Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Birahi Lelaki

Siapa yang akan menjadi Istri dari Arman


  • Total voters
    379
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Bab 16: Seminar Proker

“Arman, bangun man. Udah pagi wey”, terdengar suara membangunkan Arman. Ia terbangun.

“Udah shalat belum Man?”, tanya Yasmin pada Arman.

“Eng? Emmm. Belum”.

“ya udah, shalat dulu gih man”, Arman hanya mengikuti perintah Yasmin tersebut.

Arman bangun, mencuci mukanya, berwudhu, lalu shalat shubuh meski matahari sudah memperlihatkan diri malu-malu dari balik gunung. Semalam, setelah puas melihat bintang, Arman mengambil bantal dan tidur di ruang tengah poskonya. Memang Arman sudah dua malam tidur di ruang tengah. Karena kamar lelaki sangat sempit. Ditambah, kebiasaan Toni yang sangat banyak bergerak ketika tidur. Di dalam kamar lelaki, semuanya belum bangun. Bahkan, Selina dan Yasmin yang berusaha membangunkan mereka pun sudah menyerah karena saking sulitnya dibangunkan. Hanya Arman yang relatif lebih mudah dibangunkan. Setelah beres shalat, Arman ke beranda rumah.
Whats-App-Image-2020-02-07-at-06-59-53.jpg

Fathia Almira
ichaaq12-B7-Vq9uc-J8-Zm.jpg

Selina Haerunnisa

“Udah bangun lo man?”, tanya Fathia.

“Iya nih. Mau ke mana kalian? Kok pake almamater segala?”, tanya Arman.

“Mau ke pasar lah. Mau para cowok ngga sarapan gitu?”, jawab Fathia sedikit meledek.

Dari dalam rumah, terdengar suara kaki yang sedikit terburu-buru.
Yasmin-fathia-New-6.jpg

Yasmin Fathia

Dari dalam rumah, Yasmin melangkahkan kakinya terburu-buru. Jilbabnya masih sedikit berantakan. Ia masih memakai almamaternya.

“Buru-buru amat bu”, tegur Arman.

“Haha. Soalnya tadi aku ganti jilbab dulu”, Yasmin menjawab.

“Yasmin mah gitu. Man. Banyak gaya”, ujar Fathia sembari melirik Arman seakan menggodanya.

“Ihhh. Fathia. Jangan gitu”, tegur Selina.

“Ya udah man. Kita berangkat ke pasar dulu ya. Chintia ama Hemi dibangunin tuh”, ujar Selina lagi.

“I, iya Lin”, Jawab Arman.

Mereka bertiga pergi ke pasar dengan berjalan kaki. Memang, di desa tempat Arman KKN itu, letak desa tidak begitu jauh dari posko, sehingga bisa ditempuh dengan berjalan kaki saja. Ketika Arman sedang mengutak-atik HPnya sembari berusaha untuk mencari koneksi internat agar bisa menton Youtube, samar-samar dari arah kamar perempuan yang dekat dengan pintu rumah tersebut keluar seorang perempuan yang masih mengenakan kemeja oranye yang semalam ia kenakan. Hanya saja, kali ini dia tidak mengenakan jilbab. Mendengan suara yang sedikit berisik di belakangnya, Arman berbalik mencari sumber suara.

“Eh. Ternyata kamu ya Mi”, tegur Arman oada Hemi yang berjalan pelan menuju dapur.

Hemi berbalik melihat Arman yang berdiri di pintu rumah itu. Dengan mata yang masih mengantuk dan wajah yang sangat lesu, Hemi lalu memalingkan wajahnya dari Arman berusaha berjalan menuju dapur rumah untuk mengambil air minum. Dari belakang Hemi, Arman mengikutinya.

“Hem. Oi. Hem”, Arman memanggil nama Hemi. Namun tidak digubris.

“Hemiii… Oi. Jangan gitu dong. Ih”, tegur Arman ketika berdiri di sebelah Hemi.

“Kenapa man? Gw haus, baru bangun”, tanya Hemi ketika ia sudah hendak mengambil gelas di lemari.

“Semalam lo dari mana ama Arie?”, tanya Arman.

“Kan udah dikasih tahu ama dia. Habis bareng Salman”, balas Hemi dengan suara parau khas orang baru bangun. Ia lalu ke arah galon dan mengisi gelasnya dengan air.

“:Lo bisa jujur ngga sih Mi? Gw serius”, tanya Arman. Hemi berpaling melihatnya.

“Lo semalam abis gituan kan ama Ari?”, tanya Arman dengan wajah serius. Sembari minum, Hemi mengangguk lesu mengiyakan pertanyaan Arman tersebut.

“Aduh. Lo ya mi. Bisa ditahan ngga sih?” , tegur Arman.

“Lo ngga tahu apa? Kalau kita di sini buat KKN? Entar kalau kalian ketahuan ngewe di sana, mampus kita”, tegur Arman lagi dengan suara yang ditahan agar tidak membangunkan temannya yang masih tidur.

“Ya elah man. Santai aja dong”, balas Hemi melihat wajah Arman.

“Gimana mau santai kalau lo ama Ari malah mesum?”, tanya Arman.

“Ngga kok. Ngga ketahuan. Toh juga gw ngga ada niatan buat ngelayanin si Ari mulu kali.Apalagi gratisan. Enak aja”, jawab Hemi lagi.

‘Maksud lo gimana Mi? Lo mau main kalau dibayar?”, tanya Arman.

“Ya iyyalah man. Gw udah tiga kali bareng Riana ngelayanin om-om”, jawab Hemi yang membuat Arman tidka bisa berkata-kata.

Ternyata benar, naiatan Riana untuk menjadikan Hemi sebagai wanita panggilan benar-benar sudah ia laksanakan. Hemi sendiri pun nampaknya sudah menikmati ladang uang barunya tersebut. Setelah bercengkrama sedikit dengan Ari, Hemi pun akhirnya kepincut dengan tawaran ngewe dengan Ari dengan sukarela. Maklum saja, untuk sementara waktu, hemi dan Riana tidak bisa memenuhi panggilan para penikmat mereka untuk bercinta satu malam. Mereka berdua sedang KKN.

Waktu kemudian berjalan dengan cepat hingga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Nampak, posko III desa Roka sudah mulai sibuk. Nampak Fathia yang membereskan beberapa lembar kertas. Sedangkan Toni, Rian, dan Chintia sudah berangkat duluan ke sekretariat karang taruna untuk mempersiapkan tempat untuk penyeleanggaraan seminar program kerja KKN mereka.

Ketika Arman menyuruh Yasmin untuk menelepon seseorang, di depan posko mereka sudah ada mobil yang berhenti. Mobil berwarna hitam itu membunyikan klaksonnya. Arman segera keluar dan melihat orang yang ada di mobil. Ternyata, dia adalah Kak Hafzah, sang supervisor KKN mereka. Ia akan menghadiri seminar porgram kerja KKN Arman.
Cad-Hafzah-Azizah-hafshahcoacoh-7.jpg

(Hafzah Azizah)

“Wah. Perjalnan ke sini susah juga ya man?”, tanya Kak Hafzah ketika keluar dari mobilnya.

“Eh. Kak Caca sendiri?”, tanya Arman ketika melihat Kak Hafzah meninggalkan mobil setelah menguncinya.

‘Emm. Iya. Ibu sendiri dari kota Alpa, kenapa ya?”, tanya Kak hafzah.

“Emm. Ngga kok kak. Heran aja sih tadi”, jawab Arman diplomatis.

Arman lalu mengekor pada Kak Hafzah dan naik ke atas rumah panggung yang menjadi posko mereka tersebut. Setelah bercengkrama bersama dengan para penghuni posko, kak Hafzah lalu meminta Arman untuk menemaninya menuju rumah kepala desa untuk bersilaturahmi dengannya.

Tiba di sana, Yuninda yang awalnya tidak mengenakan jilbab dan sedang duduk di teras rumahnya kaget bukan main dan segera lari ke dalam rumahnya. Melihat Kak Hafzah dan Arman, istri kepala desa mempersilakan mereka berdua duduk dan menikmati cemilan ala kadarnya. Mereka ngobrol hingga adzan maghrib berkumandang.

Setelah shalat isya, Arman dan semua teman poskonya diserta Kak hafzah sudah ada di balai desa yang juga digunakan sebagai sekretariat karang taruna. Beberapa deret kursi plastik terisi oleh para masyarakat yang hadir pada kesempatan tersebut. Fathia selaku sekretaris posko pun mulai membacakan rincian kegiatan dan membiarkan temannya satu per satu bergantian membacakan program kerja mereka selama melaksanakan KKN di desa tersebut.

Setelah kegiatan tersebut usai, para warga lalu bubar meninggalkan lokasi seminar. Tidak terkecuali Kak Hafzah, ia pulang menumpang mobil Kak Hafzah bersama mayoritas penghuni posko. Kecuali Arman, Rian, Yasmin, dan Chintia. Nampak Arman sedang bercengkrama dengan Salman, ketua karang taruna desa tersebut. Di tangan Arman nampak sebuah gitar yang ia mainkan.
Shania-Sari-Handayani-1-1.jpg

(Yuninda Shanti)
“Eh. Kamu belum pulang Nin?”, tegur Salman ketika melihat Ninda lewat depan balai desa.

“Eh. Iya nih kak. Baru mau balik sih ini”, jawab Yuninda dengan wajah malu.

“Ya udah. Sini aja dulu bentar. Main gitar ama Arman”, ajak Salman.

“Ehh. Ngga kok kak. Ngga usah. Aku mau balik duluan”, jawab Yuninda
Yasmin-Fathia-12.jpg

(Yasmin Fathia)
chindyaa-BXkdn-TYlc-Se.jpg

(Chintia Karisma)

“Kamu sama siapa Nin?”, tanya Yasmin ketika Ninda sudah hendak beranjak dari tempat itu.

“Enggg. Sendirian kak. Ngga apa kok”, jawab Yuninda.

“Kamu mau ditemenin ngga Nin?”, tanya Yasmin berusaha mendekati Yuninda. Dari belakang Yasmin, Chintia mengikuti.

Mereka bertiga nampak berbicara satu sama lain. Nampak beberapa kali Yuninda menggeleng menolak tawaran Yasmin dan Chintia. Sedangkan Rian, Salman, dan Arman hanya bisa melihat percakapan para wanita dari balai desa. Mereka masih asyik main gitar bersama. Namun, tidak berapa lama, Chinta kembali ke arah Arman.

“Man, gw ama Yasmin duluan balik ya. Sekalian mau temenin Yuninda”, ujar Chinta kepada Arman yang masih memegang gitarnya. Arman mengiyakan hal tersebut.

Ketiga gadis itu pun berjalan hingga menghilang ditelan kegelapan. Sedangkan para lelaki, masih tetap asyik bermain gitar dan bersenda gurau. Nampak kini gitar sudah berpindah ke Salman. Ia menyanyikan beberapa lagu yang ia kuasai.

“Eh, si Yasmin itu cantik juga ya man”, ujar Salman.

“Eh. Yasmin? Ohh. Iya sih. Emang cantik sih itu anak”, jawab Arman.

“Tampang-tampang minta dihalalin. Haha”, kelakar Salman.

“Haha. Bener juga si lo man”, Rian yang dari tadi diam juga ikut bicara.

“Terus, si Fathia menurut lo gimana?”, tanya Arman lagi pada Salman.

“Hmm. Idaman sih. Apalagi dia lebih pintar bergaul dari pada si Yasmin. Cantik juga. Hahaha. Bisa poligami ngga sih?”, tanya Salman pada Arman.

“Hahha. Ada ada aja lo Salman”, Arman ikut tertawa.

“Habisnya dua-duanya idaman”,

“Ya tapi sisain kita juga lah”, ujar Rian lagi.

“Nahh! Bener banget itu”, Arman menimpali Rian.

“Kalau Hemi gimana man?”, tanya Arman pada Salman.

“Wuihh. Si kecil? Lincah dan badannya ngga nahan. Hahaha”, jawab Salman. Arman hanya tertawa mendengar penjelasan dari Salman tersebut.

Malam itu, Rian, Salman, dan Arman asyik memperbincangkan mengenai lima orang perempuan yang tinggal di posko KKN tersebut. Hingga jam hampir menunjukkan pukul 12 malam, Arman dan Rian akhirnya pamit pada Salman untuk kembali ke poskonya. Karena jalan yang berbeeda, akhirnya Salman pun berpisah dengan Arman dan Rian. Sepanjang jalan, Arman yang malam sebelumnya selalu kepikiran dengan Nadila, sudah punya pengalih perhatian. Ia sudah tidak bergitu memikirkan Nadila. Meski sebenarnya, ia masih tidak mendapat kabar dari Nurmala mengenai kabar terbaru dari Nadila. Arman terus mendoakan yang terbaik untuk Nadila.

Ketika sampai di posko, Arman dan Rian yang tadinya berniat untuk segera masuk kamar dan tidur, malah terkejut ketika melihat 4 wanita sedang mengerjakan sesuatu, yang membuat Arman begitu terkejut sebenarnya adalah kehadiran dari Yuninda yang tadinya hendak pulang ke rumahnya.

“Lho. Kok lo ngga pulang Nin?”, tanya Arman kaget.

“Hehe. Tadi niatnya begitu kak. Tapi pintu udah keburu kekunci. Jadi, dari pada aku ngetok-ngetok bangunin mama, mending aku ikut Kak Yasmin aja.

“Eh. Bisa gitu ya?”, tanya Arman masih bingung.

“Hehe. Iya kak. Lagian juga aku udah bilang ke mama kalau misalnya aku telat pulang ke rumah, aku nginep di poskonya Kak Fathia aja”, jelas Ninda.

Terlihat Fathia malah mengambil pose peace dan nyengir melihat Arman yang masih bingung. Rian pamit untuk tidur, sedangkan Arman bergabung bersama Fathia, Yuninda, Chinta, dan Hemi yang nampaknya sedang bergelut dengan RPP yang sudah siapkan sebelumnya dari kota Alpa. (Bersambung ke Bab 17: Setelah Tiga Minggu)
Jaga Yasmin Fathia ya Hu buat suami nya
Entah Arman,Salman,Toni atau mungkin yg lainnya
Heheheehhee
Kayak gak ikhlas aja deh Yasmin dianiaya


Tambahin Hafzah kepincut goyangan Arman sampai ketagihan an sebagai pembuka untuk menghancurkan kedok Herman,,,
Seru tuh Hu
Apalagi Herman dan Yunus punya antek2 serta menghalalkan segala cara buat mengharncurkan Arman dan orang2 yg dekat dgn dy....

Wuuuiiiihhh langsung banyak dari dan intriiikkkk


Maaaaf nih,Ane yg hina imi sudah berani dg lancang kasih saran ke Master @syahwatiah

Lanjut terus Hu,,, Hidup Yasmin 😍😍😍
 
Wah udah banyak korbannya Benda tumpul milik Arman:
- Yasmin : Still Waiting (maybe after married)
- Hemi :DONE
- Ariana : DONE
- Hafzah : Next Episode
- Cecil : Next Episode
- Putri : DONE
- Nayla : Next Episode
- Nurmala : Still Waiting
- Nadilla : DONE
- Puspita : Next Episode
- Fathia : Next Episode
- Selina :Still waiting
- Chintia : DONE
- Yuninda : Still Waiting



Lanjut terus Master @syahwatiah
Dirindukan Next Chapter nya
:baris:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bab 22: Tunggu Dulu!

Putri-Kaneshia-reistaputrii-10.jpg


Putri Kaneshia

Plop

Plop

Plop


Terdengar suara kontol Arman keluar masuk liang kenikmatan Kak Putri. Dengan mata yang kadangkala terpejam, ia merasakan setiap sentuhan batang kejantanan Arman menelusuri memeknya. Arman yang sudah telanjur kesal dan sange melihat perempuan cantik telanjang, hanya bisa main sodok-sodok saja. Ia tidak peduli dengan kenyamanan Kak Putri atau kenikmatan yang mereka berdua kejar. Arman, hanya sekadar mau melampiaskan semua nafsunya sekarang. Mumpung situasi mendukung.

“Ah…..Ahhh….Ahhh”, Desah Kak Putri dengan suara yang sangat tipis dan samar.

Arman masih menggenjot Kak Putri dengan penuh nafsu. Kontolnya keluar masuk memek Kak Putri. Tangan kanannya terus memainkan puting payudara Kak Putri. Sedang tangan kirinya, ia gunakan sebagai tumpuan. Tubuh Kak Putri terus bergoyang mengikuti irama sodokan Arman. Keringat dari leher Kak Putri nampak membasahi jilbab merah muda yang ia kenakan. Matanya mengawang-awang hingga yang terlihat hanya putihnya saja. Sesekali, tubuhnya menggelinjang ketika kontol Arman berhasil menggaruk dalam rahimnya.

“Hmmm. Hffff. Aaahhh”,

“Oaaahh. Ahhh. Hffffmmmm”, Arman mengeram penuh birahi. Ia terus memaju mundurkan pantatnya. Keringat mulai membasahi beberapa bagian tubuhnya.

Arman lalu mencabut kontolnya dari memek Kak Putri. Ia berdiri sejenak, memandangi tubuh polos seniornya di kampus tersebut. Ia sudah yakin sekali kalau kondisi sakit dan belum sarapan Kak Putri membuatnya tidak mampu memberi perlawan. Arman kemudian berpaling dan berjalan menuju dispenser. Mengambil segelas air dan meneguknya. Ia melirik Kak Putri, nampak perempuan itu memandanginya. Arman lalu mengambil segelas air lagi dan meminumnya, namun tidak lekas ia telan.

Dengan batang kejantanan yang masih berdiri perkasa, Arman kembali menindih tubuh Kak Putri. Ia menyentuh dan memainkan dagu Kak Putri. Dengan pelan, ia menarik dagu Kak Putri untuk memaksanya membuka mulutnya. Ketika mulut Kak Putri terbuka, Arman mencium Kak Putri sehingga memindahkan air dari mulutnya ke mulut Kak Putri. Tidak berapa lama, Arman melepaskan ciumannya dan memaksa Kak Putri menelan air tersebut. Kak Putri pun melakukannya.

Setelahnya, Arman kembali mengambil posisi misionarisnya. Dia memegang kontolnya yang masih tegang, ia mengocoknya agar bisa berdiri tegak lagi. Kemudian, ia mengarahkannya ke memek Kak Putri yang nampaknya sudah megap-megap karena belum mencapai klimaksnya. Dengan cepat, Arman menghentakkan kemaluannya masuk ke dalam memek Kak Putri. Kak Putri sempat terkejut dengan serangan benda tumpul tersebut, namun ia segera bisa menguasai dirinya. Mereka kembali bergelut dan berburu kenikmatan duniawi. Kak Putri, sudah pasrah dengan apa yang akan dilakukan Arman terhadap tubuhnya. Arman sendiri sudah sadar bahwa seniornya tersebut sudah pasrah dengan apa yang ingin dilakukan Arman. Sebab, sesekali terdengar suara racauan dari Kak Putri.

Di pihak Kak Putri sendiri, tubuhnya sudah banjir dengan peluh dan berkilatan karena keringat. Tangan kanan Kak Putri mencengkeram keras seprei kasurnya yang sudah tidak beraturan lagi. Dua insan tersebut, kini sudah berada di puncak kenikmatan percintaan mereka. Ketika Arman sudah merasakan akan segera memuntahkan pejunya, ia mencabut batang kenikmatannya tersebut dari memek Kak Putri.

Arman melepaskan kaki kanan Kak Putri yang sedari tadi ia kangkangkan demi memuluskan aksinya. Sembari memegang kontolnya yang masih menegang dengan tangan kanan, Arman berlutut persis di sebelah kepala Kak Putri. Dengan kasar, ia menarik kepala Kak Putri untuk menghadap ke kontolnya yang sudah mau memuntahkan pejunya.

“Buka!”, paksa Arman.

Tak mampu melawan, Kak Putri membuka mulutnya menunggu siraman peju dari kontol perkasa Arman. Melihat tempat pembuangan sudah siap, Arman mengocok kontolnya untuk mengeluarkan muatannya.

Crot. Crot. Crot. Crot. Crot.

Setelah 5 kali semprotan ke mulut dan wajah Kak Putri Arman tertawa karena berhasil menikmati tubuh salah satu akhwat ternama di fakultasnya. Ia menyandarkan tubuhnya pada lemari pakaian Kak Putri sembari memperhatikan seniornya tersebut membersihkan muntahan lahar putih Arman di wajahnya. Beberapa ia jilat, namun ada juga yang ia bersihkan dengan jilbab lebarnya yang penuh dengan keringat. Perasaan puas dan bangga kembali mengalir di dalam pikiran Arman. Seperti seorang tentara yang menembak mati seorang terduga teroris, ia pun merasa bangga berhasil menumbangkan salah satu akhwat terkenal di jurusannya tersebut.

Arman mengambil HPnya, mengecek beberapa chat grup yang barangkali penting. Kak Putri yang masih terbaring kelelaha, hanya bisa menatap menerawang ke langit-langit kamarnya. Jam baru menunjukkan pukul setengah empat. Arman hanya bertahan selama 30 menit, pikiran Kak Putri hanya mengawan-awang. Sesekali, ia menatap Arman yang masih telanjang sembari memainkan HPnya. Ia masih berupaya mempertahankan kesadarannya, meski badannya sebenarnya sudah sangat kelelahan. Apalagi, ia belum makan dari pagi, Arman malah datang dan memperkosanya.

-Ahhh, gw balik ahh- pikir Arman dalam hati.

Namun, ketika Arman berdiri, sesuatu nampak menahan kakinya. Arman melihat ke bawah, ternyata Kak Putri yang memegang kaki Arman. Dengan wajah yang nampak sangat kelelahan ia mengucapkan sesuatu. Namun, karena suara Kak Putri yang kecil, Arman menundukkan kepalanya demi mendengarkan apa yang ingin diucapkan oleh Kak Putri.

“Temenin kakak malam ini Man”, ujar Kak Putri dengan suara bergetar.

“Nginep maksudnya?”, tanya Arman lagi.

Kak Putri mengangguk.

“Aduh. Gimana ya kak. Aku mau balik ke tempat KKN besok sore gitu”, balas Arman.

Kak Putri memberi kode kepada Arman untuk mendekatkan telinganya. Arman lalu mendekati Kak Putri lagi dan memperhatikan Kak Putri.

“Lo mau apain gw juga terserah lo. Tapi temenin kakak malam ini ya man”, pinta Kak Putri pada Arman dengan tatapan yang memelas.

“Hadeeeh. Iya deh kak. Kutemenin. Besok baru balik”,

Kak Putri tersenyum penuh arti mendengar jawaban dari Arman tersebut.

(Rumah Pak Herman)

Cecilia-Triana-7.jpg

Cecil

Arisa-Salsa-Lestina-8.jpg

Nadila

Di dalam sebuah ruangan, nampak Pak Herman sedang bersama dengan Cecil dan Nadila. Setelah tiga minggu berlalu, nampaknya usaha Pak Herman untuk menjadikan dua orang itu sebagai budak seksnya sudah mulai nampak.

Di dalam ruangan tersebut, Pak Herman yang telanjang bulat tengah dikerubungi oleh dua bidadari malang tersebut. Cecilia dan Nadila terlihat sama-sama mengenakan jilbab lebar berwarna biru muda. Pak Herman yang berdiri, sedang menikmati sepongan dari Cecilia. Sedangkan Pak Herman, nampak sedang menghisap dan menikmati payudara dari Nadila. Sesekali, Pak Herman nampak meremas kasar gunung kembar milik Nadila.

“Arggghhhh”, erang Nadila ketika Pak Herman menggigit mesra payudaranya hingga menyisakan bekas kecil.

Pak Herman mengangkat wajahnya dan melihat wajah cantik Nadila. Ia tersenyum sejenak, lalu ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya menggarap gunung kembar milik Nadila.

Slurrppp. Slluuuppp. Sllleeeerrpp”, Cecilia nampak begitu menikmati aktivitas mengeluar masukkan kemaluan Pak Herman dari mulutnya.

“Aohhh. Ahh. Terussshhh pak”, desah Nadila menikmati jilatan dan permainan lidah Pak Herman.

Mulut Pak Herman masih asyik menggarap toket Nadila yang ada dj sebelah kanan. Sedangkan tangan kanan Pak Herman, asyik mengerjai toket Nadila sebelah kiri. Diremasnya dengan kasar seakan hendak mencabutnya, terkadang ia memilin-milin bagian putingnya, dan kadang ia hanya memberikan sentuhan mesra saja.

Pak Herman tiba-tiba melepaskan mulutnya dari toket Nadila. Ia menunduk melihat Cecilia yang semakin lancar melakukan permainan mulut. Pak Herman berpaling sejenak ke Nadila, ia berciuman dengan Nadila selama beberapa detik dan memberik kode kepada Nadila untuk berlutut di dekat Cecilia. Nadila, menurut saja apa yang diperintahkan oleh Pak Herman.

Tangan kanan Pak Herman beralih ke kepala Cecilia yang maju mundur sedari tadi. Ia membimbing kepala Cecil untuk terus bergerak mengoral kontolnya. Sesekali, terdengar lenguhan dari Pak Herman.

“Oaaahhh. Terus lonte. Mantaap. Udah pinter ya kalian. Ooohhh”,

Tidak berapa lama, badan Pak Herman menegang. Badannya bergetar. Ia akan segera ejakulasi. Ia segera menahan gerakan Cecilia dan mengeluarkan batang kenikmatannya dari mulut Cecil.

“Buka mulut kalian berdua!”, perintah Pak Herman pada Nadila dan Cecilia. Kedua perempuan itu pun segera melaksanakannya.

Pak Herman pun memuntahkan pejunya ke mulut dua gadis itu. Ada yang hanya sekadar muncrat ke wajah Nadila, ada yang ditelan oleh Cecilia, hingga Nadila pun harus membersihkan muntahan yang tersisa di kontol Pak Herman tersebut. Pak Herman tertawa puas melihat Nadila dan Cecilia makin terbiasa dengan kondisinya sekarang. Namun, belum juga Pak Herman lanjut memainkan Cecilia, pintu kamar itu diketok, dan dengan suara setengah berteriak, kak Hafzah dari luar memberi tahu bahwa Pak Yunus, ada di depan pagar rumah tersebut.

“Ada pak Yunus tuan”, terdengar suara Kak Hafzah dari seberang pintu.

Pak Herman segera membuka pintu.

“Ada Pak Yunus tuan”, ujar Kak Hafzah pada Pak Herman

“Kenapa kamu tahu?”, tanya Pak Herman.

“Tadi dia nge-chat bapak di WA kalau mau datang ke sini”, jelas Kak Hafzah.

“Wahh. Ya sudah. Kamu ngumpet dulu gih di kamar bapak ya sayang”,

“I, iya tuan”, balas Kak Hafzah.

Bukannya segera membukakan pintu pada Pak Yunus, Pak Herman malah berbalik kepada Cecilia dan Nadila yang masih melongo melihat kepanikan dua orang tersebut.

“Bilang apa kalian berdua?”, tanya Pak Herman sembari memegang kontolnya yang sudah kembali ke bentuk normalnya.

“Terima kasih kontol!”, ujar mereka berdua, kompak.

Pak Herman tertawa dan segera beranjak dari tempat itu. Dengan buru-buru, ia pun keluar dari ruangan tersebut diikuti oleh Kak Hafzah yang turun untuk bersembunyi di dalam kamar Pak Herman. Tanpa mereka berdua sadari, ruangan tempat penyekapan Nadila dan Cecilia belum terkunci. Ruangan tersebut memang tertutup, namun kunci pintunya masih menempel di gagang pintu. Menyadari hal tersebut, Nadila dan Cecilia saling menatap.

(Kost Kak Putri)

Putri-Kaneshia-reistaputrii-2.jpg

Putri Kaneshia (21)

Suasana kawasan kost Kak Putri sudah sedikit ramai. Maklum, sudah pukul 5 sore kala itu. Meski begitu, nyatanya bekas kost Kak Puspita masih kosong sepeninggal Kak Puspita. Nampak Kak Putri yang baru selesai mandi dan berpakaian kini baru menyantap makanan yang dibawa oleh Arman. Setelah Arman mengiyakan permintaan Kak Putri tadi, ia malah tertidur di dekat Kak Putri. Bukan hanya itu, sekarang pun Arman belum bangun. Kak Putri hanya tersnyum melihat Arman yang tiur tanpa mengenakan sehelai benang pun. Setelah selesai makan, Kak Putri bangkit untuk membereskan beberapa barang.

Ketika ia membereskan barang yang berantakan karena ulah Kak PUtri dan Arman tadi, mata Kak Putri tidak bisa lepas dari batang kejantanan milik Arman. Meski berusaha mengalihkan pandangannya , tetap saja ia berbalik lagi melihat benda sakral milik lelaki tersebut. Perlahan, ia mendekati Arman.

Ia memperhatikan ukuran dari senjata tumpul milik Arman. Beberapa kali, ia mencoba untuk sekadar mengelus dan menyentuhnya. Ia terus tertawa kecil dan cekikikan membayangkan barang milik Arman tersebut. Namun, ketika Kak Putri sedang asyik memainkan burung milik Arman, Arman terbangun.

“Ehh. Kak Putri”, terdengar suara Arman cukup serak, khas orang baru bangun.

“Eh. Udah bangun toh”

“Tadi, Kak Putri ngapain?”, tanya Arman sembari menunjuk tangan Kak Putri.

“Nggak kok. Hehe”, Kak Putri memasang wajah menahan tawa.

“Tadi mainin ituku ya?”, tanya Arman lagi dengan menunjuk batang kejantanannya.

Kak Putri mengangguk sambil menahan tawanya. Benar-benar menggemaskan.

“Habisnya gemes sih. Punya kamu lebih besar dari mas Rian”,

“Masa?”, tanya Arman yang segera dibalas anggukan oleh Kak Putri.

“Ya udah kak”

“Boleh kan Man?”, tanya Kak Putri yang segera dibalas oleh Arman dengan anggukan.

Kak Putri menyentuh kembali burung Arman, menyentuh kepalanya perlahan dan mengelus-elusnya. Sesekali, ia kembali cekikikan kecil merasakan tekstur dari barang dari Armant tersebut.

“Ngga pengen diemut kak?”, tanya Arman menggoda.

“Emut? Gimana maksud kamu? Kayak permen mil**ta gitu?”, tanya Kak Putri.

“Iya kak. Dijilat gitu”,

“Ihh. Ngga berani aku Man. Geli. Hehe”, jawab Kak Putri dengan senyuman indahnya.

“Emang punya Kak Rian ngga pernah Kak Putri rasain?’, Arman penasaran.

“Hmm. Paling kayak yang kamu lakuin tadi doang sih man”, jawab Kak Putri.

“Emang, Kak Putri sering begitu ya ama Kak Rian?”, tanya Arman penaran.

“Kok kamu nanya lagi sih? Kamu masih marah ya soal Kak Puspita?”, tanya Kak Putri.

“Ahhh. Udah ngga kak. Kayaknya sih aku berubah sehabis Kak Putri nyuruh aku nginep. Hehe”,

“Hahaha. Dasar ya. Cowok, kalau udah disuruh nginep. Langsung baek-baek”,

“Berarti Kak Rian juga gitu dong?”, tanya Arman menggoda kak Putri.

“Hahaha. Gitu sih”, jawab Kak Putri tersipu.

“Ya udah kak. Coba aja dimasukin ke mulutnya”, ujar Arman menyuruh Kak Putri menyepong kontolnya.

“Ngga apa nih man?”, tanya Kak Putri. Arman mengangguk.

Arman lalu mengangkangkan kakinya. Kak Putri mengambil posisi menunduk di depan Arman. Tangan kanannya, memegang konol Arman yang perlahan mulai bangkit. Dengan arahan Arman, kak Putri membuka mulutnya dan menutup matanya. Dengan pelan, kontol Arman mulai tenggelam ke dalam mulut Kak Putri. Arman melenguh merasakan sensasi dari amatiran seperti Kak Putri (Bersambung ke Bab 23: Malam yang berbeda)
*************​
Disclaimer: Seluruh mulustrasi yang saya gunakan dalam cerbung ini bersumber dari instagram. Jika keberatan dengan penggunaan mulustrasi tersebut, silakan kontak saya melalui PM untuk menghapus foto yang bersangkutan. Terima Kasih
Ayo lanjut Hu
Penasaran rasanya mulut Kak Putri
 
Bab 23: Malam yang berbeda

Putri-Kaneshia-reistaputrii-2.jpg

Putri Kaneshia (21)

“Uooohh. Iya. Begitu kak. Ssshhhh. Ahahh”, desah Arman merasakan sensasi isapan dari mulut Kak Putri.

Belum juga semenit, kepala kemaluan Arman nampak membentur sesuatu, kak Putri segera mengeluarkan kontol Arman dan terbatuk-batuk.

Uhuk. Uhuk”, Kak Putri terbatuk-batuk karena ternyata langit-langit mulutnya dihantam benda tumpul.

“Maaf kak. Punyaku kebesaran ya”,

Kak Putri menggeleng. Ia kembali mengambil posisi dan memasukkan kembali kontol Arman ke mulutnya. Arman memejamkan matanya. Inci demi inci dapat ia rasakan sensasi sepongan Kak Putri.

“Yaaahhh. Begitu kak. Sekarang, keluarin dari mulut kakak. Tapi jangan semua”, Arman mengarahkan Kak Putri.

Kak Putri melakukan apa yang Arman perintahkan. Perlahan, ia menarik kepalanya. Ia sedikit terkejut ketika Arman memegang kepalanya. Perlahan, Arman menuntuk gerakan kepala Kak Putri.

“Kayak gini kak”,

Arman menuntut gerakan sepongan Kak Putri. Naik turun mengoral batang kejantanan Arman yang perlahan tegak mempertegas kekuatannya.

Srrrppp. Sllluuupp. Srrrppp

Terdengar suara isapan Kak Putri. Arman mengeluh dan mendesis merasakan kontolnya yang kembali mendapatkan perlakuan dari seorang perempuan setelah terakhir, dua minggu yang lalu ia mendapatkan pelayanan seperti itu dari Chintia. Meskipun, permainan blowjob dari Chintia jelas lebih pengalaman dari seorang amatiran seperti Kak Putri. Meski begitu, ada kebanggaan tersendiri bagi Arman mengajarkan seorang seniornya untuk melakukan sepongan, ditambah Kak Putri sedang mengenakan pakaian muslimah lengkap. Baju gamis putih bermotif bunga-bunga berwarna biru dan jilbab lebar berwarna merah muda.

“Shhhaaahhh. Shhhhh. Ouuuhhh, Begitu kak. Pinteeeeer”, puji Arman pada salah satu mahasiswi hits di fakultasnya itu.

Srrrrppp. Slllppp. Sllleeeppp. Srrrpppffhh.

Tangan Arman mempercepat gerakan dorongan tarikannya pada kepala Kak Putri. Nampaknya, Arman sudah hampir mencapai klimaksnya. Meski Arman sendiri merasa ini baru permulaan.

Tangan Kiri Arman tidak tinggal diam, ia memegang pinggang Kak Putri. Pelan-pelan, ia tarik bagian bawah gamis yang Kak Putri kenakan. Perempuan itu pun membantu Arman dengan mengangkat kakinya dan pantatnya hingga tersingkap sempurna bagian rok dari gamis Kak Putri. Ia nampak mengenakan celana dalam berwarna putih berenda.

“Iiihhh. Kok pake celana dalem sih kak. Katanya aku puas malam ini? Gimana sih”, gerutu Arman dilanjutkan pukulan manjanya pada bongkan pantat Kak Putri.

Arman tidak ingin terburu-buru, tangan kanannya masih menahan kepala Kak Putri dan tangan kirinya bergerak di perut Kak Putri. Gadis 21 tahun itu menggelinjang ketika Arman menggelitik pusarnya. Arman hanya tertawa, sedangkan Kak Putri seperti tersedak. Namun, karena tangan kanan Arman dengan kasar menahan kepalanya, Kak Putri terus melanjutkan pekerjaannya sore itu.

Sinar matahari perlahan menghilang ditelan waktu. Arman menyemprotkan begitu saja pejunya ke mulut Kak Putri. Dengan reflek, Kak Putri segera melepas mulutnya dari posisinya karena Arman sudah melepaskan tangannya dari kepala Kak Putri. Arman tertawa kecil, Kak Putri terbatuk-batuk. Ia memasang wajah cemberut dan mencubit pinggang Arman. Arman tertawa lagi. Namun, karena ditegur oleh Kak Putri dengan memasang telunjuknya pada bibirnya, Arman diam. Ia berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar deburan air, Arman sedang mandi.

Setelah sekitar sepuluh menit di kamar mandi untuk membersihkan diri, Arman keluar dari kamar mandi. Ia terkejut karena Kak Putri tidak ada di dalam kamar tersebut. Namun, belum terlalu lama dia berada dalam kondisi keheranan, pintu kamar kostan tersebut terbuka. Nampak Kak Putri memegang bungkusan plastik.

“Dari mana kak?”, tanya Arman penasaran.

“Dari ambil pesanan go-food tadi”, ujar Kak Putri.

“Ooohhh”,

Belum lama Arman selesai memakai pakaiannya, Kak Putri malah melepas gamis berwarna putih yang ia kenakan. Sontak, Arman hanya terpana melihat keindahan tubuh Kak Putri. Meski tadi ia sudah melihatnya, ia tidak bisa memalingkan pandangannya kali ini. Ia perhatikan indah lekuk pinggang dan pinggul Kak Putri yang menggoda. Bulatnya gunung kembar Kak Putri dan sekalnya pantatnya yang masih dibalut celana dalam putih berenda.

“Lho. Kok dibuka kak?”, tanya Arman ketika melihat Kak Putri juga menanggalkan celana dalam yang ia kenakan, begitu pula BH hitamnya.

“Lho. Kan kamu tadi yang bilang?”, Kak Putri balik bertanya pada Arman.

“Hmm. Iya sih kak”, balas Arman dengan mata yang tak lepas dari Kak Putri.

Mereka berdua sebenarnya beruntung, sebab letak kamar Kak Putri yang ada di bagian belakang dan dibelakangi oleh kamar depannya. Selain itu, kamar sebelahnya juga kosong sepenginggal Kak Puspita dan masih belum ada yang mengisi. Sedangkan kamar yang ada di depan, pemiliknya sedang pulang kampung. Sehingga, percakapan mereka berdua tidak begitu mudah terdengar oleh penghuni kamar terdekat.

“Kok kakak diliatin mulu sih Man?”, protes Kak Putri melihat Kak Putri ketika akan kembali mengenakan gamisnya.

“Hehe. Ngga kak. Ngaceng aja ngelihat kakak tadi telanjang tapi jilbabnya masih kepake”, jelas Arman.

“Hooo. Kamu nafsunya ama yang begitu? Yang bawah telanjang, jilbab masih kepasang?”, tanya Kak Putri.

“Hehe. Iya kak”,

Sore itu sudah hampir pukul 6 sore. Cahaya matahari sebentar lagi akan berganti menjadi malam, Arman memperhatikan Kak Putri yang kembali mengenakan gamis putihnya. Kak Putri sedikit terkejut ketika ia sudah memakai gamisnya, Arman tiba-tiba sudah ada di depannya. Tanpa ba bi bu, Arman segera mencium bibir indah Kak Putri. Napas mereka beradu. Kak Putri yang awalnya terkejut dengan tingkah Arman segera dapat menguasai dirinya, ia pun membalas ciuman mesra dari Arman. Diiringi sore yang syahdu, mereka berciuman selama beberapa menit. Arman memegang pinggul Kak Putri, sedangkan Kak Putri mengalungkan tangannya pada leher Arman.

Beberapa menit dua insan tersebut saling berciuman. Hingga akhirnya, suara adzan maghrib menghentikan kemesraan yang sangat syahdu tersebut. Kak Putri melepas ciumannya dan tangannya.

“Kakak mau shalat dulu”, kata Kak Putri sambil tersipu

“Aku yang imamin ya kak”, Arman tiba-tiba merespon.

“Emang kamu shalat?”,

“Kadang sih kak. Kalau diomelin teman posko atau karena lagi di rumah aja”, jelas Arman. Kak Putri menahan tawa.

Arman dan Kak Putri lalu melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat Islam. Meski harus mengeluarkan suara, Arman mencoba menahan agar suaranya tidak begitu keras. Maklum, meski pengawasan di kost Kak Putri sangat longgar, toh tetap saja lelaki dilarang menginap di kostan tersebut. Kak Rian saja, tidak pernah menginap di kamar Kak Puspita. Makanya, malah Kak Puspita yang datang menginap ke kost Kak Rian.

Selepas shalat maghrib, mereka berdua sibuk dengan urusan masing-masing. Arman asyik memainkan HPnya, nampaknya memainkan gim battle royale sedangkan Kak Putri sibuk mengecek instagramnya. Arman membelakangi jendela kamar yang ada di dekat lemari pakaian Kak Putri. Sedangkan kak Putri, asyik rebahan dengan mukena yang masih ia kenakan.

“Kamu lagi main gim apa sih Man?”, tanya Kak Putri dekat telinga Arman. Ia sudah berpindah tempat persis ke sebelah Arman.

“Main PUBG kak”,

“Hooo. Yang sering dimainin anak-anak di kampus ya?”,

“Iya kak”,

Suasana kembali menjadi diam beberapa menit. Situasi canggung mulai terasa. Arman sendiri tidak tahu harus berbicara apa pada Kak Putri.

Setelah beberapa menit tidak saling bicara, Kak Putri memasang wajah cemberut pada Arman.

“Kenapa kak?”, tanya Arman penasaran melihat ekspresi wajah Kak Putri.

“Hmm. Nggak!”, Kak Putri berbalik membelakangi Arman.

Arman menggeleng. Ia yang sudah cukup pengalaman menangani Nadila dan Hemi, merasa kalau ia sedang diberikan kode oleh Kak Putri. Ia menyimpan HPnya, dan dari belakang tubuh Kak Putri, Arman segera menyergap tubuh seniornya tersebut. Kak Putri terkejut.

“Ihhh. Apa sih man!”, tegur Kak Putri.

“Hehe. Ngga kok kak. Lagi pengen. Kakak ngga?”,

“Bukannya kamu lagi mabar tadi?”, Kak Putri masih menekuk wajah.

“Yeee. Ngambek nih”, ejek Arman.

“Apaan sih kamu”, Kak Putri memasang wajah malas.

Bukannya menyerah Arman malah memeluk bagian pinggang Kak Putri.

“Ngambek ya?”, tanya Arman

“Apa sih man?”, Kak Putri nampak kesal dengan tingkah Arman.

“Ya udah. Aku mabar lagi ya”, pancing Arman.

Arman melepas pelukannya dan kini gilirannya untuk berbalik membelakangi Kak Putri.

(Rumah Pak Herman)

Cecilia-Triana-7.jpg

Cecilia Triana (20)

Arisa-Salsa-Lestina-8.jpg

Nadila Aria Sienna (19)

Dua perempuan malang yang kini otaknya sudah mulai tercemari oleh ajaran sesat Pak Herman saling pandang. Tanpa sempat Pak Herman perhatikan, ternyata pintu ruang penyekapan Cecil dan Nadila belum terkunci. Dua orang perempuan tersebut saling pandang. Nadila seakan memberi kode kepada Cecilia. Namun, Cecilia menggeleng. Dari bawah, terdengar suara dua orang lelaki yang saling bercengkrama.

Dengan mengendap-endap, Nadila membuka pintu. Melihat kondisi sekiar, dengan hanya mengenakan gamis berwarna biru yang sudah acak-acakan, ia mencoba mengamati kondisi. Ia berniat untuk kabur dari rumah tersebut. Kondisi lantai dua rumah itu lengang. Tak ada orang. Kak Caca sudah masuk kamar Pak Herman. Sedangkan Pak Herman, sedang berbincang dengan Pak Yunus di ruang tamu.

Nadila memberanikan diri menuruni tangga rumah tersebut satu per satu. Hati-hati, ia memperhatikan langkahnya agar tidak menimbulkan suara berisik. Sedangkan Cecilia, memutuskan untuk tidak berbuat apa-apa dan mengintip dari balik pintu ruang penyekapannya. Ia hendak berteriak memanggil nama Nadila, namun takut kalau temannya tersebut akan ketahuan.

Dengan cukup terampil, Nadila sudah ada di lantai bawah rumah Pak Herman. Berhubung ia sering ikut pengajian di rumah tersebut, ia cukup tahu kondisi dari rumah itu. Di belakang, ada sebuah pintu yang tembus ke halaman belakang dari rumah tersebut. Di bagian belakang. Terdapat semacam pagar tembok yang Nadila tidak tahu apa di baliknya. Meski begitu, karena tipikal perumahan, pagar belakangnya tidak begitu tinggi. Tidak ada akses keluar melalui pintu belakang selain melompati pagar tersebut. Nadila membranikan dirinya.

(Kost Kak Putri)

Kak Putri berada dalam posisi ditindih oleh Arman. Dua sejoli itu nampak berciuman mesra. Arman menahan tangan kiri Kak Putri, sedangkan tangan kirinya menahan tubuhnya. Kak Putri yang tadi nampak murung, menikmati ciuman tersebut. Ia memejamkan matanya, sedangkan lidahnya saling berbelit dengan lidah Arman. Ia pasrah akan diperlakukan seperti apa oleh Arman. Juniornya yang sangat nakal padanya.

Arman mengangkat ke dua tangannya, ia memindahkan posisinya di samping Kak Putri tanpa melepaskan ciumannya. Ia menyandarkan badannya pada tubuh Kak Putri yang telentang menghadap langit-langit.

“Kak Putri cantik deh”, puji Arman sejenak setelah melepas cumannya.

“Eleh. Dasar gombal kamu man”, Kak Putri tersipu.

Mereka saling pandang selama beberapa menit, kedua insan manusia itu nampak menikmati waktu mesra mereka berdua tanpa ikatan hubungan yang membelenggu mereka. Malam ini, merupakan malam terakhir Arman di kota Delta, besok ia akan kembali ke tempat pengabdiannya bersama dengan Toni. Malam itu, Arman memuaskan diri menikmati kemolekan tubuh salah satu akhwat idaman di jurusannya, Putri Kaneshia.

Arman sendiri teringat dengan seniornya yang punya koleksi foto Kak Putri.

Putri-Kaneshia-reistaputrii-10.jpg
Putri-Kaneshia-reistaputrii-17.jpg
Putri-Kaneshia-reistaputrii-16.jpg

Meski akhirnya, tidak ada kejelasan dengan status senior Arman tersebut dengan usahanya mendekati KAk Putri. Yang jelas, malam ini ia sukses menelanjangi dan sedang menikmati tubuh indah senior yang juga model tersebut.

(Pukul 11 malam)

Kak Putri berada di posisi woman on top, dengan kontol Arman yang masih menempel di memeknya, ia tidak banyak bergerak. Kak Putri sendiri sudah mencapai klimaksnya dua kali. Mereka sempat beristirahat buat makan sejenak setelah sekitar sejam bercinta setelah isya.

Arman sendiri hanya tersebut melihat Kak Putri yang berbaring di dadanya sembari sesekali memompa memeknya. Kedua tangan Arman bertahan di pinggang Kak Putri. Kak Putri sendiri tidak mengenakan apa-apa. MEski tahu Arman sebenarnya lebih suka perempuan yang memakai jilbab lebar dengan bawahan yang telanjang, ia tidak bisa menampik kenyataan bahwa bercinta dengan gaya seperti itu, cukup panas dan pengap. Arman sesekali memainkan rambut hitam Kak Putri yang terurai indah.

“Terima kasih banyak kak”, ujar Arman di tengah keheningan mereka berdua.

“Harusnya kakak yang bilang man”, balas Kak Putri.

“Haha. Di mana-mana, harusnya aku yang berterima kasih kak. Kapan lagi bisa ena-ena bareng primadona kampus. Udah senior, akhwat lagi!. Hehe”, Arman langsung dicubit perutnya oleh Kak Putri.

“Dasar kamu ya man. Nakal banget. Kaka pake diperkosa tadi. Kan tadi kalau minta bakal kukasih juga oon”,

“Yee. Kalau ngga kuperkosa, Kak Putri pasti masih jaim terus”

“Hahaha. Ada-ada aja kamu”

“Btw, barangku enak ngga kak?”, tanya Arman

“Hmm. Enak sih man”,

“Enakan mana sama ngewe ama Kak Rian?”, tanya Arman nakal.

“Enakan ama kamu lah. Hahaahah”, Kak Putri memeluk Arman dengan erat. (Bersambung ke Bab 24: Kembali)
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Disclaimer: Seluruh mulustrasi yang saya gunakan dalam cerbung ini bersumber dari instagram. Jika keberatan dengan penggunaan mulustrasi tersebut, silakan kontak saya melalui PM untuk menghapus foto yang bersangkutan. Terima Kasih
 
Makasih sudah meluangkan waktunya buat update cerita ini ya hu......
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd