perlahan namun pasti, terlepaslah gaun yang kukenakan dan menampakkan lekukan seratus enam puluh satu sentimeter tubuhku dengan beban seberat empat puluh delapan kilogram berbalut kulit putih mulus dengan bulu-bulu halus di atas permukaannya.

“Boleh aku buka yang ini wahai permaisuriku?” seraya jarinya melepas pengait bra tiga puluh empat B milikku

Aku hanya tertunduk malu dengan muka merah padam. Kedua telapak tanganku menutupi bongkahan ranum berputing merah jambu yang turut mengeras. Terasa kecupannya di bagian belakang telingaku, terus, terus dan terus tak henti menjelajahi punggungku.

“Oh.. terus jangan berhenti.” Batinku. Akhirnya aku akan merasakan nikmatnya bercinta yang selama ini aku nantikan.


TET… TET… TET…..

TET… TET… TET…..

Berisik alarm ditelingaku mengusir lelap dan mimpi indah bersama pangeran dari negeri antah berantah itu, gagal lagi aku bercinta.

TET… TET… TET…..

“Berisik…..” dengan kesal kumatikan alarm handphone milikku

“ARGGHHHHHHH” mataku terbelalak melihat jam yang menunjukan pukul sepuluh pagi mengingat jadwal penerbanganku pukul dua belas.

Jarak tempat tinggalku tidaklah terlalu jauh. Akan tetapi inilah aku, Indriyani, gadis bertampang oriental yang selalu menggampangkan semuanya, hari ini aku harus pulang ke kampung halaman untuk menemui sanak saudaraku di barat pulau borneo, tepatnya kota khatulistiwa, kacaunya aku belum sama sekali packing.

Indriyani

Pukul sebelas aku baru selesai mempersiapkan semua, tentunya sudah mandi dan dandan cantik, taksi online yang aku pesan sudah datang dan siap mengantarkanku menuju bandara.

“Pak agak cepet ya, soalnya aku buru-buru, takut telat.” Tegurku seraya tersenyum

“iya Ci, kalau macet mau diapain.” Jawabnya acuh

Sepanjang jalan aku coba mengajaknya berbincang, akan tetapi jawabnya selalu secukupnya. Mungkin driver nya profesional pikirku menghibur diri.


Naas sesampainya aku di counter cek in ternyata penerbanganku sudah ditutup karena sudah panggilan terakhir.

“Mas, tolonglah.. masih ada waktu tiga puluh menit lagi.” Aku memelas

“Maaf mbak, sesuai peraturan penerbangan, seharusnya mbak sudah melakukan cek in dua jam sebelum keberangkatan

“Terus, solusinya bagaimana?”

“Penerbangan selanjutnya mbak jam tiga sore, bagaimana?”

“Oke deh.” jawabku pasrah


Setelah menyelesaikan administrasi aku mendapat penerbangan yang baru dan punya waktu sekitar tiga jam menunggu, aku memutuskan untuk mencari lounge yang nyaman. Mataku tertuju pada sesosok pria yang cukup menarik, duduk sendiri di sebuah lounge milik operator seluler, kuhampiri lounge tersebut dan berharap poin ku cukup untuk dapat masuk.

“Mbak, poin nya ada empat ratus delapan puluh, apakah berkenan dipotong seratus poin?” petugas lounge menanyakan padaku

“Udah cepet potong.” Jawabku tak lepaskan pandangan dari pria tersebut sambil was-was ada yang akan mengambil tempat duduk dekat dirinya

“Silakan mbak, terima kasih sudah memilih lounge kami.”

Tanpa pedulikan jawabannya aku terus melangkah menuju pria tersebut

“Mbak???!!!??”

Panggilan yang membuyarkan konsentrasiku yang sedang tertuju pada pria menarik di ujung sana

“Ada apa sih!!” dengan nada kesal aku berbalik dan ingin menghadriknya, tas tanganku menghantam kepala pria pengganggu tersebut, tapi apa dosaku Tuhan? Kulihat seorang pria dengan noda tumpahan kopi di beberapa bagian baju dan celananya. Saat itu aku baru menyadari bahwa tumpahan kopi tersebut akibat ulahku.

Dalam suasana canggung luar biasa aku terus menerus minta maaf, anehnya dia hanya tertawa, manis juga. Dengan sopan dia menawarkan duduk bersamanya, sambil memperkenalkan namanya.

Namanya Yudistira, humoris juga orangnya, sepertinya menarik.

“Memang seh kamu bukan om atau papa aku, bukan koko juga, tapi masa cocok dipanggil kakak? Soalnya kamu terlihat lebih tua sepuluh tahun dari aku” candaku balik

“Hahahahaha, Cici Glodok bisa canda juga ternyata. Asal tau ya aku punya adik bungsu jaraknya sembilan belas tahun lho.” Balasnya mengatai aku

“Siapa yang cici glodok?” sangkalku sambil memasang ekspresi kesal yang dibuat-buat

Lagi-lagi Yudistira hanya tertawa, seolah-olah terhibur akan kehadiranku, selucu itukah aku? Suasana canda tawa ini membuat aku merasa akrab dengannya, semakin membuatku nyaman mengutarakan candaan, ejekan, bahkan tak segan aku pura-pura sedih, marah atau jutek saat Yudistira membalas candaanku.

Candaan yang seharusnya makin seru malah membuatku kikuk, mukaku terasa memerah karena Yudistira yang tadinya membalas candaanku saat ini hanya tersenyum memandangi aku.

Aku malu...

Sungguh....



Terus aku lontarkan candaan untuk menutupi rasa malu, kadang malah ekspresiku terkesan lebay. Aku harus bagaimana ini? Yudistira hanya terpaku dengan senyumnya yang membuatku semakin salah tingkah.

Panggilan terakhir untuk penerbangan ke Borneo Timur segera masuk melalui pintu lima belas.

Sontak Yudistira bergegas menuju pintu tersebut

“Aku duluan ya, terima kasih dan senang berkenalan denganmu Indriyani.” Ucapnya

Sambil terus melangkah, Yudistira menoleh ke arahku memberikan isyarat dengan menempelkan tangannya ke pipi layaknya orang yang sedang menelepon, dengan sigap aku mencari di sekitaran meja dan kursi tempat dia duduk, mungkin telepon selulernya tertinggal. Kurentangkan kedua tanganku seraya menggeleng sebagai isyarat bahwa tidak ada apapun yang tertinggal.

Yudistira tetap memberi isyarat telepon, membuatku makin bingung sebelum kusadari ternyata dia menanyakan nomor kontak milikku, aku mengejarnya sampai batas pintu masuk dan dengan segenap pengetahuan yang kumiliki, aku memberi nomor selulerku satu persatu dengan isyarat jari dan ucapan. Namun sepertinya Yudistira tidak berhasil menangkap pesanku, sampai dia hilang dari pandanganku.


Apakah dia bercanda di saat seperti ini?


Tapi kenapa aku mengejarnya?

Seakan tak ingin berpisah…

(bersambung)

[/HIDE]
 
Baiklah kakek papi. Ehem ehem ...

Susah ya bikin pov cewek? Susah kan? susah kan? Dan ga... Gak jadi ngomong dah. Ntar TSnya ngambek, gak jadi nerusin ceritanya :pandaketawa:
 
"Indriyani, gadis keturunan dengan rambut hitam sebahu, tinggi seratus enam puluh satu sentimeter berat empat puluh delapan kilogram yang masih terus merasa gendut. Suka ngebanyol walau acapkali hanya dirinya yang mengerti dan tertawa sendiri. Ternyata dia hendak ke borneo juga, tapi sebelah barat pulau borneo."

"Perlahan namun pasti, terlepaslah gaun yang kukenakan dan menampakkan lekukan seratus enam puluh satu sentimeter tubuhku dengan beban seberat empat puluh satu kilogram berbalut kulit putih mulus dengan bulu-bulu halus di atas permukaannya."

Suhu...berat badan Indriyani berbeza dalam POV Yudistira & POV Indriyani :p

Ngak sabar Yudistira dgn kulit sawo matang vs amoy Indriyani dgn kulit putih mulus sexy bertempur buas di atas katil :tegang:
 
Mantap nih ijin baca hu
silakan suhu

Baiklah kakek papi. Ehem ehem ...

Susah ya bikin pov cewek? Susah kan? susah kan? Dan ga... Gak jadi ngomong dah. Ntar TSnya ngambek, gak jadi nerusin ceritanya :pandaketawa:
susah suhu, bagilah ilmunya ke nubie ini
:ampun:

Mataku tertuju pada sesosok pria yang cukup menarik,

alamakkkk
:genit:
menarik troli

Ada apdet...

Duduk anteng sambil :baca:
monggo

alamak, srasa cepet sekali suhu....

ayoo lanjut lagi suhu, ...
alon alon suhu


"Indriyani, gadis keturunan dengan rambut hitam sebahu, tinggi seratus enam puluh satu sentimeter berat empat puluh delapan kilogram yang masih terus merasa gendut. Suka ngebanyol walau acapkali hanya dirinya yang mengerti dan tertawa sendiri. Ternyata dia hendak ke borneo juga, tapi sebelah barat pulau borneo."

"Perlahan namun pasti, terlepaslah gaun yang kukenakan dan menampakkan lekukan seratus enam puluh satu sentimeter tubuhku dengan beban seberat empat puluh satu kilogram berbalut kulit putih mulus dengan bulu-bulu halus di atas permukaannya."

Suhu...berat badan Indriyani berbeza dalam POV Yudistira & POV Indriyani :p

Ngak sabar Yudistira dgn kulit sawo matang vs amoy Indriyani dgn kulit putih mulus sexy bertempur buas di atas katil :tegang:

terima kasih suhu, sudah di revisi
:sayang:
 
Menyimak suhu,sepertinya sesuatu sekal
 
Mulustrasinya kayak aktris Jav yah.....
 
Cerbung ini berpotensi menjadi bacaan menarik di pagi hari sambil menyantap sarapan atau sekedar kopi hangat.

Jadi, update tiap pagi ya pi. Pliiss :dansa:
 
kok ilustrasi foto indri ga yg itu pi

:pandajahat:



cerita yg lakay di tunggu" kelanjutannya :jempol:
 
gelar tiker ah, bagus ini , moga2 tetep semangat sampe tamat.
 
Bimabet
Asem aku ketinggalan.

PoV cewek memang sulit kalo ditulis oleh cowok. Aku pernah menulis POV Cewek, tapi itu baru bisa kutulis dgn baik setelah melakukan wawancara dengan 27 wanita.

Wawancaranya di atas ranjang pastinya :kangen:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd