Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Cerita Kita


Duapuluh Tujuh

Terima Kasih​

Ola-

Ada yang aneh rasanya setelah ketemu hernest, aku akuin dia banyak lebih tau, dan kak Edward seperti orang yang sok tau, itu yang aku rasain selama ngobrol dengan hernest.

Apa aku suka mulai suka sama dia, rasanya ngak, ngak banget. Karena aku udah ada kak Edward, tapi aku ngerasa beda.

Mungkin itu efek dari ketidak ingatanku, dan akhir-akhir ini setelah ketemu hernest bayang-bayang ingatan aneh muncul walau sedetik,

Aku tak merasakan sakit sebelumnya, tetapi rasanya kesal untuk mengingat, rasanya mau aku tampar bolak balik hernest, itu yang aku rasain sekarang.

Apa aku sekasar itu, aku tak tau, hernest gak bilang aku kasar, dia bilang aku cewek baik-baik tapi galak. Aku hampir ketawa mendengarnya, sekaligus kesal.

Dan selama liburan aku terus ingin mengetahui aku dari hernest dikit demi sedikit, setidaknya aku tau seperti apa aku, apa kah benar seperti yang di ucapkan kak Edward, papa dan mama.

Aku merasa harus menanyakan hal itu, ya harus. Hatiku juga bilang seperti itu. Orang aneh bin ajaib.

***​

Siang ini aku sama hernest janjian ke sungai yang kita lewatin saat itu, padahal aku salah jalan saat itu, harusnya lurus aku malah belok. Aku gak nyangka dia ikutin sambil dorong motor.

Kurang kerjaan sepertinya, padahal motornya tidak mogok atau mati,

Jujur aku lebih nyaman dengan pakaian ini, lebih simple dan tak harus dandan seperti sebelumnya, pakian kaos dan celana. Aku suka itu.

Sesampai di sana aku melihat hernest sedang duduk di batu besar, batu yang ia ceritakan tentang masa kecilku dengannya saat itu.

Kenapa dia bisa turun lewat ke situ, karena turun kebawah tak ada jalan, jalannya pun curam dan terjal, aku gak berani turun.

“hernest tolong” teriak aku, dia langsung noleh dan mendekat.

“turun aja, gak bakal jatoh kok”, gak salah aku denger, bagaimana aku jatuh. Dia sepertinya tak ikhlas mau bantu, ya udah aku turun perlahan.

“aahhhhh” kakiku terperosok dan hernest sigap tahan tubuhku yang hampir jatuh, aku terdiam sesaat dan wajah kami bertatapan. Entah kenapa aku merasa malu bertatapan seperti itu. dan lagi rasanya ingit remas bibirnya.

Hernest langsung bantu berdiri dan langsung duduk lagi di batu, aku juga langsung mengikutinya,

Arus sungainya gak terlalu deras dan berwarna coklat, “ dulu sering berenang kita pas SD, lompat dari batu ini,” kata hernest.

“semenjak air kalinya kotor, gara-gara tercemar, udah jarang berenang di sungai ini” lanjutnya, dan sepintas ada gambaran dua anak kecil lompat bergantian di kelapaku.

“dan dari sini gue dorong lo ke sungai, dan lo pura-pura pingsan sambil ke bawa arus, gue langsung ikut lompat buat selamatin lo, “

“terus?”

“ya semua orang yang liat panik saat lo gak sadarin diri, tapi pas gak ada orang mata lo melek sambil meletin lidah, terus merem lagi, kan sial, gue di kerjain” tawanya keras, entah kenapa aku juga senang, seolah puas liat dia seperti itu.

“apa aku dulu orang jahil?, maksudnya sebelum kecelakaan itu”

“banget, lebih parah ia, haha” tawanya sambil noleh ke aku, dari liat tawanya benar-benar lepas tak bohong, aku juga merasa kesal sekaligus senang.

“oh ia ola, kita dulu pernah taruhan balapan renang, dari ujung sini ke ujung sana” tunjuknya dari batu yang aku duduk ke arah pinggir sungai,

“hasilnya?” tanyaku.

“ya gue lah”

“kamu yang menang?”

“yang kalah haha” tawanya lagi, entah kenapa setiap dia ketawa aku ikut ketawa walau cuman kecil.

Hernest terus bercerita panjang lebar tanpa sedikit jeda, seolah ingatan aku pindah ke dia, dan aku terpukau ingatan tentang aku ia ingat secara detail. dan hernest bilang masa kecilnya paling suram, makanya selalu ingat dengan hal itu.

rasa kesal dan senang jadi satu setiap kata hernest cerita, kejelekan aku, dan rata-rata dia ceritain sisi jelek aku. bisa jadi aku termasuk orang yang suram di hidupnya, atau tepatnya yang membuat dirinya kesal.

Untuk hari ini cukup mendengar ceritanya, aku senang akan hal itu, ada seseorang yang membantu ku mengingatnya walau terlintas di ingatanku sedikit.


***​

Mama papa aku sepertinya tak terlalu keras terhadap hernest seperti dulu, tetapi sebelum liburan selesai aku mau tanya langsung alasan kenapa dia berusah dekatin aku lagi, karena alasanya standar.

Enah kenapa itu pertanyaan terakhir yang aku ingin tanyakan sebelum kembali kuliah, ya harus aku tanyakan, itu yang paling mengganjal sekarang dari keselurhan pertanyaan yang aku tanyakan.

Dan kali ini aku di ajak hernest entah kemana, aku lihat dia udah di luar dengan pengawasan mama papa,

Hernest menunggu menggunakan sepeda, “pa ma aku pergi” kata ku,papa senyum sambil elus rambut aku,

“berangkat?” kata nya, aku mengangguk pelan dan langsng naik pegangan ke pundaknya, ada yang aneh saat aku pegangan di pundaknya, ada bayangan seperti itu terjadi aku tak ingat hanya sekilas.

Hernest langsung mengayun sepedanya pelan,” mau kemana?” kata ku,

“ jalan-jalan aja, dulu pas SMA kelas satu, lo sering nebeng ke gue naik sepeda,” katanya, dan setiap ucapan hernest sekilas bayangan melintas di pikiranku,

“kenapa gak naik motor?"

“lo paling gak bisa naik sepeda atau motor, bisanya ya gini, nebeng doang, haha” tawanya lepas.

“pas kelas dua gue boncengin lo naik motor, tapi pulangnya gak gue boncengin”

“kenapa?” tanya ku lagi.

“gue kan punya pacar, jadinya anterin pacar gue dulu balik, dan lo pulang jalan kaki, “ aku ingin ketawa tapi aku tahan.

“abis itu, lo nempel terus sampai gue akhirnya putus sama pacar gue, itu karena lo juga” kata hernest.

“kok aku?”

“ia, lo sengaja lakuin itu biar pulang pergi bisa nebeng,”

“dan hasilnya gue beneran anterin lo sampai mau kelas tiga, parah emang” lanjutnya geleng-geleng kepala, entah kenapa aku merasa malu hernest bilang gitu, rasanya ingin pukul kepalanya sekarang juga.

“sampai,” katanya, dan baru sadar aku sampai di tempat persawahan, aku tanpa sadar ikutin dia ke tengah-tengah sawah.

“ini tempat yang belum kita kunjungin, kenapa gue kasih tau terakhir.”

“karena tempat ini, tempat kesukaan lo kalau banyak masalah,” jelas hernest, langsung membuat aku mengingat sesuatu. Dan hilang dalam waktu cepat. hernest aja aku ke tempat teduh terbuat dari bambu

Hembusan angin langsung membuat memejamkan mata, Dan hernest tak bohong, aku merasakan begitu nyaman dengan tempat ini. Seperti kangen tempat ini, dan kali ini hanya suara hembusan angin.

“ola, lo kenapa?” aku sadar dengan suaranya, tetapi mataku tak mau terbuka. Rasanya ingin pejamin mata, Di lain sisi agak kesal ingin omelin hernest, tetapi aku tak bisa mataku berat dan tak sadarkan diri.

***​

Kaki ku terasa kesemutan, membuat aku berusaha membuka mata dan akhirnya bisa, aku sadar aku baru saja tertidur. Gak biasanya aku bisa tidur dengan gampang seperti tadi.

“heee” pekik aku terkejut karena kepala aku bertumpu di lengan kiri hernest sebagai bantal, dan bau aneh tercium tak jauh dari lengannya yaitu ke arah ketek.

Aku langsung bangun, dan melihat hernest tertidur pulas. Aku masih tak percaya akan hal ini, di tambah aku ileran di lengannya hernest.

Sangat memalukan, aku langsung bersihin dengan jaket agar hernest tak melihat aku masih ileran saat tidur.

“ola udah bangun?” tanyanya bikin aku kaget karena pas banget aku bersihin lengannya,

“hehe,” jawabku belum sempat bersihin.

“udah berapa lama aku ketiduran?” tanyaku mengahlikan pembicaraan.

“dua jam, kurang lebih, kenapa?” jawab hernest setelah liat jam di ponselnya

“uhm, lama juga ya”

“emang, lo kalau tidur disini kayak kebo lama banget kalau bangun” kata hernest, membuat aku reflek pukul dia dengan jaket. Hernest hanya tertawa.

“emang bener kok, kalau lo banyak masalah tidur disini, pulang-pulang cengar cengir” lanjutnya buat aku seperti mimpi, karena aku bermimpi hampir sama yang ia ucapkan tadi.

“balik yuk” ajaknya sambil meringis memegang tangan kirinya yang menjadi bantal, sepertinya tangannya terasa pegal. Merasa sedikit bersalah juga sih, tapi daripada malu pura-pura gak lihat di tambah iler aku belum kering di lengannya.

Hernest langsung ajak aku pulang, aku setuju rasanya lelah padahal aku cuman tidur aja, dan selama perjalanan aku hanya diam. tiba-tiba hernest menghentikan sepedanya.

Hernest langsung merogoh kantungnya, aku langsung turun dari sepeda dan menjauh, aku takut hernest ingin melakukan sesuatu, ternyata ia mengambil foto.

“apa itu “ tanya aku,

“liat aja sambil jalan” katanya langsung kasih foto itu, dan aku terkejut ini foto aku memakai pakaian kebaya dengan hernest,

Kedua wajah aku terasa begitu tegang, seolah tak biasa berfoto bersama, ya aku ingat ini seperti acara perpisahan sekolah,dan foto ini juga ada kamar aku, aku yakin itu foto yang sama.

"itu foto perpisahan kelas 3, itu satu-satunya foto gue sama lo, di album perpisahan kelas," benar aku sedikit ingat, saat aku di paksa untuk berfoto. tetapi aku hanya ingat sebatas itu tak lebih.

Hernest langsung menghentikan sepedanya padahal belum sampai, mata aku tertuju ke depan gerbang rumah, yaitu kak Edward berada di sana. Aku langsung kembalikan foto karena daripada ada masalah gara-gara foto itu.

Dan aku lupa, tak menghubungi kak Edward selama liburan, karena terlalu asik dengan hernest, lagian dia juga terlalu sibuk, entah kenapa aku senang kak Edward kerumah.

Gak lama kak edward melihat ke arahku, dan langsung mendekatiku, aku langsung turun dan mencoba mendekatinya,

“bugkgkkkkk” kak Edward langsung memukul hernest sampai terjatuh dari sepeda,

“kak!!” pekik aku merasa tak terima perlakuannya, dan langsung menarik tanganku masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kesal, aku melihat hernest jatuh terduduk dan tak melawan. Rasanya kasihan juga melihatnya seperti itu.

“kamu kenapa temuin dia?” tanyanya dengan raut wajah yang sangat beda. Saat di ruang tamu.

“dia teman aku, walau dia biang masalah dia tetap teman aku,”

“dia cuci otak kamu ola,!” aku melirik papa sama mama tak mau ikut campur masalahku, dan memilih masuk ke dalam.

“gak kok, ucapan dia benar semua, kak Edward yang salah” kataku spontan,

“aku?”

“Iah, kak Edward terlalu sibuk dari awal aku sembuh, sampai sekarang” kataku lagi.

“aku kerja buat masa depan kita ola,”

“untuk masalah itu, aku minta maaf, aku benar-benar minta maaf, “ kak Edward tersenyum dengan wajah yang bersalah, dan memeluk aku erat.

“aku kangen kamu ola, kangen banget, maaf, aku sayang kamu” katanya peluk erat, pelukannya yang paling aku suka.

“iah,” entah kenapa aku begitu gampang memaafkan., papa mama juga terlihat lega masalah aku dan kak Edward gampang selesai, aneh bin ajaib,

“aku datang jauh-jauh kesini, bawa hadiah buat kamu ola” katanya,

“apa kak?” kata ku penasaran, apa sesuatu seperti balon atau kado, atau kotak berbentuk kado, aku terus menerka-nerka,

“you marry me?, mau kah kamu menikah denganku” tanya kak Edward langsung berlutut memberikan sebuah cincin di hadapanku,

Aku tersenyum, tetapi rasanya aku belum siap untuk itu, ini benar-benar kejutan. Kenapa kak Edward langsung berbicara seperti itu,

“ aku janji, tak akan terlalu sibuk demi kamu, ” katanya, aku tak tau harus jawab apa, aku hanya tersenyum dan mengangguk. Aku mengangguk karena gak bisa berbicara apa-apa,

Kak Edward langsung memasukan cincinnya ke jari manisku, walau terburu-buru aku senang, ada seseorang yang serius denganku saat ini. Dengan begini aku tau kak Edward benar-benar serius denganku.

Papa dan mama juga terlihat senang, aku langsung foto cincin dan menjadikan Display Picture di whatsapp ku, rasanya seperti mimpi. ya aku pamer hubunganku dan beharap hernest tau secara tak langsung.



***

Aku dan kak Edward pergi nanti jam 12an siang , aku merasa tak enak kak Edward tak bisa tidur di rumah, memang berbeda jauh dari apartemen ke rumah aku seperti itu. Kak Edward seperti gatal-gatal tidur di lantai karena kulit putihnya memerah berbintik.

hari ini juga liburan aku terakhir, entah kenapa ada kak edward rasanya ingin cepat-cepat, karena dua hari lagi kuliah kembali normal. dan jujur liburan disni lebih asik karena adanya hernest. ya akui itu.

Di tambah hari ini hujan deras, aku lihat WA, beharap hernest memberiku selamat, entah kenapa aku mau itu. Sayangnya tak ada chat seperti itu. Tapi ya sudahlah, nanti aku yang chat sekalian bilang terima kasih buat bantuannya.

“OLAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” teriakan seseorang dari luar rumah, aku sadar itu suara hernest, aku, kak Edward , mama dan papa langsung ke halaman rumah.

“hahahahahah” entah kenapa aku tertawa, saat hernest memakai pakaian balet ketat, menunjukan kakinya berbulu, dan mirip banci, sumpah aku tak bisa berhenti tertawa melihatnya,

Papa dan mama juga demikian, tetapi tak dengan Edward, raut wajahnya kembali terlihat kesal, itu membuat aku berhenti tertawa. dan aku penasaran apa yang di lakukan hernest dengan pakaian seperti itu.

“Gue cuman mau bilang ke lo, gue gak peduli lo inget apa ngak tentang ini” katanya lantang di tengah hujan.

“Dulu kita pernah Janji, dimana salah satu di antara kita berdua tunangan,” katanya tertahan sambil mengelap wajahnya, aku tersenyum hernest tau kalau aku sudah tunangan. Walau secara mendadak.

“Kalau gue duluan yang tunangan, lo bakal ucapin selamat dengan pakaian renang ke gue, Dan sebaliknya, Lo yang duluan tunangan, gue yang pakai pakaian balet buat ucapin selamat ke lo OLAA” ucapnya.

“maka dari itu, gue bilang SELAMAAATTT BUATTTT PERTUNANGAN LOOOO!” teriaknya dengan mengepalkan tangannya,

Nafas aku terasa sesak hernest bilang seperti itu, benar – benar sesak, di tambah aku sedikit ingat, ya ucapannya di tempat persawahan kemarin, aku taruhan dengannya saat itu, tetapi aku tak ingat lagi,

“ahhhhhh” kepalaku langsung sakit karena ingatan aneh terus berdatangan membuat kepalaku terasa penuh, dan semakin sakit,

“Olaaa” teriak mereka bersamaan saat aku merasa tubuh aku sempoyongan, dan akhirnya tak sadarkan diri. Mungkin aku pingsan.

***​

Suasana gelap, hanya suara-suara aneh terdengar. Bayangan aneh seolah masuk ke kepala, terus menerus tanpa berhenti,

“Iah, aku janji, Maaf buat kemarin aku pergi mendadak tanpa bilang ke kamu kalau aku balik ke Indonesia, “

“Tinggal sedikit lagi aku dapat jabatan itu, Setelah dapat aku janji balik ke kamu, “

“Memang aku tunangan dengannya, tapi itu hanya sementara, sabar ya sayang buat anak kita, aku janji”

Suara itu tak asing di telinga, bukan suara hernest atau siapapun, ya suara kak Edward. Gue langsung buka mata, tetapi berat rasanya nih mata kayak ada yang ganjal, dan benar kak Edward ada di dalam kamar,

“dimana ini?” kak Edward seperti terkejut saat gue tiba-tiba terbangun dengan susah payah , perasaan terakhir gue inget pas…

Pas gue dorong hernest, dan ke tabrak, dan juga orang dalam mobil gue inget jelas, yaitu kak Edward orangnya, kenapa gue ada disini.

Ada yang aneh sama kepala gue, “ kamu udah bangun sayang?” katanya langsung pegang tangan.

“kakak kenapa disini?, kemana hernest?” tanya gue, agak kaget karena di sini gue berdua sama kak Edward,

“ngapain pikirin hernest si cowok brengsek, kan udah aku bilang dia yang bikin kamu celaka lagi” katanya, gue langsung ingat, kak edward orang yang tabrak hernest. gue yakin dan gue ingat itu.

“kakak yang mau tabrak hernest, malam itu, ya kan?”

“kenapa hernest jadi pelakunya?”

“kamu ingat ola?” tanya nya. Gue angguk pelan.

“aku inget semuanya, kakak udah punya istri dan anak kan, kenapa kakak lakuin itu ke aku? Apa salah aku kak?”

“AHHHh” kak Edward langsung cekik leher gue, langsung buat gue kehabisan nafas. kehabisan nafas lebih parah dari kehabisan nafas pas klimaks.

“gak nyangka, kamu bisa ingat semuanya, menakjubkan” katanya, gue bingung apa yang di maksud yang jelas nafas gue udah mau habis.

“jangan-jangan kamu dengar pembicaraan ku tadi?” tanyanya. Gue langsung angguk aja daripada parah. Tetapi cekikannya semakin erat, tangan gue langsung raba-raba ponsel, dan sambil lirik kebawah dan gue yakin itu ponsel gue.

Diam-diam gue coba telepon orang yang sekarang gue butuhin, yaitu hernest, dan hanya ada satu nomor telepon dengan nama yaitu ikan koi,

“jawab!” kak Edward semakin cekik leher gue kayak pegang leher ayam. Dan gue berhasil hubungin hernest, tetapi nafas gue mau habis.

“iahh “ jawab gue dengan suara seadanya. Sambil pegang tangannya dengan kedua tangan gue, apa yang terjadi sebenarnya, gue habis tak sadarkan diri terus ahh, pandangan gue mulai kabur lagi.

“lebih baik kamu diam ya ola, dan lebih baik pura-pura tak ingat apa yang terjadi kalau tidak, aku gak jamin hidup kamu karena kamu udah ingat semuanya, dan juga pembicaraan tadi.”

“iah” jawab gue seadanya, dan kak Edward lepas cekikannya, sumpah nafas lama dikit lagi bisa modar gue, gue baru sadar kak Edward punya sifat seperti ini. Lebih parah dari hernest,

Kalau gue baru sadar dari celakaan itu, kenapa kepala atau badan gue gak terluka sama sekali, dan ada sesuatu yang aneh di kepala gue. sumpah gue beneran bego sekarang, bangun-bangun udah di cekik.

“aku hubungan nanti, ada masalah” kata kak Edward tutup teleponnya, gue langsung pegang hp dan cek, berharap di angkat sama hernest,

Dan gue senyum ternyata hernest jawab panggilan gue, kak edward langsung terdiam terlihat panik gue bangun. lebih baik gue diem daripada di cekik lagi, dan berharap hernest mendengar ucapan yang tadi kak edward ucapin.

“haaa” tangan kak Edward langsung berusaha ambil ponsel, pas gue mau ambil dan taruh di meja agar tau kak hernest sebenarnya.

”kak, “ kata gue coba tahan tangannya mau ambil ponsel gue, dan dia langsung banting ponsel gue. kayak banting mainan,ponsel kesayangan gue hancur dalam satu bantingan. oh tidak. lebih baik vibrator yang rusak di banding ponsel.

“sayang sekali, “ tatapannya benar-benar bikin gue merinding,

“egghhh” tanganya kembali cekik leher gue lagi tapi kali ini benar-benar keras, dan buat gue langsunng kehabisan nafas.

“lebih baik kamu tutup mulut selamanya” katanya, tubuh gue terasa lemas sambil terus pandangin wajahnya dengan wajah tak berdaya, sepertinya ini hari terakhir gue. tangan gue yang coba lawan terasa lemas,. dan mungkin harusnya gak buka mata tadi. sekarang bakal tertutup. nafas gue semakin gak ada.

“OLAAAAAAA Brakkkk!!” suara pinta tedobrak, dan gue masih bisa lihat itu hernest dengan pakaian balet dan langsung menerjang tubuh kak Edward, walau dengan samar-samar.

Hal ini langsung kak Edward melepas cekikannya, dan gue gak jadi end sekarang, tetapi badan gue lemas tak berdaya, melihat hernest berantem dengan kak Edward,

“prannkkk” suara kaca jendela pecah dengan perkelahian Edward dan hernest, dan mata gue melotot pas Edward menendang hernest sampai tempental keluar jendala.

“hernesttttt” jerit gue sekuat tenaga, tapi sayang gue jeritnya dalam hati karena gak ada tenaga buat teriak , gak lama suara beberapa orang masuk, dan termasuk polisi sekaligus mama dan papa,

“jangan bergerak” kata pak polisi, mama dan papa langsung peluk erat dan berusaha bawa gue menjauh dari kak Edward, di bantu pak polisi angkat gue.

“ada yang jatuh dari lantai dua!!!” teriak suster di depan ruangan, gue langsung teringat hernest yang barusan terlempar keluar, dan jangan-jangan itu hernest, tetapi gue masih lemas.

Gue langsung di bawa keluar dengan perlindungan polisi, menuju ke tempat aman, “dorrrrr” suara tembakan dari dalam kamar,

Banyak orang jerit, termasuk gue, apa yang terjadi di dalam, apa kak Edward tertembak atau gimana, tetapi gue lebih pikirin hernest yang terpental.

“ola kamu gak kenapa-kenapa?” tanya papa sambil kasih gue air pas sampai di ruangan.

“iah pa gak apa-apa, tapi hernest gimana?” tanya gue benar-benar kwahtir, papa sama mama cuman geleng-geleng.

“apa jatuh dari lantai dua hernest pa ma?” mereka mengangguk pelan, rasanya sesak di dada gue, dan juga leher gue, hernest benar-benar terjatuh oleh tendangan kak edward.

“sakit leher kamu?” tanya mama pas gue pegang leher, gue angguk aja, rasanya beneran mau mati tadi, gue gak bisa apa-apa, kecuali dapat kabar kondisi hernest, dan apa yang sebenarnya terjadi disini, ada kejadian yang gue gak di ajak ikutan.

“Korban, sudah di evakuasi, ke UGD” kata suster, gue tanpa ba bi bu, langsung keluar dari ruangan menuju ruang UGD, kaki gue masih sempoyongan tapi gue paksain demi lihat kondisi hernest.

“hernestttt” jerit gue keras, gak perduli ini rumah sakit atau warung makan, gue cuman bisa lihat di terbaring di dalam sana dengan masih pakian balet,, gue gak boleh dekatin dia. Karena dalam masa penanganan,

“Nestttttttttt”jerit gue tanpa sadar mau nangis, sambil tunggu di luar ruang UGD, pikiran gue kacau hari ini, Sumpah gue bingung apa yang terjadi sebenarnya disini, gue gak inget,

Di tambah apa maksudnya dia kerumah sakit pakai pakian balet, apa dia udah transgender, perasaan gue campur aduk, gue gak paham apa yang terjadi sebenarnya disini.

"lo gak boleh mati nest, gue belum ucapin terima kasih" ucap gue pas duduk di lantai kayak bocah minta mainan. tapi benar gue belum ucapin terima kasih buat pertolongannya walau akhirnya dia korbanin dirinya.


Bersambung....

#Note, maaf kalau typo, ngetiknya buru-buru haha.. selamat menikmati.
 
yah si om. pas banget motongnya. mana pake jatuh pula hernestnya. kalo gantian amnesia kayaknya lucu juga..

hehehe...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd