Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Bankers Affair

mantap suhu.... alurnya tak terduga dan mendebarkan...
 
Part 13
Baper


"Meski kau tahu semua akan berakhir buruk, sanggupkah kau berhenti saat semuanya masih terasa indah?"

Dini mengagumi sosok Hendra yang terbilang sukses di usia muda, berkarakter, tegas, pintar namun dibalik itu semua juga merupakan pribadi yang tenang, hangat, perhatian dan pengertian.

Semua pertanyaan dan kebingungan Dini selalu dapat dijawabnya dengan meyakinkan, selalu punya waktu untuknya, mampu membuatnya tenang dan nyaman tanpa banyak menuntut.

Sedangkan bagi Hendra, Dini membuatnya merasa hidup, semua serba tak terduga, selalu membuatnya bergairah, bercinta dengan Dini benar-benar memabukkan. Tak ada hari di mana dia tak menginginkan Dini di sisinya. Mendengar suara Dini membuat nya lupa akan semua masalahnya.

Namun cinta memang mengalahkan logika. Keduanya makin larut dalam perselingkuhan, tak peduli lagi akan pertanyaan, pikiran, atau perasaan orang-orang disekitar mereka.

Panggilan dan kata-kata sayang selalu mereka gunakan dalam setiap komunikasi verbal, telepon, bbm, bahkan email.

Cinta lokasi memang lumrah terjadi di kala beban pekerjaan menuntut mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor sehingga membatasi interaksi mereka hanya dengan sesama karyawan.

Namun status Hendra yang merupakan suami orang tentu akan menimbulkan masalah. Istri Hendra bukanlah seorang perempuan yang menerima begitu saja perilaku suaminya. Sebaliknya, sikap lembut Monic akan berubah keras bahkan kasar ketika sedang dikuasai emosi.

Dan ketika perilaku sang suami sampai ke telinganya, keindahan perselingkuhan pun berakhir.

...



"Ko Hen... Besok Doni dateng, tapi ga nginep koq, ada acara Keluarga katanya. Malemnya dia ngajak Dini nonton, boleh ga?" tanya Dini.

"Hhhh... Kalo aku aja yang ngajak sayang ga pernah mau..." Sahut Hendra bersungut-sungut.

"Bukan gitu sayang, ga enak kalo dilihat orang. Kamu ngertiin donk, aku tu jagain nama baik kamu juga." Dini beralasan.

"Kamu jangan gitu donk, aku ga bakal ngapa-ngapain koq, nanti aku ceritain semuanya ya." Dina coba meyakinkan Hendra.

Hendra memaksakan tersenyum dan berkata "iya ga papa, tapi ceritain semuanya jangan ada yang ditutupin."

Dini tersenyum, kemudian merangkul Hendra dan mencium bibirnya.

Saat itu Hendra sedang mengantarkan Dini pulang dan parkir di pinggir jalan, tidak jauh dari rumah Dini.

Mereka memang tidak sempat jalan-jalan karena meeting baru selesai jam delapan malam dan akhirnya hanya menghabiskan waktu berduaan di dalam Mobil.

Hendra menahan Dini yang akan melepaskan ciumannya, dan kembali melumat bibir Dini dengan penuh nafsu. Dini membalas lumatannya, merasa takut terlihat dari luar, Dini kemudian mengajak Hendra ke bangku tengah mobilnya.

Hendra memajukan kursi depan dan sedikit menurunkan sandaran kursi tengahnya, mencoba membuat ruang yang lebih lapang dan nyaman untuk bercinta.

Hendra melepaskan celananya sekaligus celana dalamnya, Sementara Dini duduk di samping Hendra, meraih kontolnya dan mulai menciumi dan mengulum kontolnya yang mulai mengeras.

Dini tidak membuka pakaiannya, hanya menaikkan roknya,
Dini kemudian pindah duduk di pangkuan Hendra.
Hendra merobek stoking Dini di bagian selangkangannya, dan menggeser panty nya ke samping memberi tempat untuk kontolnya masuk ke memek Dini yang masih kering.

Dini menurunkan pinggulnya, memasukkan kontol Hendra perlahan ke liang vaginanya.

"Ooouuuuggghhhh... " Dini merasa memeknya kesulitan menelan kontol Hendra. Terasa sedikit perih saat Hendra memaksakan kontolnya masuk.

Dini membuka seluruh kancing seragamnya dan menaikkan bra nya ke atas, membiarkan Hendra menggigiti dan memainkan lidahnya di toked Dini yang terayun indah mengikuti gerakan tubuhnya.

"Ahhhhhh...hhhh... Uuuuuhhhhh... Hhhh" desahan Dini terdengar makin ideas.

Disaat memeknya mulai basah, Dini pun merasakan nikmatnya kontol Hendra yang memenuhi memeknya.

Hendra menyadari Mobil Innovanya bergoyang kencang, diapun beberapa kali menghentikan genjotan Dini, setiap kali terlihat sorotan lampu Mobil yang lewat.

Tapi saat keduanya mulai larut dan mengejar klimaksnya sorotan lampu Mobil dan suara orang lewat tidak lagi mengganggu justru memicu mereka lebih liar lagi.

"Aaaaagghhhhhh..... Hmmmmppphhh..."
"Sayaaaannnggg aku keluarrr... Hhhhh"
Dini mencapai klimaksnya bergoyang makin hebat. Hendra merebahkan tubuhnya di jok, menaikkan kaki Dini ke bahunya dan mulai menyodoknya kencang. Mobil yang mereka gunakan pun bergoyang makin kuat.

"Ooooouuugggghhhh Dinnnn... Enak bangettt."
"Aku keluarin di dalem ya...."
Tanpa menunggu jawaban Dini Hendra memuntahkan pejunya di liang rahim Dini.


"Hhhhh.... Hhhh..." Nafas Hendra terengah-engah, quickly sex di mobilnya cukup menguras tenaga juga.

"Plopp.." Hendra menarik lepas kontolnya dari jepitan memek Dini dan membawanya ke mulut Teller nya yang paling cantik itu. Dini mengulumnya sampai bersih dan bergegas merapikan pakaiannya. Panty nya sobek, Dini pun kesal dan membuangnya ke lantai.

Hendra tersenyum saja melihat muka cemberutnya dan memajukan mobilnya untuk mengantarkan Dini pulang.

...
 
Terakhir diubah:
sedikit update yah.........
 
Part 14
Wake Up!

Kepala Dini berdenyut, dadanya sesak, ketika Doni memutuskannya karena menuduhnya berselingkuh.
Bukan kehilangan Doni yang membuatnya cemas, tapi reaksi keluarganya saat mendengar hubungannya dengan Hendra.

Hendra masih punya istri yang sah, berbeda suku dan berbeda agama dengannya. Tentunya menjadi penghalang besar untuk hubungan mereka.

Apalagi tidak sulit bagi Dini untuk mendapatkan pria bujangan.
Namun dengan Hendra dia mendapatkan kenyamanan. Hendra mampu mengerti dirinya, dan mengatasi sifat moody nya.
Serta tidak membuatnya terkekang.

Doni sendiri pria yang good looking. Tubuhnya atletis, anak seorang pejabat Pemda yang kaya. Sifatnya cenderung alim. Namun menurut Dini sifatnya kurang dewasa, masih bergantung pada orang tua dan terlalu menuntut.

Ismail, pria bertubuh kurus, wajah cupu, sifat mesum yang menjadikannya wanita dewasa, memperkenalkannya pada kenikmatan sex, keasyikan bercumbu, dan membangkitkan sisi binal dalam dirinya. Namun lebih memikirkan nafsunya sendiri ketimbang perasaan Dini.

Sementara Hendra adalah sosok pria cerdas yang dewasa, yang mampu membuatnya tenang, menjadi tempatnya bergantung, dan membuat Dini merasa dicintai.
Pria yang selalu ada untuknya, mau menuruti keinginannya, dan sabar menghadapi sifat buruknya. Secara fisik ganteng juga, meskipun perutnya mulai buncit.

Seandainya Hendra belum beristri, tentu Dini akan dengan mudah menentukan pilihannya.

Tapi Dini memilih untuk larut dalam perasaannya, terseret dan terombang-ambing, hingga akhirnya terhempas ke tepian.

Dini sadar dia harus menghentikannya. Maka suatu malam Dini pun mengutarakan keinginannya untuk putus.

Hendra berlutut, memohon Dini untuk tidak meninggalkannya, mengucapkan janji-janji untuk meninggalkan istrinya dan menikahi Dini.

Hendra sungguh tidak ingin kehilangan Dini, tidak saat ini, tidak sekarang.

Dini menariknya untuk berdiri sambil menangis.

"Sayang, please jangan tinggalin aku."
"Aku sudah lakuin semua buat kamu"
"Sesulit apapun jalan kita kedepannya, aku mau jalanin sama kamu."
Hendra terus mencoba meyakinkan Dini

Dini hanya terdiam, hatinya pun sama, menginginkan Hendra, tapi apa kata keluarganya? Apa kata teman-temannya?

Mamanya pernah mengingatkan untuk tidak main-main dengan pria beristri, saat Dini tanpa sadar bercerita panjang lebar tentang bosnya itu.

Belum lagi Monic istrinya, tidak menginginkan untuk berpisah. Dan tidak segan menggunakan cara apapun termasuk guna-guna dan terror.

Ditambah segala perbedaan mereka yang mustahil disatukan.

Tapi Dini tak kuasa meninggalkan Hendra, dia pun tau Monic bukanlah istri yang baik dan hanya membuat Hendra tersiksa batin. Dini bisa merasakan kesedihan Hendra selama ini.

Dini pun memeluk Hendra, mereka hanya tinggal berdua di sana. Di ruang pimpinan yang tertutup. Tadi Dini sengaja menunggu Hendra menyelesaikan pekerjaannya. Untuk mengajaknya bicara.

Hendra sungguh tidak ingin kehilangan Dini, bibirnya melumat bibir Dini, tangannya menahan kepala Dini dan membelai lembut pipinya.

Dini menarik Hendra ke sofa, mengajaknya bercumbu sambil meminta Hendra menindihnya.
Hendra mencium bibir Dini dengan mesra, sesekali bibirnya menelusuri leher Dini, memberinya cupangan kecil. Tangannya mencoba mempreteli kancing kemeja Dini.
Dini menggoyangkan pinggulnya, menggesek-gesekkan selangkangannya yang masih terbalut rok, stockin dan celana dalam

"Hmmmppphhhh.... Ahhh.... Hhh"
Dini makin aktif menggesek-gesekkan tubuhnya sementara Hendra menghisapi kedua payudaranya. Hendra memainkan lidahnya memutari puting susu Dini yang mencuat indah sambil menggigitnya pelan.

"Uuuhhhh.... Ahhhh... Hhhh..."
"Kohhh.... Dini... Aaaahhhh..."

Creettt... Crttt...
Cairan Dini membanjir, dan tubuhnya menggeliat saat klimaksnya tercapai. Dini mendapatkan orgasmenya tanpa penetrasi dari Hendra.

Hendra menikmati pemandangan tubuh sexy Dini yang baru mendapatkan orgasmenya. Membiarkan Dini menikmati sisa-sisa klimaksnya.

Hendra kemudian mengajak Dini pulang sebelum ada yang curiga.

Hendra mengajak Dini ke mobilnya. Dini merebahkan jok kursinya, dan berbaring. Kancing kemejanya masih dibiarkan terbuka.

Hendra pun membawa Dini pulang ke rumah. Dalam perjalanan Hendra menggunakan tangan kirinya meraba toked Dini dan mainkan putingnya. Sentuhan Hendra berhasil membuat Dini kembali On.
Dini meraba kontol Hendra dari balik celananya. Mengurutnya perlahan.

"Koh... Bukainnn..." pinta Dini manja.

"Aku kulumin ya koh?"

Dini memulai aksinya dengan menciumi kepala kontol Hendra, menjilatinya, kemudian mengulumnya di dalam mulut.

"Hendra dibuat merem melek karena permainan lidah Dini."

Hendra terpaksa membagi konsentrasinya. Beberapa kali Hendra kehilangan konsentrasi dan hampir menyenggol kendaraan di depannya.

Namun kenikmatannya justru berlipat-lipat. Saat Dini memasukkan seluruh batang kontol Hendra ke mulutnya, tubuh Hendra akan kelonjotan menahan kenikmatan yang luar biasa. Ga rela kenikmatannya berakhir, Hendra memutar arah mobilnya menyusuri sebuah danau buatan, belok melewati jalan menanjak menuju sebuah cafe yang sedang tutup diujung jalan berbukit. Sial sebelum sampai tujuan kontol Hendra keburu berdenyut. Ga tahan dengan kuluman Dini yang makin kenceng menghisapnya naik turun.

"Sluuurrrppp... Leph...leph...leph"
Dini mulai mahir menggunakan lidahnya untuk memanjakan Hendra.

"Oooohhhhhh.... Uuuhhhh.... Sayaaannngg... Akuu keluaaaaarr"

Crootttzzz..crott..crott...crott
Hendra menyemburkan pejunya di mulut Dini tepat saat berhasil memarkirkan mobilnya di tepi jalan.

Dini terus merapatkan bibirnya, menghisap kontol Hendra dari pangkal, perlahan naik ke kepala kontolnya sampai terlepas dari mulut mungilnya.

Dini pun menelan sperma Hendra dan meraih botol minumnya, minum sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan rasa lengket di tenggorokannya.

Ahhh... Dini terus mengurut dan memainkan Kontol Hendra, sementara di luar turun hujan.

...
 
Gairah Hendra dengan cepat bangkit kembali. Dirobeknya stoking Dini dan ditariknya lepas. Kemudian diturunkannya cd Dini sampai menyangkut di lututnya.

Hendra menciumi dan menjilati vagina Dini yang mulus tanpa bulu.
Dimainkannya lidahnya di sana, mencoba memancing gairah Dini.

"Oooohhhh... Koh Hen..."
"Masukin aja sekarannngghh..."
Dini mulai mengerang.


Hendra pun merebahkan Dini di jok tengah dan melebarkan kakinya.
Hendra berlutut di bawah, lalu memasukkan kontolnya ke dalam memek Dini.
Jlebb... Blessshhh....
"Aaahhhhh...." Hendra merasakan nikmatnya kedutan memek Dini.

Plak..plakk..plak..plakk

Hendra terus menggenjot Dini dengan rpm tinggi.

Tangannya meremas kencang toked indah Dini. Tidak dipedulikannya mobilnya bergoyang kencang, karena hujan deras tentunya mengaburkan pandangan ke arah mobilnya.

"Aaahhhhh... Uhhhh... Hhh..." Dini menjerittt menikmati persetubuhannya semaksimal mungkin.

"Kohh Henn.... Akuuuu enaakkkk..."
Dini mendapatkan klimaksnya.

Hendra yang baru saja klimaks di mulut Dini, tidak mengurangi genjotannya memperhebat orgasme yang dirasakan Dini.

Plakk.. Plakk.. Plakkk... Plakkk...

Tak lama Hendra mencabut kontolnya dan mengocoknya di muka Dini...

Crotttzzz.. Crotttzz..
Pejunya menyiram wajah Dini, terutama di mulutnya. Beberapa menempel di rambutnya...

Dini menjilati bibirnya baru kemudian membersihkan sisa sperma di kontol Hendra sampai ga bersisa.

Dini merasahkan perih di vaginanya, Hendra kali ini memang tidak selembut biasanya.

...
 
Hmm.....Mail mau apa yah.....?
 
Part 15
Mail is Back!

Hendra menunggu dengan cemas di Bandara. Kedatangan Pak Bona, Area Managernya, sungguh sangat mendadak. Hendra baru dihubungi saat Pak Bona akan take off.

Hendra sadar hubungannya yang memburuk dengan staff audit di kantor bisa membawa masalah. Tapi anak mesum itupun ga bisa dibiarin.
Hendra bersumpah kalau Mail sampai melaporkannya ke kantor pusat, Dia akan membalasnya.

Hendra terus menatap ke layar monitor menunggu status landing penerbangan yang membawa Pak Bona.

Peluh membasahi wajahnya karena suhu di kota ini memang panas.
Hendra berkali-kali mengelap keringatnya.

Sepuluh menit kemudian Pak Bona menghampiri Hendra dengan terburu-buru sampai Hendra tidak menyadari kehadirannya. Hanya menjinjing tas kerja di tangan kanannya.

Hendra pun mengajak Pak Bona ke mobil, dia memilih tidak membawa driver, khawatir masalah yang akan dibicarakan menyebar keluar.

Pak Bona membuka jendela, mulai menghisap rokok kreteknya. Menghela nafas panjang.

"Hendra tolong kamu cerita...
Jujur sama saya....
Ada apa sebenarnya dengan cabang ********* ?"

Keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Mulut Hendra gemetar saat mencoba menceritakan apa yang terjadi.

"Bukan... Bukan itu..." potong Pak Bona saat aku menceritakan kondisi kantor dan temuan audit.

"Ada laporan tentang kelakuan kamu di kantor!" hardik Pak Bona.

Degg... Hendra terdiam, jantungnya serasa mau copot.

"Sakit kepala saya Hen... Harus ngurusin masalah remeh kaya gini!"
Bentak Pak Bona lagi.

"Sudah... Sudah... Sekarang saya mau ngomong sama audit kamu itu, after office lu ajak Dini sama Yessie kita ngomong di lounge hotel aja."
Seru Pak Bona sambil membuang puntung rokoknya, dan menyalakan sebatang lagi.

Dini... Yessie... ? Kenapa harus melibatkan mereka? Hendra berpikir keras. Kepalanya mulai sakit membayangkan keruwetan masalah yang dibuatnya.

"Huhh... Mailll.... Ini pasti kerjaan Mail!" Hendra mengumpat kesal.

...

Hell yeah... Mail is back!

Dari hasil seharian mantengin cctv. Mail berhasil mendapatkan potongan-potongan rekaman yang meyakinkan adanya affair antara Dini dan Hendra. Ditambah penyimpangan-penyimpangan entertain yang dilakukan Hendra, rasanya cukup untuk menyingkirkan pengganggu itu.

Mail kini berpikir keras, mengarang cerita yang akan disampaikannya ke Pak Bona.

"Hak...hak...hak... Lu salah ngeremehin gue Hen... Hen..."
Mail pun girang, pembalasannya telah dimulai.

...

POV Pak Bona:

Bahhh... Anak muda dikasih jabatan kaya gini nih, semaunya aja. Kerja belom beres dah bikin masalah.

Kepala gua pusing harus ditegur Direksi untuk masalah sepele kaya gini.

Orang ini dulu musti gue beresin. Ismail ini bisa bikin masalah buat gue nantinya.

Sekarang gue lagi dengerin aja celotehan ismail ini. Ceritanya muter-muter, mau bikin gue pusing.
Keliatan banget dia coba jatuhin Hendra. Gue pun langsung paham akar masalahnya, jadi gue potong omongannya.

"Gue denger lu pacaran ya sama Dini?" potong Pak Bona.

Mail tergugup...

"Ada laporan Yessie jg lu pake?"

"Pake cara apa lu deketin mereka?"
Gue mulai mencecar Mail.

"Gue sering denger, kelakuan lu Mail dari lu mulai kerja!"

"Sekarang gua kagak mau lu muter-muter lagi, lu jelasin yang jujur semuanya!"
Bentak gue keras, gue yakin sekantor denger dan Mail ga bakal berani macem2.

Gue bertekad harus beresin semua yang aneh-aneh di kantor ini.

Uhhhh... Kepala gue sakit. Padahal Yessie bakal nemenin gue malam ini. Gue juga penasaran sama Dini dan satu lagi, Mail tadi nyebut-nyebut Sari.

Gue gebrak meja waktu Mail mulai ngelantur lagi dan gue suruh dia keluar. Gue matiin perekam suara di hape gue dan kamera ballpoint di saku gue.

Mendingan gue balik hotel, siap-siap dulu. Bakal jadi malam yang panjang nihh. Gua bilang apa, biar bisa extend ya?

...

POV Dini:

"Koh Hen... Biar Dini ngomong ke Pak Bona, pasti ga ada masalah koq." Dini coba menenangkan atasan sekaligus kekasihnya itu.

"Ngga, Din, aku ga mau kamu terlibat dalam masalah." Hendra coba mencegahku.

"Tenang aja, Dini pasti bisa koq ngatasinya." aku mencoba tersenyum menenangkannya.

Sebelum Hendra menjawab aku pun memotongnya. "Dah ya, aku balik ke teller dulu."

Kembali ke ruang teller, Yessie dan Sari menatapku dengan pandangan bertanya-tanya. Aku hanya tersenyum saja melihat mereka.
Aku mulai bekerja, namun pikiranku menerawang. Banyak aku dengar cerita tentang Pak Bona. Termasuk petualangan Yessie dengannya. Memikirkan apa yang akan terjadi denganku tidak membuatku cemas bahkan hatiku berdesir membayangkan apakah Pak Bona memang seperti cerita mereka, seorang penakluk.

Selesai bekerja kami bertiga berkumpul. Sari tampak paling panik, apa Sari punya rahasia ya?
Yessie hanya tertawa-tawa saja.
Buat dia niat si Bona jelas cuma satu. Ngentot!

Bahkan Yessie terpaksa bilang ke mamanya kalau dia menginap di rumah Dini karena keluarga Dini semua keluar kota dan dia sendirian.
Sari pun sama.

Ahhh... Siall, aku harus bohong jg donk, bilang menginap di tempat sari aja, pikirku.

Sore itu di saat yang lain bersiap pulang, kami justru sibuk merapikan penampilan dan memakai make up ulang.

Kami berangkat dengan mobil Hendra ke hotel Novot*l, ga jauh dari kantor. Aku duduk di samping Hendra, kami hanya terdiam. Sesekali Hendra menggenggam tanganku. Aku pun balas menggenggam dan mencium tangannya. Aku coba menenangkan Hendra selama dalam perjalanan.

Turun dari mobil, aku pun menarik tangan Hendra dan mencium bibirnya. Hendra mulai tampak tenang dan merangkulku sambil berjalan. Sementara Yessie yang iseng tiba-tiba ikut menggandeng Hendra, memeluk, berbisik di telinganya "Tenang aja Pak, kita pasti bantuin Pak Hen koq." lalu nekat menciumnya sekilas.

"Eehhhhh.... Sakittt yank...." Hendra menjerit saat aku menjewer kupingnya. Bisa-bisanya dia bengong dan ngaceng saat kondisi kaya gini.

Aku pun meninggalkannya, berjalan cepat menyusul Yessie dan Sari yang lebih dulu masuk ke lobby hotel.

Sudah jam 7 malam saat akhirnya Pak Bona menemui kami di lounge.
Di meja sudah tersedia 1 pitcher San Miguel dan beberapa botol sprite.

Hendra sudah menghabiskan segelas beer San Miguelnya, sementara Yessie dan Sari juga minum walaupun ga banyak.

Pak Bona menuangkan isi pitcher memenuhi gelas-gelas kami lalu menatap Hendra.

"Hen, kamu jemput Pak Alim di Airport sekarang, nanti kamu ajak makan dulu, kamarnya dah saya pesenin". Pak Bona meminta Hendra pergi.

"I...iya pakk" Hendra makin cemas, memikirkan nasibnya karena Pak Alim sampai ikut datang.

"Henn... Jangan lupa minta driver bawa mobil ke sini nanti buat anter mereka pulang". Tambah Pak Bona.

Aku tersenyum mencoba menenangkan Hendra yang pasti ga nyaman meninggalkanku di sini.

...

"Ok, santai aja ya... Saya sudah tahu semua masalah di Kantor ini. Hendra harus saya mintai pertanggungjawaban. Saya cuma punya waktu sampai malam ini untuk membuat keputusan. Besok pagi sudah harus saya sampaikan ke Pak Alim, direktur kita."

Pak Bona menarik nafas panjang, membuatku tegang. Aku tidak yakin apa yang diinginkannya, dan apa yang bisa aku perbuat untuk membantu Hendra.

"Saya mau kalian semua menceritakan apa yang sebenernya terjadi. Ingat saya punya bukti rekaman cctv, laporan pemeriksaan audit, data log karyawan, rekaman email, telepon, dan keterangan saksi-saksi. Saya mau detail!
Jangan ada yang ditutup-tutupin."
Pak Bona memulai interogasinya.

Aku menjawabnya. "Pak... Biar saya jelas.."
"Ehhh... Bentar...bentar" potong Pak Bona. "Ini masalah sensitif, jangan di sini ya, kita cari tempat yang lebih privat." Pak Bona bangkit meminta bill, kemudian mengajak kami ke atas. Ya... Seperti yang kami takutkan(atau harapkan?) Pak Bona mengajak kami ke kamarnya. Yessie yang berjalan disampingnya, terpaksa membiarkan tubuhnya digrepe-grepe si bandot tua.

Sari tampak pasrah, sementara Yessie masih bisa tertawa melayani guyonan si bandot. Aku tiba-tiba ragu untuk ikut masuk ke kamarnya.

Sampai di kamarnya si bandot lebih dulu masuk ke kamar mandi. Yessie dan Sari sudah lebih dulu duduk di kursi yang tersedia. Siall aku terpaksa duduk di kasur bareng bandot itu!

Yessie dan Sari pun tersenyum jail melihat perubahan raut mukaku.

Pak Bona keluar dari kamar mandi, tampak lebih segar, tercium parfum Bvlgari dari tubuhnya yang tambun.
Pak Bona duduk merapat di atas kasur yang sebenarnya masih luas. Tangannya mengelus pahaku yang terekspose karena rok kerjaku yang ketat tertarik ke atas.

Ahh... Percuma saja membetulkan posisi dudukku... Bandot ini tetep aja mencari kesempatan.

"Ayo Dini... Kita mulai dari kamu ya..."
"Ahh... jangan Pakkkk. Saya... Ga bisa..."
jawabku terbata

Pak Bona merengut, "Maksud saya ceritanya Dini...
Kamu mulai cerita..."

Seketika mukaku memerah, sementara Yessie dan Sari cekikikan sampai terbahak-bahak. Sebuah bantal pun melayang ke kepala mereka.

Suasana mendadak berubah relax. Kami tentu menceritakan versi kami tentang Mail, kebiasaan buruknya tidur di pantry, sikap mesumnya, dan kami semua yang pernah didekatinya bahkan dicabuli.

Gila ternyata Sari pun pernah melayani Mail, terpaksa karena takut Mail melaporkan kebiasaannya clubbing ke Hendra. Mulanya hanya merelakan Mail menikmati susu montoknya. Tapi lama-lama Mail menuntut Sari menjepit titit Mail dengan tokednya. tits fuck.
Berlanjut dengan memaksa Sari menerima titit Mail di mulutnya. Memainkan lidahnya di sana sampai Mail menyemprotkan pejunya di mulut Sari.


Cerita-cerita panas pun terus berlanjut, dan tanpa sadar posisi kami sudah berpindah. Pak Bona bersender di tengah sementara aku dan Sari di masing-masing sisinya. Yessie duduk menghadap Pak Bona jelas memperlihatkan panty dan bra di balik kemejanya yang setengah terbuka. Jemari kaki Pak Bona dengan sengaja mengelusi pahanya yang mulus.

Bandot tua itu sangat lihai membawa suasana, sampai Sari pun tanpa sadar merapatkan tubuhnya saat asyik bercerita tentang berbagai pelecehan yang diterima dari rekan kerjanya terutama Mail.

Pak Bona menarik Sari dan memeluknya. Menempelkan mukanya di toked massive Sari.
Entah bagaimana caranya dengan tangan kiri mengelus punggung Sari dan tangan kanan mengelus pahaku. Si bandit bisa melepas kancing kemeja Sari memperlihatkan tokednya yang putih dan montok.

Celananya makin menggembung saat Yessie meraba dan meremas kontolnya dari luar.

Pak Bona melepaskan Sari dan menciumku dengan hangat, melumat bibirku dan memainkan lidahnya di mulutku. Kali ini si bandot hanya berkonsentrasi denganku. Bibirnya menelusuri leherku. Membisikkan pujian-pujian akan kecantikanku, putih dan wanginya kulitku dan betapa dia sangat menginginkanku seketika menaikkan moodku untuk bercinta.

Bandot tua itu pasti merasa di surga dikelilingi tiga teller cantik. Ahh pasti sudah lama dia menginginkanku.
Masih teringat pertemuan dengannya di lift hotel saat training di Jakarta dulu. Betapa matanya seakan menelanjangi ku bulat-bulat.

Tidak ada perlawanan dariku saat Pak Bona mempreteli kancing kemejaku. Malahan aku membantunya dengan membusungkan dadaku untuk memudahkannya melepas kait braku.



Sari kini sudah membuka seluruh kancing seragam dan Bra nya. Tanpa sungkan Sari menarik tangan Pak Bona untuk meremasnya.

Sementara Yessie, masih dengan pakaian lengkap, melepaskan ikat pinggang bandot tua itu dan menarik celananya turun.

Aku yang sudah sangat terangsang, membuka seluruh pakaianku dan melemparnya. Seluruh mata di kamar itu memandangku kagum. Membuatku makin bergairah. Aku bergerak naik, mengangkangi kepala Pak Bona, menuntut servis lidah bandot tua itu.

Yessie mulai mengurut kontol Pak Bona, menjilatinya kemudian kembali mengurutnya, kulum, urut, terus berulang, mengkombinasikan teknik handjobnya dengan permainan lidah membuat kontol si bandot tua makin keras saja.

Yessie terus mengayunkan kepalanya naik turun mengulum kontol Pak Bona yang lumayan besar itu. Sementara Sari menjilati bola kembarnya sampai ke anusnya sebelum mengambil posisi yessie untuk menjepit kontol Pak Bona di tengah toked besarnya dan menggesekkannya naik turun.

Tangan Pak Bona begitu lihai merangsangku dengan meremas tokedku dan memainkan putingnya yang mencuat indah. Sesekali jemari tebalnya memilin putingku. Sementara kumis tebalnya yang menggesek memekku ditambah lidahnya yang memainkan itilku membuatku melayang.

"Aaaahhhhh... Uuuhhh... Uuuhhh..."
"Hhhhh... Aaaaahhhhh..."

Pak Bona melesakkan lidahnya menjelajah bibir dan liang vaginaku, terus bermain-main dengan itilku, menusuk-nusukkan lidahnya. Juga menyusuri pangkal pahaku.

"Aaaaagghhhhhh.... Pakkkkk..... Enakk di situuu..."
"Uuuuhhhhhhh..... Hhhhhhhh....."

Crrttt... Crtt... Crttt....

Aku lebih dulu mencapai klimaksku...
Tubuhku mengejang nikmat sekali.

Lemes rasanya... Tapi enakkk

Cairan cintaku membasahi muka si bandot tua.
Aku pun mencium bibirnya dan melumatnya, merasakan cairanku sendiri.

Yessie mengangkang, mengambil posisi WOT, mengarahkan kontol si bandot untuk membelah memeknya, lalu mengayunkan tubuhnya naik turun dan menggoyangkan pinggulnya.

Memberikan pemandangan indah saat tokednya yang masih kencang turut berguncang seirama gerakan pinggulnya naik turun. Benar-benar service yang maksimal untuk si boss besar.

"Aaaaagghhhhhh.... Uuuuhhhhhhh...."
Yessie yang sudah horny sejak tadi dengan cepat naik gairahnya. Nafsu nya bergejolak menuntut penuntasan.
Dengan cepat Yessie pun meraih klimaksnya berbarengan dengan si bandot.

"Oohhhh yesss.... Kalo lu ngulet-ngulet terus gini gue bisa muncrattt"

"Oooohhhhh..... Anjrittt enakkk banget memek lu... Gua keluarin di dalem ya...." si bandott terus aja mencerocos

"Ngentotttt.... Gue juga mau keluarrr... Aaaaaahhhhhh..."
Yessie pun mencapai klimaksnya

Si Bandot terus menghujamkan kontolnya dari bawah tanpa mempedulikan Yeasie yang mulai lemas.

Jepitan memek Yessie yang seakan menurut kontolnya,
Dan melumasinya dengan cairan orgasme Yessie memberikan kenikmatan tak terkira buat si Bandot tua.

Crottzz... Crotttzz...

Pejunya memenuhi memek Yessie dan meluber keluar bersama cairan cinta Yessie.

Kepalaku terasa berat mungkin pengaruh beer tadi,
aku tertidur ketika terdengar suara pintu terbuka. Cklekk...

Sayup-sayup terdengar suara Sari terpekik kaget.
Tapi aku sungguh mengantuk... Ohh apakah Hendra sudah kembali?

...
 
Terakhir diubah:
POV Mail:

Gue ngeliat Dini, Yessie dan Sari pergi bersama Hendra, dan gue yakin tujuannya pasti buat ketemu Bona.

Dasar Bandot mesum, apa rencananya?
Gue yang ngelaporin, kenapa gue yang dilabrak, gue yang diinterogasi?

Gue harus minta penjelasan.

Gue pun pergi naik motor menuju ke hotel.
Siall pengelola hotel sepertinya tidak berpihak pada para rider. Parkiran motor hanya di depan, jauh dari lobby hotel.

Gue tau kamarnya dari lembar konfirmasi hotel yang gue temuin di mesin fax kantor.
Para boss pusat selalu milih hotel ini karena layanan pijitnya yang sudah populer di forum-forum.

Gue baru aja ngetuk pintu waktu gue denger sayup-sayup suara erangan dari dalam.
Ahhh brengsek, pasti si Bandot lagi mesum.
Kesempatan ni gue pergokin dia.

Cklekk...

Gue buka pintu, kaget ngeliat Sari di baliknya, hampir telanjang.
Body Sari emang sering jadi bahan coli gue,
Selain Dini dan Yessie tentunya.

Toked massivenya terekspose dengan puting coklat kemerahan yang menantang. Si Bandot dan Yessie tampak baru saja menyelesaikan permainannya.

Astagaaa... Dini terbaring bugil dengan hanya selimut menutupi tubuhnya. Sepertinya tertidur.

Ahhhh biar saja, gue masih penasaran sama Sari.

Dengan cepat gue tahan Sari, memepetnya di tembok dan mencumbunya. Sari setengah meronta terpaksa menerima lidah gue di mulutnya.

Gue serang leher Sari sambil gue remas toked kenyalnya. Gue telusuri Lidah gue sampe belakang telinganya.

Sari mendesah keenakan, gue yakin memeknya dah basah sekarang.

Gue jambak rambutnya dan gue tarik kepalanya turun.

Gue buka celana gue dan paksa dia kulum kontol gue.

Sari melakukan tugasnya dengan patuh.

Dalam hal hand job Yessie paling jago dengan nilai 10! Tangannya tau banget titik-titik sensitif kontol cowo, digabung sama permainan lidahnya, bener-bener bikin merem melek. Keliatan banget kalo jam terbang tinggi emang ngaruh.

Dini paling jago blow job, tekniknya oke, permainan lidahnya yahud, tatapan dan senyum manisnya sambil ngelayanin bikin makin on, dan Dini selalu mengabulkan keinginan gue buat keluar di mulut atau di mukanya dan ga pernah berhenti nyedot kontol gue sampe bener-bener bersih. always swallow every drops.

Nah kalo Sari punya kelebihan lain, tits fuck.

Service itu yang gue minta sekarang. Sari pun melepas seluruh pakaiannya, ga mau sampe belepotan peju gue tentunya.

Sari mulai dengan mengulum kontol ku, membuatnya benar-benar basah. Kemudian menjepit kontolku dengan tokednya. Menggosoknya naik turun. Sesekali menjilati palkon gue, bikin gue merem melek.

Pemandangan di depan gue bener-bener ajiiibb.

"Oooohhhhh sar... Jepitan toked loe enak bangettt..." Desah gue.

Gue penasaran belum pernah ngentotin memeknya, jadi gue tarik dia, gue rebahin die di karpet lantai kamar hotel. Gue suruh dia nungging dan gue entotin dia.

"Aaahhhhh... Maiiillll... Mau ngapain kamu???!"
"Jangannn Maill... Aku ga mauuu!"
Sari coba berontak.

Jlebbb... Blesshhh...
Plak..plakk...plakk..plak

Gue entotin Sari penuh nafsu, gue tarik rambutnya, gue remes-remes tokednya dan gue mainin putingnya yang mancing banget.

Pantat Sari bener-bener bulet kenceng, memancing gue buat nampar pantatnya, dan meremasnya. Sari tampak berurai air mata.

"Aaahhhhh Maiiiiillll.... K*mp*nnnnngggg"
"Jangaaaannnn kasaaaarrr... Ooohhhh..."
"Aaaaghhhhhh... Uuuhhhh... Ahhhh...uuuhhhh..."

"Ngentot lu sarrr... Keenakan aja luuuu..."
"Pake protesss lagi luuu..."
"Ngentootttt luuu... Enakkkk kan saaarr".
"Gueee keluar saarrrr... Terima peju guee.."

Crootttzzz...crootttzzz... Crottt

Peju gue muncrat banyak banget di memeknya

Ahhh puas banget gue.

Sari keliatan terengah-engah mengatur nafasnya dan terisak-isak menahan tangisnya.

Peju gue ngalir ke pahanya.

...
 
Terakhir diubah:
hmm........Mail bisa jadi malah meres Pak Bona nih
 
Bimabet

Sari​


Puas dengan Sari, gue pun beralih ke Dini.
Gue dah kangen banget sama tubuhnya, wangi dan halus Kulitnya, toked dengan puting pink mungilnya, gairahnya, jepitan memeknya dan erangannya waktu gue entotin dia.

Dini masih tertidur waktu mulai gerepe in tokednya. Kontol gue mulai tegang ngeliat lagi tubuh polos Dini yang bikin gue tergila-gila.

Tiba-tiba tubuh gue melayang...
Bukk, punggung gue menghantam kursi.
Aakkkkhhhh.... Gila sakit banget...
Gue nyaris ga bisa berdiri.
Bandot tua itu deketin gue dan mencekik leher gue sampe gue ga bisa nafas.
Leher dan kepala gue berubah merah.
Gue pun meronta-ronta, tapi tenaga gue abis buat ngecrott tadi... Brengsek

"Gua bilangin ya Mail, jangan pernah sekali-kali lu ganggu lagi anak-anak gue ini." Si Bandot tua mulai ngancem gue.

"Gue punya rekaman lu, gue punya kesaksian anak-anak, gue bisa bikin lu di PHK bahkan di penjarain!"

"Ngarti lu..."

Aaahhh... Brengsek...
Niat gue berantakan gara-gara nafsu ngeliat Sari tadi.

Siall, harusnya gue bisa nahan diri, gue laporin tu Bandot, gue jatuhin sekalian.

Gue cuma bisa nahan sakit, ga bisa ngomong.

Gue lihat Sari nangis sesunggukan, Dini juga dah bangun dan natap gue dengan jijik.

Yessie cuma berusaha nenangin kedua sahabatnya sambil nutupin tubuh telanjang mereka dengan bed cover.

Tiba-tiba gue ngerasa tubuh gue ditarik, gue didorong ke pintu, baju, celana sama sempak gue dipake buat numpuk kepala gue.

Sambil nahan sakit gue pake baju gue, dan keluar.

Ahhh... Sial, gue kudu cari jalan lain nihh.

Kampreetttt....

...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd