CHAPTER 7
Maya mendengus marah mengetahui permainan yang dilancarkan oleh si penelpon. Ingin rasanya dia meninju orang itu. Tapi di tengah kekesalannya, dia mendapatkan panggilan dari Bayu.
"Halo, Maya," sapanya saat mendengar suaranya. "Maaf aku sibuk seharian ini. Apa dia menghubungimu lagi?"
Maya langsung mnceritakan semua yang dia alami seharian ini.
"Kau benar-benar menuruti semuanya?”
"Mau bagaimana lagi. Kalau sampai dia sebarkan semua fotonya, habisklah kita.”
"Iya juga sih. Tapi apapun itu, aku berterima kasih karena kau juga menyelamatkanku. Tenang aja, aku akan membayarmu nanti.”
"Kau harus membayar mahal, loh" Maya mendengus "Telanjang di ruang arsip bersama dua pemuda di sana, dan ditarik keluar dari mobil dalam keadaan telanjang oleh polisi. Aku gak bisa bayangkan ada yang lebih buruk.”
Maya mengobrol beberapa menit lagi dan berjanji untuk makan siang di restoran. Setelah itu ponsel ditutup. Maya pun bersiap untuk tidur. Melupakan sejenak kegilaan yang dia alami hari ini.
Dering telepon seluler membangunkannya keesokan paginya. Maya langsung tahu kalau harinya tak akan baik-baik saja.
"Selamat pagi, Maya. Kuharap tidurmu nyenyak."
"Ya sebelum kau bangunkan.”
"Ah, maafkan aku. Tapi omong-omong, aku punya instruksi baru. Oh ya, apa kamu punya rencana hari ini? “
"Aku sudah ada janji makan siang nanti.”
"Bayu?"
"Ya."
"Oh, bagus, itu cocok sekali.”
Maya bertanya-tanya apa rencana dari si penelpon. Dia hampir ketahuan telanjang di tempat kerja, dan harus telanjang di hadapan polisi lalu lintas. Apa lagi yang lebih buruk?
"Kupikir kita akan mencobanya hari ini dengan pakaian yang lebih sedikit: jas dan rokmu.”
“Aku tidak bisa!" katanya, terkejut memikirkan hal itu, tapi seketika setelah dia mengatakannya, dia tahu itu percuma.
"Tentu saja bisa. Hanya kau dan aku yang tahu bahwa kau tidak mengenakan apa pun di balik jasmu; setidaknya untuk awalnya.”
Maya langsung membayangkan kengerian dari perintah itu
"Aku akan meneleponmu nanti, Maya. Ikuti saja instruksiku dan semua akan baik-baik saja. Lagipula, bukankah kau sebenarnya mulai menyukai semua ini?”ucap si penelpon sebelum memutuskan hubungan.
Maya berbaring di atas bantal. Dia tahu si penelpon benar. Dia senang dengan penghinaan itu, bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Itu tidak seperti melakukan suatu aksi erotis atas kemauanmu sendiri; ini adalah dominasi. Pria ini, siapa pun dia, memiliki kendali atas dirinya. Dia harus menuruti keinginannya. Maya berbaring sejenak sambil melihat jam. Kemudian dia turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi.
Rasanya tidak nyaman Ketika tak lagi mengenakan apapun di balik jasnya. Dia merasa lebih terbuka. Jas itu hanya memiliki tiga kancing, dan yang paling atas terletak di antara payudaranya sehingga tanpa blus, tokednya bisa kelihatan jelas.
Maya merasakan semua perhatian tertuju padanya begitu dia melangkah memasuki Gedung perkantoran. Mulai dari satpam, petugas kebersihan, sampai karyawan lain semua terpaku padanya. Maya segera merapatkan jasnya dan melangkah pergi.
Pada pagi hari, dia harus berhadapan dengan tatapan mata beberapa pria yang datang ke kantornya dengan dalih memeriksa faktur dan nota pengiriman. Ia menduga sudah tersiar kabar bahwa ada pemandangan menarik yang bisa dilihat di ruangan Maya.
Ketika makan siang, Maya segera pergi ke restoran yang sudah dijanjikan dan menemui Bayu. Dia melambai padanya dari balik jendela. Saat Maya berjalan melewati meja-meja yang penuh sesak, Maya melihat banyak tatapan kagum yang dia dapatkan dari sebagian besar pelanggan pria. Ketika Maya duduk, dia menyadari bahwa mata Bayu langsung tertuju pada tampilan menarik belahan dada yang dia tunjukkan,
“Wow. Tak kusangka kau seberani ini,”ucap Bayu antara kagum atau nafsu.”
“Ini perintahnya dan aku melakukan ini juga untuk mengelamatkan karirmu.”
Bayu mengangkat bahu. "Mau bagaimana lagi. Oh ya, omong-omong, bagaimana kau tahu kalau orang itu sedang mengawasi?”
Maya menggelengkan kepalanya. "Entahlah. Yang pasti dia selalu siap untuk mendokumentasikan setiap momennya.”
Bayu tersenyum dan meraih tangannya. Dia meremasnya. "Yah, aku tahu ini pasti sulit bagimu, tapi selama kamu ikut perintahnya, setidaknya pekerjaan kita aman."
Maya tersenyum. "Kau sih enak. Bukan kau yang harus memakai jas tanpa apapun di baliknya.”
Di tengah makan siang yang mereka santap, Maya melihat notifikasi di ponselnya. Segera ia kenakan kembali earphone blutoth dan mendengar sebuah suara.
"Sepertinya Bayu mulai tertarik dengan pakaianmu. Bagaimana jika kau melepas 3 kancingmu.”
"Kau gila ya? Kau mau aku telanjang di sini?
"Aku hanya memintamu membuka kancingnya.. Oh, dan ngomong-ngomong, kamu tidak boleh mengancingkan lagi jasmu sampai ke kantor. Selamat tinggal, Maya." Dan dengan itu teleponnya mati.
"Apa yang si penelpon inginkan?" Bayu bertanya melihat ekspresi cemberut di wajah Maya
"Ini," katanya sambil membuka kancing pertama, dan ketika Bayu menatap, perlahan-lahan dia membuka dua kancing lainnya. Jasnya terbuka lebar menunjukkan bahwa dia tidak mengenakan apa pun di baliknya. Bayu dapat melihat dengan jelas celah indah yang terbentuk dari dua bukit besar. Untungnya jaketnya agak longgar sehingga tidak memperlihatkan payudaranya sama sekali: asalkan dia tidak bergerak terlalu cepat.
Ketika pelayan datang untuk mengambil pesanan mereka, dia melihat pelayan itu memperhatikan Maya. Kemudian dia mencondongkan tubuh lebih dekat untuk melihat lebih baik saat dia menjelaskan menu rekomendasi padanya.
Maya juga memperhatikan beberapa pelanggan lain melirik ke arahnya, dan tampaknya Bayu juga menikmati pemandangan indah di depannya. Tapi anehnya Maya perlahan mulai menyukainya.
Ya, si penelpon pasti telah menemukan kelemahannya yang tersembunyi. Dia menjadi seorang eksibisionis. Dengan kegembiraan baru ini, Maya sekarang mulai rileks dan bahkan mulai merasa dia ingin dilihat oleh orang lain.
Mereka berdua akhirnya menyelesaikan makan siang mereka meski dengan watu yang agak lama karena Maya seperti menikmati ini semua. Bayu segera meminta tagihan dan membayarnya. Lalu dia menyuruh Maya untuk segera pergi sementara ia akan ke kamar mandi dulu.
Entah setan apa yang merasukinya, tiba-tiba saja terlintas sebuah ide di kepala maya. Ia segera berdiri dan melangkah mengikuti Bayu. Para pria mendongak ketika Maya melewati meja mereka. Maya tidak lagi peduli jasnya terbuka dan memperlihatkan tokednya sekilas saat dia melewatinya.
Maya mendorong pintu menuju kamar kecil, dan berhenti sejenak di depan pintu dengan tanda Pria di atasnya. Kemudian dia mendorongnya hingga terbuka dan melangkah masuk. Tempat itu kosong kecuali Bayu yang berdiri di depan urinoir. Dia melirik dari balik bahunya dan melihatnya berdiri di sana.
Bayu tersentak. "Kamu seharusnya tidak berada di sini."
“Aku tahu, tapi aku ingin kamu.”
“Maksudmu?”
Maya tersenyum nakal kearah Bayu sembari menyingkap jasnya sehingga memperlihatkan putingnya yang mengeras. Maya lalu membuka kancing di roknya dan menurunkan ritsletingnya. Roknya jatuh ke lantai, Maya kini berdiri sempurna tanpa sehelai pakaianpun.
"Aku mau ngentot.”
Mendengar itu, Bayu lantas menarik tangan Maya dan membawanya ke salah satu bilik wc. Dia lantas memasang kuncinya dan memastikan kalau tak ada seorang pun selain mereka berdua.
Maya mencium Bayu dengan ganas. Maya merasakan kontol Bayu yang menekan perutnya. Dengan satu tangan Maya melepaskan ikat pinggangnya dan memasukkan tangannya ke dalam celana Bayu.
Bayu tersentak. "Emmmmhh…kamu makin binal aja, May.”
Maya hanya tersenyum mendengarnya
Celananya telah jatuh di sekitar pergelangan kakinya, dan Maya menggosokkan kepala kontol Bayu ke bibir memeknya yang sudah basah. Bayu yang sudah taka sabar langsung mendesak Maya hingga intu dan memasukkan kontolnya.
Tiba-tiba mereka mendengar pintu kamar kecil terbuka saat seseorang masuk. Mereka berdiri diam agar tidak dicurigai. Pasti ada dua orang saat mereka mulai berbicara bersama.
“Eh lu tadi liat cewek setengah bugil tadi itu gak?” mereka mendengar salah satu dari mereka bertanya.
"Iya. Aku sempet liat putingnya.”
“ Beh, jadi penasaran gimana rasa memeknya” jawab yang lain sambil tertawa.
Terjadi keheningan sesaat. Kemudian mereka mendengar air mengalir dan akhirnya pintu ditutup saat pasangan itu pergi.
Bayu merasakan Maya menggosok penisnya yang setengah keras lagi.”Masih mau lagi?”
“Iya dong. Nanggung nih.”
Maya langsung berlutut dan meraih kontol Bayu. Kemudian dia mulai memblowjob kontol itu dengan semangat sampai kontol Bayu kembali mengeras dan siap untuk ronde slanjutnya
Kali ini mereka ngentot dengan lebih santai, menikmati sensasi nafsu birahi sepuasnya. Hingga akhirnya merkea berdua sama-sama mencapai klimaks.
Setelahnya, mereka berciuman mesra sebelum merapikan pakaiannya. Kemudian mereka bergegas kembali ke meja
“Makasih ngentotnya, ya May.”.
Maya akhirnya bisa kembali ke kantor. Maya sekarang benar-benar menikmati ketelnjangannya. Tatatapan nafsu dari para lelaki justru semakin memantik nafsunya.
Akhirnya kembali ke ruanganya, ponselnya berdering. "Apakah kamu menikmati makan siangmu?" suara itu bertanya.
"Yah, lumayan.” jawab Maya sambil tersenyum.
"Wah, sepertinya kau menikmati ini semua.”
Maya tersenyum pada dirinya sendiri. Dia benar. Dia tiba-tiba menyadari bahwa memamerkan tubuhnya pada orang-orang itu menyenangkan, dan itu juga ada manfaatnya.