Episode Bonus
POV Titien
Sore itu mereka kembali jalan-jalan mengelilingi kebun sayuran naik motor... Titien membawa mereka melewati lorong-lorong kebun yang belum diaspal. Akhirnya mereka ikutan panen kacang di salah satu ladang penduduk.
Masih sore mereka sudah pulang, karena cuaca cepat berubah tidak bersahabat. Udara cepat sekali menjadi dingin kembali. Selesai mandi, mereka kembali kumpul di di ruang game untuk main bilyar sementara minum kopi. Rame juga ketika cewek-cewek menantang cowok-cowok. Titien dan Brian di daulat untuk main pertama.
“Sayang, pake taruhan dong supaya seru….” Brian berbisik di telingaku.
“Boleh, kalu aku menang kamu mandi bugil sore ini di danau! Berani?” Aku tertawa…
“Ok, tapi kalo aku menang kamu striping naked sambil menari seksi, yah!” Brian menuntut.
Wah, kayaknya menarik. Sayang, Romeo gak tauh kalo aku juaranya main bilyar nine-ball. Awalnya aku pura-pura mengalah supaya Romeo agak girang menang mudah. Tapi kemudian ketika aku menunjukan kebolehanku. Romeo mulai stress… hehehe.
“Sayang… siap-siap tuh mandi bugil!” Aku meledeknya ketika melihat tinggal 2 bola dan aku melaju terus.
Brian mulai batuk-batuk, ia makin kepayahan. Astaga…! Aku jadi gak tega membuat ia sakit. Pasti kalau cowok itu kalah, ia gengsi mau mundur.
Aku mulai berpikir, hukumanku sih gak berat, aku jadi penasaran gimana stripping di muka cowok. Tapi kalau mandi malam, terus ia sakit aku sendiri yang stress. Mana dokter jauh lagi…
Terpaksa aku sengaja mengalah di ball terakhir, sementara Brian berhasil menang dengan bangganya. Naya sampe memelukku, ia tahu aku mengalah.
"Hehehe... aku tahu kok aku menang karena batuk! Hehehe...!" Kata Brian sambil melangkah keluar ambil minum. "But deal is deal... aku siap-siap dapat show loh!"
Aku kaget! Ihhhh kok aku dikerjain lagi, bego amat. Tapi aku sendiri kok yang kasihan, dan cowok itu memanfaatkanku lagi. Ihh sebel. Pasti batuknya hanya dibuat-buat.
“Hehehe… aku curiga Kak Titien sengaja mau stripping, yah!” Kata Naya. Gadis itu tahu kemampuanku, dan yakin aku mengalah. Aku hanya balas nyengir menyadari kebodohanku.
-----
Akhirnya permainan usai ketika Doni dikalahkan Brenda. Jadi hasilnya dari pihak cewek hanya Naya aja yang menang, mengalahkan Shaun dengan telaknya. Dickhead banyak protes, tapi jelas kelihatan permainannya masih jauh di bawah Naya. Sayang aku gak tahu apa taruhan mereka, palingan ngentot.
Kayaknya mereka gak nyangka kalo meja bilyar ini adalah permainan kami tiap libur. Apalagi waktu ada Nando.
“Sayang, tunggu di kamar aja yah… eh lampunya buat remang-remang!” Kok aku jadi bergairah memancing pacarku. Akan ku buat Brian jadi klepek-klepek melihat tarianku, hehehe...
Setelah menggunakan lingerie yang transparan dan sexy, aku membalut tubuhku dengan kimono dan pergi keluar. Aku telpon dulu dengan orang tuaku, karena menurut Doni mereka akan datang mengunjungi kami besok. Pasti mau ketemu dikenalin dengan Romeo. Sebenarnya aku sudah bilang nanti kami yang datang, tapi mama dan papa memaksa mereka yang bertamu. Wah, harus ku atur dulu semua disini supaya gak pake acara mesum waktu mereka datang.
Setelah menelepon melepas rindu, aku menyadari hari cepat sekali berlalu. Baru jam 6 sore, tapi sudah cukup gelap. Eh, bagus juga sih, karena tarian erotisku lebih cocok kalo suasana agak gelap.
Saatnya membuat show kepada pacarku! Ihhh...
Aku masuk kamar dan segera menguncinya… wah, Brian sudah siap tampaknya. Cowok itu asik berbaring di tempat tidur dengan kontol yang sudah tegang mengacung keatas. Apa lagi kamarnya sudah di set remang-remang, bagian ranjang cukup gelap sedangkan tempat aku berdiri agak terang sehingga ia bisa melihat jelas setiap gerakanku.
Cowok itu tercekat memandang ke arahku tanpa bersuara… Aku sempat mendengar ia terkejut memandangku... sampe tarik-tarik nafas panjang segala. Sayang ekspresi wajahnya gak kelihatan karena gelap. Tapi pasti ia sudah gak sabar menunggu tarianku.
Aku memutar musik yang menggoda lewat hape-ku dan disetel kuat-kuat, hehehe.. udah dipersiapkan. Dan ketika lagu dimulai, aku membuka kimonoku dan menampilkan tubuh yang seksi yang hanya terbalut lingerie yang transparan. Toket dan memek ku yang gundul tentu saja cukup terekspos dibalik lingerie itu.
Dan akupun mulai bergoyang dengan gerakan-gerakan menggoda. Dalam sepuluh menit potongan kain di tubuhku satu-persatu mulai melucur ke lantai. Aku tambah mendekat dan menyaksikan bagaimana cowok itu kini sudah sangat nafsu dengan nafas memburu. Ia sementara mengocok kontolnya yang sudah terangsang. Hehehe… salah sendiri suruh aku striping.
Aku mulai naik ke tempat tidur dengan gaya menggoda… walaupun mataku terpejam menahan malu... ihhh. tanganku bergerak gemulai membayangkan akan memegang kontolnya untuk diisap… tapi setelah dekat aku menarik kembali. Aku terus membuat cowok itu penasaran. Kontolnya semakin naik menyambut bibirku. Akhirnya mulutku mendarat juga di kontolnya, dan langsung mengoralnya dengan penuh penghayatan. Ihhh kontolnya bikin gemes…
Ternyata dengan menari sensual dan menggoda cowok, aku juga jadi terangsang hebat. Aku merasakan memekku sudah basah dan putingku sudah mengeras minta dibelai. Gak masalah sih. Yang utama aku sudah berhasil membuat cowok itu klepek-klepek, hehehe.
Cowok itu segera menarik aku mendekat… dan masih menutup mata aku membiarkan sebuah ciuman yang sangat panas melumat bibirku… tangannya langsung mendarat ke toketku dan meramasnya kuat-kuat. Aku tertawa… pasti ia sudah terpancing. Kali ini aku merasa toketku sudah diserang dengan kulumannya, sementara tangannya mulai membelai memekku… ih, gak sabaran. Aku juga langsung mendesah panas…
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan seorang gadis yang sementara telanjang keluar dan menyalakan lampu! Aku terkejut... itu Naya!
“Kak Titien…!” Naya menatapku hampir tidak percaya…
“Naya? Ngapain telanjang di sini?” Aku juga menatap gadis itu kaget luar biasa. Ada apa ini.
“Justru aku yang harus tanya, ngapain Kak Titien di sini?” Naya mendekatiku. Aku bingung… tetapi kebingunganku terjawab ketika aku melihat cowok yang sementara mempermainkan toket dan memekku.
“Ahhh Shauh? Astaga!” Aku kaget sekali… jadi aku tadi stripping ke Shaun?
Aku masih menatap dengan begong ketika Shaun menarik tubuhku jatuh terlentang di tempat tidur dan kembali mengemut puting ku yang sensitif. Tangannya terus meremas dan memilin-milin toketku… Aku mendesah hebat. Serangan Shaun sungguh ganas…
Mulut Shaun terus menjilat perutku dan perlahan-lahan kebawah… tubuhnya sudah ditaruh di antara selangkanganku dan memaksa kakikku mengangkang. Lidah yang basah terasa geli melewati pusarku dan terus kebawah menuju pusat kenikmatan. Astaga… aku gak mampu melawan.
“Nay… tolong… Aduh, Dickhead jangan…. Ohhhhh!” Aku coba menolak tapi lebih banyak desahan yang keluar.
Aku meronta dan kini tanganku mendorong kepalanya, mencegah cowok itu menjilat memekku. Shaun terus merangsangku, dan aku merasa tanganku semakin lama semakin berat.
“Nay! Aduh…. Tolong dong!” Aku menatap gadis itu yang kini sudah mendekatku.
Naya ikut naik ke tempat tidur dan memposisikan tubuh telanjangnya dekat sekali kepalaku. Ia memeluk leherku dan menarik tanganku… “Astaga, apa maunya?”
“Kak Titien… gak apa-apa. Nikmati aja!” Naya mengijinkan cowoknya mengoral memekku.
Begitu mendengar kata-kata Naya, segala perlawananku langsung lunglai dan dengan pasrah aku menantikan kepuasan yang akan diberikan cowok ini. Naya terus memelukku dan meremas toketku membuat aku tambah bergairah, sedangkan mulut dan lidah Shaun terus menodai memekku.
Eh, kali ini satu jarinya sudah masuk… tubuhku yang sudah penuh gairah kini mulai bergetar… dan ketika mulutnya menyeruput cairan-cairan memekku seperti minum air, tubuh ku langsung merespon dengan hentakan-hentakan yang membawa tubuhku melayang, melengkung dan berkelojotan dalam orgasme yang dashyat.
“Tuutttttt… tuuuuuuttttt!” Suatu tanda aku sudah klimaks dan menyerah dalam kenikmatan.
“Hehehe… rasain, siapa suruh striping-striping di sini, bikin nafsu orang!” Naya memeluk kepalaku dan kubalas dengan kuat mencurahkan semua gairahku.
Aku menatap Naya dalam-dalam, mencoba mengartikan tatapannya padaku. Aku membelai pipinya dan ia menutup mata. Dan ketika dengusku mulai reda dan aku dapat mengambil nafas biasa kembali, aku segera minta maaf.
“Nay! Maafkan kakak, yah?”
“Hehehe… gak apa-apa kak! Sering-sering yah kasih show ke Shaun!” Naya meledekku.
“Kok bisa yah!”
“Aku tahu, pasti kakak salah masuk kamar. Kakak lupa kan tadi sore Kak Tien sama Brian sudah pindah ke kemar Nando… hehehe!” Naya menjelaskan. Astaga ia… bodoh sekali. Memang tadi malam aku tidur di kamar ini, tapi sejak Naya ada, aku dan Brian harus pindah di kamar yang satu. Malu dong ambil tempatnya Naya.
“Ihhhh ****** banget. Kenapa aku sampai lupa!” Aku meneput jidatku.
“Gak apa-apa, kak. Anggaplah kakak lagi beruntung!” Naya meledekku…
“Eh, enak aja! Aku yang rugi… Shaun yang beruntung! Hehehe.” Shaun bukan hanya beruntung, ini sih durian runtuh, kapan lagi bisa melumat toket terindah sejagat dan mengemut memek yang seranum dan seindah ini.
“Ahhhh… Astaga Shaun… ngapain?” Aku memandang ke bawah dan terkejut.
Shaun sudah jongkok dan mengesek-gesek kontolnya di memekku… posisinya sudah pas untuk menyetubuhiku. Dan kontol itupun mulai maju mundur menusuk bagian luar memekku.
“Astaga… ampun!” Aku segera mengelak dan bangun dari tempat tidur. Segera ku raih kimono ku dan lari keluar. Hampir aja! Aku bergidik membayangkan kalau saja kontol besar yang ganas dan bergerigi itu sampai masuk ke memekku. Bisa-bisa aku gak bangun-bangun sampe besok pagi. Ihhhh
“Nay, nanti aku balas dendam yah, awas kamu kalo ketangkap, aku suruh Brian balas sampe Naya minta ampun!” Aku langsung menutup pintu dan lari keluar.
Untunglah begitu tiba di kamar, aku mendapati Brian sudah tidur ngorok di ranjang. Hehehe… artinya striptease ku bisa ditunda besok. Aku cepat-cepat masuk ke kamar mandi dan membenamkan tubuhku ke bathtub. Aku butuh berpikir… yang tadi itu bahaya banget. Hampit aja.
-----
Ketika kami makan malam bersama, aku dan Romeo duduk berdampingan banyak diamnya. Romeo merasa tertipu ketika aku membangunkannya 2 menit sebelum jam makan. Ia juga menuntut janjiku stripping. Aku menjawab secara klise… tadi aku sudah striping, kamu salah siapa suruh tidur. Brian gak terima, tapi aku hanya tertawa. ‘Don’t worry my love, I’ll make it up for you!’
Naya dan Shaun juga makan sambil matanya jalang melihat-lihat kearah kami. Ketika aku meliriknya, Naya tersenyum dan main mata kepadaku.
“Kak Tien, waktu cowok-cowok minum-minum, kakak datang yah ke kamarku. Aku mau perlihatkan sesuatu!” Naya menatapku, dan ketika aku berpaling kepadanya, ia melotot sambil mengancamku.
“Nay… kamu aja yang ke kamarku, yah! Kakak masih capek!” Aku menatapnya penuh permohonan. Untunglah Naya mengerti dan mengangguk setuju… hehehe! Sekarang tinggal buat Brian ikut rencanaku. Aku harus balas dendam ke gadis jahil itu, kalau tidak pasti aku akan terus dikerjain.
-----
“Kak Tien… buka pintu dong!”
“Nay… masuk!” Ketiga gadis itu masuk, aku langsung mengunci pintu dan menyimpan kunci.
“Romeo udah pergi?”
“Iya… katanya Doni bawa minuman yah?” Jari ku sementara menyilang… maaf Nay, tapi kamu itu harus dikerjain lho.
Tak lama kemudian kita berdua sudah baring-baring di ranjang. Naya kayaknya sangat antusias bicara berdua denganku. Pasti ia mau pancing-pancing soal bagaimana aku em el, aku tahu banget anak jahil itu. Pasti ujung-ujungnya ke situ.
“Nay… apa sih yang mau diperlihatkan sama kakak?” Aku penasaran.
“Hehehe… justru Naya yang ingin lihat!” Naya tersenyum jahil.
“Apa itu?”
“Mau lihat memek gundul Kak Titien! Dicukur Brian yah?” Astaga, anak ini betul-betul jahil.
Aku coba-coba cari alasan untuk nolak, tapi akhirnya membuka bagian private-ku setelah diancaman akan bilang ke Brian soal stripping tadi. Ihhhh….. jahil banget. Terpaksalah aku telanjang didepannya. Dan kembali tanpa diminta tangannya mengelus dan meremas toketku, sementara jari telunjuknya mengecek permukaan memekku secara detail.
“Jadi Brian beruntung dong dapat perawan, Kak Tien?” Naya meledekku masih membelai milikku. Aku hanya mengangguk lemah… gairahku sudah mulai terpancing tapi aku malu menunjukkannya dihadapan gadis ini.
“Eh, tadi bilang hanya lihat, gak boleh macam-macam!” Aku mulai panik ketika jarinya secara nakal mengelus klitorisku.
“Hehehehe… Kak Tien, seksi banget! Mana ada orang bisa tahan!” Naya nyengir meledekku.
Terpaksa aku biarkan jarinya menggodaku. Tapi kali ini tanganku mulai nakal menyelip di bajunya dan mulai menyerang balik. hehehe, Naya tidak memakai bra… eh nakal juga. Sudah itu ia pake g-string…
“Kak, ceritain dong waktu pertama kali…!” Naya nakal lagi, sambil terus mempermainkan memekku.
“Boleh, tapi ada syaratnya…!” Aku mendesah.
“Apa itu?”
“Naya harus telanjang bulat dulu!” Aku menatap gadis itu, dianya tertawa..
“He-eh, oke deh, tapi ceritanya yang detail yah!” Naya terus tertawa ketika aku membuka baju dan dalamannya.
Setelah gadis itu bugil aku mulai bercerita, tapi diam-diam sudah mengatur posisinya terlentang. Naya masih tidak sadar sudah dijebak.
“Nay, Kakak ke kamar kecil dulu yah!” Aku cepat-cepat bangun dan pergi, sambil membawa pakaian Naya ke kamar mandi.
Naya masih tidur terlentang ketika Brian keluar dari kamar mandi. Cowok itu sudah telanjang bulat, kontolnya sudah tegang. Pasti dia ngintip kami dari tadi. Aku hanya tertawa melihatnya.
“Brian? Astaga! Aduh…. Eh mana bajuku?” Naya teriak-teriak. Pasti ia malu sekali kedapatan telanjang bulat.
“Hehehe… Naya tidak bisa lari lagi, tidak akan lolos sebelum aku buat orgasme!” Brian tertawa-tawa.
“Aduh… ampun… Kak Titien, tolong!” Naya teriak lagi.
“Hehehe… Naya sudah lupa tadi Kak Tien bilang akan balas dendam?” Aku keluar setelah menyembunyikan pakaiannya.
“Ihhhhh, Kak Tien jahat! Ini sih penipuan namanya…. Ahhhhhhh!”
"Sudah Nay menyerah aja... bajumu sudah kakak simpan bersama kunci kamar. Naya gak bisa lolos lagi!" Aku mengancamnya.
"Iya-iya aku menyerah tapi gak pake macam-macam yah!" Naya hanya bisa protes tapi tidak melarang ketika toketnya mulai diramas dan diemut oleh Brian. Tak lama kemudian Brian menyerang memek yang sempit itu dengan emutan dan permainan lidahnya, dan dibantu dengan dua jari menusuk dalam.
Naya begelinjang kenikmatan. Hebat juga pacarku mempermainkan tubuh gadis kecil itu.
“Ahhhhh… ahhhhhh… udah dong… aduh!..... Ahhhh….!” Naya ternyata ribut sekali. Aku ingat kembali waktu ia teriak-teriak di kamar dengan Shaun sehingga aku bingung apa ia kesakitan atau keenakan.
Dan kembali Brian menunjukkan kepiawaiannya jari dan lidahnya dalam mempermainkan wanita. Tepat ketika Naya hampir keluar dan sudah sangat nafsu, Brian menghentikan permainannya, dan diganti dengan kontolnya yang menggesek-gesek kecil.
“Aduh… Eh, Brian… ayo dong!” Naya sudah terbakar. Aku hanya bisa tertawa melihat bagaimana gadis itu mengap-mengap minta dioral.
“Kenapa Nay?” Brian bertanya sambil kontolnya terus didekatkan dengan memek gadis itu.
“Eh… Brian, lanjut dong!”
“Lanjut apa?” Brian terus meledeknya. Aku juga tertawa.
“Ini! Ahhhhhh….. ahhhhhhh…..!” Saking maunya, tiba-tiba Naya menyambar kontol Brian dan memasukkannya ke memeknya yang sempit. Aku dan Brian sampe terkejut… ih, berani sekali.
Naya mulai mendesah ketika kontol itu masuk ke memek sempitnya. Brian juga sampe meringis, tapi cowok itu keenakan. Pinggul Naya maju mundur mengejar kontol dewa itu dan memijatnya dengan dinding memeknya.
“Eh… gimana?” Brian juga sampe gugup. Padahal aku tahu ia pura-pura gak mau, padahal sudah keenakan. Aku hanya tersenyum sambil menganguk kecil.
“Ahh…. Ahh!” Kontol dewa itu kini bergerak bertenaga, menggepur memek kecil itu dengan RPM yang tinggi dan nafsu yang membara. Dari tadi ia sudah menahan diri…
Tak sampaI 10 menit kemudian, tubuh Naya berkelojotan dalam nikmat dan tenggelam dalam badai orgasme yang dashyat. Tubuhnya terangkat ketika seluruh ototnya meregang menyambut kenikmatan….
“Ahhhhhhhhhhhhhhh… ampunnnnnnn!” Naya masih berkedut ketika Brian terus memompa mengejar orgasmenya. Ia agak terburu-buru takut Naya gak mau lanjut. Tubuh gadis itu sudah lunglai dan pasrah, tapi cowok itu tidak membiarkan ia menikmati. Kontol dewa itu terus keluar masuk memompa dengan kecepatan tinggi… tak lama kemudian Naya orgasme lagi… ia mengalami multiple orgasme!
Akhirnya Brian sampai juga pada ujung nafsunya, gerakan cepat benar-benar menguras stamina.
“Eh… keluar di mana?” Brian gak tahu harus tanya ke aku atau Naya…
Aku segera tidur disamping Naya dengan wajah menempel di wajah gadis itu. Aku membuka mulut, dan memberikan kode kepada Brian untuk semprot di wajah.
“Agh… ughhh… ugh!” Terasa kontol itu menyemprot wajah kami berulang kali sementara aku dan Naya hanya memandang dengan penuh gairah menyambut semburan pejuh yang kental dan hangat itu…
“Gimana sayang? enak kan balas dendamnya!” Aku bertanya kepada Brian.
Cowok itu memberikan sebuah ciuman yang indah kepadaku, sambil tersenyum. “Memek Naya sempit sekali… mantap, tapi ada satu yang kurang!”
“Apa itu?” Aku bertanya, Naya juga penasaran kayaknya.
“Gak ada kentutnya….!”
“Huh? Hehehehe….! Aku dan Naya tertawa kuat-kuat. Ihhhh nakal banget!
Brian sempat memeluk kami sekali lagi sebelum masuk kamar mandi untuk ganti baju. Ia minta ijin ke atas untuk join mereka yang lagi minum-minum, meninggalkan aku dan Naya ditempat tidur. Aku mengujinkannya, setelah mission accomplished. Gadis itu masih mendengus menarik nafas… terengah-engah karena hebatnya orgasme yang ia rasakan tadi.
“Naya, gimana? Enakkan punyanya Brian?” Aku menatapnya nakal.
“Ihhh.. gile kak. Enak sekali kontolnya… eh, maaf yah, Naya udah gak tahan!” Ia memelukku.
“Ia gak apa2 kok. Eh, Della juga loh pernah dipuaskan Brian.” Aku bicara jujur.
“Ih, ternyata kak Tien nakal banget! Suka jebak adik-adiknya” Naya mencubitku... Kami berdua hanya tertawa-tawa nikmat.
-----
Setelah makan pagi, aku kami bermesra-mesraan di atas sofa. Brian memelukku dari belakang, sementara Naya lagi diurut punggungnya oleh Shaun. Gadis itu kayak kecapean… apa karena tadi malam. Brenda juga ada bersama kami sementara buka-buka hapenya. Kami sementara menunggu mobil yang akan membawa kami jalan-jalan hari itu.
Iseng-iseng aku sharing dengan Naya, malah sampai nyerempet ke hal-hal berbau seks, tapi supaya ia gak malu kami pake bahasa Indonesia. Naya secara terbuka bercerita dengan vulgar soal tadi malam ia sudah kelelahan… ia sampe 3 atau 4 kali orgasme dihajar kontol Brian yang menurutnya masih kalah beringas dari kontol Shaun, tapi menang teknik dan gaya bercinta. Kami berdua tertawa-tawa ketika membandingkan kedua kontol itu.
Aku memancing gadis itu kalau ia mau lagi aku ijinkan main dengan Brian, dan gadis itu merenspon dengan semangat. Katanya ia ingat terus kontol Brian tadi malam sampe kebawa mimpi!
“Astaga Naya? Kamu sampe mimpi kontolku?” Brian tiba-tiba berteriak dalam Bahasa Inggris! Naya memandang kaget sampe melongo… Shaun dan Brenda menatap gadis itu kebingungan.
“Eh, maaf Nay, aku lupa bilang kalau Brian jago bahasa Indonesia!” Aku meledeknya sambil tertawa-tawa.
“Astaga? Ihhhhhhh…..Kak Titien jahili aku lagi…..!” Naya segera mencubit tubuhku saking malunya.
Brian, Shaun dan Brenda sampe tertawa terbahak-bahak... Naia malu sekali. Shaun masih kaget! Jelas-jelas Brian meledeknya lewat pengakuan Naya..
“Eh… dengar baik-baik Romeo, justru gadismu yang suka-suka kontolku, kemarin sampai striping didepanku dan mengoralku!” Shaun balas dendam.
“Astaga, Titien?” Brenda kini bertanya minta penjelasan.
Aku segera berdiri mau mencubit Shaun, tapi ditahan oleh Naya…
“Eh apa gak kebalik tuh?” Kata Romeo balik meledek Shaun.
Tanganku kini lolos dan langsung mencubit Shaun kuat-kuat. Naya hanya bisa tertawa…. “Rasain!”
Tapi Shaun tidak mau berhenti, ia terus meledek Romeo.
“Brian apa sih yang membuatmu jatuh cinta kepada gadis ini, apa karena putingnya yang menonjol atau karena goyangannya yang seksi? Eh… tunggu… apa karena ia sudah mencukur memeknya sampai gundul yah?”
Brenda dan Naya hampir pingsan tertawa… sementara aku terus mencubit Shaun. Ihhhh, nakal sekali. Brian hanya memandangku sambil ikutan tertawa… ihhhhh
-----
POV Edo
Setelah menelpon Titien dan janjian langsung ketemu di rumah duka, pada waktu pemakaman Della, aku segera membawa mobil Pregio Naya dari Manado menuju ke kampong Della, yang letaknya di Tompaso Baru. Jarak antara rumah duka dengan Villa Naya di Modoinding hanya sekitar 20 km. Tadi sebelum berangkat Landa telpon meminta saya menjemput seorang saudara Della di Manado, yang juga akan pulang mengikuti acara pemakaman. Boleh lah, hitung-hitung ada teman sepanjang perjalanan selama 5 jam.
Astaga, orang yang aku jemput ternyata seorang gadis yang sangat cantik, masih muda, mungkin SMA. Wajahnya yang manis mirip sekali dengan Della, hanya lebih muda.
Baru sekarang aku jadi gugup di depan seorang gadis, biasanya aku yang tebar pesona di depan para gadis. Aku cepat-cepat merapikan baju dan rambutku, serta membersihkan tempat duduk mobil cepat-cepat. Gadis ini harus duduk di depan, menemaniku.
Setelah salaman dan membuka pintu, aku mulai start mobil dan memulai perjalanan panjang. Ihhh ****** sekali, sudah salaman tadi gak tanya nama. Aku melirik kepadanya, gadis itu juga menatapku kemudian tersenyum manis dan malu-malu menunduk. Wah, prospek bagus ini.
“Eh, kita belum kenalan. Aku Edo, teman baik Della…!” Aku kembali mengulurkan tangan dengan percaya diri.
“Aku adik Darla, adik Della!” Gadis itu menyambut tanganku dan tersenyum.
‘Astaga… itukan gadis yang disuruh Della aku jaga’ Hehehe, kayaknya sebelum ia pergi, Della sempat menunjuk penggantinya kepadaku.
“Edo…” Cewek itu mau bertanya tapi malu-malu.
“Yah?”
“Eng…. Eh!”
“Apa, ngomong aja, gak usah malu-malu!” Duh mulut itu kalo tersenyum manis sekali.
“Eh… sudah dong tangannya…!”
Astaga, tanganku dari tadi masih menggengam tangannya yang hangat. Ia menatapku sambil tersenyum.
“Eh… maaf!” Aku sebenarnya gak lupa, tapi keenakan.
“Gak apa-apa!”
“Aku hanya mau kau tahu!” Mulutku langsung gombal.
“Apa?”
“Aku tak akan melepaskanmu ….!” Aku menatapnya tajam. Ia juga menatapku, dan tatapannya berbinar-binar penuh cinta.
“Edo … lihat jalan dong!”
-----
Aku kemudian muncul bersama Darla di Villa milik keluarga Naya. Ketika bertemu dengan teman-teman, aku dengan bangga langsung memperkenalkan Darla, adik Della. Gadis itu sudah akrab denganku dan gak malu-malu langsung mengandengku mesra. Hehehe… udah dimodusin sepanjang jalan.
“Kalian sudah jadian?” Titien bertanya penasaran. Pasti karena melihat tatapanku.
“Eh… gak… ehhhh…. Aduhh!” Darla kelihatan malu-malu. “kami baru berkenalan tadi pagi!”
“Begini Titien, status kami sekarang masih PDKT, baru sebentar malam rencananya aku nembak!” Della mencubitku tapi ia tersenyum malu. Titien langsung tahu.
“Edo.. jangan pura-pura lagi, aku dengar kok pesan Della supaya kamu cari si adiknya…! Eh, Darla, kalo Edo gak bisa bikin kamu bahagia, bilang padaku yah!” Kata Brian meledek.
“Hush… udah nakal yah?” Aku meledek Brian dan mencubitnya. Aku mendekat kepada Darla dan mengandengnya. Ia kelihatan senang sekali…
Tak lama kemudian kami sudah melaju menuju ke kampung, menghadiri pemakaman Della. Setelah pemakaman, Darla ikut denganku nginap di Villa Naya. Kami rencana tinggal lagi satu malam sebelum pulang ke Manado bersama dengan Naya dan rombongan.
Rencana dalam perjalanan pulang ke Manado, kami akan singgah di rumahnya Mbak Vicka, dan melayat jenazah Chika. Brenda malah menyiapkan uang santunan dari badan intel Amerika yang akan diberikan kepada Kak Vicka yang mengurus dia. Menurut Titien ini mungkin rencana terbaik bagi gadis itu.
-----
Sore itu kami bercanda di beranda sambil menikmati indahnya Danau Moat. Titien ikutan masak dengan penjaga villa dan membawa beberapa makanan ringan, ada kolak ubi dan juga gorengan. Aku senang sekali karena Darla langsung dekat dengan Titien, Brenda dan Naya. Ia merasa senang dianggap teman menggantikan posisi Della.
“Ding dong!” Titien segera pergi ke pintu. Ternyata kedua orang tuanya datang bertamu. Pasti mau kenalan dengan Brian. Pantasan cowok itu kelihatan jauh lebih rapi, pake celana panjang segala. Biasanya celana basket, eh, ternyata mau ketemu calon mertua. Hehehe…
Orang tua Titien ternyata asyik juga lho, bercanda dengan anak-anak muda. Mereka juga ternyata sudah sangat akrab dengan Naya... adiknya Nando.
Menurut mereka, kemarin Om Agus telpon suruh Brian nginap di rumah satu malam. Mereka semua sudah mengenal Brian dari cerita-cerita Deyana, yang ternyata sepupu Titien. Wah, hebat juga si Romeo… pisah dengan Deyana, justru jadian dengan sepupunya.
Eh… mungkin mirip dengan aku, sih. Ditinggal Della yang terbunuh, kini jadian dengan adiknya. Adiknya ternyata bawelnya sama dengan Della… tapi ia kayaknya sudah sayang banget ke aku… seperti kakaknya. Kecantikannya sih sama, malahan mungkin lebih cantik sedikit. Tatapan nakalnya juga sama… postur tubuhnya sama… eh, tadi malam waktu pelukan sempat nyerempet ke toketnya, dan kayaknya sama padat tuh dengan Della. Pasti memeknya juga sama legit… Ih… kok ngomong sampe ke situ! Jangan dulu, baru jadian.
Wah… aku rasa kasihan sama Brian yang di ledek habis-habisan oleh anak-anak nakal itu. Apalagi Shaun dan Brenda yang menceritakan kenakalan Brian sejak masih SMA. Untunglah Brian sempat bernafas lega ketika Titien bercanda bilang Brenda itu calon anak mantu juga!
“Huh Doni? Ih masih kecil...” Ayah dan ibu Titien hanya tertawa.
“Doni masih kecil? wah udah besar gitu masih dibilang kecil?” Brenda bercanda. Untung Titien segera main mata suruh diam. Hehehe… Eh, mana anak itu?
Akhirnya Doni muncul juga, datang dengan motor kayaknya ada belanja sesuatu. Masuk pintu dia langsung teriak-teriak mencari kakaknya. Gayanya membuat heboh villa itu.
“Kak Titien…!” Doni mencari Titien. Gadis itu malah cepat-cepat bersembunyi tapi ketangkap. Kayaknya mau menghindar.
“Kak Titien, ini uang kembaliannya!” Doni memberikan uang kepada Kakaknya.
“Eh, Doni! Emangnya Titien suruh beli apa?” Mamanya Titien bertanya.
“Itu, kemarin Kak Titien suruh beli kondom 1 pak!” Kata Doni dengan polosnya… Aku dan Darla sampe kaget. Brian langsung pucat, sedangkan Shaun, Naya dan Brenda sudah menahan tawa tapi gak berani bilang apa-apa.
Keadaan sudah tegang sekali. Titien sendiri sampe melongo bingung, pasti kalo gak ada orang sudah lama ditabok anak itu.
“Apa kamu bilang?” Ihhh galak juga ayah Titien. Ia tampak kurang senang…
“Eh aku bilang apa? Eh Titien kemarin suruh beli pembalut…” Kata Doni mengoreksi.
“Hahahaha…” Naya dan Brenda langsung tertawa, sedangkan Titien dan Brian langsung bernafas lega. Doni sempat main mata ke kakaknya… astaga, kayaknya sengaja tuh!
Untung orang tua Titien hanya menanggapi dengan santai dan terus bercanda. Tapi Titien dan Brian masih pucat.
Nanti setelah orang tuanya pulang baru Titien dan Brian diledek habis-habisan. Doni benar-benar jahil, eh baru kali itu aku lihat Titien mati kutu. “Hahahaha”
Kami masih tertawa-tawa ketika Doni menculik Brenda dan membawa gadis itu dengan perahu berkeliling danau Moat. Mereka pergi ke sebuah sudut yang sunyi… ih, pasti mesum lagi.
“Brenda… hati-hati. Ingat ada ular putih?” Aku meledek mereka. Tampaknya mereka lagi asyik di danau.
Tak lama kemudian kelihatan kedua orang itu berpegang ke perahu kecil yang sudah terbalik. Mereka berenang dari menuju dermaga mencari perlindungan. Aduh kasian, pasti dingin. Danau ini memang dingin airnya karena hawa ditempat ini.
Kami segera berdiri di dermaga melihat kalau-kalau mereka butuh pertolongan. Mereka kini sudah dekat dan segera ditarik keatas.
“Astaga? Huh! Doni? Brenda!” Kami semua kaget ketika menarik mereka ternyata lagi telanjang bulat. Begitu naik, Brenda langsung cepat-cepat menutupi bagian-bagian intimnya, tapi terlanjut dilirik oleh penjaga villa. Hehehe… rasain. Pantasan perahu sampe terbalik, orangnya mesum… Doni malah masih meringis-ringis kesakitan. Ternyata seekor belut masih menempel mengigit kontolnya… astaga!
“Hahahaha…” Semua orang justru menertawakan kesialan Doni.
“Yah, ular putihnya hilang begal, kalah sama belut!” Brian mulai melucu.
“Kak Tien, ini kan harus diamputasi... atau tumbuk sampai halus?” Naya ikutan meledek Doni.
Aku hanya tertawa-tawa sambil memandang Darla yang masih memeluk pinggangku.
-----
POV Titien
Setelah sekian lama tidak pernah lagi menginjak rumah keluarga Nando, malam ini kami kembali kumpul disini. Rumah kediaman orang tua Naya ini sangat luas dan mewah, maklum mereka adalah pengusaha yang berhasil. Dan Orang tua Naya membuat pesta ulang tahun yang meriah bagi anak gadisnya. Eh, begitu bertemu denganku mereka memelukku lama. Katanya rindu… Aku juga memperkenalkan mereka ke Brian dan mereka senang sekali.
Ketika memasang lilin, orang tua Naya meminta ku untuk berpose dengan mereka. Astaga, aku sudah dianggap seperti anak mereka sendiri. Ini pasti ulah Naya yang terus menceritakan tentang pentingnya diriku. Sayang habis pesta orang tuanya langsung terbang lagi ke Jakarta.
Justru setelah orang-tua dan keluarga Naya pulang, pesta makin meriah. Biasalah, ketika orang-orang muda berkumpul pasti rame. Dan aku mendapat kesempatan bertemu kembali dengan teman-teman Naya dan Nando yang hampir semuanya sudah ku kenal. Memang sih hanya 20-an orang yang diundang, umumnya teman kelas dan sahabat dekat.
Dengan bangga aku memperkenalkan pacarku yang ganteng… Brian memang tampil beda. Aku memaksanya untuk pake baju rapih lengkap sampe celana panjang dan jas. Shaun juga ikutan rapih, padahal kalo tidak diancam mereka akan muncul dengan celana basket.
Ih… inikan pesta Naya, kenapa justru aku merasa menjadi bintangnya? Tapi Naya juga bahagia kok. Ia dipaksa ciuman dengan Shaun dan disuruh dansa pertama. Suasana tampak sangat indah…
Diakhir acara, pas sebelum tamu-tamu pulang aku memimpin acara khusus buat Naya, yaitu Ia harus membuka hadiah dan mendapat ucapan selamat khusus dari pemberi hadiah. Tentu saja tidak semua, hanya teman-teman dekat dan terutama dari grup kami.
Tentu saja hadiah pertama dari Shaun… eh Shaun sebenarnya lupa beli hadiah, tapi ia ingat sudah memberikan hadiah khusus untuk Naya sejak bulan lalu. Sebuah karya tanah liat buatan tangannya sendiri waktu di Pulutan. Dan ketika dibuka, Naya langsung pucat. Sebuah kontol tanah liat warna putih, dan ujungnya dikasih mata.
“Wah ular putih!” Kata Edo, dan disambut dengan tawa. Eh, hadiahny mungkin bisa jadi dildo ketika mereka harus LDR. Hehehe…
Shaun secara diplomatis berkata itu hanya simbolnya, hadiah utamanya nanti sebentar malam! Huhhh… teman-teman Naya sampe ribut dengan komentar Mesumnya.
Brian memberikan hadiah sebuah boneka lucu yang cute… eh ternyata boneka tarsius. Kami langsung tertawa mengingat kejadian lucu melibatkb binatang itu.
Ketika hadiahku dibuka, Naya langsung tersenyum. Sebuah lingerie yang sangat seksi dan transparan. Aku menyuruhnya memakai itu sebentar malam. Kembali hadiahku disambut dengan tertawa.
Doni memberikan sebuah kaos oblong, eh ada tulisannya. Ketika disuruh perlihatkan kami tertawa dengan kata-katanya: “Kecil-kecil gini, punya pacar besar lho!”
Brenda tambah kacau lagi. Hadiahnya ternyata sebuah celana dalam yang pake alat getar… lengkap dengan remotenya. Suasana langsung rame.
Dan satu-satunya hadiah yang paling kacau diberikan oleh Edo. Ketika Naya membukanya, ternyata isinya sebuat alat tes kehamilan. Naya langsung ngamuk-ngamuk mencubit cowok itu.
-----
Dari tadi Edo terus menghindari kami, mungkin karena ada pacarnya. Tetapi ketika tamu-tamu pulang, mau gak mau ia membawa Darla datang mendekat, dan kembali cewek itu jadi sasaran ejekan Shaun dan Brian.
“Edo, bilang dong jujur, mana lebih enak? Della atau adiknya?” Darla hanya tersipu malu.
“Hush… masih perawan tuh! Kayaknya Edo belum mampu bolongin, kan?” Brian meledek Edo dan Darla. Cewek itu tambah tertawa tersipu.
“Kalo begitu, sini aku bantu perawani!” Kata Shaun sambil mendekat ke Darla, sehingga cewek itu langsung lari menghindar sambi tertawa.
“Eh, Darla… kamu harus berterima kasih padaku. Karena aku Edo jadi hebat lho taklukan wanita. Eh, kamu mau aku kasih ajar jurus-jurus mengalahkan cowok! Pasti pacarmu keok-keok di ranjang!” Brenda tambah meledek gadis itu.
Aku merasa kasihan sama cewek itu, dan langsung memeluknya. “Hush… Darla masih SMA jangan dulu kasih ajar mesum.”
Dari tadi Darla hanya diam saja, mungkin ia merasa risih. Darla menatapku berterima kasih. Aku hanya berbisik bilang jangan perhatikan mereka, udah dari sono-nya suka bercanda.
----
Akhirnya seminggu setelah datang dari Modoinding sudah berlalu. Saatnya berpisah. Satu bulan setengah ternyata gak cukup. Aku, Naya dan Edo sudah selesai mengurus pendaftaran kuliah, semester baru sudah dekat. Darla malah sudah kembali ke bangku sekolah. Eh, kali ini ia sudah pindah sekolah di Manado dan diberikan akomodasi gratis di kos baru Naya, eh salah. Itu kos ku, Naya sudah terus terang. Tapi statusnya pending karena kos asli Naya masih dalam renovasi.
Hari ini sangat cerah tetapi hatiku terasa mendung. Kami mengantar Brian, Brenda dan Shaun ke airport untuk berangkat kembali ke Amerika Serikat. Masih jam 12 siang kami sudah tiba di Bandara Sam Ratulangi, Manado, bersiap-siap cek in di pesawat Airbus A220 milik maskapai Silk Air yang membawa mereka ke Singapore.
Walaupun sudah peluk-pelukan dan ciuman dari tempat kos, tetapi aku masih memeluk erat Brian, sebelum mereka masuk ke ruangan cek-in. Ih, kenapa aku mellow gini, tuh Naya aja tegar melepas Shaun tanpa banyak merengek. Padahak sudah begitu banyak janji yang diucapkan…
Aku kembali mengingat pertemuan pertama di tempat ini waktu memegang kertas dengan nama-nama mereka. Sejak saat itu aku sudah tertarik kepada cowok ini… rasanya sulit untuk melepaskannya… seseorang yang begitu berarti, padahal baru kenalan selama sebulan setengah.
Brian melepaskan dengan ciuman yang dalam penuh dengan perasaan. Mungkin nanti Desember baru kita bertemu kembali.
Aku titip ke Brenda dan Shaun untuk menjaga Romeo baik-baik, seperti aku akan menjaga Naya. Edo dan Naya juga melepas mereka, tapi banyakan dengan bercanda.
“Edo, Darla udah dibolongin belum?” Brenda siap meledek lagi.
“Eh, belum sih… masih segel!” Edo kayaknya menemukan cinta sejatinya.
“Tahu gak, gadis seperti ittu biasanya suka gaya doggy!” Brenda kasih tip sambil memicingkan mata kirinya. Kami hanya tertawa…
Eh, Landa dan Devi juga turut mengucapkan selamat tinggal dan terima kasih. Keduanya berterima kasih sudah dilepaskan dari geng Kobe dan bebas dari tuntutan. Terutama Devi, karena pada akhirnya ia bekerja sama melawan Mr. Logan.
Akhirnya dengan belaian tangan, Brian, Shaun dan Brenda masuk kedalam pemeriksaan sekuriti, sambil meneteng bawaan mereka. Itu mungkin kali terakhir aku melihat mereka.
Aku dan Naya berjalan pelan-pelan ke mobil. Rasanya hati kami sudah ikutan berangkat. Eh, ternyata Naya tidak setegar yang aku kira. Tepat didalam mobil ia menangis tersedu-sedu.
“Udah dong, Nay! Gak usah bersedih lagi…!” Aku menghiburnya.
“Kak Titien enak, cowoknya romantis pake cium-ciuman waktu pamit. Tuh, Shaun gak pamit sama sekali. Masak cewek sendiri dicuekin padahal sudah mau berpisah. Gak ada lagi kejelasan hubungan kami kedepan gimana!” Naya masih nangis.
“Emangnya Shaun gak bilang apa-apa? Kamu harusnya tanya tadi malam!” Aku kaget.
“Kak, satu malam Naya dicuekin. Bukannya ngomong dengan Naya, malah sibuk skype dengan advisornya sama pimpinan fakultas. Naya bingung maunya Shaun gimana!” Naya terus bersedih, dan aku kembali membiarkan dadaku menjadi tempat ia menangis tersedu-sedu.
Mobil mulai berjalan, Edo sendirian di depan, sedangkan Naya bersama aku di kursi kedua.
“Terus aku ini gimana kak?” Naya masih terisak, akupun coba menghiburnya.
“Naya gak perlu sedih, walau Shaun sudah pergi kan sudah dikasih itu... dildo yang ia buat dari tanah liat! Custom made lho, khusus untuk Naya. Kalo kakak justru gak ada.” Aku ledek dia supaya jangan sedih.
Hehehe, berhasil Nayanya langsung ketawa walau masih sedih.
“Nanti dipinjamin kok! Kakak aja yg pake duluan…” Naya tersenyum.
“Ih, harus Naya dong yang ajarin, itukan replikanya kontol Shaun...” Aku meledek dia dan langsung disambut cubitan Naya. Tapi gak lama kemudian gadis itu sedih lagi.
“Eh, jadi ceritanya Naya gak dapat jatah dong tadi malam?” Aku mengalihkan perhatiannya lagi.
“Ihhhh... kejamnya. Padahal aku juga mau balas dendam lho suruh Shaun entot kakak. Sayang tadi malam Shaun sibuk dengan skypenya. Padahal aku sudah siap-siap tarik kakak ke kamar.” Naya masih uring-uringan.
“Iya sih... padahal aku juga mau banget. Penasaran lho gimana permainan kontol besar Shaun. Kan tiap malam Naya sampe teriak2 keenakan... harus di share lho!” Aku meledeknya bercanda.
“Huh, Titien?” Edo sampai kaget, kayak serius aja.
“Yah, rugi dong... kak Tien gak bilang sih kalo mau...!” Naya kembali tersenyum.
“Gini Tien, kalo mau aku siap kok jadi dildo kamu. Eh.. Naya juga klo mau!” Edo menawarkan solusi. Aku hanya tertawa.
"Ihhh kalo gitu sih bukan dildo lagi, tapi gigolo... hahaha!" Aku hanya menertawakannya
“Hahaha... Ihh maunya... sana minta sama Darla” Naya ngamuk.
Tak terasa kita sudah berada di gate keluar, sementara antri bayar karcis keluar gate. Tiba-tiba ada orang ketuk pintu kuat-kuat.
“Shaun?” Aku sama Naya sama-sama kaget. Mungkin Shaun ada kelupaan sesuatu.
Ketika kami membuka pintu mobil, Shaun langsung naik. Nafasnya masih terengah-engah. Kayaknya ia tadi kejar mobil ini dari tempat parking.
“Kamu gak pergi? Jangan-jangan lupa paspor lagi?” Aku bertanya.
“Aku gak berangkat. Tadi malam advisorku sudah setuju aku penelitian di Manado... jadi rencana tinggal sini tambah 3 bulan lagi, baru pulang kalo data sudah rampung dan siap maju skripsi.” Kata Shaun sambil terengah-engah mencari nafas.
“Astaga, beneran?” Naya terpekik kaget.
“Ia dong! Memangnya kamu lihat aku bawa koper? Gak kan!” Shaun membela diri.
“Kenapa baru bilang?” Naya masih gak percaya.
“Kamu gak tanya! Udah aku cape, mau tidur dulu ngantuk. palingan bentar malam mau threesome, jadi harus kumpul tenaga. Eh, Brian sudah ijinkan loh aku gantiin dia puasin Titien selama aku disini!” Shaun segera pindah ke kursi belakang untuk tidur.
“Huh?” Naya dan aku berpandangan terkejut. “Ihhhh…” Aku ingat kata-kata terakhir Shaun.
“Kak Tien gak lolos lagi malam ini, hehehe” Naya memegang tanganku dengan erat. ‘Astaga kata-kataku tadi jadi bumerang. Wah, aku harus siap-siap, pake alasan apa yah. Bahaya ini, bisa-bisa malam ini ada kontol kedua yang akan masuk ke memekku.’ Aku tersenyum sendiri.