Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Berbagi Itu Indah (Remake)

Bimabet
Mantap moment yg di tunggu versi mudik, bakal diapain nih selama perjalanan pergi dan pulang, trus selama di kampung bakal ada adegan apa dan diapain aja sama orang" di kampung
 
Special Chapter : Mudik ke Kampung Halaman (Part 1)



Seperti rutinitasku dari tahun ke tahun, tiap mendekati hari lebaran, aku selalu pulang kampung, baik ke kota kelahiran mama ataupun papa. Kedua orang tuaku memang berasal dari Jawa Tengah, jadi perjalanan yang dilalui lumayan jauh.



Untungnya beberapa tahun terakhir, perjalanan mudik yang kulalui tidak sepanjang jarak waktu tempuhnya seperti wekitar 5 tahun yang lalu. Kehadiran proyek jalan tol yang terus dikebut untuk menghubungkan hampir seluruh kota-kota di pulau Jawa lumayan banyak membantu perjalanan mudikku. Kalau dulu biasanya perjalanan bisa menempuh kurang lebih 10-12 jam, sekarang bisa ditempuh kurang lebih 4 jam saja.



Tapi tentunya bukan tentang jalan tol yang mau kuceritakan detailnya di cerita kali ini. Tetapi pengalaman yang akan selalu kuingat dalam hidupku. Pengalaman yang terbilang cukup nakal jika kuceritakan ke orang-orang. Jadi kuputuskan untuk cerita di sini saja.



Hari itu,

Sabtu, 6 April 2024


ab1fe2fd-734e-454f-8e9f-0dbc5eb163d8.png



Aku melakukan perjalanan menggunakan mobil yang dikemudikan oleh papa. Sedangkan mama duduk di samping papa. Aku? Tentu saja duduk dibelakang, sambil diam-diam membaca hentai genre gangbang. Hihihi…



Sudah beberapa kali aku ceritakan di ceritaku sebelumnya. Nafsuku itu amatlah besar dan mudah sekali naik. Terutama sejak aku dibuat nakal oleh pacarku sendiri. Pacarku selalu memintaku berpakaian sexy. Bahkan tak jarang ia memintaku kemana-mana tidak menggunakan pakaian dalam sama sekali. Awalnya aku memang risih dan terkadang aku juga menolak. Tapi emang dasar pacarku mesum, ia terus memaksaku dan meyakinkanku kalau dia akan semakin sayang sama aku kalau aku turuti kemauannya.



Katanya, aku adalah sesuatu yang paling berharga untuknya. Aku adalah sesuatu yang terindah yang dimilikinya. Karena itu, ia ingin memamerkanku ke orang-orang. Bagi pacarku, berbagi itu indah karena bisa menyenangkan hati orang lain. Iya, memang pemikirannya tidak salah. Tetapi terasa aneh saja bagiku. Jika memang aku berharga, kenapa ia malah ingin memamerkanku ke orang-orang? bukannya disimpan dan dijaga baik-baik. Itu adalah pertanyaan awalku saat ia utarakan fantasynya.



Tetapi ia selalu berargumen pamer itu manusiawi. Kayak orang punya mobil baru, motor baru, hape mahal baru, pasti ada kalanya orang cenderung ingin pamer. Baik secara terang-terangan atau terselubung.



“Orang foto selfie didepan kaca sambil nunjukin logo apel dihapenya apa bukan pamer? Orang bikin story IG cuci kendaraan tapi fotonya difokusin ke kendaraannya apa bukan pamer? Orang selfie sambil nunjukin outfit baju sepatu mahal apa bukan pamer? Aku pun sama, aku ingin memamerkan sesuatu yang paling indah yang kumiliki. Boleh kan?”, begitu kira-kira argumen pacarku



Karena ia terus membujukku, lama-lama aku luluh juga dan menuruti keinginannya. Tiap jalan dengan Mas Rio pacarku, aku sebisa mungkin berpakaian sexy dan berusaha mengundang birahi lawan jenisku. Tatapan mupeng mereka seolah menjadi prestasi bagiku. Awalnya aku memang risih dan malu, tapi tanpa sadar aku malah ketagihan. Ada perasaan dalam hatiku, aku malah suka dipandangi oleh mereka. Ada rasa tak karuan yang kurasakan. Deg-degan, malu, dan juga bangga. Entahlah aku sampai tidak sanggup menjelaskannya dengan kata-kata.



Aku pun penasaran dengan apa yang kurasakan. Melalui hasil browsing dan googling, aku akhirnya tahu, mungkin aku cenderung memiliki sisi eksibisonis. Walau saat itu aku tidak parah banget eksibisionisnya. Aku tidak sampai berani menunjukkan kelaminku ke orang lain. Aku hanya merasa senang saat orang melihat keseksianku dan kecantikanku. Namun rasa ingin pamer itu semakin tumbuh hebat. Hari demi hari kulalui, aku pun semakin tertantang dan mulai berani melakukan hal diluar norma-norma yang berlaku. Aku semakin tergoda untuk melakukan eksibisionis yang lebih lagi. Hingga aku pun sampai ke titik ini.



Hasil dari “didikan” pacarku, ia semakin menggila dan mengikhlaskanku berhubungan badan dengan lelaki lain dan aku? Aku rupanya ketagihan sampai akhirnya aku memiliki fantasyku sendiri! Aku ketagihan kontol lelaki dan bercita-cita merasakan minimal 50 kontol lelaki yang bisa kupuaskan dengan kemaluanku. Aku bahkan sampai nekat “break” sejenak dari pacarku agar ia tidak merasa sakit hati dengan kenakalanku yang semakin menjadi. Selain itu, aku juga merasa pacarku sudah tidak bisa lagi memberiku kepuasan saat berhubungan badan. Terasa hambar dan tidak ada spesialnya. Berbeda saat aku digenjot lelaki-lelaki lain. Aku malah excited dan benar-benar terangsang berat hingga aku bisa mencapai kepuasan yang benar-benar aku inginkan.



Mungkin pembaca yang sudah baca ceritaku tahu bagaimana kelakuanku sehari-hari. Alat kelamin serta tubuh telanjangku sudah kutunjukkan ke banyak lelaki. Tubuhku pun sudah dinikmati oleh mereka. Entah sudah berapa kontol yang masuk ke dalam kemaluanku, aku tidak mampu mengingatnya. Aku juga resmi menjadi sex slave preman di sekolahku. Eh, tapi jangan cerita ke siapa-siapa ya soal kenakalan-kenakalanku ini? Janji? Biar saudara-saudaraku pas mudik taunya Echa masih perawan dan anak baik-baik. Hihihi…



Oke, kembali ke cerita mudikku,



Aku hari ini menggunakan kulot plisket berwarna cokelat muda. Bahannya adem karena tipis dan aku sadar betul garis celana dalamku nyemplak kalau pakai celana ini. Tetapi aku pura-pura tak menyadari hal itu. Untuk atasannya aku memakai kaos lengan panjang lumayan ketat berwarna navy yang menonjolkan payudaraku. Lalu untuk area kepala seperti biasa kututup rambutku dengan kerudung pashmina berwarna senada dengan celana kulotku.



“Rio sudah dikabari Cha kamu mudik hari ini?”, tanya mama tiba-tiba membuatku menghentikan sejenak membaca manga hentaiku



“Eh sudah kok ma..”, jawabku berbohong karena aku tidak cerita ke mama saat ini aku masih break dengan Mas Rio



“Tapi mama kok akhir-akhir ini jarang liat Rio ya?”, tanya mama lagi



“Errr.. Masak sih ma? Mama aja kali yang jarang dirumah..”, jawabku



“Lho mama jarang dirumah?”, tanya papa tiba-tiba terkejut mendengar ucapanku



“Iya pa.. Mama sering tiba-tiba keluar rumah gitu cuma ninggalin secarik kertas buat Echa”, jawabku



“Mama kemana???”, tanya papa semakin penasaran



“Anuu.. Pa.. Hmmm.. Mama.. Itu.. biasa diajak jalan-jalan sama Ibu-Ibu RT”, jawab mama gelagapan



“Jalan-jalan sama Ibu-ibu RT? Kapan? Papa kok ga pernah dapat info ya?”, tanya papa lagi



“Errr Ya ga tau pa.. Mama kan Cuma ikut aja. Orang diajak masak mama tolak”, kata mama



“Hmmm… Iya deh, lain kali mama cerita lah kalau mama keluar rumah…”, kata papa



“Iya pa.. Lain kali mama bilang dulu ke papa”, kata mama



“Oiya Ma, Mama tau Pak Robert? Yang rumahnya besar sekali diujung itu?”, tanya papa lagi



“Eehhh?? I.. Iya kenapa pa?”, tanya mama balik



“Kemarin papa ketemu Pak Robert pas papa ke tempat cucian mobil. Pak Robert Nanya mudik sampai kapan? Yaudah papa jawab mudiknya kurang lebih semingguan…”, kata papa



“Ohhh.. iya? Terus?”, tanya mama lagi



“Ya dia bilang nitip salam buat mama gitu”, kata papa



“Ohhh.. I.. Iya salam balik pa..”, jawab mama



Aku hanya mendengar dari belakang pembicaraan kedua orang tuaku. Pak Robert kalau tidak salah adalah salah satu pelanggan nasi goreng Mang Ujang. Mang Ujang pernah cerita beliau tinggal di rumah paling besar di ujung gang dan salah satu orang terkaya di perumahanku. Aku kalau tidak salah ingat pernah bertemu sekali dengannya. Namun aku lupa wajahnya karena saat itu malam hari dan hujan gerimis. Yang kuingat Pak Robert sepertinya berasal dari luar pulau karena logatnya berbeda dengan postur tubuhnya yang besar, tinggi dan kulitnya berwarna gelap.



*Coba aku cari tau tentang Pak Robert. Penasaran juga.. Kalau ga salah dia duda…”, gumamku dalam hati



“Cha?”, kata papa memanggilku membuyarkan lamunanku



“Eh iya pa?”, jawabku terkejut



“Kamu yakin sama Rio? Dia habis ini lulus kuliah, dan kamu masih mau masuk kuliah. Kamu yakin? Masih lama lho nikahnya. Karena kamu harus lulus kuliah dulu baru papa bolehin kamu nikah”, kata papa serius



“Hmm Echa jalanin dulu aja pa…”, jawabku



“Iya terserah kamu, yang pasti papa Cuma nitip pesan jangan kebablasan. Kalau lama-lama pacarannya papa takutnya kalian kebablasan”, kata papa



“Ngga kok pa.. Echa sudah gede tau mana yang bener dan ga bener…”, kataku berbohong karena bagiku yang gak bener justru semakin menantang dan menyenangkan



“Ya udah papa percaya sama kamu”, kata papa



“Iya makasih pa…”, jawabku



Lalu keadaan kembali hening, mama terlihat lebih banyak terdiam sambil sesekali ia membalas pesan WA yang masuk ke handphonenya. Kulihat tangan mama juga terkadang meremas rok gamis yang dipakainya sambil kedua kakinya bergerak-gerak seperti menahan kencing. Aku jadi ingat tentang diriku sendiri, biasanya jika aku seperti itu aku sedang menahan gairah dan bingung cara melampiaskannya karena kondisi yang tidak memungkinkan.



*Ah apa yang kupikirkan?*, kataku dalam hati



“Pa, didepan nanti sekitar 5 KM an ada rest area berhenti dulu ya. Mama kebelet nih”, kata mama tiba-tiba



“Eh mama kok tahu kalau didepan ada rest area?”, tanya papa



“Errr.. Anu feeling aja pa…”, jawab mama



Dan ternyata feeling mama benar, 5 KM kemudian kami melihat sebuah rest area yang lumayan ramai. Aku kagum bagaimana mama bisa tahu ada rest area disini. Padahal setahuku mama seperti aku, gaptek dan tidak bisa baca aplikasi peta dengan benar. Papa pun segera memarkirkan kendaraan dan mama buru-buru keluar dari mobil. Kupandangi mama yang semakin jalan menjauh sampai akhirnya mataku tidak bisa lagi melihat sosok beliau karena sudah menghilang diantara ratusan orang yang ada di rest area ini.



#



15 menit berlalu…



“Mama kok lama ya?”, ujar papa mulai gelisah



“Ngga tau juga pa.. Mungkin masih antri”, jawabku sambil scroll-scroll medsosku



“Iya tapi kok lama ya? Cha, coba kamu cari mamamu. Papa tunggu disini sambil jaga mobil”, kata papa



“Iya pa”, jawabku dan akupun turun dari mobil



Jarak toilet dan tempat parkir mobil papa ternyata jauh juga. Aku perlu berjalan melewati beberapa resto dan stand makanan yang ada di rest area. Banyak pemudik yang turun dari kendaraan sambil melepas lelah di rest area ini. Kulihat beberapa rombongan bus juga parkir dan beberapa orang yang kebanyakam pria turun dari sana. Wajah mereka terlihat capek, mungkin mereka sudah menempuh perjalanan jauh hari ini. Ada sih penumpang wanita, tapi aku lihat banyak diantara mereka yang tidak turun dan memilih menunggu di dalam bus. Mungkin karena cuaca juga lagi panas-panasnya sehingga mereka lebih memilih tetap di dalam bus yang ber-AC.



Kulihat beberapa pria yang turun dari bus berjalan beriringan denganku. Sepertinya tujuan mereka sama denganku yaitu pergi ke toilet. Disaat seperti ini, jantungku malah berdegup kencang karena membayangkan mereka sedang melihat dan mengikutiku dari belakang. Mungkin akunya saja yang terlalu parno tetapi itulah yang kurasakan saat ini. Apalagi aku menyadari celana kulot berbahan plisket yang kupakai lumayan tipis dan mencetak garis celana dalamku.



Sampai di toilet, ternyata memang benar suasana lumayan antri panjang. Tak kulihat sosok mama di barisan antrian yang mengular ini. Aku pikir mungkin mama masih ada di dalam salah satu bilik toilet atau mungkin juga sedang pergi ke salah satu stand makanan disana. Akhirnya aku memutuskan untuk antri saja disini sekalian buang air kecil.



Singkat cerita, akhirnya aku bisa masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Sebenarnya aku melihat tulisan toilet khusus wanita disana, tetapi ironisnya beberapa lelaki juga ikut menggunakan toilet khusus wanita tersebut. Tidak ada yang berani menegur karena memang antriannya sudah tidak kondusif dan lebih banyak pria yang mengantri untuk menggunakan toilet dibandingkan wanitanya. Karena kondisi ya kacau balau itu, aku pun memutuskan masuk ke dalam toilet pria saja, toh pikirku sama saja ujung-ujungnya di toilet khusus wanita juga pasti ada pria juga.



Ternyata di dalam, ruangannya cukup luas. Terdapat beberapa wastafel dan bilik toilet di dalamnya. Ada juga urinal closet berdiri yang hanya bisa ditemukan di toilet cowok. Dan yang bikin aku kagum, ternyata di sana terjaga kebersihannya. Tidak pesing dan bau seperti toilet umum pada umumnya.



Beberapa pria yang baru selesai buang hajat terkejut melihatku. Mungkin mereka heran mengapa ada cewek di toilet khusus pria ini, tetapi mereka lebih memilih mendiamkanku. Hingga selang beberapa saat, seorang lelaki yang terlihat alim memberanikan diri untuk menegurku



“Mbak maaf ini toilet khusus cowok”, katanya dengan ramah



“I.. Iya mas… Tapi tadi saya lihat juga di toilet cewek banyak dipakai cowok mas.. Saking ramainya mas jadi orang-orang pada ngga tertib…”, kilahku



“Hmm iya juga sih.. Yasudah kalau gitu mbak…”, kata lelaki itu sambil meninggalkanku



Aku pun masuk ke salah satu bilik toilet dan menutup pintu. Tiba-tiba tercetus ide gilaku untuk tidak mengunci pintu toilet sehingga jika didorong sedikit saja pintu akan terbuka. Aku juga menyadari ada celah sekitar 1-2 cm yang terlihat jika aku tidak mengunci pintu. Celah yang sangat cukup dipakai untuk melihat ke arahku



“Uh sensasi mendebarkan ini, buat aku makin sange aja”, ujar lirih sambil mengamati kondisi di luar bilik toilet dari celah pintu



Dari celah tersebut, aku melihat banyak lelaki yang lalu lalang di dalam ruang toilet besar ini. Kebanyakan mereka menggunakan urinal kloset berdiri karena lebih cepat dan praktis. Beberapa dari pria-pria itu juga terlihat berjalan melewati bilik toiletku begitu saja tanpa melihat ke arahku. Mungkin mereka mengira ada orang didalamnya karena kondisi pintu yang sedikit tertutup sehingga mereka memutuskan melewati bilik toilet tempat aku berada saat ini.



Aku semakin deg-degan saat mulai jongkok dan membuka celanaku dan juga celana dalamku hingga sebatas lutut. Cairan hangat kencingku mulai keluar perlahan.



*Currrrrr* bunyi gemricik air kencingku mulai terdengar



Kuatur sedemikian rupa tekanannya agar cairan kencingku tidak mengenai sandal dan celana dalamku yang hanya kuturunkan hingga lutut. Aku terus jongkok sambil mengawasi keadaan luar dari celah pintuku. Gila, kalau sampai ada orang yang melihat ke arah celah pintuku, pasti ia langsung bisa melihatku yang sedang jongkok buang air kecil.



*Jeglek* tiba-tiba bilik sebelah ku terbuka



Kulihat seorang bapak-bapak gendut berjalan membelakangiku. Mungkin ia yang baru saja keluar dari toilet sebelahku. Jika ia menoleh kebelakang, mungkin ia bisa saja melihatku yang sedang pipis ini. Bapak-bapak gendut itu kulihat mulai berkaca sambil membilas tangannya. Aku tertegun dan jantungku rasanya mau copot saat pria itu diam sejenak sambil memandangi pantulan kaca. Sepertinya ia menyadari celah pintuku. Untungnya tidak lama kemudian bapak gendut itu pergi meninggalkan toilet. Aku pun bernafas lega.



Lalu, seorang pria terlihat berjalan masuk tanpa menoleh ke arah celah pintu yang sengaja kubuka. Ia masuk di dalam bilik sebelahku dan terdengar suara ikat pinggang yang terbuka. Kudengar kucuran kencingnya yang deras mengguyur suara air di closet. Disaat seperti ini, aku malah ingat sosok Endrix dan teman-temannya saat mengencingiku di sekolah setiap hari selama waktu istirahat. Sensasinya yang luar biasa saat direndahkannya itu lho yang membuatku ikhlas saja diperlakukan seperti itu oleh Endrix. Aku bahkan sampai rela bawa tumbler besar berisi air mineral setiap hari untuk membersihkan tubuhku setelah gank sekolah itu selesai buang air kecil ke tubuhku



*Uhhh.. aku malah jadi bayangin kontol…*, kataku lirih dan tanpa sadar tanganku malah mulai mengucek kemaluanku



“SSSHHHH…”, Aku mendesah perlahan saat kelaminku mulai kurangsang dengan jemariku sambil sesekali kutusuk dengan jari telunjuk dan jari tengahku



Tubuhku sepertinya merindukan masa-masa direndahkan oleh Endrix. Bayang-bayang perlakuannya kepadaku justru merangsangku saat ini. Kuingat-ingat betapa nikmat kontol Endrix saat menggaruk kemaluanku. Kuingat betul bagaimana rasanya menyepong kontolnya yang panjang melengkung bak pisang raja itu. Kuingat betul bagaimana spermanya yang hangat dan beraroma kuat itu mengguyur mukaku dan aku menyedot habis spermanya hingga habis tak tersisa dengan mulut serta lidahku.



Membayangkan hal itu malah membuat vaginaku banjir. Bukan lagi banjir air kencing, tapi kemaluanku itu saat ini banjir cairan birahi. Aku semakin semangat mengocok kemaluanku dan merangsangnya habis-habisan. Kurasakan vaginaku semakin berlendir hangat. Kurasakan juga cairan kental seperti sperma juga keluar dari kemaluanku dan jatuh menetes perlahan



“Ohhhh..”, desahku nakal sambil melirik ke arah celah pintu dengan jantung berdebar-debar khawatir ada yang melihatku yang malah sedang masturbasi di rest area



*Gila, kenapa rasanya deg-degan parah gini sih… Bagaimana kalau beneran ada orang yang melihat ke arahku? Apa yang harus kukatakan? Oh iya mungkin aku bisa saja beralasan tidak tepat mengunci pintunya sehingga pintu tidak menutup sempurna* gumamku dalam hati



Aku semakin terlena dengan kenikmatan ini. Sensasi gila masturbasi dengan pintu yang sengaja dibuka sedikit di toilet cowok ini semakin membuatku horny saja. Desahanku rasanya semakin kencang saja. Seperti seekor kucing betina yang menggoda kucing jantan untuk mengajak kawin.



*Tit tit* suara notif WA dari handphoneku berbunyi



Aku lalu menghentikan masturbasiku dan memakai kembali celanaku segera. Kubuka handphoneku dengan buru-buru karena takutnya yang mengirim pesan ini papa atau mama.



“Lagi dimana lo?”, tanya Endrix melalui pesan WA



Ah, aku lupa cerita ke Endrix kalau saat ini aku sedang mudik. Aku jadi takut dia marah karena tidak memberinya kabar sebelumnya



“Maaf tuan.. Lonte Echa sedang diperjalanan mudik…”, jawabku



“Sialan lo, gitu lo gak ijin dulu ke gua. Gue sekarang lagi sange pengen ngajak lo ngentot. Lo itu milik gua jadi lo wajib ijin gua kalau lo mau kemana-mana. Paham lo?”, ketik Endrix



“Maaf lonte Echa memang salah tuan…”, jawabku



“Iya, sialan lo. Awas lo kalau pulang lo bakalan terima hukuman dari gua…”, ancam Endrix



Aku tertegun membaca pesan Endrix. Entah hukuman apa yang akan ia berikan kepadaku nantinya. Memang ada rasa kesal di dada, tapi ya seperti yang sudah kubilang sebelumnya. Aku justru merasa semakin horny dengan perlakuan-perlakuan preman sekolah yang kini menjadi tuanku itu



*Tit tit* tiba-tiba hp ku bunyi lagi



“Lo dimana sekarang?”, ketik Endrix lagi



“Ini masih di rest area tuan.. di dalam toilet”, jawabku



“Bagus! kebetulan kalau gitu.. Lo selfie yang cantik dan kirim foto lo sekarang ke gua, gue sange tod”, pinta Endrix



“Iya Tuan…”, jawabku dan aku mulai memotret diriku beberapa kali dan kukirimkan kepada Endrix, tak lupa kuberikan senyum terbaikku untuknya



“Bego lo ngentod… selfie bugil lah. Lepas semua baju lo terus kirim ke gua”, perintah Endrix lagi



“Eh.. Iya maaf tuan..”, jawabku saat menyadari kesalahanku



Aku dalam hati bingung mengapa cowok suka sekali minta foto cewek bugil. Sudah ratusan foto mungkin kukirimkan kepada preman sekolah itu. Tetapi ia selalu minta lagi dan lagi. Padahal Endrix sudah sering melihatku telanjang secara langsung tapi tetap saja ia selalu memintaku foto telanjang. Mungkin ada kepuasan tersendiri baginya, saat aku menuruti semua perintahnya.



Aku pun memutuskan menuruti permintaannya. Toh pakaian yang kukenakan terbilang simple dan mudah memakainya. Kulepas kaos lengan panjangku dan juga sekalian bra ku. Kuturunkan kembali celana beserta celana dalamku sehingga saat ini tubuhku sudah telanjang bulat di toilet ini. Hanya kerudung pashmina dan sandal yang terpasang di kaki saja yang kini ada pada tubuhku.



Aku kembali berpose selfie bugil, kuarahkan kamera ke berbagai macam sisi dengan senyum terbaikku. Berbagai macam pose kucoba. Mulai dari meremas tetek, mencubit putting, menjulurkan lidah, pose saranghaeyo, pose 2 jari, memamerkan ketiak mulusku, dan juga foto dari bawah agar vaginaku terlihat seutuhnya



*Cekrik cekrik cekrik cekrik* beberapa kali kufoto diriku sendiri dan kukirimkan semuanya ke Endrix



“Anjing… lonte gua narsis bener, banyak bener fotonya, lumayan buat bacolan anak-anak gank… Heheheh… Btw lo masih ditoilet?”, ketik Endrix



“Iya.. Tuaan… Terima kasih sudah jadikan lonte echa bahan coli temen-temen…”, jawabku sengaja dengan ketikan manja



“Bagus Bagus! Gitu dong… Body bagus itu dipamerin saja gak usah sok ditutupin pake baju.. Hmmm… Sekarang lo gue kasih tugas bikin konten selama mudik”, perintah Endrix



“Konten apa tuan?”, tanyaku tak paham



“Konten bagi-bagi duit”, jawab Endrix



“Apa?”, aku semakin tak mengerti



“Berhubung lo gak tajir, gak mungkin lo bikin konten bagi-bagi duit. lo bikin konten bagi-bagi memek dan tetek aja ke cowok-cowok selama mudik!”, kata Endrix



“Eh? Maksud tuannn???”, Aku terkejut mendengar perkataannya walau sebenarnya aku paham arah kemauan Endrix



Ia pasti memintaku berbuat hal cabul selama mudik. Apakah aku harus memberikan tubuhku ke lelaki-lelaki random? Duh membayangkannya saja malah bikin aku sange. Terbayang sudah stamina pemuda-pemuda desa yang gemar bekerja. Pasti kontol-kontol mereka tahan lama. Tiba-tiba kemaluanku kedutan saat memikirkan bagaimana caranya aku melaksanakan tugas buat konten dari Endrix selama mudik ke kampung halaman. Disana pasti aku tidak bisa bergerak bebas karena ada keluarga, sepupu, saudara, om tante, dan pakdhe budheku



“Iya, walau lo mudik, memek lo ga boleh nganggur dan harus tetep menjalankan fungsinya sebagai toilet cowok”, kata Endrix lagi



“Berarti Tuan ijinin lonte Echa dipake sama cowok lain? Tuan Gak cemburu??” tanyaku tak percaya



“Cemburu? Begok lo! Kalo gue cemburu lo ga bakal gue suruh sepongin kontol temen-temen gue. Lo itu cuma budak toilet buat gue. Lo gak usah ngerasa jadi cewek gue. Ngerti lo?”, kata Endrix



*Isshhh.. Bukannya dulu dia nyuruh aku nembak dia biar jadi pacarnya ya?*, gumamku dalam hati



“Kok lama balasnya? Paham gak lo?”, kata Endrix lagi



“I.. Iya Tuan.. Lonte Echa memang tugasnya jadi toilet…”, jawabku



“Bagus.. Sekarang lo cari kontol sana yang mau pake memek najis lo. Jangan lupa kirim bukti ke gue, semakin banyak yang pake lo, semakin buktiin kalo memek lo ada gunanya. Awas lo kalau gak ngelaksanain tugas ini, lo bakalan gue ancurin!”, kata Endrix sambil mengakhiri chat



Aku kembali bingung bagaimana aku melaksanakan perintah Endrix. Aku tidak sebebas saat di sekolah atau saat keluar rumah. Sedangkan di kampung nanti, tentu saja aku lebih banyak di rumah karena tidak punya kendaraan sendiri untuk kemana-mana. Bagaimana jika aku tidak menjalankan tugas ini? Hukuman berat akan menimpaku saat aku bertemu Endrix lagi. Membayangkan tubuhku akan kembali direndahkan oleh Endrix, tanpa sadar memekku malah mengeluarkan cairan encer dan bening yang lumayan banyak



*Currrrrrrr*, cairan itu keluar mnkubuang cairan mirip urine itu tepat di closet jongkok



“Aaaahhhhh…. Enak….”, desahlu saay



Sambil cairanku keluar, aku kocok klitorisku dengan cepat, sehingga air yang keluar dari kemaluanku muncrat kemana-mana. Tanganku pun juga kotor terkena cairanku sendiri. Kujilati jemariku dan kuludahi jariku sendiri sambil kembali kukocok area kemaluanku



“Ooohhh…”, aku mendesah lagi menikmati masturbasiku



Aku semakin tergoda untuk melakukannya. Melayani lelaki random memang sensasinya berbeda. Tidak ada rasa canggung kalau harus bertemu lagi karena kemungkinan bertemu laginya juga kecil. Aku juga bisa dengan leluasa menunjukkan sisi binalku tanpa ragu.



*Tolong siapa saja perkosa saya… Aaaahhh…*, doaku dalam hati sambil terus mengocok memekku



Aku yang sudah terangsang berat kembali memainkan kemaluanku. Kukocok sambil kubayangkan diriku disetubuhi oleh seseorang. Tubuhku menggeliat nakal menikmati jemariku yang bergerak mengucek vaginaku. Bahkan saking berharapnya aku diperkosa, aku nekat melebarkan celah pintu dan sekarang malah terbuka setengahnya. Celah yang sangat cukup untuk melihatku sosok tubuh telanjangku



Aku kembali ngocok memek sambil melihat ke arah wastafel yang ada di luar. Terlihat jelas pantulan diriku dari cermin wastafel. Aku dalam hati terus berdoa agar seseorang mesum menemukanku dan memperkosaku. Kalau yang melihatku orang alim, aku hanya berdoa ia khilaf dan mau memperkosaku.



Aku sudah lupa tujuanku turun dari mobil itu untuk apa. Entahlah mama sudah balik ke mobil atau belum. Yang jelas, handphoneku belum bersuara jadi kusimpulkan mama belum balik juga.



*Siapa saja tolong perkosa saya.. Aaahhhh… Duh sange aku anjirrr pingin kontooooll… Memekku gataal.. Ouuhh*, pekikku nakall dalam hati sambil terus masturbasi



Suasana toilet memang sudah tidak se-lalu lalang tadi. Mungkin diluar juga para pemudik sudah banyak yang menuntaskan hajatnya jadi sudah sepi pula. Aku baru sadar ternyata di toilet cowok ini hanya tinggal aku sendiri. Suara kecapan memekku yang berlendir terlendir terdengar bergema. Aku pun juga mendesah mencoba cari perhatian.



“Aaaahhh.. Aaaahhhh.. Ouhhhh..”, aku mendesah lantang saat kedua jemariku mengobok kemaluanku



Mataku kupejamkan agar lebih khusyuk ketika masturbasi. Kubayangkan kontol besar yang mulai menghajar kemaluanku. Tak lupa kumainkan juga payudaraku dengan cara meremas dan memainkan putingnya. Aku mendesah lagi dan tubuhku bergetar hebat. Perasaan tidak bisa nakal selama mudik mengganggu pikiranku. Aku pasti akan merasa tersiksa dan bosan betul kalau harus jadi “anak baik” selama di kampung. Aku harus cari cara agar meskipun mudik, tetap bisa memuaskan nafsu syahwatku.



“Nah kan.. Bener kan!”, tiba-tiba terdengar suara lelaki yang begitu dekatku



Aku spontan membuka mataku dan terkejut mendapati dihadapanku sudah berdiri 2 orang pria. Seorang bapak-bapak yang kalau aku tidak salah ingat beliau adalah bapak-bapak yang tadi sempat berkaca di depan cermin wastafel, dan satunya lagi mas-mas bertubuh kurus, mungkin temannya.



“Saya tadi dengar suara kayak cewek merintih, saya kira ada setan, ternyata beneran ada setan. Setan jalang. Heheheh…”, kata si bapak gendut



“Hehehe.. Tiwas saya sudah belajar jurus penangkal setan pak, ternyata setannya cantik, saya malah sange”, kata temannya yang kurus sambil menyeringai



“Terus piye Hud? Kita tinggal, kita lawan disini, atau kita angkut aja setannya?”, tanya si bapak tersenyum mesum kepada temannya yang dipanggil “Hud”



“Angkut aja pak biar aman”, ujar mas-mas kurus



“Ja.. jangan saya sedang mudik pak sama ortu saya…”, jawabku panik karena takut aku akan terpisah dengan orangtuaku dan dibawa oleh mereka



“Mudik? Kemana?”, tanya si bapak gendut mengintrogasiku



“Ke Ambarawa pak…”, jawabku



“Terus kenapa di toilet laki malah colmek? Pengen diperkosa ya? Heheheh…”, goda si bapak lagi



“I.. Iya.. Pak.. Saya pingin diperkosa… Saya sange pak…”, jawabku jujur dan nakal



“Hahahah.. Gadis jaman sekarang gini ya. Masih muda tapi nakal dan gak malu-malu mau. Saya suka.. Yasudah pake bajumu sekarang biar kamu kita perkosa di gudang, Kalau disini bisa gawat kalau kepergok orang”, kata si bapak



“I.. Iya pak…”, jawabku sambil aku kembali berpakaian



Lalu aku digandeng oleh si bapak gendut keluar dari toilet. Benar saja suasana sudah tidak seramai tadi. Parkiran juga mulai lengang. Aku sempat melirik ke arah mobil papa parkir dan ternyata ia masih ada disana. Iyalah, masak papa tega ninggalin anak gadisnya yang cantik di rest area. Nanti bisa-bisa masuk berita.



“Ijin ortumu dulu gih biar mereka ngga cemas nunggu kamu”, kata si bapak gendut



“Ijinnya gimana pak? Ma, maaf ya lama ke toiletnya.. Aku mau diperkosa dulu Ma.. Hehehe…”, imbuh si mas kurus



“Ide bagus itu Hud. Sapa tau mamanya sange juga minta diperkosa sekalian. Hahahah”, timpal si Bapak



“Iya betul pak, terus papanya cuma bisa pasrah sambil ngocok lihat istri dan anaknya kita genjotin sampai memeknya belepotan peju”, kata si mas kurus



Jujur saja aku tersinggung mendengarkan celotehan mereka yang bawa-bawa mamaku. Senakal-nakalnya aku, sosok mamaku itu berbeda 180 derajat denganku. Mamaku itu sosok yang sangat alim dan taat. Pakaiannya selalu syari’ dan mama juga kadang-kadang suka datang ke pengajian. Berbeda banget deh sama aku?!



“Sudah ijin belum?”, tanya si bapak lagi



“Eh iya… Sebentar”, aku pun mulai mengetik WA ke papaku



“Pa, maaf lama ini Echa belum masuk toilet karena masih antri banget. Papa tunggu aja dimobil takutnya nanti mama juga nyariin. Mama belum balik juga ya pa?”, ketikku



Beberapa detik kemudian papa membalas pesanku



“Waduh kok bisa mules kamu? Iya mama juga belum balik. Yasudah papa tunggu jangan lama-lama, keburu kemaleman nanti sampai sana”, jawab papa dan aku pun menutup handphoneku



“Sudah ijin?”, tanya si bapak gendut



“Sudah pak…”, jawabku



“Ijin gimana? Bilang ke mamamu kalau kamu mau diperkosa dulu bentar? Heheheh…”, goda si mas kurus



“Enggak mas… Saya ijin ke papa saya…”, jawabku



“Oh terus papamu ngijinin kamu boleh diperkosa?”, timpal mas itu lagi



“Iya..”, jawabku singkat



“Heheheh.. yasudah yuk masuk dulu.”, kata si bapak gemuk sambil ia buka kunci gudang di rest area ini



Gudangnya lumayan luas sebenarnya, terletak sedikit jauh dari lokasi rest area. Terlihat beberapa truk yang terparkir disana. Sepertinya truk yang biasa bongkar muat di sekitar gudang ini. Kami pun masuk kedalam. Ternyata suasana didalam terasa gerah sekali. Wajar saja karena memang tidak ada semacam alat pendingin udara sama sekali disini. Si Bapak gendut melengokkan kepalanya keluar sebentar. Sepertinya ia sedang memeriksa keadaan sekitar dan setelah dipastikan aman, ia pun menutup dan mengunci rapat pintu gudang.



Tubuhku digelendang masuk ke dalam gudang. Kedua lelaki itu tersenyum mesum memandangiku yang sudah bersedia diperkosa oleh mereka. Aku tersenyum kecut membalas tatapan nakal mereka yang sudah tidak sabar menikmatiku. Melihat senyum menyeringai mereka, aku jadi ingat Endrix. Preman sekolah itu memintaku membuat sebuah konten porno selama aku mudik. Ia memintaku tetap berperilaku bak wanita murahan selama pulang kampung



“Pak, saya ijin rekam buat konten ya pak... Wajah bapak dan mas masuk kamera gapapa ya?”, kataku beralasan dan sepertinya mereka tidak keberatan aku rekam



Lalu aku meletakkan kamera ditempat yang pas agar bisa merekam semua aktivitas kami di gudang ini



“Nanti saya minta hasilnya kalau gitu… Waduh kayak di bokep-bokep Jepang aja. Heheheh….”, kata si bapak gendut malah semangat



“Iya nanti saya kirim, Yasudah bikin opening dulu pak. Perkenalan dulu satu-satu”, kataku dan aku pun memulai membuat opening video .



“Halo semua.. Echa kali ini lagi perjalanan mudik ke kampung halamannya mama. Ketemulah sama kedua lelaki ini dan… Aaaahh pak belum mulai pak…”, protesku saat si bapak gendut mulai meremas payudaraku dengan gemas padahal aku belum siap



“Ngga tahan saya liat mbak…”, kata si bapak sambil menarik kaosku dan mengangkatnya sebatas bra ku hingga dada dan perutku tersingkap



“Iya saya juga dari tadi pingin cium mbaknya”, kata si mas kurus sambil ia mulai menciumi pipiku sambil tangannya menggerayangi tubuhku dengan nakal



“Aaahhh.. Masss… Perkenalan dulu.. Ouuuuhhhh… Pak… Ssshhh”, aku malah dibuat sange duluan akibat ulah tangan mereka yang terus bergerak menyusuri permukaanbkulit tubuhku



Si bapak gendut mencium pundakku sambil tangannya menurunkan salah satu cup bra ku. Lalu tangan kasar itu mulai memilin putting susuku dan meremas payudaraku. Menerima rangsangan Aku semakin menggeliat tak karuan.



Otakku merespon tangan-tangan jahil yang meraba tubuhku penuh gairah itu dengan mengirimkan sinyal syahwat ke seluruh syaraf-syaraf sensitifku. Tubuhku menggeliat manja karena kegelian dan keenakan, lendir vaginaku juga keluar semakin deras membasahi hingga bibir kemaluanku.



Apalagi saat bibir bapak gendut itu sudah berada di puting susuku. Permukaan Lidahnya terasa kasar sekali saat menyapu daging kenyalku itu. Belum lagi bibirnya dengan berisik menyusu dan menyedot putingku dengan rakua. Aku mendesah keenakan, entah mengapa menyusui cowok-cowok itu terasa menyenangkan sekali. Lalu, Si mas kurus juga melakukan hal yang sama , ia turunkan cup bra ku yang satunya dan langsung melumat puting susuku sehingga kedua lelaki itu kini menyusu di putingku bersamaaan



“Ohhh mass.. pakkk… sssshhh.. Aaaahhhh..”, aku mendesah menikmati sedotan mereka pada putingku



“Sluruppp Mbak usia berapa? Ssshhhh…”, tanya si bapak



“Aaahhh.. bapak.. Aku 18 tahun. Enak pak terus jilat pentil akuhh…”, ujarku manja sambil memegangi kedua kepala lelaki yang baru kutemui beberapa saat yang lalu itu



“Masih muda ya ternyata? Sudah ngerasain berapa kontol kamu?”, tanya si Mas kurus sambil ia jilati putingku dan ia sedot kuat-kuat membuatku menggeliat hebat



“Mungkin sekitar 20 kontol mas… Aaaahhah…”, ujarku nakal sambil mengingat-ingat jumlah lelaki yang pernah kulayani, yang tentu saja sebagian besar adalah gank preman sekolahku (mungkin akan kuceritakan di lain waktu bagaimana aku melayani mereka dan menjadi budak sex mereka).



“Anjirlaahhh.. Banyakan jumlah kontolnya daripada umurnya. Hehehe.. Gila cewek jaman sekarang rusak-rusak”, kata si Mas kurus sambil kali ini melumat bibirku tanpa permisi



Aku berciuman panas dengan pemuda itu. Lidah kami saling melumat dan bertukar liur. Sementara si bapak gendut menciumi tengkuk leherku yang masih tersembunyi dibalik kerudung pashmina cokelat muda yang kupakai



“Kalau cewek cantik gini ya cowok-cowok mana mau nolak Hud… Bodoh banget cewek kayak gini gak disikat. Rejeki nomplok nih”, timpal Si Bapak gendut sambil kali ini bibirnya sudah hinggap di pipiku.



Si Mas kurus terus menciumiku dengan liar. Lidahku tak diberinya kesempatan membalas lumatannya. Aku hanya bisa menjulurkan lidah dan membiarkan lidahnya menjilati lidah serta bibirku sepuas dia. Kurasakan si bapak gendut mulai melepas pengait braku di belakang dan menariknya lepas dari kaos lengan panjangku. Payudaraku pun akhirnya terlihat seutuhnya dihadapan kedua lelaki itu



“Mantab bener bodymu sayang….”, kata si bapak gendut sambil meremas kedua payudaraku dan ia cium bibirku



“Ahh.. terima kasih bapak… Ssshhh…”, jawabku sambil mendesis karena rabaan bapak gendut itu



“mmmphh.. Cuppp… Sshh.. Aahh.. Cupppp”, si bapak gendut mulai menciumi bibirku



mulut kami saling beradu hingga menimbulkan suara yang lumayan berisik di gudang ini. Bibirnya dengan kasar menguasai bibirku. Ia hisap bibir atas dan bawah bergantian. Lalu ditutup dengan sedotan kuat pada lidahku.



“Oiya saya belum perkenalan, nama Saya Pak Udin, usia 46 tahun, sudah punya istri 1, mau nambah ga boleh sama bini, saya kepala gudang disini…”, ujar si bapak gendut lagi yang ternyata bernama Pak Udin



“Kalau saya Huda, usia 32 tahun, saya staff gudang anak buahnya Pak Udin, belum nikah, pingin nikahin Mbak Echa biar bisa ngentot terus…”, kata lelaki kurus yang ternyata bernama Huda



“Eh Enak aja kamu Hud. Saya juga mau nikah sama Mbak Echa kalau gitu biar bisa nanam benih terus”, kata Pak Udin



“Ya udah kita kawinin bareng-bareng aja sekarang pak, Mbak Echa gak keberatan kan kita kawanin bareng-bareng?”, tanya Mas Huda



“Iya bolehhh.. Kawinin aku mass.. Aku bersedia…”, jawabku



“Ya udah buka bajumu dulu dong mbak…”, pinta Pak Udin



“Saya buka semua ya pak baju saya…”, ijinku dan aku mulai melepas sisa pakaian yang menutupi tubuh hingga menyisakan kerudung dan sandalku saja

86c16fac-d643-42ae-87ec-75e1156689ef.png




Pak Udin dan Mas Huda terpana melihatku yang sudah telanjang dihadapan mereka. Mungkin mereka memang sudah benar-benar tidak sabar mengawiniku sesegera mungkin saat ini. Kulihat jakun Mas Huda sampai naik turun memandangiku.



Pak Udin dan Mas Huda lalu juga menyusul melepasi semua pakaian mereka sehingga kami bertiga sudah telanjang bulat di ruangan pengap ini. Suasana menjadi semakin panas, tidak ada lagi pembatas diantara kami. Aku lalu diminta menciumi bibir kedua lelaki itu bergantian. Kali ini aku yang diminta mereka mencium bibir mereka. Aku mulai mencium bibi Mas Huda dan kulumat bibirnya. Ia pun tak mau kalah melumat bibir dan lidahku hingga menimbulkan suara decakan.



Setelah puas mencium bibir Mas Huda, aku lalu menolehkan kepalaku ke Pak Udin dan langsung kucium bibir pria gendut yang usianya sama dengan papaku itu. Bibirku diambil kendali olehnya. Aku justru yang semakin banyak menerima hisapan dan lumatan oleh bibir dan lidah Pak Udin.



Sambil kami bergantian berciuman bibir, tubuhku digerayangi oleh mereka berdua. Aku menggeliat kegelian karena tangan mereka begitu kasar dan memberikan rasa geli yang luae biasa. Pak Udin melumat bibirku dan Mas Huda mencupangi leherku yang masih tersembunyi di balik kerudung pashminaku. Beberapa menit kemudian gantian aku yang berciuman bibir dengan Mas Huda dan Pak Udin menjilati leherku.



Lalu Pak Udin mengangkat ketiakku dan ia ciumi ketiakku dengan penuh kenikmatan. Aku mendesah kegelian, namun desahanku cepat tenggelam karena bibirku dilumat lagi oleh Mas Huda.



Tanganku pun juga sibuk mengocok kedua kontol pria-pria itu. Kukocok dengan nakal dan perlahan, hingga batang kemaluan mereka menegang. Kuurut dengan khusyuk agar kontol mereka tetap berdiri maksimal. Lalu tangan Pak Udin mulai meraba dan mengucek memekku perlahan. Ia sudah tidak sungkan-sungkan mencabuli daerah kewanitaanku pribadiku dengan tangannya yang bertesktur kasar.



Aku mendesis kecil dan kubuka sedikit kakiku agar bapak gendut itu semakin bebas mengeksplore lubang senggamaku.



“Aaahhh.. Pak… Aaahh..”, aku kembali mendesah karena tangan Pak Udin mulai mengucek klitorisku



Tubuhku bergetar hebat dan aku terus menggerakkan tubuhku dengan liar. Aku sampai meliuk-liukkan tubuh bak cacing kepanasan karena dirangsang begitu hebat oleh pria itu. Bahkan kali ini aku yang menggerakkan selangkangkanku ke jemari Pak Udin seolah memohon agar Pak Udin tidak berhenti mencabuliku



“Aaaahhhh Pak.. Saayaaaa keluaarrr… Aaahhh..”, pekikku dan tubuhku sampai bergetar hebat karena tangan nakal Pak Udin yang terus mengocok klitorisku



“Srettt Srettt sretttt* aku pun squirt memuncratkan isi dalam kemaluanku



Cairan beningku itu menyembur deras seperti kencing dan kurasakan vaginaku kedutan setelah squirt pertamaku ini. Pak Udin memandangiku sambil tersenyum melihatku yang baru saja mencapai orgasme pertamaku. Tubuhku seketika lemas dan lunglai. Namun Pak Udin tidak peduli. Dia malah menjilati vaginaku yang barusan muncrat hebat. Dibasuhnya lendir-lendirku dengan lidahnya hingga bersih kembali. Jujur saja rasanya setelah aku orgasme, syaraf-syarafku lebih sensitif berkali-kali lipat. Tiap sapuan lidah Pak Udin terasa dari biasanya begitu geli menggelitikiku hingga kakiku bergetar tak karuan.



“Aahhh Pak.. Geli pak… Ssshhh…”, aku bersuha menutup kemaluanku tapi tangan Pak Udin selalu menolak dan membentangkan kedua kakiku lebar-lebar



Akhirnya aku hanya bisa pasrah organ intimku dijilatin bapak gendut itu sepuas dia. Aku hanya bisa menahan mati-matian rasa geli yang melandaku. Seruputan bibir Pak Udin begitu terdengar berisik. Rasanya kemaluanku itu disedotnya kuat-kuat dan aku merasa semakin tersiksa. Setelah ia puas menyedot lendir kemaluanku, gantian pak Udin yang sepertinya minta kusedot kontolnya. Ia mengarahkan kontolnya ke kepalaku dan menario kerudungku sambil ditampar-tamparnya kontolnya lagi-lagi ke mulutku



“Sepong kontol saya mbak”, kata Pak Udin sambil terus menampar wajahku dengan kontolnya.



“Iya pak..”, aku tanpa bisa protes lagi langsung mendekatkan kepalaku dan mulai kusepong kontol Pak Udin yang ukurannya sebenarnya biasa saja. Bukankah aku yang tadi minta diperkosa? Seharusnya aku bisa lebih dari ini melayaninya. Kukuatkan tubuhku dan kucoba melayani mereka sepenuh hati. Layaknya seorang istri yang ingin memuaskan nafsu suaminya.



Kujilati batang kontolnya dan kuciumi kepala kontolnya yang sudah keras. Pak Udin mendongakkan kepalanya menikmati seponganku. Sementara di bawah sana, kepala Mas Huda sudah berada di selangkanganku. Ia jilati kemaluanku diciuminya vaginaku. Lidahnya menyapu area bibir vaginaku. Tubuhku bergetar hebat membiarkan orang asing itu menyapu area privatku



“Ohhh.. Mas… Enak… Terus jilatin memek aku…”, pintaku manja sambil kubuka kakiku lebih lebar



Lalu kami berganti posisi, Pak Udin berdiri dan aku dalam posisi doggy style sambil mengulum kontol bapak gendut itu, sedangkan Mas Huda berada di belakangku sambil menjilati kelamin serta lubang anusku



“Oohhh.. Enak.. Aaahhhhh.. sluruppppp slurupppp”, aku mendesah diantara seponganku



Seluruh batang kontol Pak Udin kujilati hingga mengkilap. Kepala kontolnya yang besar seperti jamur itu ku kecup dan kuludahi, lalu kembali kukulum penuh nafsu. Kunikmati betul-betul kontol pria yang usianya setara dengan papaku itu. Kontol hitam gemuk tebal lelaki gendut yang jauh dari kata tampan



*Plak plak plak* Suara tamparan keras pantatku oleh Mas Huda



“Bokong Mbak Echa sexy bener saya jadi ga tahan namparin bokong mbak”, katanya sambil meremas kedua bongkahan pantat



“Iyah boleh mas, Mas Huda boleh lakukan apa aja ke aku…”, jawabku dan kutunggingkan pantatku menggodanya



“Bener ya?”, tanya Mas Huda



“Iyaaahh apapun itu terserah kamu mas…”, jawabku nakal



“Aku ga sabar pingin entot kamu cantik”, kata Mas Huda



Pemuda itu lalu mengarahkan batang kontolnya ke vaginaku. Aku mengucap syukur dalam hati akhirnya hari ini aku bisa menikmati kontol lelaki dalam kemaluanku. Bukan hanya satu, kemungkinan aku bisa mendapatkan dua sekaligus. Aku pun memasang posisi bersiap disetubuhi oleh pemuda kurus itu.



“Masukin ke memekku mas”, pintaku manja dan tak sabar disetubuhinya



“Iyaa.. Ssshh..”, lenguh Mas Huda saat ia mulai mendorong masuk batang kemaluannya yang sudah keras itu ke vaginaku



“Ohhh.. mas…. Sshhh..”, aku mulai mendesah saat kontol Mas Huda membelah lubang kemaluanku



Setelah masuk sempurna, Mas Huda mulai menggenjot lubang kelaminku. Temponya teratur dan jujur aku menikmati kontolnya yang bersarang di lubang kelaminku. Tiap gesekannya sungguh membuatku melayang, nikmat sekali. Aku sampai tak bisa berhenti mendesah saat kontol panjang itu maju mundur menggaruk dinding vaginaku



“Ohhhh Aaahh.. Mass.. Enak terusss mas… terusss…”, desahku manja dan Mas Huda semakin semangat mengge jotku.



Digenjot oleh pemuda kurus itu, aku jadi ingat rasa kontol Mang Ujang. Iya, ukuran kontol mereka sangatlah mirip. Panjang namun tidak tebal, jadi saat kontol iti masuk, terasa mantab dan tidak menyakitiku sama sekali karena vaginalu tidak bersusah payah menyusaikan diameter kontolnya



“Ohhhh.. Enak mbakk.. Memek kamu enak.. Ssshh.. Sempittt angettt..”, kata Mas Huda sambil merem melek menyetubuhiku



Aku sudah tidak bisa menjawab karena saat ini bibirku sedang sibuk mengulum kontol Pak Udin. Kujilati hingga buah zakarnyabyang hitam. Kujilati dan kusedot habis-habisan bagian bulat-bulat itu penuh nafsu. Pak Udin sampai gemetaran hebat saat bagian biji pelernya aku sedot dan kujilati tanpa rasa jijik



“AAAHHHH.. cewek sekarang pinter-pinter ngelayaninnya.. Ssshhh…”, puji Pak Udin sambil membelai kerudungku



Kurasakan Mas Huda mencabut kontolnya. Lalu lelaki kurus itu berjalan mendekati handphoneku dan ia ambil handphoneku tanpa seijinku. Aku penasaran apa yang akan ia lakukan setelah ini.



“Buka bokongmu Mbak…”, pinta Mas Huda



“Eh?? Buat apa mas???”, tanyaku bingung



“Biar orang yang liat konten Mbak jadi tau bentuk detail lubang bokong Mbak Echa”, kata Mas Huda dan aku pun mengangguk setuju



Pak Udin menjambak kerudungku agar aku tak berhenti menjilati batang kontolnya. Akhirmya aku harus menjilati kontol itu sementara di belakang sana Mas Huda tengah merekam lubang bokongku. Aku berusaha menjafa mati-matian keseimbanganku selama agar aku kedua tanganku melebarkan belahan pantatku. Mas Huda pun aku rasa bisa semakin leluasa merekam bagian tubuhku yang paling kotor itu



*Juh juh juh juh juh*, berkali-kali Mas Huda meludahi area lubang anusku



Liur Mas Huda terasa sedikit hangat saat mengenai lubang anus dan sebagian lainnya kurasakan mulai menetes turun mengenai vaginaku. Lalu Mas Huda jilati bagian itu tanpa rasa jijik sedikitpun.



“Ohhh.. Kotor mas disitu.. Ssshhh…”, kataku sambil mendesis saat kurasakan lidah Mas Huda menyapu area lubang pembuanganku semakin intens



“Kalau cewek secantik kamu, gak ada bagian yang kotor sayang… Semua bagian tubuhmu wajib dicoba semua tanpa terkecuali termasuk lubang taimu ini”, kata Mas Huda



Jari Mas Huda kemudian mulai bergerak mengitari lubang anusku. Ia gerakkan tangannya memutar, mengelilingi lubang itu secara perlahan. Lalu kurasakan jari lelaki kurus itu mulai ia masukkan pelan-pelan ke anusku. Kakiku semakin gemetaran saat jari kasar itu bergerak semakin masuk ke dalam anusku. Aku juga merasakan lubang bokongku jadi kedutan karena ulahmnya



“Aahhh.. Mas… Kamu ngapain.. Jangaan…”, kataku manja



Mas Huda tidak menjawab dan ia lebih asyik mencabuli lubang anusku dengan tangannya. Kurasakan area itu semakin melebar saat dimasuki benda asing. Mungkin lubang belakangku itu sedang proses beeadaptasi. Lubangku juga terasa semakin licin dan Mas Huda mulai berani menggerakkan maju mundur jarinya merangsang lubang anusku



“Aahh.. Mas…”, lenguhku pelan sambil menahan nafas karena bagian itu sama sekali belum disentuh lelaki manapun



Aku hanya bisa terdiam saja lubang pantatku dicabuli Mas Huda. Aku takut tangan Mas Huda jadi kotor, tapi sepertinya dia tidak keberatan bermain-main disana. Yasudah aku diamkan saja sambil kucoba menikmati ulahnya. Sensasinya terasa aneh dan unik bagiku. Timbul rasa ingin BAB, tapi malah terasa masuk kembali. Ah aku bingung menulisnya, yang jelas sensasi ini terasa berbeda dan baru bagiku



Mas Huda semakin berani dan kali ini bukan hanya satu jari saja, tapi dua jari sudah ia masukkan ke anusku. Aku sampai tak bisa konsentrasi menyepong kontol Pak Udin karena siksaan birahi di lubang anusku. Aku akhirnya berhenti menyepong kontol lelaki gemuk itu sambil kerudungku tetap di jambak Pak Udin agar kepalaku tidak jatuh karena tanganku tidak bisa menopang tubuhku karena sedang membuka belahan pantatku lebar-lebar. Pak Udin akhirnya hanya bisa tampar-tampar mulutku dengan kontolnya seolah sedang merendahkanku



“18 tahun sudah 20an kontol, umur 40 nanti, mbak Echa pasti udah nikmatin ratusan kontol kalau kayak gini caranya…”, ledek Pak Udin sambil kontoonya ditempelkan ke hidung dan bibirku



Aku sudah tidak bisa menjawab omongan Pak Udin. Aku keenakan dengan tusukan nakal 2 jari Mas Huda yang sukses memberiku kenikmatan baru bagiku. Tubuhku menggeliat dan bergetar hebat, kurasakan vaginaku mulai banjir. Rangsangan ini semakin membuatku melayang, walau awalnya tidak nyaman tapi setelah beberapa saat perasaan itu berubah. Aku jadi menikmati dicabuli olehnya dibagian pembuanganku



“Gantian Hud, kamu rekam saya. Saya dari tadi dianggurin nih”, kata Pak Udin kayaknya tidak sabar



Mas Huda yang hanya anak buahnya tentu saja mengalah . Pak Udin yang kali ini ada di belakangku. Kurasakan pria gendut itu mulai mengarahkan kontolnya ke lubang anusku. Aku panik dan terkejut ketika merasakan ujung kontol Pak Udin sudah berada di lubang anusku



“Bapak mau ngapain?”, tanyaku ketakutan



“Mau anal kamu. Kamu mau kan?”, kata Pak Udin



“Eh tapi saya belum pernah pak…”, jawabku



“Oh saya dapat bokong perawan dong? Heheheh”, goda Pak Udin sambil ia tempelkan kontolnya di lubang anusku



Jantungku berdebar-debar karena takut rasanya pasti amatlah menyalitkan. Lubang sekecil berkelahi dengam kontol. Uhh membayangkannya saja aku sudah tidak tega



Lamunanku terhenti karena kontol gendut Pak Udin mulai didorong ke arah lubang anusku. Aku terdongak dan tidak pernah kubayangkan akan disetubuhi dari belakang seperti ini. Aku meringis dan ingin sekali kuberteriak saat ini karena rasanya lumayan perih. Lubang sempitku itu dipaksa beradaptasi menerima kehadiran sebuah kelamin lelaki.



“Sakit pak… Aaaahhh…”, rintihku sambil kupaksakan tubuhku untuk bertahan



“Iya masih perawan soalnya, lama-lama kamu akan keenakan dan ketagihan”, bujuk Pak Udin



Kontol Pak Udin terus ia dorong dan lubang pantatku juga masih berusaha menyesuaikan diri dengan diameter kontol Pak Udin yang tebal. Pelan tapi pasti, batang kejantanan Pak Udin bergerak semakin masuk melubangi anusku. Aku semakin merintih dan rasanya jauh lebih menyiksa dibandingkan saat dicabuli dengan jari oleh Mas Huda tadi



“Oooohhhh… pakkkk.. Aduuhh.. Pelan pak.. Sshhhh…”, aku meringis perlahan karena kontol Pak Udin semakin tertancap masuk ke dalam lubang pantatku



“Sempit bener lubang ee’mu mbak. Heheheh...”, kata Pak Udin



*Ya iyalah lubang kecil gitu!”, protesku dalam hati



“Sakit pak.. Aduuhhh.. Aahh…”, aku kembali meringis untuk kesekian kalinya



Sementara itu Mas Huda merekam prosesi anal pertamaku itu. Ia rekam dari jarak dekat. Aku yakin rekamannya nanti akan menampilkan dengan detail bagaimana lubang anusku semakin menganga berusaha mati-matian menerima kontol Pak Udin



Sepertinya kontol Pak Udin sudah lumayan masuk cukup dalam di lubang anusku. Ia mulai bergerak maju mundur perlahan memberikan tusukan-tusukan di pantatku. Aku malah semakin terasa aneh dan ingin sekali buang air besar. Tapi tidak bisa, perutku rasanya seperti diaduk-aduk. Tubuhku melemas, aku hanya bisa mendesah dengan nafas yang semakin berat. Lubang anusku sudah benar-benar disetubuhi oleh bapak-bapak gendut itu



*Jlebb.. jlebbb.. jlebbbbb… jleebbb*



“Ohhh.. ohhh.. ohhhh.. Ahhhhhh.. Pakkkkk..”, aku mendesah kesakitan



Sepertinya lubang anusku sudah menganga sehingga kontol Pak Udin mulai terasa menggenjotku semakin lama semakin cepat. Lubang pantatku terasa sudah senakin licin dan terbiasa sehingga kontol Pak Udin semakin leluasa menyetubuhi pantatku. Sensasinya benar-benar baru bahiku, yang tadinya aku kesakitan, sekarang aku malah semakin kelojotan keenakam disodok oleh Pak Udin



Mas Huda kemudian mendekati kepalaku dan ia jejalkan kontolnya ke mulutku. Aku mati-matian berusaha melayani kedua lelaki ini dengan adil. Kusepong kontol Mas Huda sembari aku dianal oleh Pak Udin. Mimpi apa aku semalam di perjalanan mudik ku ini malah diawali dengan anal



“Aaaahhh.. Saya mau keluarrr….”, kata Pak Udin dan tidak berapa lama kurasakan bagian dalam pantatku terasa disembur cairan hangat



*Crot crot crot crot* lahar kental Pak Udin muncrat di dalam lubang anusku



Pak Udin langsung mencabut kontolnya. Setelah puas menganalku, Pak Udin meminta handphone yang dipegang oleh Mas Huda, sepertinya kali ini gantian Pak Udin yang merekam.



Belum selesai lubang anusku ngos-ngosan, kali ini ia harus dihajar kontol lagi. Tapi karena sudah beradaptasi ditambah sperma Pak Udin yang licin, kontol Mas Huda tidak kesulitan menembus pantatku. lubang anusku kali ini lebih mudah menerima kontol Mas Huda. Tanpa kesulitan kontol Panjang Mas Huda masuk ke dalam anusku. Aku kembali dianal untuk kedua kalinya.



*Jleb jleb jleb jleb*



“Ohhh Ohhh Mass… enak… aaaahh terus mass.. Aaahhh.. Jangan berhenti”, rancauku keenakan



“Enak ya dianal?”, goda Mas Huda



“Iyaaahh Enak.. Sodok terus masss.. ohhhh… oohhhh.. Bokongku milik kamu”, desahku semakin menggila



Benar kata Pak Udin, yang tadinya awalnya sakit, kini rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat yang membuatku ketagihan. Aku sampai memohon seperti wanita murahan agar lelaki yang tak kukenal itu tidak berhenti menganalku. Kuakui kontol panjang Mas Huda terasa lebih mantab saat menghajar anusku. Gesekannya begitu nikmat menggaruk dinding-dinding lubang pembuanganku



“Aaahh enak mbak.. lubang tai mbak Echa enakk.. Aaahh.. Aaahh..”, ujar Mas Huda semakin mempercepat sodokannya



“Iyaaahh.. Aaahhh.. kontol mas juga enak.. Terus sodok aku mas.. sodok aku mas… Aahhh.. Aahhh.. Sodok bokong aku terusss jangan berhenti…”, pintaku manja sambil terus mendesah



Mas Huda semakin mempercepat sodokannya. Sepertinya ia semakin terangsang mendengar desahanku yang terdengar seperti cewek murahan. Wanita berjilbab mana yang bersedia dianal oleh lelaki yang baru dikenalnya. Mungkin bagi Mas Huda, aku tidak punya harga diri lagi. Tapi aku tak peduli. Sudah kuputuskan menjalani hidup seperti ini. Menikmati kontol para lelaki sebanyak-banyaknya. Bodo amat sama harga diriku yang seharusnya kujaga. Iya aku memang wanita murahan kok, aku akui itu dan aku menikmatinya!



Kurasakan tubuh Mas Huda bergetar hebat. Kontolnya kedutan di dalam lubang pantatku. Sepertinya lubang anusku harus menjadi pembuangan sperma bagi lelaki kurus itu. Benar saja, tiba-tiba Mas Huda berteriak lantang sambil mendesah



“Arrrgghhh keluaaarrrr”, pekik Mas Huda



*Crot crot crot crot crot*, kembali pantatku disembur sperma untuk kedua kalinya



Tubuhku ambruk kehabisan tenaga. Rasanya lubang anusku saat ini bersimbah sperma. Cairan kental itu sebagian masih ada yang mengucur keluar dari lubang pantatku. Nafasku terasa berat, lubang pantatku terasa masih nyut-nyutan. Mas Huda pun mencabut kontolnya dan membiarkan sperma yang tadi disemburnya itu mengucur keluar



“Enak mbak dianal 2 kontol?”, tanya Pak Udin



“Hah.. Hah.. Hah.. E.. Enak.. Pak…”, jawabku tersengal-sengal



Kulihat Pak Udin meletakkan handphoneku ke posisi awal, ia kembali mendekatiku dan menelentangkan tubuhku di lantai. Tubuh gendutnya mulai menindihku. Ia cium bibirku sembari kontolnya ia arahkan ke vaginaku. Aku hanya bisa pasrah saat pria gendut itu mulai menusukkan kemaluannya ke lubang kemaluanku seolah aku adalah istri sahnya yang bisa dipake kapan saja.



*Blesss*



Ia mulai menggejot kemaluanku dengan tempo standar. Tidak cepat dan tidak terlalu lambat. Aku hanya diam mengangkang sambil memekku disodokinya. Kontol Pak Udin bergerak maju mundur menggesek alat kelaminku. Aku hanya memejamkan mata dan mendesah pelan karena sudah terlalu lemas. Tubuhku lebih berkonsentrasi ke lubang pantatku yang saat ini mulai terasa perih



“Aaahhh.. Bener Kata Huda.. Memekmu nikmat sayanh jepitannya mantab..”, puji Pak Udin



“Terima kasih… Pak…”, jawabku lemas sambil pasrah terus digenjotnya



Kedua kemaluan kami masih terus bersinggungan selama beberapa menit. Pak Udin menyetubuhiku dengan lembut. Kalau dibilang diperkosa, ini jauh dari kata pemerkosaan. Padahal aku ingin lebih dari ini. Tapi yasudahlah, mungkin staminanya sudah lumayan habis dipakai untuk anal tadi. Aku tidak boleh protes, dikasih kontol saja aku sudah bersyukur.



*Aarrrggghhh…”



Kurasakan tubuh Pak Udin menegang dan bergetar hebat. Sepertinya ia akan klimaks lagi



*Crot crot crot crot*



Benar saja, setelah mengejang, Pak Udin menumpahkan spermanya ke dalam vaginaku. Lahar panas itu terasa sekali menembak dan muncrat di dalam rahimku. Untungnya, aku tidak lupa membawa obat anti hamil rekomendasi dari Anya sahabatku.



“Aahhh ngentot perek secantik kamu, jadi cepet keluar saya. Hehehe.. mantab enak banget tubuhmu sayang”, kata Pak Udin sambil mencium bibirku



Setelah puas, Pak Udin mencabut kontolnya dan mengelapkan sisa spermanya yang menempel pada bulu jembutku. Pria gendut itu lalu terlihat kembali mengenakan pakaiannya. Sepertinya ia sudah cukup puas untuk hari ini. Aku pun juga ingat, sudan beberapa menit berlalu sejak aku dibawa ke gudang ini. Bagaimana kalau kedua orangtuaku sudah menunggu??



*tulilut tulilut tulilut* tiba-tiba handphoneku berdering



Aku tersentak dan buru-buru tersentak mengambil handphonekunya yang masih kupakai untuk merekam itu. Kulihat mama yang menelpon.



“Halo, Echa kok lama sih?? Kamu dimana?? Mama cari di toilet kok kamu gak ada????”, tanya mama bertubi-tubi



“Eehhh.. Anu Ma… sebentar Echa masih beli minum. Habis ini Echa selesai Ma..”, jawabku dan segera kututup teleponnya



“Mamamu ya?”, tanya Pak Udin



“Iya Pak, saya sudah dicariin…”, jawabku sambil tergesa-gesa memakai pakaianku yang sudah acak-acakan



“Yasudah kamu boleh pergi mbak… Saya sama Huda juga mau balik kerja”, kata Pak Udin



“Iya Pak.. Saya balik dulu ya pak.. Terima kasih…”, kataku



“Terima kasih untuk apa?”, tanya Pak Udin



“Terima kasih sudah mau perkosa saya…”, jawabku nakal



“Ah sialan, saya jadi sange lagi kamu bilang gitu. Anak sekarang nakal-nakal ya Hud?”, kata Pak Udin sambil bertanya ke Mas Huda yang masih sibuk merapikan seragam kerjanya



“Iya pak… Nakal dan berani sekali. Hehehe.. Saya juga makasih Mbak Echa sudah mau dientot secara gratis..”, kata Mas Huda



“Iya sama-sama Mas. Karena dimomen lebaran ini biasanya bagi-bagi THR, berhubung saya ngga kaya, saya xuma bisa bagi-bagi tubuh. Hihihihi”, jawabku nakal



“Aduh kan jadi sange lagi saya Mbak Echa bilang gitu…”, kata Mas Huda sambul diketawain oleh Pak Udin



“Sama Hud, saya juga sange lagi. Hehehe… Kita perkosa lagi aja ya?”, goda Pak Huda



“Ayo pak, saya juga belum ngecrot di memeknya Mbak Echa”, kata Mas Huda



“Ehh jangan bapak-bapak… Sudaahhh… Bisa-bisa saya ditinggal ortu saya kalau keasyikan layanin bapak-bapak”, kataku panik



“Oh enak dong kalau Mbak Echa ditinggal, saya bawa Mbak Echa ke kontrakan saya biar bisa entot Mbak Echa sampai seminggu penuh



“Eeehhh jangan bapaaakkk.. “, jawabku semakin panik



“Hehehe bercanda kok mbak. Kapan-kapan kalau saya ke kota Mbak, ketemuan sama saya lagi ya. Saya mau entot Mbak Echa lagi… Belum puas nih”, kata Pak Udin



“Iya boleh Pak… Ajak Mas Huda juga biar rame…”, kataku



“Enak aja! ogah! saya mau dipuasin Mbak Echa sendirian, biar Mbak Echa bisa ke fokus ke saya aja”, jawab Pak Udin



“Hihihi.. Yasudah saya pamit dulu ya pak. Yang semangat kerjanya”, godaku



“Semangat dong kan sudah ngecrot 2x sama Mbak Echa. Heheheh.. Mbak Echa hati-hati ya mudiknya, di kampung jangan minta diperkosa juga lho”, timpal Pak Udin



“Hihihi.. Wah mau deh kalau diperkosa di kampung, kontolnya pasti besar-besar dan keras…”, jawabku sambil membayangkan hal itu benar-benar terjadi



“Duh susah nih lawan cewek sangean”, ledek Mas Huda sambil mencubit pipiku



Aku pun pamitan dengan kedua pria itu. Sebelum pamit, Pak Udin meminta nomor handphoneku karena tadi aku sudah janji akan mengirimkan hasil konten yang kubuat kepadanya. Sekalian sewaktu-waktu mungkin bisa janjian untuk bertemu lagi. Aku pun memastikan agar ia tidak menyebarkan konten yang baru kami bikin itu. Ia juga sudah berjanji tidak akan menyebarkan konten itu ke mana-mana. Sama saja bunuh diri kalau ia sebar video tersebut karena di video itu dengan jelas ia tampilkan wajahnya, ia pun juga menyebutkan nama serta pekerjaannya



#



Setibanya di mobil, mama sudah memasang wajah sewot…



“Darimana aja sih kamu hampir 1 jam di toilet?”, selidik mama



“Ya mama juga sama aja 1 jam lebih malah ke toiletnya, ini juga mama baru balik 5 menit yang lalu…”, ledek papa sambil geleng-geleng kepala menepuk jidatnya



“Ehh.. Anu itu kan tadi mama masih rame-ramenya antri ke toiletnya pa”, kilah mama



“Iya nih mama ga sadar diri juga daritadi Echa nyariin mama ke toilet ternyata mama juga ga ada? Mama kemana hayo?”, balasku menggoda mama



“Anuuu.. mama tadi nyasar”, jawab mama kikuk kebingungan



“Alasan aja mama ini. Yaudah ga usah dibahas lagi nanti papa emosi bawa mobilnya”, kata papa



“Iya papa santai aja nyetirnya pa ngga usah emosi”, pintaku



Kami pun melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman papa. Dalam hati aku senyum-senyum sendiri, tidak menyangka lebaran kali ini terasa begitu spesial bagiku. Aku pun tidak sabar menunggu apa yang akan kulakukan selama aku di kampung nanti. Akan terjadi apa lagi setelah ini? Kita tunggu saja di chapter selanjutnya



#bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd