Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bumil Fucker Season 3

Alur ngentot bumil paling enak yang apa nih dari season 1-3?


  • Total voters
    168
Season 3 Episode 15

Aku dan Sekar kemudian membereskan pakaian kami di mobil. Kami lalu segera memakai pakaian kami kembali, sebelum banyak orang yang akan datang ke tempat ini. Setelah melakukannya, aku segera memanasi mobilku. Sambil menunggu mobil panas, aku menghirup nafas sebentar di luar mobil. Aku perlu istirahat sebentar sehabis bertempur tadi di mobil. Aku tak menduga ternyata di balik cadarnya, Sekar ternyata mampu bermain dengan ganas. Dia bisa melakukannya walaupun sedang hamil besar.

Aku lalu berjalan ke mobil. Disana Sekar sudah menunggu dengan pakaian yang rapi kembali. Aku lalu masuk ke mobil, menyalakannya, lalu segera pergi dari tempat itu. Terpikir olehku untuk menginap di losmen terdekat. Sudah rahasia umum kalau tempat penginapan di tempat wisata tidak akan ditanyai macam-macam soal hubungan. Kalau mau laku juga tempatnya. Aku kemudian bertanya ke Sekar,

“Mas capek, nginep di losmen aja ya semalam. Besok pagi kita cabut.” Ucapku padanya.

“Iya Mas, kartu nikahku aku bawa terus di dompet kok.” Jawabnya, tentu saja aku kaget. Aku ngajak dia aja dadakan.

“Kok kamu bawa kartu nikah terus di dompet ?”. Tanyaku padanya.

“Soalnya aku sama suami sering pindah kos, jadinya buat ga ribet jelasin ke pemilik kos aku bawa terus di dompet. Punya suami juga aku bawa sekalian. Karena aku juga yang ngurus berkas suamiku itu.” Ucapnya

Anjir, hoki bangetlah. Tinggal cek in aja.

Singkat cerita kami sudah berada di kamar losmen. Petugas jaga tadi juga malah tidak meminta bukti surat nikah maupun kartu nikah. Sekar segera duduk dan beristirahat di ranjang. Aku tiba-tiba terserang rasa lapar. Aku berpikir lebih baik membeli makanan di luar dan menyantapnya di kamar nanti. Aku pun segera keluar kamar. Saat memegang gagang pintu, kudengar Sekar bertanya,

“Mau pergi kemana Mas ?”. Tanya Sekar

“Cari makan buat dibungkus, kamu mau ngga ?”. Ucapku

“Boleh Mas.” Jawabnya.

Aku lalu beranjak keluar mencari warung makan enak dengan mobilku. Tujuanku berada di pusat kawasan wisata lereng gunung ini. Agar bisa sesekali makan enak tentunya.

Jalanan sepi karena saat ini di lereng gunung aku memasuki jalan pedesaan bukan lah jalan umum, terlihat hanya 1 atau 2 rumah saja yang berada di tepi jalan. Cuaca yang mendung membuat suhu lingkungan terasa sejuk. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 8 malam. Tiba-tiba mobil yang kukendarai mengalami masalah, sehingga beberapa kali tersendat dan melambat.

“Waduh kenapa ini! Ayo jalan bangsatttt !” umpatku di dalam kabin.

Mobilku yang terus melambat, namun aku terus berusaha menekan pedal gas agar dapat mencapai sebuah warung yang kulihat samar-samar ada di depanku, dan untungnya mobilku total berhenti tepat disamping warung yang kumaksud. Akupun keluar dari mobil dan membuka kap mesin mobilku, kulihat asap hitam membumbung keluar dari dalam mesin,

“Uhuk uhuk” aku terbatuk karena menghirup asap tersebut. Kurasakan panas di sekitar mesinku.

“Mogok mobilnya mas?” terdengar suara wanita dari teras warung.

“I..iya mbak uhuk” jawabku tanpa menoleh padanya. Akupun berusaha memperbaiki mobilku dengan pengetahuan seadanya, sudah sekitar 30 menitan aku mengotak atik mesin mobilku namun tak membuahkan hasil.

“Zraaasss” suara hujan deras yang tiba-tiba mengguyurku yang masih membungkuk di bawah kap mesin mobilku.

“Bajingaannn !” pekikku seraya menutup kap mesin mobilku. Tertunda sudah malam ini menikmati tubuh Sekar lagi, padahal belum dapat makanan juga.

“berteduh dulu disini mas” ucap wanita yang menjaga warung tadi. Akupun berlari ke warung tersebut dengan baju dan celana yang basah kuyup,

“Grrr” ucapku menggigil kedinginan.

“Nih keringin badannya mas” ucap wanita penjaga warung tersebut yang ternyata adalah wanita yang terbilang masih muda seraya memberikan handuk padaku. Dia memakai daster panjang warna-warni, jilbab yang juga bermotif mirip dasternya. Namun yang membuatku menelan ludah adalah perutnya yang membuncit pertanda sedang hamil tua.

“Oh iya makasih mbak” ucapku yang mulai mengeringkan badan dan pakaianku.

“Walah basah semua lagi” ucapku.

“Keringin di belakang sini aja mas, biar ndak kedinginan” ucap mbaknya.

Akupun mengikutinya ke sebuah ruangan kecil di bagian belakang warung miliknya.

“Masnya ndak bawa baju lain kah?” tanya mbak itu.

“Ada sih mbak, tapi di mobil” ucapku seraya mengeringkan badanku dengan handuk yang diberikan tadi. Aku ingat tadi bawa kaos cadangan jika berkeringat lebih.

“Nih pakai payung saya mas, dan ambil bajunya biar gak masuk angin masnya” ucap mbak tersebut seraya memberikan sebuah payung. Akupun bergegas mengambil pakaianku yang berada di jok belakang mobilku.

“Sila diganti pakaiannya dulu mas di belakang” ucap mbak tadi dengan ramah. Akupun menuju ruangan kecil tadi dan mulai menanggalkan satu persatu pakaianku,

“Ah sial, daleman basah juga” umpatku dalam hati. Akhirnya kulepaskan semua pakaianku sehingga kini aku tak mengenakan sehelai benangpun. Aku lekas mengenakan kaos hitam yang kuambil tadi tanpa menggunakan dalaman.

“Mbak, saya numpang jemur pakaian saya disini yaa” ucapku.

“Yaa silahkan mas, mari sini saya sudah buatkan teh hangat” ucapnya dari depan warung. Setibanya disana, kulihat mata mbaknya tertuju pada celana pendek yang kunenakan, karena aku tak mengenakan cd mungkin kontol panjangku cukup menarik perhatiannya.

“Aduh saya jadi ngerepotin mbaknya saja” ucapku memecah tatapan kagumnya.

“Eh iya..eh enggak kok mas, sila diseduh dulu, gak ada pakaian yang lebih tertutup ya mas? Sejuk banget loh ini” ucapnya salah tingkah.

“Ah gak apa-apa mbak, males bongkar tas lagi, makasih ya mbak tehnya” ucapku seraya menyeduh teh yang diberikan.

“Masnya darimana?” tanya mbak itu.

“Saya dari kota mbak, mau cari makan buat di losmen, padahal tinggal dikit lagi sampai warung makan, tapi malah mogok” ucapku.

“Oooh…ya disini aja dulu mas sampai hujan reda”ucap mbak itu.

“Oiya perkenalkan saya Bram mbak” ucapku memulai perkenalan.

“Oh iya, saya Sari mas” ucap mbak tersebut yang ternyata bernama Sari.

“Sari Gandum? Hehe” candaku.

“Huuu usil ya baru kenal ngeledekin orang” ucap mbak Sari seraya cemberut.

“Yah baper mbaknya, canda aja kok, biar gak tegang amat” ucapku.

“Hayooo apanya yang tegang ituuu” goda mbak Sari. Aku males meladeni dan berkata

“Disini tinggal dengan siapa mbak?” tanyaku.

“Saya disini tinggal dengan anak saya mas” jawab mbak Sari.

“Oh anaknya, suaminya kemana mbak?” tanyaku.

“Suami saya ke kota, mungkin satu kota dengan masnya” jawab mbak Sari.

“Oh, kerja ya mbak?” tanyaku.

“Iya mas kerja disana, 2 bulan sekali pulang kesini” jawab mbak Sari.

“Kalau masnya sendiri?” tanya mbak Sari.

“saya tinggal dan kerja di kota, tapi sekarang lagi ada cuti untuk liburan dulu. Istirahat ” jelasku.

“Istirahat ya mas, kerja di bagian apa?” tanya mbak Sari. Lalu tanpa ragu kuceritakan panjang lebar pekerjaanku pada mbak Sari walaupun kami baru berkenalan tapi setidaknya dia bisa asyik diajak ngobrol menurutku.

“Ohh begitu ya mas, semoga betah liburan ya mas” nasehat mbak Sari.

“Ya walaupun seperti itu, tapi setidaknya bisa enak di kota, ndak kayak saya yang jauh dengan suami” jelas mbak Sari merendah.

“Yaa kan suaminya pulang juga kan? Apa karena jarang dikelonin ya? Itu lagi hamil juga kan ? Hehe canda mbak” candaku.

“Haa iya itu, masnya paham lah hehe. Mas, mau minum jamu gak? Itu tehnya kan sudah habis” tanya mbak Sari.

“Jamu apa mbak?” tanyaku.

“Jamu kuat mas, biar ntar gak ngantuk di perjalanan” ucap mbak Sari. Aku yang kurang paham dunia perjamuanpun akhirnya mengiyakan, setelah selesai ia racik akupun menyeduhnya tanpa rasa curiga.

“Sebentar ya mas, saya ke belakang dulu” ucap mbak Sari.

Saat jamu yang kuseduh sudah habis tiga perempat, kurasakan gejolak birahi pada diriku, kurasakan kontolku yang sedari tadi anteng mulai berdenyut-denyut perlahan bangun dari tidur panjangnya.

“Yah kok ngaceng, bangsat lah, udah gak pakai cd lagi” umpatku dalam hati.

“Yakali coli di dalam mobil” aku membatin.

“Udah habis mas jamunya?” tanya mbak Sari yang mengagetkanku.

“I..iya sudah tinggal dikit lagi” ucapku seraya menurunkan posisi duduk sehingga kontolku yang mulai tegang tertutup oleh meja warung,

“Gimana? Makin seger kan setelah minum jamu?” ucap mbak Sari.

Yang ketika kuperhatikan secara seksama ternyata pakaiannya menjadi agak transparan, sehingga belahan dadanya terpampang jelas walaupun dengan penerangan yang sedikit remang-remang ini.

“Mau tambah mas?” Tanya mbak Sari seraya menundukkan tubuhnya, hingga kini kudapat melihat jelas belahan dadanya dan toket yang menggantung indah yang hanya ditutupi dasternya. Perutnya yang buncit agak menunduk di bawah toketnya. Walaupun sudah memakai kerudung.

“Eee…enggak mbak, cukup ini” jawabku kikuk.

“Oke deh, saya mau minum jamu juga deh, biar hangat” ucap mbak Sari seraya berjalan ke meja tempat ia meracik jamu tadi. Saat jamu racikannya telah selesai, ia membawa cangkir yang berisi jamu tersebut ke meja yang sama denganku dan ia duduk tepat di depanku.

“Gimana rasa jamu racikannya mbak?” tanya mbak Sari seraya menyeruput jamu yang baru saja ia racik.

“Pahit-pahit enak mbak, saya belum pernah minum jamu mbak soalnya” ucapku.

“Ooo belum pernah, beruntung deh masnya nyicip jamu pertama kali dari ahlinya hehe” ucap mbak Sari bangga.

Sesekali ia meletakkan toketnya yang menggantung tersebut ke meja warung. Kini kontolku sudah benar-benar tegang perkasa dibalik celana pendek yang kukenakan. Setiap ia seruput terlihat wajahnya sangat menikmati jamu yang ia racik, kini matanya menatap sayu kepadaku.

“Masih kedinginan mas?” tanyanya dengan tatapan sayu.

“Eee..udah agak hangat tubuh saya, makasih mbak” ucapku salah tingkah.

“Yaa sama-sama mas” ucap mbak Sari yang melangkah ke depan warungnya karena ada pelanggan yang barusan teriak

“Beli…permisi…beli..”,

“Beli apa bu?” tanya mbak Sari. Betapa bohaynya pantat mbak Sari melenggak lenggok mengambil barang yang hendak dibeli oleh ibu di luar sana. Sambil tangannya memegang pinggang karena perut yang membuncit akibat kehamilannya.

“Mobil baru mbak?” tanya ibu tersebut.

“Ah ndak bu, mana sanggup saya beli, itu mogok. Apalagi duit saya mau dipake buat lahiran anak ke 2” jawab mbak Sari.

“Oh tak kirain mas samsul pulang bawa mobil” ucap ibu tersebut. Aku yang baru beberapa jam menyalurkan nafsu seksualku pada Sekar, dipicu sedikit oleh keseksian wanita hamil yang baru, yaitu mbak Sari, membuatku ingin nekat menjamahnya yang saat ini sedang berdiri menghadap ke luar warung. Aku berdiri dan mendekati tubuhnya dari belakang,

“Eh masnya ngapain?” ucap mbak Sari kaget saat aku menggesekkan kontolku yang masih terbungkus celana ke belahan pantatnya.

“Egghh egghh” desahku merasakan palkonku menyelip di belahan pantat yang masih tertutup dasternya.

“Mass sshh jangan mass, saya lagi hamil tuaaaa” ucap mbak Sari yang meliuk-liukkan tubuhnya seolah ingin lepas dari dekapanku, namun ia sama sekali tidak memberontak, justru gerakan meliuk-liukan tubuhnya tersebut memberikan kesempatan bagi palkonku untuk masuk ke celah paha mbak Sari.

“Sshh besar banget mas” desah mbak Sari ketika kontolku bergesek di celah pahanya. Tanganku yang sedari tadi hanya bertumpu di meja kasir warung agar mbak Sari tidak lari dari posisinya kini mulai menyentuh pinggulnya dan perlahan naik ke toketnya. Saat kedua tanganku hendak hinggap ke bongkahan seksi toketnya, mbak Sari memutar tubuhnya hingga kini kami berhadapan.

“Mas ke ruang tadi ajah..takut diliat orang…bentar saya tutup warung dulu..” ucap mbak Sari seraya mendorong tubuhku, akupun beranjak menuju ruang kecil tadi dan membuka semua pakaianku. Saat mbak Sari masuk ke ruangan ia terperanjat melihat aku yang berdiri di depannya dengan kontol yang sudah mengacung keras.

“Eh mass…panjang banget mass” ucap mbak Sari seraya mendekatiku dan berjongkok di depan kontolku, ia memperhatikan centi demi centi kontolku dan mulai menggenggam dengan tangannya.

“Besar dan berurat mas, pasti kalo punya istri puas banget” ucap mbak Sari seraya mulai mengecup dan mengulum kontolku.

“Ughh” desahku saat kontolku masuk ke mulut mbak Sari. Ia sangat telaten menyepong kontolku,

“Ehhmm hhmm” hanya itu yang terdengar dari mulutnya. Aku tidak mau membuatnya yang memuaskanku, aku lepaskan kontolku dari mulutnya dan meminta ia berdiri di hadapanku.

Kuturunkan tali daster bermotif miliknya satu persatu, hingga kini daster tersebut turun dan jatuh ke lantai, kini mbak Sari sudah benar-benar terlanjang, kecuali jilbabnya, dengan tubuhnya yang sedang hamil tua, ternyata toket miliknya masuk dalam kategori cukup besar, aku lalu menggiringnya untuk berbaring di sebuah dipan sederhana di dekat kami, saat ia telah berbaring aku merangkak naik keatas tubuhnya. Tangan mbak Sari lantas mulai memegang dan meremas kontolku.

“Ayoo mass entotin Sari” godanya. Aku yang benar-benar telah diselimuti birahi ingin bermain sedikit dengannya seperti halnya aku memainkan para wanita hamil yang dulu pernah kutiduri.
Kudekatkan palkonku ke bibir memek mbak Sari yang ditumbuhi bulu-bulu halus, kutampar-tampar bibir memeknya dengan palkonku.

“Sshh masukin aja…” desah mbak Sari. Namun tak kunjung kumasukkan, aku malah meremas dan mencupang toket mbak Sari kanan dan kiri secara bergantian,

“Toket mbak besar banget slurrrp” aku memuji toket mbak Sari.

“Eee eeggh mass..kontol mas juga besar banget” ucap mbak Sari.

“Besaran mana dengan kontol suami mbak?” tanyaku yang masih asik bermain dengan toketnya.

“Besaran suami saya…bikin saya hamil pula” ucap mbak Sari menghentikan ucapannya, akupun melirik pada matanya, ia tersenyum manja dan berkata

“Tapi kontol mas lebih panjang dan berurat dibanding punya suami saya”. Mendengar pujiannya, akupun mulai memasukkan kontolku perlahan ke dalam memeknya.

“Sshh yang dalem mass” desah mbak Sari. Akupun menghentakkan sedikit keras kontolku sehingga kini kontolku masuk secara penuh ke dalam memeknya.

“Uhh sshh gila penuh bangett” desah mbak Sari. Kurasakan pijatan dinding memek mbak Sari luar biasa menekan kontolku, rasanya seperti memek perawan walaupun ia sedang hamil.

“Rapet banget memekmu mbak ssh kayak perawan” ucapku.

“Jadi masnya suka?” goda mbak Sari.

“Suka banget…” ucapku.

“Yaudah…entotin saya sampai mas puas ahh” desah mbak Sari saat aku mulai menyodok-nyodok kontolku di dalam memeknya. Perut buncit dan toketnya yang berayun indah seirama dengan sodokan kontolku tak biarkan begitu saja, kuremas-remas dan sesekali kupilin puting toketnya, sehingga membuat mbak Sari menggelinjang kenikmatan.

“Akkhh masss entot remess teruss aahh” desahannya semakin liar. Saat aku hendak mengecup bibirnya, ia menolak dan berkata

“Bibirku hanya untuk suamiku mas, tapi selain itu bisa mas pakai punya saya”.
Tak berselang beberapa lama,

“Ah bangsat…kalah..aahh..masss aku sampaiii!” desah mbak Sari diikuti semburan cairan cintanya yang begitu deras. Akupun menggunakan jurus andalanku ketika seorang wanita hamil orgasme, bukannya melambatkan genjotan, aku justru menggenjot semakin keras dan dalam.

“Ahhh uhh sshh masss nikmat kontolmu” desah mbak Sari seraya mengatur nafasnya pasca orgasme pertama. Kedua tangannya merangkul leherku, kuminta ia merubah posisi menjadi menungging, iapun menuruti permintaanku. Aku pun kembali memasukkan kontolku dari belakang,


“Ahh” desahnya ketika kontolku kembali bersarang di dalam memeknya. Aku sangat gemas dengan pantatnya yang bohay, sehingga tak lepas dari remasan serta tamparan dariku,

“Akhh tampar pantatku mass…aku budakmuuu” desah mbak Sari, dan tak berselang beberapa menit setelah orgasme pertamanya,

“Ahh bangsat ih masnyaa…aku mau keluar lagi nihh ahh!” desahnya.

“Sshh tahan sebentar dong…saya hampir sampai jugaaa” desahku seraya mempercepat sodokan kontolku.

“Iyaaahh cepetin akkhh” desah mbak Sari menahan gelombang orgasmenya.

“Mbak saya mau keluar…” desahku seraya membenamkan kontolku dalam-dalam…

”Croott..croott..crooot” ada sekitar 4 semburan pejuku menyemprot di dalam memek mbak Sari,

“Akhh bangsat kau kontoll sshh” desah mbak Sari diiringi semburan cairan cintanya yang kini berpadu dengan pejuku di dalam sana. Kami berdua akhirnya terkulai lemas, dengan kontolku yang masih berada di dalam memeknya. Aku memeluk tubuhnya dari belakang.

“Uhh sshh mass perkasa banget” desah mbak Sari seraya mengatur nafasnya.

“Hehehe habisnya mbak seksi banget sih” ucapku.

“Mass tadi habisin jamu yang saya buatin ya?” tanya mbak Sari.

“Iyaah mbak, kenapa?” tanyaku.

“Ooo pantes, ini kontol masnya masih tegang aja di dalam memekku” ucap mbak Sari.

“Bentar ya mass…aku capek banget loh” ucap mbak Sari.

Selama ia mengatur nafas dan beristirahat, aku berusaha membangkitkan kembali birahinya dengan mengelus perut dan meremas serta memilin toketnya.


“Doyan banget dengan perut dan toket saya mas?” tanya mbak Sari.

“Iyaa gede banget, eh tadi saya crot di dalem masalah gak?” tanyaku.

“Gak kok, tenang aja masnya…” ucap mbak Sari. Kulihat mbak Sari sudah mulai berstamina, aku pun berusaha memasukkan kontolku ke vaginanya.

“Akkhh pelan-pelan mass” desahnya saat palkonku mulai masuk ke vaginanya. Akupun menuruti permintaannya.



“Ihh mass jangan cepet-cepet dalem banget” ucap mbak Sari seraya menahan pinggulku.

“Ahhh memeknya rapet banget mbak….bangsat suami mbak kalau dia main sama lonte di kota…” ucapku seraya menyodokkan kontolku di dalam memek mbak Sari.

“Akkh mass nyeri tau..kontol mass panjang bangett” desah mbak Sari. Aku hanya sanggup bertahan 4 menit menyodok vaginanya mbak Sari yang sekarang super rapat,

“Akkh mbak saya mau keluarrr” desahku. Kulihat mbak Sari menggerakkan pinggulnya mengiringi sodokanku, jemarikupun mulai mengocok-ngocok memek mbak Sari.

”Ahh jarinya nakal ihh..sshh” desah mbak Sari.

“Akkh saya sampaiii” desahku,

“Croott.croott…crooot” ada sekitar 3 semburan pejuku mengisi vagina mbak Sari.

“Augghh banyak banget saya juga sampaiiii” desah mbak Sari diiringi semburan cairan cintanya membasahi jemariku dan dipan tempat kami memacu birahi.

“Akkhh makasih mas sudah mau meladeni nakalnya sayaahh” ucap mbak Sari. Saat kurasakan kontolku mulai lemas, kutarik keluar kontolku dari vaginanya, kulihat pejuku mengucur indah dari memeknya mbak Sari. Perutnya yang buncit itu terlihat ada tendangan dari dalam. Sepertinya janin itu paham kalau ibunya sangat nakal.

Saat kami sudah kembali berpakaian dan kulihat di luar juga sudah reda, saat ini sudah menunjukkan pukul 10 malam. Akupun memutuskan untuk melanjutkan perbaikan mobilku, dan syukurnya mobilku dapat kembali menyala.

“Makasih mbak jamu dan layanannya hehe” ucapku pada mbak Sari yang berdiri di depan warungnya.

“Yaa sama-sama mas, lain kali mampir yaahh” ucap mbak Sari.

Setelah semuanya siap, akupun berangkat melanjutkan perjalananku. Aku tak tahu apakah bisa menghajar memek mbak Sari saat hamil nantinya. Waktunya ronde ketiga dengan Sekar di losmen.​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd