Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BARA CINTA DI UJUNG SENJA

Bimabet
VEINTITRES

HATI YANG TAK SEINDAH PAGI



“aku rasa aku bukan pilihan yang tepat buat kamu”

“karena?”

“ngga apa-apa, aku merasa aja....”

“alasannya apa? Karena ada orang lain?”

“ngga”

“Trus?”

“ Ya ngga terus-terus”

“semua ini berubah karena hadirnya dia kan?”

“Ngga, sebelum dia pun memang kita sudah gagal dalam langkah kita”

“ngga semudah itu memainkan perasaan orang...”

“tapi tidak akan lebih mudah juga jika tidak diputuskan”

“kasih tahu aku apa yang harus aku lakukan untuk tebus kesalahan aku?”

“ngga ada....” gelengan yang lemah

“jika karena larangan aku, it’s Ok, kita punya banyak waktu kedepan untuk perbaiki itu....”

Gelengan lemah itu kembali timbul

“was it because of him?”

“no, it’s all about us.....”

“jika karena kita maka mari kita selesaikan dong” meninggi suara pria itu

“kamu jangan bentak aku....” tegur suara lembut nan tegas itu

“aku ngga bentak, aku ingin ketegasan dan itu antara kita.....”

Wanita itu hanya menggelengkan kepala, tangannya menutup wajahnya

“ya itu tadi ketegasannya....”

“shit... i have been waiting for almost 1 month, and then is it the answer??”

Wanita itu hanya diam

“bilang kalo ini hanya ego kamu karena merasa aku kekang.....bilang ke aku...” meninggi lagi suara sang pria

Wanita itu menengok dengan tatapan yang dingin ke arahnya

“no.... ini masalah keputusan besar yang harus aku ambil, dan masalah lain itu hanyalah bumbu semata, tapi intinya ialah aku merasa we just can’t be together any longer....” ujarnya memberi penegasan

“tapi ini kan semua berawal dari hadirnya dia...” tatapan tajam itu menusuk mata sang wanita

Gelengan kepala karena merasa sulit untuk menjelaskan dan juga rasa tidak ingin berdebat

“kenapa kamu ngga mau jujur sih?” mata itu meminta jawaban yang tegas

Wanita itu hanya diam

“kamu minta waktu...aku kasih waktu... kamu minta aku merubah cara aku memandang hubungan kita... oke aku coba untuk merubah.... trus apalagi yg harus aku rubah untuk aku bisa tetap ada bersama kamu? Apa coba? “

Wanita itu hanya bisa diam dan menundukan wajahnya

“kasih tau aku kalo kamu sudah jatuh cinta dengan pria lain??” bentaknya lagi

“ kamu ngga berubah.....” keluh lirih dari bibir kelu itu

“jangan minta aku berubah disaat kamu minta aku harus pergi....” suara itu tetap tinggi

“jawab aku.....”

Wanita yang butuh kelembutan tapi yang didapatnya ialah suara yang berbalik arah dari yang dia inginkan. Dia ingin pembicaraan yang soft dan saling terbuka serta bisa memahami sebuah keputusan, bukan perang psikis seperti ini.

Sedangkan sang pria merasa ini penolakan yang luarbiasa menohok egonya sebagai pria, dia merasa dirinya adalah sang pemimpin, dikelilingi banyak kaum hawa, lalu ditolak seperti ini oleh seorang wanita, harga dirinya dan kebanggaannya sirna seketika. Emosinya yang selama ini dia berusaha tahan agar tidak melukai wanita yang sedang dia ajak untuk guyub dan bersepakat kembali, kini justru menguasainya karena harga dirinya seolah dinafikan.

“jawab aku.....” bentaknya lagi seolah tidak peduli akan tata kata indah untuk pujaan hatinya

Wanita itu lalu mengangkat wajahnya, dia merasa percuma untuk menjelaskan dengan penuh kehati-hatian, karena amarah dan kekacauan sudah memenuhi kepala dan hati pria ini

“oke, jika itu yang kamu inginkan....” wajahnya kini tegak, tatapannya lurus ke arah pria itu.

“aku merasa hubungan kita sudah hambar..... terlepas dari kamu mau memberi waktu atau juga memberi aku ruang untuk jadi diriku sendiri... tapi memang sudah hambar....”

Wajah yang cantik itu seperti mengeluarkan ribuan paku yang menusuk hatinya, kata-kata yang tidak pernah dia harapkan akan muncul, justru kini semua menyerangnya, disaat dia seakan sudah menguasai kondisi, ternyata kini semua berbalik

“akan sangat jahat jadi aku, jika aku memaksakan diriku untuk bersama kamu, lalu pikiran dan jiwaku ada di tempat lain.....” tandasnya lagi

Pria itu bagaikan dihantam gelombang dahsyat, dia benar-benar terkejut. Dalam sejarah hidupnya sebagai jejaka bergengsi, pilot yang dikelilingi pramugari, jam terbang di udara yang mumpuni, ditambah dengan kisah suksesnya dalam menaklukan wanita, kini harus tumbang hanya karena desiran angin sepoi yang tidak disangkanya malah bukan melenakan tidur indahnya, tapi membuatnya terjerembab jatuh.

“omong kosong.....” ucapnya dengan penuh kegeraman

Wanita itu tersenyum, dia semakin yakin bahwa memang hanya egoisnya sebagai pria untuk hadir kembali dalam hidupnya, bukan untuk menata hati dan memperbaiki kerusakan yang selama ini ada.

“it is....” jawabnya sambil mengangguk.

“setelah kejadian yang lalu, apa kamu yakin dia juga akan terima kamu?” masih ada nada ancaman dan peringatan disana.

Wanita itu semakin lebar tersenyum, dia semakin yakin jadinya

“ ini tidak ada hubungannya dengan dia..... kelak jodohku atau pasanganku kelak, pasti sudah disediakan sama Yang Diatas.... mungkin juga dia bukan jodoh aku.... seperti kita....” penuh kepastian kata-kata itu keluar dari mulutnya.



*********​

Dialog penuh emosi itu masih terngiang di kuping dan ingatan Maya, dia merasa lega akhirnya bisa memutuskan yang terbaik untuk dirinya. Dalam diamnya dia beberapa minggu ini, dia masih mencoba menelaah apa yang terbaik untuk dirinya. Meski masih ada rasa suka dan rasa bangga di dekat Aydan, namun dia mengakui bahwa sangat berat baginya untuk bisa melupakan sosok Faldo.

Dia merasa sangat bersalah, tidak memberi ruang secara terbuka dan leluasa untuk menjelaskan ke Faldo, tapi malah memilih jalan sendiri untuk menyelesaikannya. Dia juga merasa sudah mengecewakan keluarga besarnya, yang sudah banyak menaruh harapan untuk mereka berdua, malah ditinggal tanpa ada kejelasan.

Maya jadi sangat rindu akan Faldo....

Dia kangen akan sosok yang banyak menerima semua kekurangan dia, banyak memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri, namun kemudian dia seakan lupa dan menelantarkan sosok itu, sosok yang begitu membuat dirinya jadi seperti ratu.

Rasanya jahat sekali dia mengusir Faldo, memblokir nomornya dan semua kontaknya, bahkan sosok itu tidak membalas sama sekali, meski dia tidak menghubunginya, namun Faldo tidak bicara apa-apa baik ke keluarganya sendiri, maupun ke Mami dan Papi. So gentle, actually.... demikian bathin Maya.

Dia hanya bisa tersenyum sendiri, kangennya membuat dia kini berada dalam mobilnya, tanpa ada komando dan aba-aba, kini dia melaju keluar tol, menuju ke Serpong, dia kangen dengan Faldo, kangen dengan maskulinnya tubuh atletis itu, kangen dengan sikapnya yang begitu membuatnya seperti seorang putri, kangen dengan sentuhannya dan keperkasaannya, kangen dengan semuanya.

Dia ingin memberi Faldo kejutan.

Jika Faldo marah dan mengusirnya? Ah tidaklah, Faldo tidak akan melakukan itu, dia meski marah pasti akan diam, dan itu yang membuatnya semakin kangen dan rindu. Miss you, yanda... bathinnya. Dia sungguh kangen akan bisikan kata-kata manisnya, bibirnya yang menyebut namanya dengan lembut, Bunda.....

Hari ini sabtu, dia sudah seminggu di rumah, pasti dia ada dirumah.

Sempat Maya melihat fotonya di WA milik Faldo, masih belum berubah dari bulan-bulan kemarin foto displaynya, kini dia sudah membuka semua blokiran di IG, maupun di WA. Dia ingin segera bertemu Faldo, meminta maaf dan mengatakan bahwa dia sangat rindu dengan Faldo.

Mobilnya masuk gerbang perumahan Faldo, satpam yang jaga segera mengenalinya. Memang Faldo juga bagus dalam bergaul, sehingga petugas keamanan disini selalu menaruh respek kepadanya, dan Maya pun merasakan imbasnya .

“silahkan Bu Maya” teriak satpamnya memberi hormat

“makasih Pak”

Dia segera melajukan mobilnya ke rumah Faldo, dan dari kejauhan dia melihat ada beberapa sepeda parkir di depan rumah Faldo. Dia sedikit heran, meski di tahu Faldo senang bersepeda, tapi banyaknya yang parkir di depan rumahnya membuat Maya sedikit heran.

Maya lalu jalan pelan didapn rumah Faldo, dia memilih jalan terus untuk menyelidiki terlebih dahulu jika ada acara atau apa di rumahnya, dan dia melihat ada beberapa orang sedang duduk di depan garasi dan juga depan teras, seperti komunitas sepeda, sambil minum dan makan cemilan yang disediakan di garasinya, namun wajah Faldo tidak terlihat.

Maya lalu berputar di depan, kini dia balik arah dan mencoba memarkir mobilnya di rumah yang berhadapan dengan rumah yang disamping Faldo, namun dari arah dia parkir dia bisa melihat suasana depan rumah Faldo.

Dia memutuskan untuk menunggu dulu, melihat Faldo keluar lalu dia akan coba untuk turun, karena ramainya teman-temannya di depan rumah, membuat Maya jadi sedikit bingung untuk bertindak lebih lanjut, dia memilih menunggu.

Tiba-tiba dia melihat sosok Faldo keluar dari rumah, masih dengan pakaian olahraganya, sepertinya mereka selesai sepedaan lalu mampir ke rumah Faldo, karena dia masih memakai baju olahraganya dan celana pendek yang biasa dia pakai bersepeda. Senyuman Maya tersungging melihat wajah yang dirindukan itu akhirnya muncul.

Tapi kemudian ada sosok lain yang muncul, ada wanita cantik disamping Faldo, dia tiba-tiba menyentuh lengan Faldo, dan mereka berbincang sebentar dan saling tertawa, dari jauh Maya bisa merasakan betapa cerianya mereka berdua tertawa

Seketika senyuman manis Maya berubah menjadi senyum marah dan kesal, untung akal sehatnya masih ada di kepalanya, sehingga dia mengurungkan niat untuk turun dan melabrak atau bertanya siapa wanita itu ?

Cemburunya Maya muncul

Egonya dia juga timbul seketika

Gila yah, ditinggal sebentar saja sudah gandeng yang baru? Bajingan memang nih Faldo. Kecantikan wanita yang disamping Faldo memang terlihat jelas dari arah Maya parkir, dan itu benar-benar membuat dia marah, dan kecewa.

Semua pria memang sama saja, pikirnya.

Tanpa pikir panjang lagi, dia langsung menggas mobilnya keluar lagi dari perumahan Faldo,dia melaju untuk kembali ke Bintaro, emosinya menggelegar, airmatanya bercucuran, dia sungguh kecewa dan sakit hati, pria yang disangkanya akan setia malah sudah ada wanita lain disampingnya, hanya dengan hitungan hari, atau hitungan minggu.

Dia ingat bagaimana wanita cantik itu memegang tangan Faldo, lalu mereka berbincang sangat dekat dan saling tertawa satu sama lain, mesra banget, dan bagi Maya itu sangat melukai hatinya. Kesal dan cemburunya membuat dia tanpa bertanya lagi, langsung pergi untuk pulang.

Siapa wanita itu?? Dia tidak kenal dan belum pernah melihat. Semudah itukah Faldo mencari penggantinya? Segampang itukah melupakan dirinya? Emang gue salah, tapi apa iya itu pembalasan kamu, Yanda???? Pikiran kalut Maya melanda isi otaknya.

Kecewa dan sangat kecewa....... Pagi yang cerah di hari sabtu ini, malah hatinya kelabu dan galau sehingga lukisan indah di pagi hari ini tidak mucul di hatinya Maya.....
 
VEINTITRES

HATI YANG TAK SEINDAH PAGI



“aku rasa aku bukan pilihan yang tepat buat kamu”

“karena?”

“ngga apa-apa, aku merasa aja....”

“alasannya apa? Karena ada orang lain?”

“ngga”

“Trus?”

“ Ya ngga terus-terus”

“semua ini berubah karena hadirnya dia kan?”

“Ngga, sebelum dia pun memang kita sudah gagal dalam langkah kita”

“ngga semudah itu memainkan perasaan orang...”

“tapi tidak akan lebih mudah juga jika tidak diputuskan”

“kasih tahu aku apa yang harus aku lakukan untuk tebus kesalahan aku?”

“ngga ada....” gelengan yang lemah

“jika karena larangan aku, it’s Ok, kita punya banyak waktu kedepan untuk perbaiki itu....”

Gelengan lemah itu kembali timbul

“was it because of him?”

“no, it’s all about us.....”

“jika karena kita maka mari kita selesaikan dong” meninggi suara pria itu

“kamu jangan bentak aku....” tegur suara lembut nan tegas itu

“aku ngga bentak, aku ingin ketegasan dan itu antara kita.....”

Wanita itu hanya menggelengkan kepala, tangannya menutup wajahnya

“ya itu tadi ketegasannya....”

“shit... i have been waiting for almost 1 month, and then is it the answer??”

Wanita itu hanya diam

“bilang kalo ini hanya ego kamu karena merasa aku kekang.....bilang ke aku...” meninggi lagi suara sang pria

Wanita itu menengok dengan tatapan yang dingin ke arahnya

“no.... ini masalah keputusan besar yang harus aku ambil, dan masalah lain itu hanyalah bumbu semata, tapi intinya ialah aku merasa we just can’t be together any longer....” ujarnya memberi penegasan

“tapi ini kan semua berawal dari hadirnya dia...” tatapan tajam itu menusuk mata sang wanita

Gelengan kepala karena merasa sulit untuk menjelaskan dan juga rasa tidak ingin berdebat

“kenapa kamu ngga mau jujur sih?” mata itu meminta jawaban yang tegas

Wanita itu hanya diam

“kamu minta waktu...aku kasih waktu... kamu minta aku merubah cara aku memandang hubungan kita... oke aku coba untuk merubah.... trus apalagi yg harus aku rubah untuk aku bisa tetap ada bersama kamu? Apa coba? “

Wanita itu hanya bisa diam dan menundukan wajahnya

“kasih tau aku kalo kamu sudah jatuh cinta dengan pria lain??” bentaknya lagi

“ kamu ngga berubah.....” keluh lirih dari bibir kelu itu

“jangan minta aku berubah disaat kamu minta aku harus pergi....” suara itu tetap tinggi

“jawab aku.....”

Wanita yang butuh kelembutan tapi yang didapatnya ialah suara yang berbalik arah dari yang dia inginkan. Dia ingin pembicaraan yang soft dan saling terbuka serta bisa memahami sebuah keputusan, bukan perang psikis seperti ini.

Sedangkan sang pria merasa ini penolakan yang luarbiasa menohok egonya sebagai pria, dia merasa dirinya adalah sang pemimpin, dikelilingi banyak kaum hawa, lalu ditolak seperti ini oleh seorang wanita, harga dirinya dan kebanggaannya sirna seketika. Emosinya yang selama ini dia berusaha tahan agar tidak melukai wanita yang sedang dia ajak untuk guyub dan bersepakat kembali, kini justru menguasainya karena harga dirinya seolah dinafikan.

“jawab aku.....” bentaknya lagi seolah tidak peduli akan tata kata indah untuk pujaan hatinya

Wanita itu lalu mengangkat wajahnya, dia merasa percuma untuk menjelaskan dengan penuh kehati-hatian, karena amarah dan kekacauan sudah memenuhi kepala dan hati pria ini

“oke, jika itu yang kamu inginkan....” wajahnya kini tegak, tatapannya lurus ke arah pria itu.

“aku merasa hubungan kita sudah hambar..... terlepas dari kamu mau memberi waktu atau juga memberi aku ruang untuk jadi diriku sendiri... tapi memang sudah hambar....”

Wajah yang cantik itu seperti mengeluarkan ribuan paku yang menusuk hatinya, kata-kata yang tidak pernah dia harapkan akan muncul, justru kini semua menyerangnya, disaat dia seakan sudah menguasai kondisi, ternyata kini semua berbalik

“akan sangat jahat jadi aku, jika aku memaksakan diriku untuk bersama kamu, lalu pikiran dan jiwaku ada di tempat lain.....” tandasnya lagi

Pria itu bagaikan dihantam gelombang dahsyat, dia benar-benar terkejut. Dalam sejarah hidupnya sebagai jejaka bergengsi, pilot yang dikelilingi pramugari, jam terbang di udara yang mumpuni, ditambah dengan kisah suksesnya dalam menaklukan wanita, kini harus tumbang hanya karena desiran angin sepoi yang tidak disangkanya malah bukan melenakan tidur indahnya, tapi membuatnya terjerembab jatuh.

“omong kosong.....” ucapnya dengan penuh kegeraman

Wanita itu tersenyum, dia semakin yakin bahwa memang hanya egoisnya sebagai pria untuk hadir kembali dalam hidupnya, bukan untuk menata hati dan memperbaiki kerusakan yang selama ini ada.

“it is....” jawabnya sambil mengangguk.

“setelah kejadian yang lalu, apa kamu yakin dia juga akan terima kamu?” masih ada nada ancaman dan peringatan disana.

Wanita itu semakin lebar tersenyum, dia semakin yakin jadinya

“ ini tidak ada hubungannya dengan dia..... kelak jodohku atau pasanganku kelak, pasti sudah disediakan sama Yang Diatas.... mungkin juga dia bukan jodoh aku.... seperti kita....” penuh kepastian kata-kata itu keluar dari mulutnya.



*********​

Dialog penuh emosi itu masih terngiang di kuping dan ingatan Maya, dia merasa lega akhirnya bisa memutuskan yang terbaik untuk dirinya. Dalam diamnya dia beberapa minggu ini, dia masih mencoba menelaah apa yang terbaik untuk dirinya. Meski masih ada rasa suka dan rasa bangga di dekat Aydan, namun dia mengakui bahwa sangat berat baginya untuk bisa melupakan sosok Faldo.

Dia merasa sangat bersalah, tidak memberi ruang secara terbuka dan leluasa untuk menjelaskan ke Faldo, tapi malah memilih jalan sendiri untuk menyelesaikannya. Dia juga merasa sudah mengecewakan keluarga besarnya, yang sudah banyak menaruh harapan untuk mereka berdua, malah ditinggal tanpa ada kejelasan.

Maya jadi sangat rindu akan Faldo....

Dia kangen akan sosok yang banyak menerima semua kekurangan dia, banyak memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri, namun kemudian dia seakan lupa dan menelantarkan sosok itu, sosok yang begitu membuat dirinya jadi seperti ratu.

Rasanya jahat sekali dia mengusir Faldo, memblokir nomornya dan semua kontaknya, bahkan sosok itu tidak membalas sama sekali, meski dia tidak menghubunginya, namun Faldo tidak bicara apa-apa baik ke keluarganya sendiri, maupun ke Mami dan Papi. So gentle, actually.... demikian bathin Maya.

Dia hanya bisa tersenyum sendiri, kangennya membuat dia kini berada dalam mobilnya, tanpa ada komando dan aba-aba, kini dia melaju keluar tol, menuju ke Serpong, dia kangen dengan Faldo, kangen dengan maskulinnya tubuh atletis itu, kangen dengan sikapnya yang begitu membuatnya seperti seorang putri, kangen dengan sentuhannya dan keperkasaannya, kangen dengan semuanya.

Dia ingin memberi Faldo kejutan.

Jika Faldo marah dan mengusirnya? Ah tidaklah, Faldo tidak akan melakukan itu, dia meski marah pasti akan diam, dan itu yang membuatnya semakin kangen dan rindu. Miss you, yanda... bathinnya. Dia sungguh kangen akan bisikan kata-kata manisnya, bibirnya yang menyebut namanya dengan lembut, Bunda.....

Hari ini sabtu, dia sudah seminggu di rumah, pasti dia ada dirumah.

Sempat Maya melihat fotonya di WA milik Faldo, masih belum berubah dari bulan-bulan kemarin foto displaynya, kini dia sudah membuka semua blokiran di IG, maupun di WA. Dia ingin segera bertemu Faldo, meminta maaf dan mengatakan bahwa dia sangat rindu dengan Faldo.

Mobilnya masuk gerbang perumahan Faldo, satpam yang jaga segera mengenalinya. Memang Faldo juga bagus dalam bergaul, sehingga petugas keamanan disini selalu menaruh respek kepadanya, dan Maya pun merasakan imbasnya .

“silahkan Bu Maya” teriak satpamnya memberi hormat

“makasih Pak”

Dia segera melajukan mobilnya ke rumah Faldo, dan dari kejauhan dia melihat ada beberapa sepeda parkir di depan rumah Faldo. Dia sedikit heran, meski di tahu Faldo senang bersepeda, tapi banyaknya yang parkir di depan rumahnya membuat Maya sedikit heran.

Maya lalu jalan pelan didapn rumah Faldo, dia memilih jalan terus untuk menyelidiki terlebih dahulu jika ada acara atau apa di rumahnya, dan dia melihat ada beberapa orang sedang duduk di depan garasi dan juga depan teras, seperti komunitas sepeda, sambil minum dan makan cemilan yang disediakan di garasinya, namun wajah Faldo tidak terlihat.

Maya lalu berputar di depan, kini dia balik arah dan mencoba memarkir mobilnya di rumah yang berhadapan dengan rumah yang disamping Faldo, namun dari arah dia parkir dia bisa melihat suasana depan rumah Faldo.

Dia memutuskan untuk menunggu dulu, melihat Faldo keluar lalu dia akan coba untuk turun, karena ramainya teman-temannya di depan rumah, membuat Maya jadi sedikit bingung untuk bertindak lebih lanjut, dia memilih menunggu.

Tiba-tiba dia melihat sosok Faldo keluar dari rumah, masih dengan pakaian olahraganya, sepertinya mereka selesai sepedaan lalu mampir ke rumah Faldo, karena dia masih memakai baju olahraganya dan celana pendek yang biasa dia pakai bersepeda. Senyuman Maya tersungging melihat wajah yang dirindukan itu akhirnya muncul.

Tapi kemudian ada sosok lain yang muncul, ada wanita cantik disamping Faldo, dia tiba-tiba menyentuh lengan Faldo, dan mereka berbincang sebentar dan saling tertawa, dari jauh Maya bisa merasakan betapa cerianya mereka berdua tertawa

Seketika senyuman manis Maya berubah menjadi senyum marah dan kesal, untung akal sehatnya masih ada di kepalanya, sehingga dia mengurungkan niat untuk turun dan melabrak atau bertanya siapa wanita itu ?

Cemburunya Maya muncul

Egonya dia juga timbul seketika

Gila yah, ditinggal sebentar saja sudah gandeng yang baru? Bajingan memang nih Faldo. Kecantikan wanita yang disamping Faldo memang terlihat jelas dari arah Maya parkir, dan itu benar-benar membuat dia marah, dan kecewa.

Semua pria memang sama saja, pikirnya.

Tanpa pikir panjang lagi, dia langsung menggas mobilnya keluar lagi dari perumahan Faldo,dia melaju untuk kembali ke Bintaro, emosinya menggelegar, airmatanya bercucuran, dia sungguh kecewa dan sakit hati, pria yang disangkanya akan setia malah sudah ada wanita lain disampingnya, hanya dengan hitungan hari, atau hitungan minggu.

Dia ingat bagaimana wanita cantik itu memegang tangan Faldo, lalu mereka berbincang sangat dekat dan saling tertawa satu sama lain, mesra banget, dan bagi Maya itu sangat melukai hatinya. Kesal dan cemburunya membuat dia tanpa bertanya lagi, langsung pergi untuk pulang.

Siapa wanita itu?? Dia tidak kenal dan belum pernah melihat. Semudah itukah Faldo mencari penggantinya? Segampang itukah melupakan dirinya? Emang gue salah, tapi apa iya itu pembalasan kamu, Yanda???? Pikiran kalut Maya melanda isi otaknya.

Kecewa dan sangat kecewa....... Pagi yang cerah di hari sabtu ini, malah hatinya kelabu dan galau sehingga lukisan indah di pagi hari ini tidak mucul di hatinya Maya.....
ego nya wanita 🤣🤣🤣...tanpa bertanya langsung main vonis saja...pdahal sdh tau dia yg salah duluan 🤣🤣🤣...spt kejadian yg sering terjadi dlm kehidupan sehari2...suhu bisa bnget membungkusnya dlm sebuah cerita...bner2 master...mkasih update nya...ditunggu kelanjutannya suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd