http://www***mbar123.com/beras_fd38c666b533e261560c3485b7ed294f3af8b2d8.jsp?id=a65b8a416faHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzgyYzBjNjUyOTYyNjUyNy5qcGc%3D&hash=031ac01d2b11b6d51f6e968f3936a87e2ae4cfd7
Naya Tan, gadis Manado/keturunan Chinese umur 19 thn
http://www***mbar123.com/core_14232.html?id=30ed1a05d7aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzMzNmIzMzUyOTYyNjUzOS5qcGc%3D&hash=3e51437fc7bdee6af58c3e6d456b9dd9fa9e1799
Edo Putra, cowok Manado umur 23 thn
http://www***mbar123.com/bakso_8168b0ddc2871e10a2d69c7bfd7a36b2bc9fe52e.jsp?id=e9e40e88ebaHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzLzI5ODE2MDUyOTYyNjU3MC5qcGc%3D&hash=3efdd77d9fc24ceb0c529415f3e7b62c57b83c90
Brian Solomon, cowok California berdarahBritish/Irlandia umur 24 thn
http://www***mbar123.com/bakso_58832.asp?id=8a9715f840aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2RjNTcxMzUyOTYyNjU1MC5qcGc%3D&hash=faa182fc773fd2f98c19f421a9b0e2c297aee907
Brenda Marciano, gadis California berdarah Itali umur 23 thn
http://www***mbar123.com/opensesame_9d88e6c220bb8551f59d46754dd3d90c600094c9.asp?id=bf3695b39daHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2IxZjI3ZjUyOTYyNjUzMy5qcGc%3D&hash=3408eb6dac613df58c57aeedc9edd6e48c32343b
Shaun Garcia, Cowok California berdarah Rumania, umur 25 thn
http://www***mbar123.com/bakso_d405aa8fa002a1cc6e8d3271345ed979da8cd037.jsp?id=8d43cb6c30aHR0cDovL3RodW1ibmFpbHMxMTcuaW1hZ2ViYW0uY29tLzUyOTYzL2JiMWVjMDUyOTYyNjU2Mi5qcGc%3D&hash=e397f7b7a3dae7e3ed948a67ed1bd77eb57aaeaf
Episode 13 Akibat bermain api
POV Edo
"Argh"
Akhirnya setelah bertahun-tahun menahan nafsu aku dapat merasakan surga dunia. Dan malaikat yang menuntunku juga tidak tanggung-tanggung, gadis bule yang sangat cantik dengan bodi yang mengalahkan banyak artis.
Brenda memang sempurna bagiku, ia benar-benar nikmat. ML dengan Brenda rasanya sungguh-sungguh indah, tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Brenda sementara tidur, ia masih telanjang bulat, dan posisi tidurnya sungguh menantang.
Kembali ku usap tubuh mulus dan kencang itu. Ih... bikin aku jadi terangsang lagi! Kakinya kembali ku renggangkan sampai terbuka lebar dan kembali perpampanglah memek gundul yang legit itu. Tak sabaran tanganku membelai dan mengais-ngaiskan jariku.
"Ah... oh... " Brenda mendesah. Aku tidak tahu ia pura-pura tidur atau beneran. Tanganku semakin aktif mempermainkannya. Kini jari tengahku mencari jalan masuk melalui lorong nikmat dan menekannya dari dalam... aku mengocoknya lagi.
"Ah, Edo... cape dong!"
Jariku kini sudah bertambah satu dan merasakan licin ketika memasukinya. Ia pasti sudah sangat terangsang. Kembali ku kocok memek legit itu dengan kecepatan tinggi, Brenda kembali mendesah... ia langsung teriak nikmat, dan mendesah dengan keras.
Tanganku sudah pegal tapi aku tidan mau berhenti, dengan intensitas tinggi terus mengocok lobangnya. Tidak sampai 5 menit kemudian, tubuh seksi kembali menegang dan tersedak dihajar permainan jariku. Ia sudah orgasme...
"Huhhhhh" Brenda menarik nafas panjang, dia menatapku tajam.
"Dengar baik-baik Edo, tunggu lima menit, tapi kau jangan ke mana-mana. Akan ku balas perbuatanmu! Dan kau harus tanggung jawab sudah membuat birahiku naik kembali..." Brenda berkata dengan wajah mupeng.
Sekilas ada pergerakan di bagian atas, astaga. Aku baru sadar bahwa jendela tinggi terbuka lebar dan apa yang kami lakukan selama ini bisa dilihat jelas dari lobby lantai 2. Eh... kayaknya ada tubuh seorang gadis di kegelapan sedang mengintip kami.
'Apa itu?' Terlihat bayangan itu membuat gerakan kecil dari kegelapan. Kelihatan tubuh seorang gadis sementara merapikan pakaiannya yang terbuka. Ia kelihatan sementara masturbasi.
'Astaga... bisa-bisa ia menyaksikan semuanya. Wah, harusnya kupanggil aja trisome, hehehe. Ayo dong Nerd-ho, kita harus buat pertunjukan terbaik untuk gadis itu' Aku terus berbicara dalam hati.
POV Titien
Aku memegang tangan Brian kali ini aku sudah berbaring di sofa dengan paha Brian menjadi bantalku. Kami tadi sempat melihat Naya menarik Shaun ke kamar dengan wajah mupeng. Pasti ia sudah gak tahan. Ini semua perbuatan Edo dan Brenda, siapa suruh ML pake buka jendela, sampe kedengaran di atas.
Sebenarnya saya dan Brian sempat mengintip mereka, tapi karena melihat Naya yang sudah mulai pegang-pegang toket sendiri, terpaksa ku tarik Brian kembali ke sofa. Malu ah sama Brian.
“Terus Shaun... ah... ah!” terdengar desahan Naya dari kamar.
Aku melirik ke wajah Brian, yang juga melirik ku. Segera gairah ku kembali terpancing dan adegan panas dari Edo dan Brenda serta adegan Naya yang self-service kembali terbayang jelas.
“Sayang! Kita keluar, yuk! Cari angin...” Brian hanya mengikutiku.
Kembali kami melewati lobby tempat Naya tadi bersembunyi, dan terus menuruni tangga. Sekilas kelihatan Edo dan Brenda masih bermesraan di tempat tidur sementara telanjang bulat.
Eh... kayaknya ada orang lain di tempat Naya tadi. Saya gak tauh apa itu Della atau Landa. Kayaknya masih terus mengintip Edo, siapa tauh ada adegan lanjutannya.
Di luar sangat gelap, tidak ada bulan ataupun bintang-bintang. Apalagi lampu luar di taman belakang kos ini tidak dipasang. Cahaya yang tembus hanyalah lampu kecil dari kamar Brenda dan pada ujung bangunan.
Saya membawa Brian ketempat itu, dan tidak seperti biasanya Brian tidak perlu bertanya-tanya.
Belum sempat Brian duduk, aku sudah memeluknya dari belakang, menempelkan toketku yang sudah keras. Brian segera berpaling ke arah belakang, dan kepalanya langsung ku peluk erat...
Ciumanku yang ganas dengan gairah segera mencari bibirnya, dan langsung melumat mulut Brian. Ia masih terengah-engah mencari nafas, namun bibirku terus menuntut.
“Kenapa sayang?” Brian menganggat daguku dan memaksa kepalaku mengadah kepadanya. Aku menutup mata, karena malu.
“Aku .. mau... oh, shut up, Brian!”
Kata-kataku tidak beraturan dan aku sudah kembali menciumnya. Segera terasa balasan lumatan Brian yang juga sama bergairah. Aku tersenyum, sambil membuka mulutku menantikan french kiss yang sangat panas. Aku merasa berada di awan-awan. Desahanku keluar tak tertahankan lagi.
Kali ini aku yang mengambil inisyatif. Ku paksa Brian duduk di kursi kecil di taman, sementara aku duduk diatas pahanya saling berhadapan. Kali ini bibir Brian yang mencari bibirku, tapi sengaja ku hindari. Jariku ditempel di atas mulutnya sehingga Brian tidak bisa melumatku.
Brian melirikku yang sedang membuka kancing kaosku ... tanganku langsung ku angkat ke atas. Brian mengerti...
Brian menyentuh kaosku perlahan-lahan dan menariknya ke atas. Tak lama lagi ia akan melihat tubuh yang selama ini hanya bisa dibayangkan. Aku merasa sangat seksi membuka baju dihadapan cowok yang terus menatapku dengan terpesona. Rasanya mau menari striptease... sayang tidak ada musik.
Kini kaosku sudah terbuka... bagian atas tubuhku tinggal dibalut dengan bra merah muda. Segera tangan Brian menjamah punggungku, mencari kancing dari bra andalan ku. Tangannya sangat cekatan menemukannya dan membukanya perlahan-lahan. Bersamaan dengan turunnya bra-ku, terbukalah buah dada montok yang selama ini disembunyikan.
“Romeo, ayo dong! Jangan cuma lihat seperti itu!”
Setelah menelanjangi tubuh bagian atasku, Brian masih terus memandang toketku yang sementara mengacung menantang. Ia melihatnya dengan terpesona sambil mulutnya terus memberikan pujian. Aku merasa sangat seksi... toketku semakin kencang saja mengundang Brian memainkannya.
Tangan Brian mulai bekerja, ia mengelus perutku dan perlahan-lahan naik ke dua bukit indah. Aku mulai terbuai. Tangannya tidak berhenti, mulai menyenggol toket dari bawah dan memutari pinggiran gunung. Sentuhannya yang penuh perasaan membuatku terus melayang jauh... aku mulai menutup mata...
Kini tangannya mulai menggengam dan meremas. Jari-jarinya yang lebar mampu merengkup toketku dan memilin dengan gerakan teratur. Aku kembali mendesah... indah sekali, gairahku terus terbakar... tapi rasanya ada yang kurang.
Dari tadi tangan Brian sepertinya menghidari pentilku, membuatku merasa penasaran. Ia sempat menyenggolnya tetapi setelah itu jarinya ditarik lagi. Aku jadi tidak puas!
“Romeo, please!” Aku tak tahan lagi.
“Please apa sayang?” Ia terus menggodaku.
“Romeo, jangan permainkan aku lagi.” Aku kini tak malu-malu meminta. Tangannya ku taruh tepat di pentilku dan jarinya segera memutarnya.
“Begini?” Ih... bikin kentang banget.
Segera ku tarik kepalanya, dan menaruh bibirnya di toketku... karena tidak tahan lagi aku segera berkata,
“Kalau kamu tidak mengisapnya, aku tidak akan mengisap kontolmu!”
Brian hanya tertawa dan mengisap kedua putingku secara bergantian dengan penuh gairah... aku segera terbang... Aku tidak kuat lagi menahan gairah, desahan yang kuat, aku tak sadar sudah terbakar nafsu.
Tiba-tina Brian menghentikan nenennya, dan menatapku.
"Sekarang sebelum lanjut, aku mau kepastianmu... do you want to be my girl?"
Aku memandangnya kembali dengan nafsu sudah diubun-ubun... dan Brian hanya menatapku penuh harap.
"Ia aku mau, cepat teruskan!" Ia membuatku tak dapat berpikir lagi.
"Beneran?"
"Iya... ahhh! Ayo dong, sayang!"
"Swear?"
"Iya, I love you, too! Puas? Sekarang lanjutkan"
Sambil tersenyum nakal Brian kembali membenamkan mulutnya di payudaraku. Puting yang kecil dan berwarna merah mudah langsung menyambutnya. Gairah perawan yang sangat kuat kembali menerpa, membelai, dan membawa aku ke langit ketujuh.
Kali ini Brian tidak bermain-main lagi. Perhatiannya dicurahkan untuk membuatku puas. Tak henti-henti mulutnya mengisap, menggigit kecil dan memutar putingku dengan lidahnya. Sementara jari-jari yang cekatan terus memanjakan payudara yang satunya lagi.
Desahanku makin kuat, aku merasakan desakan kepuasan mulai terkumpul dan siap untuk meledak... aku tidak perduli lagi apa yang terjadi, aku mendesah keras.
“Ahhhh” Tubuhku melengkung ... dengan otot perut yang menegang menahan gairah. Segera birahiku memuncak, dan CD-ku langsung terasa basah dengan cairan orgasme...
Hampir 2 menit itu aku tidak bisa berpikir, segala sesuatu terlalu indah dibayangkan. Dan tubuhku langsung ambruk didalam pelukan Brian.
-----------
POV Naya
“Ahhh.... Dickhead! Kau apakan aku? Enak sekali!
Aku kini telanjang didepan cowok itu, semua pakaian sudah terbuka, kecuali satu pertahanan terakhirku yaitu segitiga yang menutupi bukit kecil selangkangan. Tubuhku yang dulu mungil itu kini terbuka dengan indahnya, pasti Shaun sudah gak tahan lagi.
Setelah ciuman dan belaian dengan Shaun, kami berdua kini saling menelanjangi. Sementara Shaun ingin segera membuka kaosku, aku justru ingin membuka celananya. Kayaknya aku yang menang, Shaun sudah telanjang bulat, sementara aku masih menyisahkan CD.
Shaun sih yang kelamaan, setelah membuka bra-ku ia hanya terpesona memandang toketku. Kesempatan terbuka bagiku untuk membuka CD-nya dan mengeluarkan isinya yang sudah sangat tegang.
Sementara aku mengocok kontolnya, Shaun masih terus menyerang toketku. Aku tauh dari kemarin tangannya sudah gak tahan untuk mengrepe-grepe dadaku.
Kini terbuka lebar kesempatannya, tangannya terus memilin dan menekan berirama, membuatku melayang. Kini dengan gerakan memutar ia menggenggam payudaraku... walaupun kecil dibandingkan dengan Titien, apalagi dengan Brenda, tetapi Shaun justru menganggap milikku sebagai mainan yang menyenangkan.
Kali ini mulutnya mulai bekerja, bibirnya segera terbuka menyedot putingku dengan ganas. Mulutnya tak puas-puasnya nenen di toketku, berpindah pindah dari toket yang satu ke yang lainnya.
Aku terus mendesah penuh birahi.
Kalau saja aku tidak membagi pikiranku dengan menyerang kontolnya, sudah dari tadi aku orgasme. Untuk aku masih mampu mengimbangi permainannya dan mengocok kontolnya terus. Kontol besar itu makin ganas saja, dan helmnya kini tampak berkilau.
‘Ihhhh..., dengan modal kontol seberingas ini, mana ada memek yang nolak!
“Naya... isap dong, jangan cuma pake tangan!” Ternyata Shaun mau dioral...
Eh, siapa sih cowok yang gak mau dioral gadis cantik dan perawan ini... gak mungkin nolak, toh! Aku harus membuka mulut besar-besar agar kontolnya bisa masuk, baru helmnya mulutku sudah rasa penuh.
Ia membiarkan aku bermain-main dengan kontol ini sampai aku mulai terbiasa. Pada awalnya Shaun protes tiap kali kena gigi, tapi kini ia diam saja. Pasti kulumanku semakin lama semakin dasyhat.
Sementara toketku terus dikulum, kini tangan kanan Shaun mencari target baru. Tangan itu mulai membelai turun melewati perutku dan terus menuju ke arah vaginaku.
Belaian pertamanya masih dari atas CD telah mampu membuatku terbelalak menahan gairah, aku tahu aku tak mampu bertahan lama... kubiarkan saja tangannya terus membelai memekku mencari titik-titik yang paling merangsang. Dan setelah klitorisku ditemukan, akupun langsung mendesah nikmat...
Tiba-tiba Shaun berdiri... ia tampaknya sangat bernafsu, tapi ia melepaskan kontolnya dari kulumanku. Ia menyuruhku terlentang dan ia memegang kakiku.
Aku masih terbelalak ketika Shaun menarik CD-ku turun. Aku mencoba mencegahnya tapi terlambat. Shaun kelihatannya memaksa dan menuntut. Aku bingung belum sempat bilang apa-apa dan tiba-tiba saja CD ku sudah merosot turun ke lutut.
Kini tanganku refleks bergerak menahan CD-ku dan memegang ujungnya dengan gemetar. Tapi Shaun melepaskan genggamanku, tangan kirinya langsung mencoleh kecil vaginaku dan genggamanku pada pinggiran CD mulai terlepas. Akhirnya dengan pandangan tegang aku melepaskan satu-satunya kain penutup tubuhku.
Matanya kini memandang vagina perawanku yang kini membukit dengan nafsu... aku malu dengan tatapannya yang seakan menerobos menembus bibir labiaku. Aku menutup mata menahan nafsu. Aku mencoba menutupnya dengan tanganku, tapi justru kakiku dipaksa membuka lebar.
Sekali lagi aku kalah, nampak sekali Shaun mendesakku, menuntut pelampiasan. Aku mulai menyadari kata-kata Kak Titien untuk hati-hati jangan main api. Kini aku menanggung akibatnya.
Sekilas keraguan yang muncul ternyata memperburuk posisiku. Kakiku sudah terbuka lebar sedangkan tanganku sudah ke keatas dan tidak dapat lagi menghalangi vaginaku dari tatapannya. Matanya kelihatan sangat nafsu menyapu bersih permukaan vaginaku yang ditutupi rambut-rambut tipis.
Aku menutup mata membayangkan apa yang akan terjadi. Tak dapat kusangkal nafsuku juga sudah di ubun-ubun. Tapi aku sempat menyesal kenapa jadi begini.
Dalam posisi kaki masih terbuka lebar, Shaun menarik tubuhku ke pinggir tempat tidur, dan kini kontolnya mulai mendekati memekku... kontolnya terasa hangat dan keras menyentuh pinggiran vaginaku mencari lorong kenikmatan ...ia masih mengesek memek ku...
Aku kini sangat tegang, menantikan detik-detik melepaskan keperawananku... apa? Melepaskan keperawanan? Aku jadi kaget dan sadar...
"Jangan! Oh tidak Shaun, saya masih perawan"
"I'll be gentle honey, you will never forget you'll first" Shaun mencoba menenangkanku. Kini kontolnya semakin mendesak mencari jalan masuk.
"Oh.... ahh...,ehhhh! Jangan Shaun!" Aku masih menolak, mencoba berputar ke kanan melepaskan tubuhku dan menutup kakiku.
"Oh no... you are mine honey...Aku tak tahan lagi, aku harus mengentotmu detik ini." Shaun menangkap kakiku, membuka lebar-lebar dan memegangnya kuat-kuat. Ah aku tak bisa lagi melepaskan diri kontol itu semakin kuat mencari celah, dan hanya bisa pasrah keperawananku segera akan ditembusi kontol raksasa itu...
Bersambung