Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
Ijin pantau marathon ya suhu
 
Mantep banget dah ini cerita dari awal sampe updatean ini, ditunggu updatenya hu
 
Wah makin bikin gasabar hu hehe.
Si yasmin dibikin polos ya hu,malu2 tapi mau hehe
 
Sabar menunggu.... mungkin lambat update karena sinyal susah di lokasi KKN....
 
Salut cerita yg sangat menggiurkan dan menggairahkan wkwkwwkwkkwkwkw
Sedikit masukkan saja suhu nurut sy cerita di part meng exe cewek kurang greget;););););)


Tapi for all crita really good malah sangat bagus suhu...... Smoga cepat update ya suhu biar ga selalu kentang:semangat::semangat::semangat::semangat::semangat::mantap::mantap::mantap::mantap:
 
Bab 17: Setelah Tiga MInggu

Tanpa terasa, waktu berlalu demikian cepat membuat Arman sudah berada pada hari ke 24 KKN-nya di desa ini. Telah banyak hal yang ia lalui. Mulai dari Yuninda yang entah ada apa dengannya sehingga tiap minggu membuatkannya kue khusus untuk dirinya melalui Fathia. Chinta dan Selina yang tidak henti bertengkar. Lalu, Hemi yang juga protes soal Selina yang benar-benar membuatnya kesal karena selalu mengurusi urusan pribadi Hemi. Meski begitu, toh Arman dan teman-temannya tetap bisa melewati apa yang telah terjadi.

Beberapa proker mereka pun sudah berhasil mereka selesaikan satu per satu. Mulai dari kegiatan pembersihan balai desa. Pengecatan ulang batas desa, berkegiatan bersama para karang taruna. Yang tersisa justru proker para anak pendidikan yang harus menuntaskan proses pembelajaran mereka di sekolah seminggu lagi. Nampak, mereka masih seringkali pusing untuk mengajar di sekolah dasar di desa itu. Sedangkan Arman, Yasmin, dan Toni tenang-tenang saja karena proker utama mereka bukanlah menyasar anak kegiatan belajar mengajar.

Selain proker yang banyak selesai dan Selina yang sering bersitegang dengan Chintia, Arman pun sebenarnya sudah makin dekat dengan kebanyakan teman poskonya. Utamanya seperti Chintia, Fathia, dan Yuninda. Bahkan, dua nama terakhir tidak segan menemani Arman tidur di ruang tengah posko. Yuninda pun sudah agak sering menginap di posko dengan alasan dikuncikan oleh orang tuanya. Padahal, ia sendiri sudah melihat Fathia sebagai kakaknya. Sebab, wajah dari kakak Ninda yang sudah meninggal, mirip dengan wajah Fathia. Alhasil, hal itu pula yang menjadi alasan mereka berdua bisa sangat cepat akrab. Bahkan dari hari pertama Fathia datang ke desa.

Hari ini, di ruang tengah poskonya, Chinta, Fathia, dan Hemi entarh sedang mengerjakan apa dengan laptop pinjaman dari pak kepala desa. Arman memperhatikan mereka dari teras rumah. Ketiga temannya itu nampak sedang bercanda satu sama lain. Selain Arman, di teras rumah tersebut juga nampak Rian, yang sedang menikmati mie soto yang baru saja ia masak. Dari dalam kamar perempuan, Yasmin keluar. Ia nampak sudah berpakaian lengkap entah hendak ke mana. Ia lalu berjalan ke kamar lelaki untuk memanggil Toni. Tidak berapa lama, Toni pun keluar. Toni mengekor pada Yasmin.

“Mau ke mana kalian berdua?”, tanya Arman melihat dua orang temannya itu hendak keluar malam-malam begini.

“Mau beli gorengan man. Kata Toni di ujung jalan dekat sekolahan itu ada penjual gorengan”, jawab Yasmin. Arman menjawabnya dengan ooooh ria saja.

Tidak berapa lama, mereka berdua sudah menghilang di kegelapan malam. Arman kembali ke rutinitas, memainkan game offline yang diunduhnya ketika ikut seminar proker dari kecamatan. Rian masuk ke dapur untuk menyimpan kembali mangkok yang ia pakai untuk makan mie. Sedangkan tiga orang perempuan yang sedang berkutat dengan laptop, masih terdengar tertawa lepas.

Seminggu yang lalu, Nurmala memberi tahu pada Arman. Ternyata Nadila dikabarkan mengikuti sebuah kegiartan dakwah turun ke masyarakat sebulan di sebuah desa terpencil di daerah pegununan di luar provinsi. Menurut Nurmala, informasi itu ia dapat dari kemahasiswaan. Meski menurut Nurmala hal itu tidak masuk akal, ia tidak bisa menolak kebenaran tersebut sebab kak Nayla pun sudah mengatakan hal demikian pada Nurmala. Demikian pula Arman, ia menganggap, semuanya berjalan baik-baik saja. Ia pun bisa tidur tenang tanpa terus mengkhawatirkan Nadila lagi.

Lalu, di tengah kesibukan masing-masing anggota posko KKN, datang lah Toni bersama dengan Yasmin. Mereka membawa sekantongan besar tahu isi dan bakwa, lengkap dengan sambil dan cabenya. Melihat dua orang temannya membawa cemilan malam, Chinta segera bangkit dan berjingkat-jingkat senang. Namun, karena telalu semangat, kakinya menyenggol layar laptop yang sedang dipakai oleh Hemi. Hemi yang terkejut reflek menekan beberapa tombol tanpa sadar. Hingga akhirnya, kejadian cepat itu menyebabkan laptop menjadi layar biru. Ketakutan, Hemi segera menutup layar laptop itu dan menyerahkannya pada Fathia yang meminjam laptop tersebut. Fathia yang tau kejadian itu, malah bingung dan menyimpan laptop itu begitu saja. Tidak lupa, ia mengikuti dua orang sahabatnya itu untuk ikut nimbrung bersama temannya yang lain makan gorengan. Selina dan Arie sudah tertidur. Sehingga, tidak bisa diganggu dulu.

-Keesokan harinya-
chindyaa-Bhlr-Pkcg-P9m.jpg

Chintia Karisma

Di ruang tengah rumah yang dijadikan posko KKN Arman, nampak pagi-pagi Chintia sudah berkutat dengan laptop pinjaman dari Pak Heru, Kepala Desa kami. Namun, dia tidak mengerjakan sesuatu. Hanya saja, nampak ia berusaha menekan ke seegala jenis tombol yang ada pada keyboard, sedang di layar laptop tersebut, nampak berwarna biru menyala. Arman yang curiga, mendekati Chinta.

“Itu laptop Pak Heru, lu apain Chin?”, tanya Arman.

“Eng. Ini nih. Semalam si Fathia ngga tahu mencet apa. Jadi begini sekarng jadinya”, jawab Chintia dengan wajah yang sedikit panik.

“Coba lihat”, Arman mendekati Chinta dan menarik laptop Pak Heru. Dia mengecek, dan melanjutkan

“Ini sih solusinya Cuma instal ulang Chin”, ujar Arman.

“Tapi data Pak Heru di dalam gimana man?”, tanya Chintia balik.

“Ya udah. Bodo amat ama itu. Soalnya kan yang penting laptopnya bisa nyala aja dulu”,

“Eng. Jangan ah. Gw bisa perbaikin juga”, Chinta menarik laptop tersebut dan kembali memperbaikinya. Arman yang menggeleng keluar untuk sekadar berjalan-jalan.

Hari itu, mereka tidak ada kegiatan sama sekali. Maklum, sedang hari minggu. Selain itu, waktu mereka di desa ini pun sisa 13 hari lagi. Waktu berjalan demikian cepat rupanya. Arman yang menjadi ketua posko, bisa mengenal banyak orang di desa yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani ini. Selain itu, ia pun sempat diajari masak oleh Yasmin. Bahkan, jika para perempuan sedang pergi ke pasar, Arman iseng untuk memasakkan mereka berbekal resep yang ia dapat dari internet.

Karena di sini ada SD dan SMP, Rian, Arie, Chintia, Fathia, Selina, dan Hemi pun sangat tertolong. Proker mereka sebagai anak pendidikan, tentu saja adalah mengajar di sekolah tersebut. Namun, entah apa yang sedang dilakukan oleh Chintia. Sedari malam, ia berusaha mengutak atik laptop pinjaman tersebut. Namun nampaknya, usahanya sia-sia saja.

Shania-Sari-Handayani-3.jpg

Yuninda Shanti

“Kak Arman!”, tegur Yuninda ketika Arman lewat dekat SD.

Arman membalik badan. Ia melihat Yuninda yang cantik dan ceria berjalan cepat ke arah. “Ehh, Ninda!”, Arman sembari mengangkat tangan ke arah Yuninda.

“Kak Arman mau kemana?”, tanya Ninda.

“Ngga kemana-mana sih Nin. Ini lagi gabut di posko”, jawab Arman.

“Hahaha. Ya udah kak. Ikut aku aja”, ajak Ninda.

“Kemana?”, tanya Arman.

“Udah. Jangan banyak tanya deh kak”, Yuninda lalu berjalan di depan Arman. Ia mengarahkan Arman pada sungai yang cukup jernih di desa tersebut.

“Ngapain ke sungai Nin?”, tanya Arman penasaran.

“Hehe. Tangkapin aku ikan dong kak”, ujar Ninda yang membuat Arman terbelalak.

“Gimana? Kamu nyuruh kakak tangkepin ikan buat kamu?”, tanya Arman memastikan.

“Iya kak. Kak Arman pasti bisa kan?”, ujar Yuninda dengan wajah polos.

“Ehh. Kakak ngga pernah nangkep ikan ey. Emang ini pake apa sih?”, tanya Arman lagi.

“Ya pake tangan lah kak. Itu ikannya biasa ada di balik batu”, jelas Ninda pada Arman.

“Ya kalau kamu tahu, kenapa malah nyuruh aku?”, tanya Arman.

Alih-alih segera menangkap ikan, ke dua orang tersebut malah berdebat panjang tentang siapa yang harus menangkap ikan. Meski pada akhirnya, Arman mengalah dan memutuskan untuk berusaha menangkap ikan.

“Yahahaha. Kak Arman payah banget nangkep ikannya”, ejek Yuninda pada Arman.

Dengan baju yang basah, Arman berusaha mengendap-endap perlahan menuju batu yang kira-kira ada ikannya. Dengan membungkuk, perlahan dia mendekati batu besar. Secepat kilat, ia menggerakkan tangannya.

BYUUUR!!

Arman kembali menarik tangannya kembali, tidak ada apa-apa di tangannya. Namun, ia segera bergerak ke sisi yang lain sembari masih terus membungkukkan tubuhnya.

“Ikannya kabur ke sini Nin!”, seru Arman sembari terus mengubek-ubek sekitar batu.

Arman namapk begitu fokus menangkap ikan sampai tidak memperhatikan, ada seseorang yang sedang membawa pancing, lengkap dengan umpan sedang berjalan ke arah dia dan Yuninda yang sedang berteriak-teriak.

“Yaa. Terus kak. Semangat Kak Arman!”, suara Yuninda terdengar cukup jauh karena ia terus-terusan berteriak.

BYUUUR!

Arman menarik pelan tangannya dari balik batu. Wajahnya nampak senang. Ia menurunkan badannya hingga celana panjang yang ia pakai terendam dalam air. Dengan perlahan, Arman menarik tangannya keluar dari air, di tangannya nampak ikan yang berukuran lumayan, 5 jari sedang berusaha kabur dari tangannya.

“Waaaaah. Ikan mujair kak. Ikan mujair!”, Yuninda berteriak kegirangan melihat hasil tangkapan Arman.

“Ini gimana cara nyimpennya Nin?”, tanya Arman pada Ninda.

“Eh. Iya yah. Gimana kak?’, tanya Ninda kembali.

“Pake ini aja”, ujar seseorang sembari mengangkat ember yang ia bawa. Yuninda dan mengalihkan pandangan demi melihat orang itu.

“Ehh. Salman. Kebetulan”, Arman berusaha naik ke tepi sungai. Bajunya basah kuyup, dengan tangan yang memegang erat ikan tangkapannya, ia berjalan menuju Salman.

“Lo ngapain basah-basahan man?”,tegur Salman melihat baju Arman yang basah.

“Hahah. Ini si Ninda nyuruh gw buat nangkap ikan”, jawab Arman singkat.

“Hahaha. Kamu ya Nin. Anak kota kok disuruh nangkap ikan. Basah kan?”, ujar Salman pada Arman sembari menggeleng-geleng.

“Dari pada nangkep langsung. Pake ini aja man”, kata Salman sembari memperlihatkan pancing di tangannya.

“Ahh. Bener juga. Tadi gw ngga kepikiran”, ujar Arman.

Akhirnya, Arman dan Salman malah memancing ikan. Sedangkan Yuninda yang nampak ngambek, segera pulang setelah dua lelaki itu memutuskan untuk memancing saja. Ia bilang kalau ia tidak menyukai Salman. Arman yang melihat tingkah lucu Yuninda tersebut, hanya bisa tertawa melihatnya.

Cukup lama ke dua orang tersebut duduk berdiam menekuni pancing mereka. Suasana yang hening, hanya terdengar suara deru air yang menabrak tepi bebatuan. Ember yang salman jadikan sebagai tempat ikan pun sudah hampir penuh. Demikian pula umpan yang ia bawa. Arman sampai kaget melihat ukuran ikan yang ada di sungai ini. Setelah dapat ikan, salman mengajak Arman untuk pulang.

“man, entar malem, larang temen cewek kamu keluar rumah ya”, pesan Salman pada Arman.

“eh. Kenapa emang?”, tanya Arman penasaran.

“Dua rumah dari posko kalian, remaja kampung ini mau mabok-mabokan, kalau ampe ngelihat cewek, bisa diperkosa aja”, jelas Salman pada Arman yang memperhatikan.

“Oooh. Iya. Gw bakal sampein ke mereka kok”, jawab Arman.

“Ya udah. Ini buat kamu aja ya man”, kata Salman semabri memberikan Arman ember yang berisi ikan.

“Eh, terus kamu gimana?”, tanya Arman penasaran.

“Tenang. Aku udah ada ini kok”, terang Salman sembari mengangkat sebuah bungkusan plastik bening yang berisi ikan.

Mereka berdua berpisah. Dengan menenteng ember berisi ikan, Arman pulang ke poskonya bertepatan dengan suara adzan masjid yang bersahutan. Arman menaiki anak tangga rumah panggung tersebut dengan hati-hati, tak ingin ikan yang ada di dalam ember yang sedang ia tenteng tersebut melompat keluar dan disikat oleh kucing.

Yasmin-fathia-New-4.jpg

Yasmin Fathia

“Ehh. Kamu bawa apa Man?”, sambut Yasmin melihat Arman yang datang dalam kondisi pakaian yang basah.

“Ini aku bawa ikan. Haha”,

“Kamu dari mancing? Kok basah gitu?”, tanya Yasmin lagi.

“Hahah. Mancing di sungai tadi bareng Salman”, ujar Arman, menutupi kenyataan kalau awalnya ia berusaha menangkap ikan dengan tangan kosong karena disuruh oleh Yuninda.

“Ya udah. Sini ikannya”, ujar Yasmin.

Setelah menerima ikan pemberian dari Arman, yasmin membawa ember tersebut masuk ke bagian dapur. Kebetulan, di dapur, fathia juga sedang memasak. Yasmin yang hendak shalat pun segera mangambil air wudhu dan ikut shalat berjamaah dengan Selina. Sedangkan Chintia, ikut membantu Fathia di dapur. Hemi? Entah ke mana lagi anak itu. Arman segera mengambil handuk dan langsung mandi.

Sore Hari
chindyaa-Bi-Pb-o-KAIFh.jpg

Chintia Karisma

Whats-App-Image-2020-02-07-at-06-59-53-4.jpg

Fathia Almira

Arman yang sedang asyik nongkrong di teras rumah dikode oleh Chinta dan Fathia dari bagian bawah rumah. Arman yang penasaran, segera menuruni anak tangga rumah kayu tersebut demi memenuhi panggilan dari dua perempuan tersebut.

“Kenapa?”, tanya Arman pada dua orang perempuan tersebut.

“Anu man. Gw boleh minta tolong ngga?”, tanya Fathia membuka.

“Apa? To the point aja kalian”, kata Arman

“Anu man. Lo inget kan laptop pak Heru yang kemarin kami pinjem?”, sambung Chintia.

“Oh iya. Emang kenapa laptop itu?”, tanya Arman.

“Anu Man. Laptopnya rusak gitu, layarnya warna biru. Terus, kata Rian, lu pinter urusan begitu?”, tanya Chintia.

“engg. Tergantung kerusakannya sih Chin”, jelas Arman.

“Ayolah man. Tolongin kita dong maaan”, pinta Fathia.

“Ehhh, ya udah deh. Gw cek dulu ya. Soalnya gw Cuma tahu instal ulang laptop doang”, jawab Arman

“Yeayy. Makasih Arman”, Chintia dengan reflek memeluk Arman. Arman yang terkejut segera melepas pelukan Chintia tersebut.

Malam hari

Arman berhasil memperbaiki laptop dari Pak Heru. Bersama dengan Chintia, ia mengembalikannya. Sayup-sayup terdengar dari posko bahwa para pemuda kampung tengah berkumpul tidak jauh dari posko Arman dan teman-teman untuk pesta miras. Cukup lama Arman di rumah Pak Heru karena mereka sedikit berbincang. Apalagi, Ninda malah minta diajari sedikit tentang laptop oleh Arman. Hingga tak sadar, sudah hampir jam 9 malam saja.

Sedangkan di posko, beberapa masih asyik main HP. Ada yang hanya main game dan Selina asyik membaca buku. Di teras rumah, Yasmin sedang asyik teleponan dengan orang tuanya. Sesekali Toni menggoda yasmin di tengah-tengah acara lepas kangen Yasmin dengan orang tuanya. Meski beberapa kali harus terganggu karena jringan yang sangat buruk di desa tersebut. Namun, di tengah acara teleponan tersebut, mendadak sambungan telepon Yasmin terputus. Ia sempat mencoba lagi, namun gagal.

“Aduh, pulsa gw habis Ton”, ujar Yasmin setelah mengecek HPnya.

“Gw pergi beli pulsa dulu ya Ton”, sambung Yasmin sembari segera bersiap-siap turun.

“Gw temenin lu ya min”, ujar Toni .

“Ngga usah. Deket doang kok, ngga sampai 200 meter dari sini”, kata Yasmin sembari mempercepat langkahnya dan tahu-tahu sudah ada di jalan setapak desa (Bersambung ke bab 18: Yasmin dan Chintia)
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd