Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CALON MERTUA DAN CALON ISTRI

PART 9


Hari demi hari terus bergulir dan kini Arban sedang menemani sang kekasih, yaitu Ana untuk berbelanja beberapa barang sebelum mereka berdua akan pulang ke kampung halaman Arban sebelum memasuki bulan untuk berpuasa.

Selama ini Arban hanyalah seorang perantauan dari desa kecil dan bertemu Ana ketika SD karena Ana yang tinggal bersama sang kakek di desa yang sama dengan Arban. Selama itu pula Ana jauh dari ibunya yang tinggal di kota tempat mereka berdua kuliah sekarang. Cukup lama waktu yang dilalui untuk mereka berkenalan hingga pada akhirnya Arban berani menyatakan cinta pada Ana setelah hari-hari mereka selalu dilalui konflik karena sikap Arban yang nakal dan bandel sebagai ketua anak-anak nakal lainnya. Berbanding terbalik dengan Ana yang merupakan ketua kelas selama hampir sepanjang Arban bersekolah bersama Ana, karena Ana adalah wanita yang sangat disiplin sehingga mereka berdua selalu terlihat konflik kecil yang kadang berakhir dengan Arban yang dipukuli oleh Ana menggunakan gagang sapu maupun tangan mungilnya. Walaupun pada dasarnya Arban adalah anak remaja yang nakal dan tidak bisa diatur, dirinya tidak pernah sekalipun melakukan kekerasan fisik ataupun melukai Ana melainkan lebih sering melindungi dan menolong Ana sehingga mereka berdua memiliki suatu kedekatan yang tidak bisa dijelaskan sebelum memilikimu hubungan sebagai sepasang kekasihnya yang mampu membuat Ana luluh dan menerima dirinya.

Setelah berpacaran, kedekatan mereka semakin terlihat dimana Ana pada akhirnya mengetahui hampir keseluruhan perjalanan hidup dan sifat Arban yang ternyata sangatlah emosional dikala tertentu hingga sifat cemburunya yang cukup over. Tidak jarang ketika ada laki-laki yang mendekati Ana, laki-laki tersebut akan berakhir tragis akibat dipukuli oleh Arban maupun orang-orang suruhannya. Walaupun pada saat itu mereka masih SMA, Arban memiliki bisnis kecil-kecilan yaitu penjualan rokok dan miras di lingkungan sekolah sehingga dirinya memiliki beberapa orang suruhan dan mampu menguasai lingkungan SMA tempatnya bersekolah. Tentu saja hampir tidak ada yang berani melawan Arban saat itu karena Arban memiliki tubuh yang cukup kekar akibat berlatih tinju sejak umur 7 tahun melalui perintah ayahnya yang juga hobi olahraga tinju. Bahkan kegiatan kejahatan Arban tersebut sama sekali tidak diketahui oleh Ana karena Arban selalu mengelak dan mengaku tidak melakukan hal semacam itu. Hingga pada akhirnya setelah lulus SMA Arban mulai mengakui semua itu dengan alasan Ana tidak mungkin marah karena itu sudah berlalu. Tentu saja pada awalnya Ana marah besar hingga menampar Arban dengan cukup kuat hingga beberapa kali dan mengancam akan meninggalkan Arban, namun bagaimanapun juga Arban adalah kekasihnya yang selalu mencintai dan melindunginya sehingga pada akhirnya Ana memaafkan kejadian tersebut dengan cepat dengan syarat Arban harus lebih jujur dan terbuka.

Walaupun pada awalnya ada kesenjangan diantara keluarga mereka berdua, dimana Arban berasal dari keluarga yang bisa dikatakan sederhana dan Ana berasal dari keluarga yang cukup berada. Namun hal tersebut sama sekali tidak membuat Ana menolak keluarga Arban, bahkan Ana selalu berusaha menjalin hubungan baik bersama orang tua Arban maupun saudara-saudaranya yang lain. Tidak jarang pula Ana membantu Arban dalam hal materi ketika Arban baru saja memulai bisnisnya hingga terbukti kini Arban benar-benar meraih kesuksesannya di usia yang sangat muda berkat dukungan Ana. Sehingga Arban yang awalnya tidak diperhatikan oleh keluarga Ana kini disambut dengan sangat baik, bahkan terkesan mencari muka di depan Arban agar dapat dianggap baik olehnya.

Mengingat itu semua, nampaknya Arban kembali mengingat sebuah kejadian dimasa lalu ketika mereka berdua masih duduk di bangku SMA tepatnya kelas 3 SMA.

Pada suatu hari yang cukup cerah, Ana mengajak Arban untuk berjalan-jalan ke pantai. Tentu saja pada awalnya Arban menolak ajakan tersebut karena waktu sudah menunjukkan akan segera malam. Namun bukan Ana namanya jika tidak bisa memaksakan kehendaknya pada Arban yang selalu mengikutinya keinginannya. Setelah melalui proses ajakan dan paksaan yang cukup lama, pada akhirnya Arban mau menuruti ajakan Ana tersebut karena melihat wajah Ana yang hampir menangis. Setelah mengeluarkan motor, mereka berdua segera berangkat ke pantai tujuan yang jaraknya 30 menit perjalanan. Sepanjang perjalanan Ana terus bernyanyi pertanda sangat senang karena Arban memang sangat sulit untuk diajak berjalan-jalan olehnya pada masa itu.
Setelah sampai di pantai, mereka berdua segera bermain air dengan cukup lama hingga kelelahan.

"Makan yok sayang." Ajak Arban setelah mereka berdua sampai di tepi pantai.
"Ayoooo.." Jerit Ana dengan cukup kencang karena sangat senang pada hari itu.
"Hahaha, semangat kamu nggak ada habis-habisnya ya." Puji Arban sambil menggandeng kekasihnya tersebut lalu mengajaknya menyusuri pantai.
"Iya dooong, akukan jalannya sama ayaaang." Jelas Ana sambil memeluk lengan kekar Arban yang sedang menggandengnya.
"Iya deh iyaa sayang." Ucap Arban mengiyakan ucapan Ana tersebut yang tidak ada habisnya.

Setelahnya mereka berdua segera ke warung makan yang berada di tepi pantai tersebut dan memesan beberapa menu makanan. Ketika makan, tidak jarang mereka berdua saling suap satu sama lain sehingga menjadi pusat perhatian akibat kemesraan mereka tersebut.

Waktu terus bergulir dan matahari semakin menghilang meninggalkan bayangannya. Nampak Arban dan Naura pun segera bersiap untuk pulang kembali ke rumah, terlihat Arban memberikan jaketnya kepada Ana karena pakaiannya yang basah agar tidak kedinginan. Setelah siap, mereka berdua pun segera pulang dengan hati yang cukup puas dan sangat senang setelah menikmati hari berduaan.
Ketika di tengah perjalanan, tiba-tiba saja nampak hujan mulai turun diikuti dengan awan yang mulai gelap. Mendapati hal tersebut, Arban yang merasa nanggung pun segera meningkatkan kecepatan sepeda motornya namun pada akhirnya hal tersebut sia-sia saja karena hujan menjadi semakin deras sehingga mengganggu penglihatannya. Berpikir bahwa hari yang sudah mulai gelap pula dan cukup berbahaya, Arban pun pada akhirnya memutuskan untuk singgah kerumah sepupunya yang diketahuinya pada hari itu mereka sekeluarga sedang pergi keluar kota hingga beberapa hari sehingga Arban tidak akan canggung untuk singgah sebentar karena sudah terbiasa ke sana dan tidak ada orang sama sekali.

Setelah sampai untuk berteduh, nampak Arban segera membuka pintu samping menggunakan kunci cadangan dan mengajak Ana untuk segera segera mandi secara bergantian dengan Arban terlebih dahulu menggunakan sebuah kamar mandi di dalam sebuah kamar tamu yang kosong. Nampak di dalam kamar tersebut terisi sebuah ranjang, lemari, dan cermin yang cukup lebar.

Ketika di dalam kamar, nampak Arban segera melepaskan pakaian atasnya sehingga Ana bisa melihat hal tersebut dan menjadi terdiam karena ini adalah pertama kalinya bagi Ana melihat tubuh Arban polos tanpa pakaian yang membuatnya cukup merasa aneh pada dirinya. Sixpack pada perutnya, lengannya yang cukup kekar serta beberapa goresan luka menambah kesan pria pada tubuh Arban tersebut yang membuat tubuh Ana memanas seketika.

Setelah Arban selesai mandi dan keluar hanya menggunakan handuk yang dililitkan pada pinggangnya, nampaknya kali ini Ana sengaja membuang muka dari pemandangan tersebut karena tidak ingin melihat pemandangan tersebut lebih lama lagi. Lalu Anapun segera beranjak dan masuk kedalam kamar mandi menggantikan Arban yang sudah selesai. Usai Ana keluar dari kamar mandi, kali ini dirinya kembali benar-benar dibuat terkejut karena Arban tidak keluar dari ruang kamar tersebut, bahkan Arban hanya mengenakan celana pendek sambil duduk di tepi ranjang dan memainkan HPnya. Dengan perasaan agak malu, nampak Ana segera menggunakan handuk yang mereka bawa untuk mengeringkan rambutnya di depan cermin membelakangi Arban yang terus memperhatikan dirinya sehingga membuatnya salah tingkah sedari keluar dari kamar mandi tadi.

Entah apa yang dipikiran Arban sekarang, dengan secara perlahan-lahan dirinya bangkit menuju ke arah Ana lalu memeluknya dari belakang layaknya pasangan suami istri yang dimabuk asmara. Mendapati perlakuan tersebut, pada awalnya Ana sangat terkejut namun tidak berani melepaskan pelukan Arban karena merasa masih tidak tau harus berbuat apa. Namun perlahan-lahan, kali ini Ana merasakan lehernya menjadi basah dan geli akibat ulah Arban yang menjilati lehernya diikuti dengan tangannya yang meremasi payudaranya dengan begitu lembut yang hanya ditutupi sebuah kain handuk.

Nikmat... Itulah yang dirasakan Ana sekarang hingga dirinya tidak bisa berbuat banyak dan hanya membiarkan aksi kekasihnya tersebut yang membuat dirinya menjadi lemas dan terangsang sehingga memeknya terasa mengeluarkan suatu cairan dengan cukup deras dan lengket.

Perlahan lahan nafas Ana mulai berat akibat birahinya yang memuncak mulai menguasai tubuhnya. Nampak di belakang tubuhnya Arban terus menjilati lehernya sambil sesekali mencupangnya hingga meninggalkan bekas-bekas kemerahan yang cukup banyak.

"Mphhh shhh rambut kamu wangi banget sayang." Puji Arban sambil terus menciumi leher Ana dari depan hingga belakang.
Setelah Arban melepaskan tubuh Ana, nampak kini mata mereka berdua saling beradu hingga perlahan-lahan rangsangan dari tubuh Ana membuatnya hilang kendali dan mencumbu bibir Arban dengan panasnya.
"Mphhh shhh nghhhh mphhh..." Desah Ana yang mulai mencumbu bibir Arban dan memainkan lidahnya agar masuk ke dalam mulut Arban dengan ganas.
Dengan liarnya kini Ana melompat ke gendongan Arban sambil terus mencumbu bibir Arban dengan wajahnya yang mulai memerah dan nafasnya yang menjadi tidak teratur.

Liar.. Sangat liar... Itulah pendapat Arban sekarang tentang kekasihnya tersebut setelah 3 tahun berpacaran lamanya. Nampak Ana terus mencumbu bibirnya sambil sesekali menjilati wajahnya dengan sangat rakus hingga membuat Arban benar-benar kalah telak mendapati serangan Ana yang sangat bernafsu.
Secara perlahan Arban memundurkan tubuhnya hingga terduduk di tepi kasur sambil memangku Ana yang sedang menjilati lehernya.

"Ouhhh geli sayang.." Eluh Arban sambil mendongakkan kepalanya ke atas untuk membiarkan Ana semakin mudah menjilati lehernya.
"Love you sayang nghh mphhh slurp slurp..." Ucap Ana sambil terus menjilati leher Arban tanpa rasa malu dan canggung sama sekali.

Kini keadaan benar- benar berbalik, dimana awalnya Arban yang memulai dan kini Analah yang nampaknya menyerang nafsu birahi Arban layaknya pelacur yang terbiasa dibayar. Bahkan kini kedua tangan Ana terus menggerayangi tubuh Arban terutama otot-ototnya yang selama ini menjadi titik perhatian dari Arban bagi Ana. Sedangkan di bawah sana, Ana merasakan menduduki sebuah tonjolan yang cukup keras yang membuatnya semakin menggila.

Tidak mau diam saja, nampak Arban segera menurunkan Ana agar duduk disisinya pada tepi ranjang dan balik mencumbu bibir Ana, kini Arban mengarahkan tangan Ana agar meremasi kontolnya dari luar celana yang langsung dimengerti oleh Ana. Nampak Ana segera meremasi kontol Arban yang masih tertutup celana pendeknya dengan cukup kuat karena belum mengerti cara memainkannya.

"Shhh ouhhhh sakit sayang.." Erang Arban yang nampaknya cukup kesakitan ketika Ana meremasi kontolnya tersebut.
Tidak ingin menahan nafsunya lebih lama, nampak Arban segera menurunkan celananya hingga terlepas lalu mengeluarkan kontolnya yang membuat Ana seketika menjadi terdiam.
Besar.. Panjang.. Gemuk.. Dan hitam... Itulah kesan pertama Ana ketika melihat kontol kekasihnya tersebut yang sudah benar-benar ereksi maksimal. Dengan perlahan, kini Ana menggapai kontol tersebut lalu meremasinya dengan kuat karena gemas karena ini adalah pengalaman pertama baginya.

Karena tidak ingin mengganggu tangan Ana, kini Arban melepaskan cumbuannya pada leher Ana dan melebarkan kedua pahanya untuk memudahkan Ana untuk memainkan kontolnya tersebut. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan tersebut, kini Ana segera berjongkok di lantai dan mengocok kontol Arban semampunya walaupun tangan mungilnya tidak mampu menggenggam kontol Arban secara keseluruhan. Entah apa yang merasuki pikiran Ana sekarang namun dirinya nampak sangat bernafsu dengan Arban yang membuatnya seperti ingin memuaskan seluruh nafsu Arban agar dirinya menjadi senang dan makin mencintainya.

"Shhh ahhhhh.." Eluh Arban ketika Ana perlahan memainkan kontolnya menggunakan tangan mungilnya yang selama ini selalu dipakai menampar pipinya ketika membuat masalah. Perempuan yang selama ini bertengkar dengannya dan memarahi dirinya sehingga membuatnya terkadang takut membuat masalah kini sedang berjongkok di depan tubuhnya dengan hanya menggunakan handuk dan sedang memainkan kontolnya.

"Ludahin dong sayang." Pinta Arban pada Ana yang sedang fokus memerhatikan kontolnya tersebut dengan seksama.
"Hmm, nggak jijik??" Tanya Ana yang terkejut dengan permintaan Arban tersebut.
"Ayo ludahin aja dulu biar basah." Pinta Arban kembali sambil mengelus pipi Ana dengan begitu lembut.

Cuih.. Cuih...

Setelah berpikir cukup lama, pada akhirnya Ana mau menuruti permintaan Arban tersebut dan langsung meludahi kontol Arban hingga 2 kali yang membuat kontol Arban seketika menjadi basah diselimuti liurnya sendiri.

"Uhh hangat banget sayang aaaah..." Erang Arban yang merasakan kontolnya menjadi semakin ereksi dan hangat akibat perlakuan Ana tersebut.
"Shhh ah nakal.." Ucap Ana yang ikut terangsang ketika melihat kontol Arban menjadi mengkilat akibat liurnya dan kembali memainkannya menggunakan tangan.
"Enak nggak??" Tanya Arban ketika melihat wajah Ana menjadi sangat horny dan pandangannya tidak terlepas dari kontolnya.
"Mhh gede.." Ucap Ana spontan tanpa mengalihkan pandangannya dari kontol yang dimainkannya.
"Masa sih, emang pernah megang yang lain??" Tanya Arban sambil memasang senyum nakal untuk menggoda Ana.
"Ya enggak, tapi ini gede banget loh sayang." Ucap Ana kembali dengan nada yang cukup kesal karena ini memanglah pengalaman pertamanya.
"Hahaha, jilat dong." Pinta Arban sambil tertawa mengejek.
"Nggak ah, kan kotor." Tolak Ana ketika mendengar permintaan Arban tersebut. Dirinya tidak bisa membayangkan ketika dirinya harus menjilati kontol Arban tersebut yang bahkan diperkirakannya tidak akan muat kedalam rongga mulutnya tersebut.
"Kepalanya aja sayang yang atasnya tuh." Bujuk Arban sambil membungkuk dan mencium pipi Ana agar dirinya menjadi luluh.
"Hmm.." Gumam Ana yang nampaknya mempertimbangkan permintaan Arban tersebut.
"Ayo dong sayang." Bujuk Arban kembali yang tidak ingin memaksa ataupun memperkosa Ana karena dirinya tau itu akan berakibat fatal.
"Nggak mau ah, kotor sayang." Tolak Ana kembali sambil melepaskan kontol Arban dari genggaman tangannya.
"Ayo sayang, dikit aja.." Ucap Arban sambil menarik kepala Ana perlahan agar menempel pada kontolnya.

Nampak Ana tidak menolak sama sekali ketika diperlakukan seperti itu oleh Arban yang seketika bibirnya langsung menempel pada kontol Arban. Nampaknya Ana memang mau menjilati kontol Arban namun melakukan penolakan hanya karena tidak ingin di cap murahan oleh Arban.

"Mphhh nghh aaah... Udah ah." Setelah sekali mengulum kontol Arban pada akhirnya Ana melepaskannya kembali karena merasakan cairan yang asin.
"Masa gitu aja sih sayang." Ucap Arban yang merasa sangat nanggung dengan nafsunya yang sudah sangat memanas. Jika tidak bisa dikendalikan oleh dirinya, maka memperkosa Ana saat itu adalah hal yang sangat mudah baginya.
"Ish mau kamu gimana sih??." Tanya Ana dengan wajah yang cukup jengkel pada Arban kali ini.
"Ya dijilat gitu sayang." Ucap Arban dengan wajah yang masih menahan dirinya agar Ana mau mengikuti permintaannya tersebut.
"Hmm yaudah dikit aja ya. Awas kalau minta lebih." Pada akhirnya Ana memutuskan mau menjilati kontol Arban tersebut karena merasa Arban yang sangat menginginkan hal tersebut.
"Iya sayang." Jawab Arban sambil mengelus pucuk kepala Ana dengan begitu lembut.

Secara perlahan Ana kembali mendekatkan kepalanya ke selangkangan Arban lalu mulai menjilati kontol Arban layaknya sebuah es krim.

"Mphhh slurp slurp slurp nghhh mphhh.." Dengan sangat kaku nampak Ana menjilati batang kontol Arban dengan wajah mendongak menatap mata Arban.
"Shhh aaaah enak banget uhh.." Erang Arban sambil tangannya mulai melepaskan handuk yang dipakai oleh Ana sehingga membuat tubuh polos Ana nampak olehnya.
"Mphhh slurp slurp slurp nghhh mphhhhh shhhh.." Mendapati perlakuan Arban tersebut tentu saja membuat Ana semakin bernafsu karena tidak menyangka Arban akan berani hingga sejauh itu.

Pada akhirnya kini Arban tidak bisa mengendalikan nafsunya yang sedari tadi ditahannya akibat melihat tubuh sexy Ana yang sangat menggoda. Buah pantat dan buah dadanya yang cukup besar dengan tubuh yang langsing seketika membuat Arban kehilangan akal sehat dan langsung menarik tangan Ana dengan sangat kasar agar berdiri di depannya.

"Aw sakit sayang." Jerit Ana ketika dirinya dipaksa berdiri oleh Arban.

Setelah itu nampak Arban segera menenggelamkan kepalanya kedalam belahan payudara Ana dan mulai menjilatinya yang membuat mulut Ana terbuka lebar karena merasa sangat ngilu dan oleng pada kepalanya.

"Ahhhhh shhhh sayaaaang aah lepaaas mphhh..." Nampak Ana berusaha menghentikan kegiatan Arban tersebut dengan cara mendorong kepala Arban agar menjauh dari dadanya. Namun hal tersebut sia sia saja karena Arban menggigit puting payudaranya dengan cukup kuat.
"Ahhhh shhh ampun ouhhh sayang lepasin, itu sakit banget ahhh..." Mohon Ana ketika merasakan puting payudaranya seperti mati rasa.
"Shhh sial, kamu masih perawankan??" Tanya Arban setelah melepaskan puting payudara Ana lalu kembali mulai menjilati buah dada Ana.

Mendengar pertanyaan tersebut membuat Ana sangat panik dan hanya bisa mengangguk lemah dengan wajah sedikit ketakutan.

Nampak kini Ana hanya bisa pasrah ketika payudaranya dipermainkan oleh Arban mulai dari dijilat hingga putingnya sesekali digigit oleh Arban yang membuatnya merasakan ngilu dan nikmat secara bersamaan. Dirinya sendiri tidak bisa membayangkan malam ini akan berlalu seperti apa karena Arban tentu saja tidak akan melepaskannya begitu saja.

"Tete kamu gede banget, tau gini dari dulu aku mainin. Gaya depan situ, aku mau foto badan kamu." Puji Arban sambil memerintahkan Ana untuk berpose di depannya.
"Nghhh gimana... “Tanya Ana yang nampak kebingungan.
"Masa ga pernah liat model sih, badan kamu bagus gitu sayang." Ucap Arban sambil mulai mengeluarkan HPnya, bersiap untuk memotret Ana.

Dengan perasaan agak malu dan canggung, kini Ana mulai bergaya layaknya model dengan tubuh telanjang yang lalu difoto oleh Arban menggunakan HPnya. Kegiatan Ana tersebut terus berlanjut mengikuti kemauan Arban dengan berbagai gaya hingga puluhan foto pun berhasil didapatkan Arban yang membuatnya semakin bernafsu.

"Sini." Ajak Arban setelah puas memotret tubuh Ana.

Mendengar ajakan Arban tersebut, dengan langkah ragu Ana mulai melangkah mendekati Arban kembali. Tiba-tiba saja Arban langsung memeluknya dan mencumbu bibir Ana yang langsung dibalas oleh Ana walaupun tidak begitu lihai. Dengan perlahan kini posisi telah berubah dimana Ana telah terbaring diatas ranjang dibawah tubuh Arban yang menindihnya.

"Nghh sayang itu bisa kita lakuin abis nikah aku mohon, jangan sekarang." Pinta Ana dengan wajah yang hampir menangis dan menggeleng lemah pertanda menolak peristiwa yang akan segera terjadi ini.
"Apa emang??" Tanya Arban sambil tertawa licik dengan tangan yang sudah menggerayangi tubuh polos Ana.
"Jangan please, aku bakal nurutin semua mau kamu asal jangan itu." Mohon Ana sambil memasang wajah ingin menangis dan berharap Arban akan iba pada dirinya. Pada dasarnya Ana merasa ingin melakukan hal tersebut, namun dirinya sangat takut akan ditinggalkan oleh Arban setelah memperawani dirinya.
"Aku mau ini, gimana dong." Ucap Arban sambil memasukkan jari-jari tangannya ke dalam memek Ana.
"Shhh sayang ahhhh jangan aku mohooon ahhh mphhh.." Desah Ana ketika pertama kali merasakan sesuatu masuk ke dalam memeknya dan itu adalah jari lawan jenisnya sendiri.
"Enak???" Tanya Arban sambil mulai memompa jarinya secara perlahan keluar masuk memek Ana.
"Nggak ahhhhh ampun aku mohoon ouhhh sayaaaaang aku mau pipiiiiiiis." Bohong Ana yang namun langsung orgasme.
"Pipis sayang sini.." Ucap Arban sambil membuka memek Ana menggunakan tangannya sehingga memek Ana menjadi lebih lebar yang membuat Ana semakin histeris.
"Aghhhhh ampuh shh akuuu gakuaaaaaat..." Jerit Ana dengan tubuh yang menegang lalu bergetar hebat layaknya seekor ikan segar yang kehabisan nafas.

Serrr... Serrrr.... Serrrr...

Nampak memek Ana menyemburkan cairan bening layaknya kencing dengan begitu deras membasahi kasur yang diikuti dengan Arban yang memainkan biji klitorisnya dengan sangat kasar sehingga Ana menjadi semakin menggila.

"Wow kamu bisa squirt ya, hahaha." Puji Arban sambil mengelus-elus memek Ana dengan bangga karena memiliki pacar yang bisa melakukan squirt bahkan ketika pertama kali orgasme.
"Itu apa.. Hah... Hah... Hah..." Tanya Ana dengan wajah yang kebingungan dan nafas yang tidak teratur. Bahkan kini wajah Ana benar-benar memerah layaknya kepiting rebus.
"Memek kamu enak sayang, cup cup.." Ucap Arban sambil menepuk-nepuk memek Ana lalu kembali memainkannya.
"Aku lemas, ampun aku mau istirahat dulu." Pinta Ana dengan tubuhnya yang sudah lemas tidak berdaya.
Setelah puas memainkan memek Ana, kini Arban segera kembali menindih Ana.
"Jangan..." Jerit Ana yang langsung mendorong Arban agar segera menjauh.
"Diam sayang." Ucap Arban sambil memegang kedua tangan Ana dengan kuat agar tidak memberontak dan menyulitkan dirinya.

Nampak Ana yang masih lemas akibat orgasme sebelumnya membuat usahanya untuk memberontak menjadi tak ada artinya saat paha Ana dengan kuat dipegangi oleh Arban. Penis besarnya itu langsung digesek-gesekkan di permukaan memek Ana sehingga pantat Ana seketika menggelinjang merasakan batang kontol berbulu lebat itu beradu dengan bibir luar memeknya yang kian sensitif pasca orgasme sebelumnya. Setelah dirasa pas, kini Arban segera menurunkan pinggulnya dan memasukkan kontolnya membelah bibir memek Ana secara perlahan.

"Oughhhhhh tajam bangeeeeeet uhhhhh..." Erang Ana ketika merasakan kontol Arban yang begitu gemuk menembus memeknya secara perlahan hingga memeknya terasa sangat sesak dan penuh.
"Ahh.." Eluh Arban ketika merasakan kontolnya sudah masuk setengahnya dan tidak kuat memaksanya untuk masuk lagi. Wajar saja pikir Arban karena memek Ana adalah perawan yang harus melahap kontolnya yang cukup besar.
"Cabuuuuut... Jangaaaaan... Aku mohooon..." Jerit Ana yang langsung berteriak histeris ketika merasakan selaput perawannya robek dan mengalirkan cairan yang cukup pekat sehingga memeknya terasa sangat ngilu dan sakit.
"Shhh mphhh..." Mendengar jeritan Ana tersebut nampak Arban langsung mencumbu bibir Ana untuk meredam jeritan Ana tersebut.

Nampak Arban mulai menggenjot memek Ana tersebut yang mulai mengeluarkannya darah segar namun tidak diperdulikan sama sekali oleh Arban yang tetap menggenjot memek Ana tersebut tanpa ampun.

"Ahhh shhh sayang ouhhh ampun nghhh..." Desah Ana dengan mata yang mulai satu seperti ingin pingsan saat itu juga.

Arban yang mengetahui hal tersebut semakin memompa kontolnya dengan ritme yang cukup cepat karena tidak ingin membuang buang waktu.

Plok... Plok... Plok....

"Ahhh ahhhh ampun nghhh punya kamu gede banget ouhhh sayaang ampuuuuuun aku mau keluaaaar lagiiii oughhhhhh shiiit...." Jerit Ana sambil mendesah kencang dan membuka pahanya lebar-lebar untuk mempermudah Arban dalam menggenjot memeknya agar tidak terlalu ngilu diikuti dengan orgasmenya yang membuat Arban menghentikan genjotannya karena merasakan kontolnya seperti disiram suatu cairan yang sangat lengket.

Mulut Ana terus mengeluarkan erangan yang seakan-akan menolak kontol Arban tersebut namun tidak bisa melakukan perlawanan yang berarti karena faktanya bahwa meskipun batang kontol itu memberi rasa ngilu dan nyeri pada memeknya, namun lambat laun kontol yang terasa merobek-robek sisi dalam memeknya itu membuat gairah Ana menjadi semakin meninggi. Ukuran kontol Arban yang besar membuatnya menggaruk dinding liang surgawi Ana yang tak pernah terjangkau sebelumnya.

"Hahaha malah orgasme loh, enak sayang??" Tanya Arban kembali sambil tertawa puas dan kembali menggenjot memek Ana dengan begitu liar tanpa ampun.
"Ahhh ahhh sayang pelan ouhh nghhhh pelan-pelan.." Desah Ana dengan wajah yang sudah sangat horny ketika merasakan memeknya seperti mati rasa.

Detik demi detik berlalu, entah bagaimana ceritanya, tubuh Ana seolah tak lagi menolak batang kontol hitam besar yang seolah sedang membelah memeknya tersebut hingga mentok ke dalam rahimnya. Nampak kini Arban mulai merubah posisinya hingga dia berbaring telentang di atas ranjang, sementara Ana berada di atas selangkangannya dan menghadap ke arah dirinya yang sudah cukup lelah menggenjot memek Ana tersebut.

Dengan perlahan Arban mulai memegangi pinggang Ana dan mengarahkan pantatnya agar segera turun menduduki batang kontolnya. Seketika Ana langsung merasakan batang kontol besar itu menempel tepat di bibir liang senggamanya sendiri namun Ana tak punya daya upaya untuk mengelak saat cengkeraman tangan Arban tersebut memaksa pantatnya untuk semakin turun.

"Ughhhhh..."

Tubuh Ana semakin lemas, tulang tulangnya serasa rontok seketika dari seluruh tubuhnya sendiri ketika merasakan kontol Arban kembali masuk kedalam memeknya yang semakin sesak dan terasa ngilu sehingga Ana hampir saja kehilangan kesadarannya kembali untuk kedua kalinya.

Plak... Plak... Plak...

Nampak tangan Arban melayang dengan cukup kencang menampar buah pantat Ana yang membuat Ana menjadi terkejut karena merasakan panas pada bekas tamparan Arban hingga beberapa kali.

"Ampun mphhh jangan ahhh shhh..." Erang Ana yang tidak berani menggerakkan tubuhnya sedikit pun karena merasakan memeknya seperti mau robek. Karena merasa Ana tidak akan bergerak sama sekali, nampak Arban mulai menggerakkan pinggulnya untuk kembali menggenjot memek Ana dari bawah dengan cukup kencang yang membuat Ana seketika ambruk di atas tubuhnya.

Dengan begitu liar Arban pun memeluk tubuh Ana dan kembali memompa kontolnya tanpa ampun untuk mengobrak-abrik isi dalam memek Ana tersebut, bahkan sesekali Arban sengaja menghentakkan kontolnya dengan sangat kuat sehingga kepala kontolnya tersebut menghantam rahim Ana yang sudah tidak berdaya tersebut.

"Ouhhhh aku mau crot sayang shhh.." Mendengar ucapan Arban tersebut, nampak Ana yang sudah tidak memiliki tenaga bahkan untuk mendesah sekalipun langsung mengangkat pantatnya untuk mencabut kontol Arban yang tertancap pada memeknya. Namun hal tersebut dihalangi oleh Arban yang menahan buah pantat Ana dan kembali menggenjotnya.
Setelah cukup lama Arban memompa memek Ana, pada akhirnya Arban menumpahkan cairan spermanya dengan begitu deras ke dalam memek Ana.

Crot... Crot... Crot....

Kepala Ana menjadi semakin melayang ketika merasakan memeknya terisi suatu cairan kental yang sangat banyak hingga perutnya terasa penuh. Pada akhirnya Ana pingsan setelah orgasme kecil berkali kali diatas tubuh Arban.

Setelah puas memainkan memek Ana menggunakan kontolnya, Arban segera mengatur nafasnya agar kembali teratur dan ikut tertidur dengan posisi sambil memeluk tubuh Ana yang polos tersebut ketika jam telah menunjukkan pukul 11 malam.

Pagi telah tiba, sinar matahari yang cukup terik nampak masuk kedalam kamar yang ditempati oleh Ana dan Arban setelah semalam melakukan hubungan sex untuk pertama kalinya. Dengan tubuh yang sangat lemas, Ana terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya berada di atas tubuh Arban yang memeluknya.

Di bawah sana Ana merasakan memeknya seperti menganga lebar karena terisi kontol jumbo Arban selama semalaman penuh yang kini sedang tertidur di bawah tubuhnya dengan keadaan sama-sama telanjang pula. Dengan gerakan perlahan Ana mencabut memeknya karena tidak berniat membangunkan Arban lalu mengecek HPnya yang tidak ada notif apapun, tentu saja kemarin sore dirinya sudah menghubungi sang kakek dan beralasan tidak akan pulang karena hujan yang sangat deras sehingga dirinya akan menginap di rumah temannya.

Mengetahui dirinya tidak dicari sama sekali, hal tersebut membuat Ana menjadi tenang dan tidak khawatir soal keluarganya lalu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri dengan langkah yang agak kesulitan karena memeknya terasa masih saja ngilu.

Tepat pada pukul 7 pagi, Arban terbangun dari tidurnya dan mendapati Ana sudah berpakaian lengkap dan sedang merapikan jilbabnya di depan cermin. Karena hari itu adalah hari libur semester sehingga Arban dan Ana tidak pusing sama sekali perihal sekolah mereka. Setelah selesai mandi dan ikut merapikan diri, pada akhirnya mereka berdua segera pulang bersama. Beruntung rumah yang mereka gunakan semalam berada di lingkungan yang sangat sepi, lalu mereka berdua memutuskan untuk segera mencari sarapan di sekitar pasar sebelum pulang.

.....

“Sayang?? Hei... Sayang??” Ucap Ana sambil menggoyang-goyangkan tubuh Arban yang nampaknya sedang melamun.
“Hmm?? Udah belanjanya sayang??” Tanya Arban setelah sadar dari lamunannya tersebut yang membuatnya kembali merasa nafsu namun sialnya sedang berada di tempat yang tidak pas.
“Udah, ayo pulang.” Jawab Ana lalu menggandeng lengan Arban seperti dengan sangat erat.
“Ayo sayang.” Ucap Arban sambil melangkahkan kakinya keluar dari area perbelanjaan tersebut bersama Ana.

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd