Radicks
Tukang Semprot
PENGALAMAN DIBAWAH INI ADALAH PENGALAMAN SAHABAT-nya TS
Doi adalah wanita berusia sekitar 22 sampai 23 tahun dan telah menjanda selama 6 tahun dengan dikaruniai seorang anak laki-laki. Tepat 6 tahun yang lalu, saat ia masih bersekolah di sebuah sekolah menengah atas di jawa, ia memiliki kekasih, TS gak tau apakah doi tulus mencintai laki-laki satu ini atau tidak, yang TS tau, dengan laki-laki inilah doi hamil di luar nikah. Setelah diketahui doi hamil, pihak laki-laki ngotot supaya doi yang pindah sekolah, supaya si laki-laki dapat melanjutkan sekolah, maka keluarga doi 'narik' doi pindah ke sumatera, sang laki-laki berjanji apabila 1 tahun ke depan, tepat sang laki-laki lulus sekolah, ia akan menjemput doi dan anak doi supaya tinggal satu rumah layaknya suami istri kebanyakan. Namun yang doi dapat pada tahun berikutnya adalah sesuatu yang tak doi inginkan sama sekali, sang laki-laki mengabarkan bahwa telah menghamili perempuan lain di jawa, doi tentunya ngamuk dan mempertanyakan nasib doi yang kini sudah berstatus sebagai seorang ibu. Dengan santainya sang laki-laki berkata "Yaa gimana... dia udah hamil anak aku, bulan depan aku mau nikahin perempuan ini". Hati doi bener-bener hancur, lalu doi mengguggat cerai, semua urusan cerai doi urus sendiri, harus rela bolak balik ke pengadilan agama yang berjarak kurang lebih 28 Km setiap harinya selama pengurusan gugatan cerai tersebut. Dan akhirnya mereka bercerai.Beberapa lama setelah doi cerai dengan mantan suaminya yang bangsat itu, akun FB doi dibajak, dan dari yang temen-temen doi tau, yang ngebajak adalah si mantan suami doi, di FB yang telah dibajak itu, semua aib doi dibongkar sama si bangsat itu.
Selama 6 tahun doi menjanda, doi sudah banyak dekat dengan laki-laki baru, pacaran-putus-pacaran-putus, alasan putusnya beragam, namun yang paling dominan adalah karena ketika pacaran, ada suatu masa dimana doi ngerasa bahwa doi tak memiliki perasaan apa-apa dengan laki-laki yang saat itu menjadi kekasihnya, dan biasanya saat itu terjadi, doi bakal ngamuk-ngamuk dan marah serta benci dengan dirinya sendiri, dan berujung pada kata putus.
Semakin hari doi sadar bahwa anaknya makin besar dan akan segera mengerti serta mempertanyakan 'Siapa papaku ma?', makanya doi berusaha semaksimal mungkin agar dapat kembali menikah sebelum masa itu tiba, namun apa daya, trauma dikhianati yang begitu membekas di dirinya membuat ia tak pernah bisa 'langgeng' dengan laki-laki yang pernah mendekatinya.
Adakah cara atasi trauma dikhianati yang sekiranya sesuai dengan pengalaman kelam doi?
Mohon sekiranya para suhu disini dapat memberikan solusi.