Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Fanny

Status
Please reply by conversation.
Fanny harus colab bareng Joanna dan Devi, a must!

Yang setuju Like.

Jangan lupa subscribe komen n share!

Kalo yang ini cocok. Karena mereka tipikalnya sama.

Jangan lupa juga Sieny yang di nomor 12.

Kalau Ivana sih, lebih cocoknya bareng Rania, Marina, Selly, sama Selvy.
 
Chapter 3

Tamu yang tak Diundang

Matahari mulai meninggi untuk memandangi keadaan bumi yang perlahan mulai bersinar terang karena cahayanya, satu persatu warga mulai keluar rumah bersama keluarga mereka untuk menikmati minggu pagi yang indah, di hari libur ini banyak orang yang memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, mereka tertawa dan tersenyum dengan kebahagiaan yang mereka dapatkan dikala bersama.

Mereka beruntung karena begitu mudah mendapatkan kebahagiaan yang tak ternilai, karena tidak semua orang dapat menemukan apa arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya, sebagian orang memilih untuk berfoya - foya menghabiskan uang dalam rentang waktu semalam hanya untuk mencari kebahagiaan yang fana, ada yang pergi ke diskotik, ada yang pergi ke tempat karaoke dan ada yang menyewa wanita penghibur hanya demi memuaskan hasrat duniawi yang tak akan pernah habis.

Pagi itu di salah satu kamar yang berada di sebuah hotel mewah berbintang 4, tirai masih tertutup menghalangi cahaya yang berniat masuk untuk membangunkan penghuninya, AC masih menyala meniupkan udara dingin membuat orang - orang di dalamnya begitu nyaman dalam balutan selimut yang menutupi diri, salah satu diantara mereka menggeliat sehingga selimutnya terbuka menampakan tubuh indahnya yang berwarna putih mulus, sesuatu berwarna merah muda mencuat di pucuk gundukan besar yang begitu aduhai, matanya masih terpejam dan bibir tipisnya sedikit terbuka.

“Uuuhhhhhhhhh”.

Suara nan merdu terucap dari lisannya yang manis, terlihat dari wajahnya bahwa ia masihlah lesu, tampaknya ia baru saja lembur semalam karena melakukan sesuatu, dalam setengah tidurnya tangannya bergerak mencari selimut untuk menutupi tubuhnya kembali.

“ehhhh”.

Gadis cantik itu terkejut, alih - alih selimut ia justru menggenggam sesuatu yang berbentuk lonjong nan panjang yang berada di belakangnya, teksturnya lembek dengan bulu lebat yang tumbuh mengelilinginya, matanya terbuka dan dibelakangnya terdapat lelaki bertubuh tambun dengan rambut yang sudah memutih tengah terlentang dibawah satu selimut yang sama.

“Dek Fanny, kamu nakall yahhhh”.

Pria tua itu tersenyum sambil memeluk tubuh gadis polos yang berada di hadapannya, tangannya bergerak menuju payudaranya yang kenyal, jemarinya memilin dan memainkan ukurannya yang besar.

“Hehe, maaf om, gak sengaja”

“Sengaja juga gapapa kok dek, kurang yah jatah semalem ?”

“Enggak kok om, cukup, adek udah lemes” jawab Fanny khawatir apabila om Rudi kembali terangsang dan ingin menikmati dirinya lagi.

Pria tua bernama Rudi tersenyum, ia beruntung karena semalam penisnya telah berhasil menggempur liang senggama Fanny hingga lemas, Fanny membalikan tubuhnya hingga kini mereka saling berhadapan, sekejap wajah mereka semakin dekat dan mata mereka memejam, sebuah kecupan hangat di pagi hari tersaji di atas ranjang yang menjadi saksi perbuatan nista mereka semalam.

"tuttt tuttt"

Namun dering telpon berbunyi menganggu kemesraan yang sedang mereka jalani di pagi hari, om Rudi mengabaikannya, ia terus mencumbu bibir tipis yang sudah membuatnya candu, rasa manis yang terasa di bibirnya membuatnya tak ingin lepas walau sesaat dari percumbuannya yang mantap.

Namun dering telepon tersebut terus saja berbunyi membuat perlahan ia terganggu dan segera mengangkatnya.

"Maaf dek Fanny, tunggu sebentar yah"

Dengan kesal om Rudi beranjak dari ranjangnya untuk mengambil hape yang tergeletak di meja ruangan, kakinya yang pendek melangkah dengan sebal, terdengar pelan bahwa om Rudi sedang memaki orang yang sedang meneleponnya di pagi hari.

Fanny merasa lega, setidaknya panggilan telepon itu berhasil menyelamatkannya sesaat dari cumbuan pria tua yang telah membokingnya, dari tepi ranjang ia melihat tubuh polos om Rudi dengan penis kecilnya yang sudah lemas karena berkali - kali muntah di dalam liang kenikmatannya, ia tak habis pikir bagaimana dirinya yang sangat cantik mau untuk merelakan tubuhnya kepada pria tua jelek yang saat ini sedang ia pandangi hanya karena masalah harta, ia memalingkan wajahnya dan menutup kembali tubuhnya dengan selimut, ia masih merasa ngantuk dan ingin tidur sejenak demi menghilangkan rasa kantuknya.

“Dek Fanny maaf lama” om Rudi kembali datang dan tangannya menyelinap masuk meremasi payudara Fanny yang kedinginan.

“Iya gapapa kok om”

“Maaf juga dek, kayaknya om cuma bisa nemenin kamu sampai sekarang aja deh, ada panggilan mendadak yang membuat om harus meeting darurat bersama rekan kerja, mungkin lain kali lagi yah dek” om Rudi tampak kecewa karena bentrokan waktu mendadak yang membuatnya tak bisa melanjutkan mantap - mantap bersama gadis cantik yang masih terbaring dihadapannya.

Beneran ? yesss yesss, batin Fanny kegirangan.

“Yah yaudah gapapa om, terus aku gimana ? bisa check-out pagi ini gak ?” Fanny berpura - pura kecewa demi menjaga perasaan clientnya.

“Kalau itu terserah kamu aja dek, mau pulang ya silahkan atau mau lanjut dengan pelanggan lain juga silahkan”

Dih ogah, mending pulang tidur.

“Yaudah deh om, terima kasih udah boking aku, jangan pernah bosan yah”

“Pastinya dek, mana mungkin om bosan sama kamu”

Om Rudi beranjak dari kasur untuk pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, setelah selesai mandi ia mendatangi Fanny yang masih bertelanjang bulat sambil menonton acara televisi pagi.

“Dek untuk cek semalam ada di laci dekat ranjang, gak usah khawatir om tetep bayar kamu sesuai janji awal kok”.

“Beneran ? terima kasih om,” raut wajah Fanny berubah bahagia, ia sangat beruntung karena dapat bayaran selama dua malam walau dirinya hanya melayaninya selama satu malam.

Mereka berpelukan, om Rudi memberikan kecupan hangat di bibirnya sebagai perpisahan selamat tinggal, sangat berat bagi om Rudi untuk melepaskannya, tapi mau bagaimana lagi, waktu yang bertabrakan telah mengacaukan jadwal indah yang sudah ia susun sebaik mungkin, om Rudi pergi meninggalkan Fanny sendirian di kamar.

“Hufftttt, akhirnya selesai juga” Fanny merebahkan tubuh telanjangnya diatas ranjang, sesaat ia mengingat kejadian semalam yang membuatnya harus melayani nafsu binatang om Rudi hingga jam empat pagi, bagaimana bisa ia sekuat itu ? Fanny penasaran sekaligus curiga.

“Pasti karena obat kuat”.

Ia segera melangkah pergi untuk membersihkan diri, ia ingin pulang ke kosan untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, setelah semuanya selesai ia membuka laci didekat ranjang dan benar saja, ia menemukan cek bernilai lima juta rupiah yang ingin segera ia cairkan sebagai uang jajan, ia memandang cermin untuk merapihkan diri, kaus lengan panjang berwarna merah yang ia pakai semalam kembali ia kenakan, ia tak membawa pakaian ganti sehingga dirinya harus mengenakan pakaian ini lagi, ia tak mempermasalahkannya toh ini juga pakaian favoritnya.

Ia turun membawa kantung belanjaan kemarin yang cukup banyak menuju resepsionis, ia agak kesulitan karena banyaknya barang yang harus ia bawa, sesaat ia sudah sampai di tepi jalan untuk memesan grepe-car lagi.

“Duh mana sih kok gak ada mobil yang deket di area sini ?”.

Keadaan minggu pagi tidak terlalu ramai dibandingkan hari - hari lainnya, selain karena banyaknya acara CFD di sudut - sudut jalan, orang - orang lebih memilih berjalan untuk menikmati udara pagi bersama keluarga, ketika Fanny sedang bingung - bingungnya untuk mencari kendaraan untuk pulang ke kosnya, tiba - tiba seseorang yang ia kenal datang mendekat.

“Loh Fanny ?”

“Eh Dimas, kok kamu ada disini ?” Fanny terkejut karena ia tak menyangka bertemu Fanny di tempat seperti ini, apalagi dirinya baru saja Check-out dari hotel yang berada di belakangnya.

“Iya Fan, kebetulan abis nganterin kue buatan mama di deket area sini”

“Oh iya mama kamu kan penjual kue yah”

“Hehe iya Fan, kalau kamu darimana ? abis dari mall disebelah yah ?” Dimas menunjuk ke arah mall disebelah hotel tempat Fanny menginap setelah melihat Fanny membawa banyak kantung belanjaan.

“Eh anu, iya , iya mas, hehe iya aku dari sana”

“Pantes bawa banyak belanjaan, oh iya butuh tumpangan gak ? kebetulan aku kemari menaiki mobil pribadi”

“Boleh mas, boleh banget, terima kasih yah”

Fanny menaiki mobil dengan menduduki kursi depan, barang - barang belanjaan yang dihadiahkan oleh om Rudi diletakannya di bagasi, saat Fanny sedang mengalungkan sabuk pengaman, Fanny menyadari bahwa Dimas sedang menatapnya kagum.

“Dimas ???” Fanny melambaikan tangan membangunkan Dimas dari lamunannya,

“Eh maaf Fan maaf, kita berangkat sekarang yah”

“Hihihii kok kamu ngelamun gitu sih ?”

“Hehe maaf Fan, kamu cantik banget sih pagi ini”

“Ehhh ???” Fanny terkejut hanya karena kata singkat yang sudah biasa didengarnya dari pria hidung belang yang pernah membokingnya, tapi kenapa rasanya berbeda ketika Dimas yang mengucapkannya ?

“Eh maaf Fan kalau aku tadi gak sopan, maaf yah”

“Gapapa mas bukan salah kamu kok, mungkin aku yang berpakaian berlebihan”

“Engga kok Fan itu udah wajar, pakaian kamu sederhana, aku cuma gak fokus dengan wajah kamu tadi” ucap Dimas tanpa memandanginya karena malu.

“Terima kasih mas” Fanny tersenyum, wajahnya memerah, kecanggungan terjadi di dalam mobil yang sedang mereka kendarai, waktu demi waktu yang Fanny lewati hanya digunakan untuk tersenyum sambil melihat ke arah keluar jendela, ia tak mampu menatap teman kuliahnya apalagi mengajaknya mengobrol, begitu juga dengan Dimas yang lidahnya kelu untuk mengajaknya berbicara, sekali - kali ia hanya menatapnya sejenak untuk melihat senyuman yang terpantul dari kaca mobil, Dimas ikut tersenyum.

Sebuah Mobil Nissan Livina berwarna hitam dengan wajah baru yang modern dan stylish telah berhenti di depan kosan yang cukup mewah, Dimas keluar dari mobil dan buru - buru membukakan pintu untuk Fanny, Fanny tersenyum malu melihat sikap jantan Dimas, tak lupa barang belanjaan yang Fanny dapatkan dari clientnya semalam dikeluarkan dari bagasi mobil.

“Terima kasih yah mas untuk tumpangannya”

“Gak masalah Fan, cuma tumpangan aja kok”

Fanny tersenyum dan meminta izin untuk pergi masuk ke dalam kamar kosnya.

“Eh tunggu Fan”

Wajah Fanny berbalik menampakan pancaran keindahan yang terpantul oleh cerahnya sinar mentari pagi, Dimas tersipu dan membuatnya lupa ingin mengucapkan apa.

“Anu gapapa, jaga dirimu aja yah Fan !”

“Siap mas, terima kasih banyak buat bantuannya”

Fanny segera masuk ke dalam kosan dipenuhi senyum yang tak mampu ia tahan, ia menunduk berusaha menyembunyikan kebahagiaan yang tak mampu ia bendung, ia heran, ia bingung, ia penasaran dengan perasaan yang sedang ia alami di hatinya, dari sekian lelaki yang pernah membokingnya, dari sekian lelaki yang pernah ia temui, dari sekian lelaki yang pernah ia pacari, Dimas tampak berbeda, ia berbeda dari segalanya, ucapannya, cara bersikap kepadanya, ada ketulusan yang Fanny rasakan dari lelaki tampan yang baru saja memberinya tumpangan, mungkinkah ? Fanny tersenyum mengingat ucapan Dinda kepadanya kala itu, namun Fanny buru - buru menghalaunya, ia tak ingin terjebak lagi dalam masalah percintaan walau ia tak memungkiri bahwa dirinya juga ingin untuk membuka kesempatan baginya.

Sesampainya di dalam kos, diam - diam penghuni kos lainnya yang selalu mencibir Fanny tiap kali berdandan mewah terdiam, rupanya mereka sudah mengamati kejadian di luar semenjak ada suara mobil mewah yang berhenti di depan kos, setibanya Fanny di dalam kamar mereka langsung bergosip ini itu tanpa henti setelah melihat ketampanan Dimas.

“Jadi itu pacarnya ?”

“Gak nyangka yah udah ganteng kaya lagi”

“Wajar sih pantes Fanny kemarin dandan cantik banget”

“Tapi kok baru pulang sekarang yah ?”

“Hey, kaya gak tau anak jaman sekarang, pasti abis ngamar bareng lah”

“Beruntung banget yah Fanny punya pacar ganteng dan berduit sampe dibeliin banyak belanjaan”

Ribuan kata terucap dari lisan mereka yang tak bisa berhenti bergosip, begitulah wanita yang memiliki ribuan kosa kata yang tersembunyi di dalam dirinya.

*-*-*-*


Fanny

Sore hari, di sebuah kelas Arsitektur gedung D lantai dua.

Fanny tengah menunggu dengan gusar, tangannya menyilang mengangkat kedua payudaranya yang bersembunyi di dalam kaus ketat berwarna putih yang menampakan pemandangan tipis bra berwarna biru di dalamnya, kakinya kedinginan akibat rok pendek yang ia gunakan untuk ngampus di siang hingga sore hari.

Hari ini Fanny masuk kuliah dari siang hingga sore dan dirinya gusar menunggu konfirmasi dari pak Dahlan yang memintanya untuk bertemu di sore hari, namun hingga jam menunjukan pukul empat kurang lima menit belum ada konfirmasi dari pak Dahlan harus kemana dirinya menuju, satu persatu orang - orang mulai pergi meninggalkan Fanny sendiri di depan ruangan kelas, ia melihat ke arah sekitar ketika satu persatu dedaunan yang kering jatuh dari dahannya.

“Mana sih pak Dahlan ?”

Seketika pesan masuk berdering di hape terbaru yang didapatkan dari om Rudi empat hari yang lalu, sebuah pesan berbunyi dari pak Dahlan yang memintanya untuk bertemu di ruangan fakultas di lantai tiga, setelah terkonfirmasi Fanny bergegas menuju tempat yang dijanjikan demi menebus absensi kehadiran di mata kuliahnya.

“Tokk tokkk tokkk”

“Silahkan masuk”


Pak Dahlan

Seorang gadis cantik dengan kaus ketat berwarna putih menampilkan dadanya yang menonjol dengan rok pendek berwarna biru memamerkan kaki panjangnya yang mulus tanpa lecet sedikitpun, rambutnya ia kuncir ke belakang membuat leher jenjangnya terlihat begitu menggoda dengan butiran keringat yang turun mengalir bagai sebuah perosotan yang licin, otak pak Dahlan sudah kotor hanya dengan melihat penampilan Fanny yang sangat menggoda.

“Permisi pak, saya ingin melengkapi absensi kehadiran saya”

“Iya bapak sudah tau, silahkan duduk dulu”

Fanny menurunkan bokongnya yang menyembul di atas sofa yang berada di dalam ruangannya, pak Dahlan menghampiri sambil membawa absensi kehadiran sekaligus laporan catatan selama dirinya mengajar di kelas, pak Dahlan duduk di dekat Fanny, ia menunjukan catatan absensi kehadiran Fanny yang rupanya sudah tujuh kali bolong, ia menjelaskan bahwa kehadiran Fanny yang sudah sering absen ini membuatnya sulit untuk melengkapinya kecuali Fanny harus mengerjakan tugas yang banyak terlebih dahulu.

Aroma Fanny yang wangi membuat pak Dahlan perlahan mendekat untuk merapatkan posisi duduknya, Fanny sudah mulai risih, terlebih dengan seenak jidat pak Dahlan menaruh tangannya di atas pahanya yang tak tertutupi apa - apa.

Sepertinya benar kalau pak Dahlan ini bisa disuap dengan daging mentah para mahasiswi cantik.

“Pakkkk” Fanny menegur pak Dahlan ketika tangannya meraba paha mulus Fanny.

Namun pak Dahlan tidak berhenti, tangannya justru bergerak masuk ke dalam roknya dan nyaris menuju selangkangannya, Fanny merinding ketika dosen tua berkacamata dengan kumis tebal ini melecehkannya.

“Apa yang bapak lakukan ?” Fanny kesal melihat pak Dahlan melakukan hal semaunya, ia melempar tangan pak Dahlan menjauh dari atas paha mulusnya hasil dari perawatan mahal yang sering ia lakukan.

“Kamu ini kenapa Fan, bukannya kamu sudah sering seperti ini ? sudah banyak rumor yang mengatakan kalau wanita secantik dirimu merupakan gadis bispak yang sudah menjadi idola pria hidung belang di luar sana” ucap pak Dahlan kembali meraba pahanya.

Fanny tertegun mendengar ucapannya yang blak - blakan, memang benar dirinya seperti itu tapi setidaknya harus dibicarakan dahulu diawal agar Fanny tak merasa risih dengan sikapnya yang seenak jidat.

“Sudahlah Fan, kamu juga sudah tau tentang kabar bapak kan ? terima saja, nikmati semuanya bapak jamin setelah ini absensi kamu akan lengkap tak peduli berapa kali kamu tidak hadir sebelumnya”.

Pak Dahlan semakin berani, tangannya meraba masuk menuju selangkangannya yang membuat Fanny merinding, tanganya yang kasar meraba kulit putih Fanny yang halus, Fanny risih namun rangsangannya di area pahanya membuat birahinya naik, ia mengatup bibirnya ketika tangannya mulai menyentuh celana dalamnya yang tipis.

“Kamu harum banget Fan, aromamu sangat menggoda, gak heran kamu jadi idola kampus selama ini” wajah pak Dahlan mendekat membuat Fanny memalingkan wajahnya, wajahnya berusaha menjauh mungkin ketika pak Dahlan semakin mendekatinya, lehernya ia cumbu dan lidahnya keluar merangsang leher jenjangnya yang indah, tangan satunya bergerak meremas payudaranya yang sangat pas digenggamannya, Fanny merinding dirinya merasakan nikmat dari setiap rangsangan yang pak Dahlan lakukan padanya.

“Fannnn, uuhhmmmpphh”

Kecupan demi kecupan pak Dahlan layangkan di leher jenjangnya, perlahan kecupannya naik meninggalkan bekas di lehernya yang mulus, sementara tangan satunya menekan titik vaginanya dari luar celana dalamnya yang membuat Fanny memejam keenakan, Fanny masih mencoba melawan ketika pipinya tergesek kumisnya yang tebal, kausnya semakin sesak ketika payudaranya semakin mengeras karena terangsang oleh hawa nafsu yang semakin meninggi.

“Enak kan Fannn ? kekeke, nikmati aja semuanya, dijamin kamu akan puas Fann setelah keluar dari ruangan ini” pak Dahlan terkekeh - kekeh ketika melihat Fanny menikmati setiap rangsangannya.

Tangan pak Dahlan masuk ke dalam kausnya, perutnya diraba oleh permukaan kulitnya yang kasar, perlahan tangan pak Dahlan naik meraba payudaranya yang kenyal, diremasnya, digenggamnya, dicengkramnya bulatan bola indah yang tumbuh di dadanya yang ranum.

“Ooouuhhhhh pakkk”

Fanny tak bisa menahannya lagi, semua titik telah dirangsang oleh pak Dahlan yang kini sedang mengangkat kaus serta cup bra ke atas, payudaranya yang indah telah terpampang di hadapannya, benar memang bahwa Fanny memiliki payudara bulat dengan puting berwarna merah muda yang mengacung tinggi.

Pak Dahlan mengangkat tubuh Fanny agar duduk diatas pangkuannya sementara tangannya terus meremasi dan sesekali memutar putingnya dengan jemarinya, Fanny pasrah ia tak kuat lagi menahan sensasi nikmat dari jemari dosennya yang nakal, mulut pak Dahlan mulai mendekat dan mencumbui payudaranya, lidahnya bergerak di dalam mulutnya untuk menggesek dan menyapu putingnya hingga Fanny merinding dan mengadahkan kepalanya ke atas.

Diam - diam tanpa sepengetahuan mereka ada sepasang mata yang sedang mengintip mereka dari salah satu ventilasi udara yang berada di dekat pintu masuk, dilihatnya tangan Pak Dahlan memasuki rok Fanny mengelusi paha putih mulusnya, sebentar kemudian tangannya keluar dengan membawa sebuah kain berwarna putih yang rupanya adalah celana dalam Fanny, Fanny pasrah hingga kakinya bergerak membantu pak Dahlan untuk meloloskan celana dalam miliknya.

Setelah terlepas, Pak Dahlan melumat bibir mungil Fanny, mereka saling kecup, lidahnya saling sedot, tangan Pak Dahlan meremasi payudara montoknya, sedangkan tangan gadis itu melingkari punggung Pak Dahlan. Mereka semakin hanyut dalam birahi sampai tidak tahu sepasang mata sedang menintip, mereka bahkan dipotret dengan menggunakan cameraphone yang ditemuinya beberapa hari yang lalu. Sungguh kontras perbedaan keduanya, Fanny berparas cantik dan bertubuh putih langsing, sementara Pak Dahlan bertubuh tambun dan berkulit sawo matang, rambutnya agak bergelombang dengan kumis di atas bibir tebalnya. Dari segi usianya, Pak Dahlan adalah duda berumur limapuluhan, seusia dengan ayah Fanny.


Pak Imron

Pengintip itu tersenyum, ia merencanakan sesuatu untuk bisa mendekati bandot tua yang saat ini sedang menikmati Fanny dengan penuh nikmat, pengintip itu bernama Imron seorang penjaga kampus berusia pertengahan lima puluh, tubuhnya kekar, wajahnya sangat jauh dari kata tampan, berkulit hitam dan ada bekas bopeng di area wajahnya, matanya cekung terkesan ngantuk, di dadanya terdapat bekas luka codet, dia adalah mantan narapidana yang sudah sering keluar masuk sel penjara karena bekas pertarungan antar geng dulu, namun ia telah berhijrah dan memilih menjalani kehidupan normal dengan bekerja sebagai penjaga kampus, naas pemandangan indah dengan tingkah laku mahasiswi dan dosen muda yang berpakaian seksi menampakan paha mulus, pusar dan belahan dada dari pakaian berdada rendah yang menggugah birahi membuat proses hijrahnya luntur, tak jarang pula ia menemukan sepasang mahasiswa yang sedang berhubungan badan di area - area tersembunyi, awalnya memang ia anggap sebagai hiburan semata sebelum ia menemukan cameraphone yang ia gunakan untuk memeras para mahasiswi ataupun dosen untuk menjadi korban selanjutnya.

Dia pun turun dari bangku untuk mengetuk pintu, pak Dahlan panik begitu juga Fanny, seketika nafsu birahi mereka hilang dikalahkan oleh rasa takut apabila aksi mereka ketahuan oleh seseorang, Fanny diminta bersembunyi di dalam meja kerja ruangannya, Imron menunggu beberapa saat sebelum pintu terbuka, Pak Dahlan nongol dari pintu sambil tersenyum menutupi kegugupannya.

“Eh, Pak Imron kekekek, ada apa nih, maaf ya tadi ada kerjaan yang tanggung, jadi nunggu lama nih !” katanya sambil keluar dan menutup pintu.

“Ooo…gapapa kok Pak Dahlan, harusnya kan saya yang meminta maaf karena udah ngeganggu kalian”

Kata terakhir itulah yang membuat raut wajah Pak Dahlan berubah tak bisa lagi menyembunyikan rasa bersalahnya, ‘kalian’ ini berarti penjaga kampus itu telah mengetahui bukan cuma dia sendiri yang ada di dalam kantornya, ditambah dia juga melihat bangku tinggi ketika menoleh ke samping.

“Kekeke…Pak Imron ini, anda…!” katanya masih berusaha berkelit.

“Tenang aja Pak Dahlan kita ini kan sama-sama lelaki, saya ga akan mempersulit atau memeras anda kok, malah saya ada penawaran menarik buat anda !” Imron memotong kata-kata Pak Dahlan dan meletakkan tangannya di pundak pria tambun itu.

“Maksud anda ?” tanyanya mencoba untuk memahami kata - kata Imron.

Imron merangkul pundak Pak Dahlan dan menjelaskan tentang kerjasama yang ditawarkan, dengan kelicikannya ia dapat menjebak dan menarik wanita yang dia inginkan untuk menjadi budak seksnya, dan dengan kuasanya Pak Dahlan dapat menjaga dirinya seandainya satu hari nanti ada situasi darurat dan juga memberi bantuan informasi mengenai profil korbannya seperti status korban dan nomor yang bisa dihubungi.

Habis gelap terbitlah terang, rasa takut yang tadi menguasai hati sirna berganti dengan senyum yang mengembang dari wajah Pak Dahlan, ini namanya simbiosis mutualisme atau hubungan saling menguntungkan namanya, begitu pikir Pak Dahlan, berarti dia dapat mencicipi gadis-gadis lain di luar fakultas arsitektur juga menyediakan informasi dan melindungi baginya masalah kecil mengingat posisinya cukup terpandang di kampus itu.

“Pak Imron ini kekeke…tau gini kenapa ga cari saya aja dari dulu !”

Mereka tertawa-tawa dan berjabat tangan tanda terjalinnya suatu kesepakatan jahat yang akan menghantui setiap gadis-gadis cantik di kampus tersebut.

“Pak, ngomong - ngomong nasib cewek yang ada di dalam itu gimana, huehehe kasian tuh nunggu lama dia !” kata Imron

“Ok deh, biar saya omongkan ke dia biar kita bisa nikmati bersama, tapi janji yah, besok izinkan saya nyicipin hasil anda !” ujar Pak Dahlan dengan antusias.

“Beres deh Pak, pokoknya saya jamin Bapak juga seneng kok !”

Merekapun masuk ke dalam, Pak Dahlan memanggil gadis itu keluar dari persembunyiannya di bawah meja kerja. Alangkah kagetnya Fanny melihat ada orang lain yang ikut masuk.

“Maaf ya Fan, mari saya jelaskan sebentar…” Pak Dahlan menjelaskan masalahnya dan meyakinkannya agar tidak perlu kuatir skandal ini terbongkar dengan jaminan jabatannya.

Gadis cantik itu diperkenalkannya pada Imron, Fanny awalnya merasa risih harus melayani orang rendahan seperti Imron, ditambah lagi tatapan mata Imron yang dipenuhi aura kemesuman. Fanny yang terbiasa melayani om - om berduit tidak rela apabila dirinya harus melayani nafsu penjaga kampus rendahan seperti Imron, tapi dipikir - pikir kayaknya ia pernah melihat wajah jeleknya disuatu tempat, tapi kapan dan dimana ?


Puting Fanny tercetak indah

Dia lalu disuruh duduk di atas sofa diapit kedua pria jelek itu, Imron menatap kagum bentuk tubuh Fanny yang ideal yang terbungkus kaos putih ketat dengan bawahan rok biru yang menggantung 5cm diatas lutut, putingnya nampak tercetak karena tidak sempat membetulkan letak bra-nya yang tersingkap waktu Imron datang tadi.

Imron mulai membelai lengan mulus Fanny sehingga membuatnya merinding, di sebelah kanannya Pak Dahlan juga ikut merangkul tubuhnya, lengannya yang gempal masuk lewat bawah bajunya dan mencengkram payudaranya, Bibir pak Dahlan mencaplok bibir Fanny dan melakukan French kiss yang panas. Fanny sendiri semakin naik gairahnya karena remasan Pak Dahlan pada payudaranya dan di sebelahnya Imron juga sudah memegang putingnya dengan dua jari dari luar kaos ketatnya, lalu dia menunduk mengisap puting itu sehingga liurnya membekas di kaos putihnya. Fanny dengan pasrah merenggangkan pahanya ketika tangan Imron menjalar ke sana, birahinya yang belum tuntas membuatnya pasrah menerima kehadiran tamu yang tak diundang.

"Eemmpphh…mmmhh !” terdengar lenguhan nafasnya di sela-sela ciuman ketika Imron menyentuh bagian kemaluannya yang sudah tidak tertutup celana dalam.
Imron mengangkat kaki kiri Fanny ke sofa sehingga pahanya terbuka dan menampakkan kemaluannya yang berbulu jarang. Tidak puas cuma memainkan puting itu dari luar, disingkapnya kaos gadis itu hingga payudaranya meloncat keluar nyaris tumpah, segera terlihat jempol Pak Dahlan sedang menggosok-gosok puting kanannya. Imron memainkan vagina Fanny dengan dua jari sambil mengenyot payudara kirinya, sementara tangan satunya mengelusi pahanya.

Tanpa melepas ciuman, pak Dahlan menuntun tangan Fanny agar meraih selangkangannya dari luar celana kain yang ia kenakan. Dipijatnya bagian yang sudah menggelembung itu dengan lembut.

“Hehehe…gede kan Fan punya bapak, bentar yah bapak buka dulu !” Pak Dahlan melepas ciuman untuk membuka celananya.

Fanny tertegun melihat penis Pak Dahlan yang panjangnya sekitar 17cm, hitam dan mengacung diantara pahanya yang besar dan berbulu. Saat itu Imron juga menarik lepas rok yang dikenakan Fanny disusul lolosnya pakaiannya sendiri hingga luka di dadanya terlihat.

Perhatiannya beralih sejenak dari penis Pak Dahlan ke tubuh Imron yang lebih berotot dengan bekas luka di dadanya, kulitnya hitam kasar karena sering mengerjakan pekerjaan keras dan dimakan usia, panjang penisnya tak beda jauh dari Pak Dahlan, namun lebih gagah dan keras, terlihat dari guratan-guratan urat di sekitarnya. Belum ditusuk Fanny sudah merasa dirinya luluh lantak tersugesti oleh apa yang dibayangkannya sendiri.

Diapit oleh dua pria jelek merupakan hal yang tidak baru bagi Fanny, tapi melakukannya di kampus ? satu dengan dosen dan satu dengan pria rendahan yang bahkan tidak memiliki harta sebanyak pria - pria yang pernah membokingnya ? mungkin Fanny sudah gila, namun birahinya sudah tak mampu ia bendung, matanya menatap dua penis besar yang berada di kiri kanannya, jantungnya berdebar dan nafasnya sesak membayangkan dua penis ini telah siap untuk membuatnya lemas tak berdaya.


Penampakan Fanny dari belakang

Fanny disuruh menungging di atas sofa, tangannya menggenggam penis Pak Dahlan dan mulai menjilati kepala penisnya sesuai permintaan pria itu. Sambil mengoral Fanny merasa ada sesuatu yang basah di bawah sana, ternyata Imron sedang menjilati bongkahan pantatnya yang montok. Tubuh Fanny menggelinjang, apalagi waktu mulut Imron bertemu dengan vaginanya, lidah itu beraksi dengan ganas di daerah itu membuatnya semakin becek.

“Diisep Fan !” perintah Pak Dahlan yang langsung dituruti Fanny dengan memasukkan penis itu ke mulutnya, di dalam mulut dia mainkan lidahnya sehingga memberi sensasi nikmat pada penis itu.

Pak Dahlan melenguh nikmat merasakan sepongan Fanny yang profesional, tangannya menjulur ke bawah meraih buah dadanya yang menggantung, kini titik-titik sensitif tubuhnya diserang habis-habisan, Imron menyedot vaginanya hingga mengeluarkan suara-suara ciuman, Kenikmatan itu diekspresikan Fanny dengan semakin bersemangat mengulum penis Pak Dahlan, desahan halus terdengar di sela-sela oral seksnya.

Sementara wajah Imron makin terbenam diantara bulu kemaluan Fanny, dengan jarinya dibukanya bibir vagina itu memperlihatkan bagian dalamnya yang merah basah. Dia lalu menjilati klitorisnya dengan rakus, Fanny makin menggelinjang dan menggoyangkan pantatnya akibat sensasi yang ditimbulkannya, Imron sangat menikmati vagina itu sambil menggeram-geram penuh birahi

“Yeeaahh…enak, wangi Non, sslluurrpp…sssrrpp !!”

"Oohh…iyahhh…terus Fan, enak banget…emut terus !”

Pak Dahlan juga blingsatan karena sepongan Fanny, dia meremasi rambut gadis itu sesekali juga payudaranya,
Tiba-tiba Fanny menghentikan sepongannya dan mengerang tertahan, dia lepaskan sejenak penis Pak Dahlan dari mulutnya, wajahnya meringis karena di belakang sana Imron sudah bersiap untuk mendorong penisnya ke vaginanya.

"Uuhhh…pelan-pelan Pak, oohh…oohh…!!” Fanny merintih setelah menengok ke belakang ketika melihat penis itu pelan-pelan memasuki vaginanya.

Fanny merasakan vaginanya penuh sesak oleh penis besar Imron, benda itu bahkan menyentuh dinding rahimnya, Melayani orang seusia Imron memang bukan yang pertama kali, karena berkali - kali sudah ia melayani om-om setengah baya dengan iming - iming bayaran tujuh digit, namun rata - rata mereka cepat lemas, mereka tidak ada yang seperkasa penis Imron, bahkan rasanya melebihi keperkasaan seluruh penis pria yang pernah membokingnya, bahkan pak Dahlan yang sedang dia oral pun penisnya tidak sekeras dan sepadat Imron.

Imron mulai menggerakkan pinggulnya maju-mundur, gesekan-gesekan nikmat langsung terasa baik oleh si penusuk maupun yang ditusuk, Fanny menggelinjang nikmat, tubuhnya melengkung ke belakang, mulutnya mengeluarkan erangan. Erangan Fanny lalu teredam karena Pak Dahlan menekan kepalanya dan menyuruhnya mengoral penisnya kembali. Fanny pun mencoba kembali berkonsentrasi pada penis Pak Dahlan di tengah sodokan-sodokan Imron yang makin kencang.

"Pelan-pelan aja toh Pak Imron, ntar anu saya kegigit gimana ?” himbau Pak Dahlan melihat Fanny agak kesulitan mengoral penisnya karena tubuhnya berguncang terlalu hebat.

"Huehehe…maaf deh Pak, keenakan sih sampe lupa, ini saya turunin giginya deh !” Imron terkekeh lalu mulai mengurangi sedikit kecepatannya.

Dengan begitu Fanny bisa lebih nyaman melayani penis Pak Dahlan sambil mengimbangi gerakan Imron, Fanny mengkombinasikan hisapan dengan kocokan dan belaian pada batang dan buah pelir Pak Dahlan.

Pria itu merem-melek menikmati pelayanan gadis itu, tak lama kemudian dia merasa sudah mau keluar, penisnya berdenyut-denyut semakin cepat sehingga dia menggeram, dan akhirnya cret…cret…muncratlah spermanya ketika Fanny sedang mengocok sambil menjilatinya. Cairan putih kental itu membasahi wajah dan tangannya, lalu Fanny kembali memasukkan penis itu ke mulutnya sehingga semprotan berikutnya tertelan olehnya, dihisapnya dengan bernafsu sampai batang itu berangsur-angsur berkurang ketegangannya, lidahnya membersihkan benda itu sampai benar-benar bersih, kemudian Fanny melepaskan sepongannya dan wajahnya terangkat, namun tangannya masih menggenggam batang penis itu, nampak dia menggerakkan lidah menjilati sperma di sekitar bibirnya.

Pak Dahlan bersandar lemas pada sofa setelah mencapai klimaksnya, dia membuka bajunya sendiri karena kepanasan sehingga perutnya yang bulat dengan dada yang sedikit berbulu itu terlihat. Tubuh hitam kedua pria itu terlihat kontras dengan tubuh Fanny yang putih mulus. Di tubuh Fanny sendiri kini hanya tersisa bra dan kaosnya yang sudah tersingkap.

Di belakang sana, Imron kembali menaikkan tempo genjotannya, tangannya yang tadi cuma berpegangan pada pinggangnya menjalar ke depan meremasi dua payudaranya yang menggantung indah.

“Oooohhh…aaahhh….eehhmm…Pak !” suara lirih keluar dari mulut gadis itu setiap kali Imron menyodok-nyodokkan penisnya.

Cairan pelumas dari vagina Fanny makin banyak sehingga penis Imron yang sedang keluar-masuk di sana semakin lancar, perasaan nikmat menjalari tubuhnya hingga akhirnya membobolkan pertahanannya, tubuhnya mulai mengejang seiring nafasnya yang makin memburu, sebuah erangan panjang menandai orgasmenya, sodokan Imron semakin ganas dan dia menyusul ke puncak beberapa menit kemudian, spermanya yang hangat mengisi liang kemaluannya, dia melenguh melepaskan cairan itu serta mendekap erat tubuh Fanny hingga jatuh telungkup menindihnya.

Setelah orgasmenya reda, Imron beringsut dan duduk di posisinya semula, Fanny masih telungkup dengan satu kaki menjuntai ke lantai, keringat membasahi tubuh dan wajahnya, dari selangkangannya cairan itu meleleh membasahi daerah itu juga sofa kulit di bawahnya.

Pak Dahlan mengangkat lengan Fanny dan menyandarkan punggungnya ke sofa, dengan tisu disekanya ceceran sperma di wajah gadis itu, dengan tenaganya yang mulai pulih, Fanny meraih tas kecil yang dia letakkan di meja dekat situ, diambilnya dua lembar tisu basah untuk mengelap wajahnya agar lebih bersih dan mengurangi aroma sperma yang menyengat, pak Dahlan penasaran, ia ingin mencoba vagina Fanny, disuruhnya Fanny tidur telentang di sofa dan langsung dituruti tanpa disuruh kedua kali. Imron menawarkan pahanya pada Fanny untuk bersandar, sehingga dia pun bisa mendekap tubuhnya, setelah posisinya pas, Pak Dahlan merenggangkan kedua belah paha Fanny dan menempelkan ujung penisnya pada bibir vagina Fanny.

"Ooohh…!” desah Fanny dengan tubuh bergetar ketika penis Pak Dahlan mulai memasukinya.

Imron takjub melihat padatnya payudara Fanny yang begitu mencuat seakan-akan meminta diremasi, perlahan Pak Dahlan mulai memaju-mundurkan pantatnya, di sisi lain Imron mendekap tubuh Fanny sambil menggerayangi payudaranya, putingnya dia cubit pelan, sesekali digosok-gosokkannya jarinya di sana, sesekali mulutnya juga nyosor melumatnya sehingga benda itu makin mengeras.

“Enak yah Non, kapan nih pertama kali ngentot ?” bisik Imron dekat telinganya tanpa melepas tangannya dari payudaranya.

“Dulu di SMA eehhhmmmhh” jawabnya dengan lirih

"Sekarang udah ada pacar Non ?” tanyanya lagi sambil memelintir putingnya.

"Lagi ngga…aahhh…aahh…iyah Pak…enak !” jawab Fanny tanpa berpikir panjang, Rendi tak dianggap olehnya, karena hanya harta serta statusnya saja yang dibutuhkan oleh Fanny sebagai perlindungan agar tak ada pria lain yang mendekati dirinya.

Imron mengakhiri pertanyaannya dengan memagut bibir Fanny, dicumbunya gadis itu dengan penuh nafsu, demikian halnya dengan Fanny yang tengah dilanda birahi, dia tak kalah seru membalas serangan mulut Imron sampai terdengar suara-suara kecupan disamping desahan yang teredam, lidah Imron yang tebal dan kasar menyapu segenap rongga mulut Fanny, air liur nampak menetes dari sudut bibir keduanya. Pak Dahlan terus menggenjoti vagina Fanny sambil menggumam tak jelas, terkadang dia melakukan gerakan memutar sehingga Fanny merasa kemaluannya diaduk-aduk. Setelah puas berciuman, Imron lalu menarik lepas kaos dan bra Fanny yang sudah terangkat hingga tak sehelai kain pun tersisa di tubuhnya.

Imron bergeser sedikit sehingga bisa mengarahkan penisnya yang sudah mengeras lagi ke mulut Fanny.

“Ayo Non, servis mulutnya dong !” pintanya.

Fanny pun mulai menggenggam penis Imron dan mendekatkan mulutnya, gila perkasa banget, keras dan urat-uratnya nonjol gini, demikian kata Fanny dalam hati, diam-diam dia mengagumi keperkasaan penis Imron yang barusan mengocok vaginanya.

Batang itu sedikit lengket karena masih berlumur sperma dan cairan kemaluannya yang hampir kering, Fanny membuka mulut selebar mungkin untuk memasukkan benda itu yang tidak muat seluruhnya di mulutnya yang kecil.

Kemudian dia mulai mengisapnya sambil mengocok pangkalnya yang tidak masuk mulut dengan tangannya, kurang dari lima menit Imron menyudahi oral seks itu, kini dia menaiki dada Fanny dan menjepitkan penisnya yang basah diantara kedua gunung kembar itu, payudara Fanny yang bulat montok itu rupanya menggoda Imron untuk mencoba ‘breast fucking’, digesek-gesekkannya penisnya diantara himpitan payudaranya, Terkadang Fanny mengerang dan meringis menahan sakit karena Imron melakukannya dengan brutal, belum lagi sodokan-sodokan Pak Dahlan pada vaginanya.

Pak Dahlan makin mendekati puncak kenikmatan, genjotannya semakin cepat dan mulutnya makin meracau, hal serupa juga dialami Fanny yang syaraf-syaraf pada organ kewanitaannya bereaksi makin dahsyat mengirimkan sensasi nikmat ke seluruh tubuhnya, Keduanya pun mencapai orgasme berbarengan, sekali lagi cairan sperma mengisi vaginanya, sampai meluber sebagian melalui pinggir bibir vaginanya.

Imron yang sedang bergumul diatas dadanya bagaikan cowboy yang sedang main rodeo di atas tubuh Fanny yang terlonjak-lonjak diterpa orgasme, Tak lama kemudian spermanya menyemprot ke wajah dan dadanya.

Setelah semprotannya reda, Imron menempelkan penisnya ke bibir Fanny, Tahu apa yang harus dilakukan, Fanny menjilati penis itu hingga bersih dan membersihkan sisa-sisa spermanya.

Kedua hidung belang itu bersandar lemas pada sofa, Fanny juga terbaring melepas lelah sambil mengelap sperma di dadanya dengan tisu.

Acara hari itu selesai sampai disitu, Pak Dahlan mendekat ke arah telinga Fanny untuk membisikan sesuatu.

"Fan karena absen kamu banyak yang bolong, untuk kali ini kamu baru bisa melengkapi setengahnya, kalau mau lengkap besok datang lagi yah" bisik pak Dahlan yang membuat Fanny merinding.

Fanny tertegun tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya, padahal ia telah mengizinkan bandot tua ini untuk menikmati tubuh indahnya bahkan merelakan penjaga kampus rendahan untuk ikut bergabung bersama, tapi ini kah yang didapatkan dari semua pengorbanan tersebut ?

Setelah pulih Fanny keluar ruangan dengan wajah kesal mulutnya ngedumel, tak disangka bahwa urusan dengan pak Dahlan akan serumit ini, pak Broto saja sekali coblos sudah langsung selesai nah ini ? namun tiada pilihan lain bagi Fanny untuk menurutinya, mau tak mau ia harus datang kembali ke ruangannya besok.

"Terima kasih pak Dahlan sudah mengizinkan saya untuk mencicipi salah satu mahasiswi anda, sesuai janji saya akan memberikan koleksi indah saya yang sangat berharga ini, ini foto profil di aplikasi WA nya"


Pak Dahlan takjub setelah melihat foto profil yang begitu cantik di layar hapenya, tapi pak Dahlan ragu, ia seperti mengenalnya atau pernah melihatnya di suatu tempat.

“Kenapa pak Dahlan ? kaya pernah liat yah ? kalau yang anda fikirkan adalah Sherin kapten tim basket dari jurusan Sastra Inggris maka anda benar” kata Imron membanggakan korbannya,

Pak Dahlan tersenyum mesum dan puas dengan korban yang telah dijanjikan, ia sangat tak sabar untuk menanti hari esok agar dapat menikmati dua gadis dalam satu waktu yang sama.

Bersambung.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd