Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT BIANGLALA DI BANDUNG UTARA

Sumandono

Tukang Semprot
Daftar
7 Nov 2019
Post
1.148
Like diterima
20.136
Lokasi
Bandung
Bimabet


PERHATIAN



Cerita ini khusus ditujukan untuk orang dewasa yang berpikiran dan berwawasan dewasa.​


Untuk bisa memahami cerita ini, anda terpaksa harus lebih jeli dan teliti dalam membacanya. Tidak bisa cuma dibaca selewat saja. Selain itu, dibutuhkan juga sedikit wawasan mengenai politik praktis, sejarah dan beberapa pengetahuan umum mengenai birokrasi pemerintahan, internet banking, pemrogram komputer serta sejumlah fenomena sosial ekonomi yang tumbuh di masyarakat.​



Semua yang akan anda temukan dalam cerita ini, yakni: nama-nama orang,​


nama-nama jabatan, nama-nama tempat, kota dan jalan​


nama-nama organisasi pemerintah, perusahaan-perusahaan swasta,​


organisasi kemasyarakatan, LSM dan lain-lain​


adalah fiktif, hasil rekayasa imajinasi penulis.​


Jika terjadi kesamaan itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan realitas kehidupan di dunia nyata.​

 
Terakhir diubah:

PROLOG​



sumandono2.jpg


Komplek Perkantoran dan Pusat Perdagangan Segitiga Emas yang terletak di bilangan Jakarta Selatan itu memiliki luas total sekitar 20 hektar. Terdiri dari tiga bangunan utama berupa 2 tower bangunan pusat perkantoran dan perbankan, sedangkan bangunan yang satu lagi merupakan sebuah mall.​


Kompleks Segitiga Emas (KSE) adalah salah satu jantung pusat bisnis nasional yang sibuk selama nyaris 24 jam sehari, 7 hari seminggu dan tak pernah beristirahat walau hari libur. Justru pada hari libur, ribuan orang berbondong-bondong datang ke tempat itu untuk sekedar jalan-jalan atau berbelanja. Tempatnya yang asri dengan fasilitas keamanan lengkap serta ratusan foodcourt yang menyajikan seribu satu jenis kuliner dengan harga terjangkau, membuat Komplek Segitiga Emas menjadi sebuah magnet yang menyedot siapa saja yang menginginkan hiburan murah meriah. Hanya dengan membayar tiket masuk 20 ribu rupiah untuk mobil, 10 ribu rupiah untuk motor dan 5 ribu rupiah untuk pejalan kaki, orang sudah bisa menikmati berbagai fasilitas di dalam kompleks bisnis dan pertokoan tersebut.

KSE dibangun secara bertahap oleh pengusaha kawakan Tjandra Muliawan dari tahun 1990 sampai dengan 1993, di bawah payung PT. Indoland Property Limited dengan total biaya 5 miliar rupiah, sebuah nilai yang cukup fantastis pada saat itu. Dari arsip data publik Departemen Perindustrian yang bisa diakses di Arsip Nasional RI, diketahui bahwa struktur aset dan pembiyaan KSE senilai 5 miliar tersebut adalah terdiri dari 2 miliar berupa nilai aset tanah seluas 20 hektar yang merupakan milik pribadi seorang perempuan bernama Ken Zuraida Kenconowungu. Tanah seluas 20 hektar tersebut adalah milik kakeknya, Ken Jaro Singodimejo, seorang ningrat kapiran yang lahir di Kediri dan besar di Surabaya. Ken Jaro membeli tanah tersebut dari Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905 dengan harga 10 gulden.

Sedangkan struktur biaya 3 miliar lagi berasal dari Tjandra Muliawan, Enggar Danu Wijaya dan Alexander Herman Tan dengan nilai masing-masing 1 miliar rupiah.

Pada tahun 1998 ketika api reformasi menyulut di seluruh wilayah Indonesia, terjadi kerusuhan di mana-mana yang berupa amuk masa yang sangat brutal yang entah didalangi oleh siapa. Salah satu korban kerusuhan yang sangat mengenaskan den sangat mengerikan terjadi di Jakarta Selatan, di mana sebuah rumah hancur dirusak massa dan kemudian dibakar sampai rata dengan tanah. Menewaskan 9 orang penghuninya secara tragis. Namun meski pun begitu, tidak ada satu pun media --sekali lagi, tidak ada satu pun media-- baik cetak, maupun elektronik TV dan radio, yang memberitakan kejadian itu. Bahkan penyelidikan dan investigasi dari pihak kepolisian pun tampaknya sepi-sepi saja. Menurut laporan resmi pihak kelurahan setempat yang membuat surat kematian terhadap 9 nyawa tersebut, merinci secara detil ke 9 korban tersebut berdasarkan Kartu Keluarga Kependudukan, yakni:

  1. Ken Kardi Sujiwo (Kepala Keluarga, Purnawirawan TNI, 55 tahun, terkena kaki lumpuh sejak usia 50),​

  2. Ariani Andang Asri (Istri, Guru SMP, 51 tahun),​

  3. Ken Zuraida Kenconowungu (anak kandung, 32 tahun, Pengusaha Swasta),​

  4. Bastian As Saqiri (Menantu, 33, Kontraktor),​

  5. Ken Jarwo Sutejo As Saqiri (cucu, 7 tahun, pelajar SD; jasad tidak ditemukan dan kemungkinan terjungkal masuk ke dalam sumur lalu sumur tersebut tertimpa reruntuhan sehingga tertimbun, tak bisa dilakukan evakuasi),​

  6. Ken Nabilah As Saqiri (cucu, 3 tahun)​

  7. Ken Jiro Suroto (anak kandung, 29 tahun, pedagang),​

  8. Riani Kunthi Rengganis (menantu, 20 tahun, Ibu Rumah Tangga) dan,​

  9. Ken Kamilah Mendut (cucu, 6 bulan).​


Rumah yang cukup luas yang terletak di pinggir Kompleks Segitiga Emas itu kemudian diakuisi oleh kelurahan setempat karena dianggap sudah tidak ada lagi pemiliknya yang sah serta ahli warisnya yang lain pun tidak diketahui dan tidak ada yang mengklaim; lalu dijadikan sebagai sebuah taman kota. Namun, pada tahun 2010, taman tersebut kemudian diakuisisi kembali oleh PT Indoland Property dengan alasan bahwa tanah seluas 2500 meter persegi itu (50 X 50 meter) adalah milik salah seorang pendiri PT Indoland Property. Pengakuisisian itu berjalan mulus tanpa proses pengadilan. Setelah melalui serangkaian uji administratif legal formal, maka ditetapkan oleh Camat sebagai notaris dan mengandung kekuatan hukum tetap; tanah tersebut berubah kepemilikan menjadi asset PT Indoland Property, kemudian oleh perusahaan tersebut fungsinya dirubah menjadi tempat parkir khusus untuk kendaraan roda 2.

Pada awalnya, PT Indoland Property (PTIP) menjadikan Mall sebagai pusat penghasilan utamanya. Pada tahun 1993 ketika pertama kali launching, harga sewa kios standar dengan luas 49 meter persegi dibandrol dengan harga 200 ribu/bulan. Namun sayang, peminat sepi. Mall lima lantai berisi 2500 kios itu hanya terisi 20 persen saja. Sedangkan 2 gedung perkantoran lainnya yang terdiri dari 7 lantai hanya terisi setengahnya.

PTIP berjalan-jalan terseok-seok dalam mengais pendapatan untuk menutupi biaya pemeliharaan yang sangat tinggi, seperti biaya air dan listrik, karyawan kebersihan dan para staff administrasi. Enggar Danu Wijaya yang mengelola persewaan ditekan habis-habisan oleh kedua koleganya, Tjandra dan Alex. Dalam setiap meeting yang keras, Enggar selalu kewalahan mengemukakan alasan mengapa isian gedung dan mall sangat rendah. Sementara Ken Zuraida bersikap netral dan menegaskan pendiriannya bahwa perekonomian masih lesu dan KSE masih membutuhkan waktu untuk dikenal oleh masyarakat luas.

Pada awal tahun 1997, secara diam-diam, Enggar bekerja sama dengan Rudy Hendra Purnama, menyelenggarakan perjudian dengan membuka kasino di lantai 6 dan 7 gedung satu. Mereka menyebut Kasino itu sebagai Kasino Balang (lempar) Angka dan secara rahasia menyingkatnya menjadi Kasabalangka, lalu lama-lama penyebutannya berubah menjadi Kasablangka. Jenis permainan yang diselengarakan oleh kasino tersebut adalah Roullete, Pay Kiu, Baccarat dan Tashio. Sedangkan di gedung 2 dengan lokasi lantai yang sama yakni 6 dan 7, Enggar bekerja sama dengan Basuki Salihin Salim, menyelenggarakan usaha prostitusi dengan berkedok bar dan night club serta panti pijat.

Hanya membutuhkan waktu 3 bulan, kedua usaha yang sangat menguntungkan itu sanggup menyetor dana persediaan untuk biaya pemeliharaan selama setahun. Namun pada April 1998, Ken Zuraida mengetahui usaha tersebut dan dengan keras menolak. Dalam meeting bulanan yang sangat keras, Zuraida menuntut untuk segera membubarkan kerjasama tersebut karena tidak sesuai dengan visi misi PTIP yakni, ikut serta dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha membangun dan menyewakan properti, perdagangan umum serta pendidikan. Selain itu, usaha ilegal tersebut menurut Zuraida mengancam nama baik KSE dan PTIP sebagai pusat bisnis dan perkantoran. Kalau tidak dibubarkan, Zuraida mengancam akan menarik asset tanah dan ke luar dari perseroan. Lalu dia akan memungut sewa tanah Rp. 15.000/meter/tahun. Itu berarti nilai sewanya adalah 20 Ha (20 X10.000) X 15.000 = Rp. 3.000.000.000 (Tiga Miliar). Dengan perjanjian sewa aktif per 3 tahun dan sewaktu-waktu perjanjian secara sepihak (oleh pemilik tanah) bisa diputus.

Itu adalah sebuah ancaman yang sangat serius.

Pada meeting tersebut, baik Tjandra maupun Alexander, secara terang-terangan tidak sepakat dengan sikap Zuraida. Namun mereka bersikap sangat tenang dan kalem. Bahkan mereka berjanji akan menyiapkan uang sewa 20 persen sebagai uang muka pembayaran seandainya Zuraida benar-benar ke luar dari Persereoan. Usai pertemuan, Tjandra dan Alex berjalan mendampingi Zuraida hingga lobby. Lalu masing-masing berpisah ke tempat yang berbeda. Alex melangkah ke mall, Tjandra ke gedung 2 dan Zuraida ke pintu gerbang untuk pulang. Zuraida berjalan kaki saja karena rumahnya persis berada di sebelah Komplek perkantoran tersebut.

Sebulan kemudian, pada medio Mei 1998, ketika kerusuhan meledak di Jakarta; Zuraida beserta keluarganya tanpa sisa lenyap dari muka bumi. Tewas secara sangat mengenaskan!!!!
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd