Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

Bimabet
Om Pai... lapangan yg dipesan Om DH udah di siapin?
:papi:

Mana nih pendukung Indri?
Masa cuma gw doang?

Om Pai...Indri
Indri Om...
 
1 set ring udah terpasang

2 sarung tinju udah ada. Sarung cap gajah jongkok juga udah siap.

Kondom, sex toys, viagra, obat kuat udah siap

Bangku kelas vip, kelas 1 sampe kelas 12 udah terpasang.

Tinggal woro-woronya aja dah.

Ehem ehem.... Pengumuman...

Hari ini akan diadakan pertandingan "gulat" dunia antara Downhill sebagai perwakilan dari pendukung novi, dan Ijah sebagai perwakilan dari pendukung indri.

Silahkan tonton langsung dari pinggir ring.

GRATIIIISSSS!
 
Tandingnya ngapain nih, adu anggar?
 
Ane pasang sejuta juga untuk ijah.

#ah....lupa! Wasit kan gak boleh ikut taruhan :bata:
 
1 set ring udah terpasang

2 sarung tinju udah ada. Sarung cap gajah jongkok juga udah siap.

Kondom, sex toys, viagra, obat kuat udah siap

Bangku kelas vip, kelas 1 sampe kelas 12 udah terpasang.

Tinggal woro-woronya aja dah.

Ehem ehem.... Pengumuman...

Hari ini akan diadakan pertandingan "gulat" dunia antara Downhill sebagai perwakilan dari pendukung novi, dan Ijah sebagai perwakilan dari pendukung indri.

Silahkan tonton langsung dari pinggir ring.

GRATIIIISSSS!

ayas dukung suhu DH wae lah
 
What?? Terakhir?? Tamat??


:takut::takut:

Cpat amat suhu pai :sendirian:
hehehe maunya sih diterusin gan. tapi ane gak enak sama para pemerannya. konflik dah sampe puncaknya, tinggal crot.
mereka semua juga udah terlihat capek dipaksa kejar tayang mulu :D
Jadi ya mau gimana lagi hehehehe ;)
 
Lungguh, nyiapin ipok, terus rudit :bata:
eh, Maksud e ngenteni episode terakhir :)
 
oke, last main chapter of my eror story. gak kerasa satu bulan sepuluh hari sejak peristiwa konyol itu (gak sengaja nyentuh tombol itu di tengah keraguan tentang segala hal terkait cerita ini). Akhirnya Cerita Paidi menemui akhir kisahnya juga.

Chapter terakhir berisi tentang poin-poin kunci, yang sampai kemarin masih tersimpan, dan maaf membuat kentang, bahkan pertentangan yang memunculkan pertandingan gulat antara Downhill dan ijah (eh, siapa yang menang?).

Selain itu chapter berikut berisi sampting rendem story yang hanya menjadi pemanis saja, biar ceritanya terkesan gak monoton. eh sori juga, ane bukan pendukung LGBT. jadi tokoh yang ada di dalamnya gak ane buat homo hehehe :pandajahat:

So.... akhir kata pai ucapkan, selamat menikmati sajian kami :)
 
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja

Bila telah ditetapkan tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah

Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang​


Chapter 25 : Katarsis

“Ndri, sudah sampai” Kubangunkan kekasihku yang tertidur di sebelahku.
“Hoam.... udah sampai ya?” matanya mengerjap-ngerjap, mencoba mencari posisi dimana dia berada.
“Iya ra tuku” kataku sambil tertawa
“Be te we be te we, dimana kantornya?”
“Hemmm? Alamatnya ada di tasku, bentar tak ambilin. Emang jam berapa ini?”
“Jam setengah 7, sayang”
“Oooh... Kumpulnya jam 9. Cari maem dulu yuk”
“Boleh, tapi cari kantornya dulu ya. Biar gak tersesat”
“Iya, terserah”

Subuh-subuh, setelah memastikan bahwa mobil bisa berjalan kembali, aku melanjutkan perjalanan dari Sampang menuju ke Sumenep. Sepanjang perjalanan tidak lepas tanganku bergenggaman dengan tangan Indri hingga dia tertidur. Kami manfaatkan saat-saat terakhir ini, seakan kami tidak akan bertemu lagi di masa depan. Dan begitulah, seolah jarak tidak sepakat kami. Belum puas rasanya aku bersamanya, tahu-tahu kami sudah sampai, lebih cepat dari perkiraan.

Dan di sinilah aku. Duduk berdua dengan seorang yang kucintai, duduk berdua di taman kota, makan nasi bungkus yang dibeli di pinggir jalan, yang mereka namakan “Nasi Romi”, sembari menikmati saat-saat terakhir kami.

“Mas Pai”
“Hem?”
“Terima kasih mas mau nemani aku ke sini”
“Teyuh” mulutku penuh makanan
“Seneng aja”
“Mas”
“Hem?”
“Jangan lupakan aku ya”
“Indri juga...”
“Pasti”
“Hmm” aku mengangguk. Yakin.

Berikutnya hanya canda tawa yang menyertai kisah kami di taman, hingga sebelum berangkat menuju kantor yang dituju, kukecup keningnya untuk yang terakhir kali. Sebuah kecupan perpisahan. Kecupan yang berasa manis, sekaligus pahit. Hanya itu yang dapat kuberikan untuknya. Bukan sesuatu yang romantis, tapi cukup untuk mewakili seluruh perasaan yang kutitipkan padanya.

Akhirnya tibalah saat perpisahan. Pagi itu, di kantor bupati sumenep, setelah mengurus berbagai administrasi ala birokrasi, untuk yang terakhir kali aku menatap Indri.

“Dari sini nanti indri diantar bersama-sama oleh rombongan kecamatan yang mau balik ke Massalembu”
“Gitu ya, jadi aku sudah gak perlu lagi nganter Indri” Ucapku berlagak sedih
“Bukan gitu chayaaank, aa’ chayank kan maci ada teh Nopi di yumah, maca’ ditinggal lama cih” sambil memonyong-monyongkan bibirnya hingga tampak menggemaskan
“Kan Novi lagi di Jakarta”
“Ah iya ya? Kok aku yang lupa?”

“Hahahaha” Kami tertawa bersama

“Saatnya pergi”

Aku mengangguk

“Makasih ya mas, atas semua kenangan indah selama ini”

Aku mengangguk, pasti.

“Kamu kenangan terindahku, Ndri”
“Kamu juga mas. Tapi Novi masih menunggumu. Dialah masa depanmu, bukan aku”

Sedikit perih kurasakan di hati ini.


Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja


“Kuharapkan mas bahagia dengan Novi. Dia menjanjikan masa depan yang indah, jauh lebih indah dibandingkan denganku mas”

Indri benar.

Kugenggam tangannya erat. Seolah tak rela berpisah.

“I love you...”
“...I love you” ucap kami berbarengan

Indri tersenyum, aku tersenyum.

“Dadah mas. Selamat tinggal. Hati-hati di jalan”
“Indri juga. Semoga selamat sampai tujuan. Jangan lupakan aku ya”
“Mas juga. Ingat Indri selalu ya”
“Pasti”


Bila telah ditetapkan tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah​


Aku masih tersenyum ketika perlahan kulepas genggaman tanganku, sampai dengan saat Indri masuk ke dalam kantor instansi di sana. Perlahan senyumku bertambah dengan air mata yang mulai menggenangi mata.

Dan tetesan itu semakin deras tatkala mobil yang kukendarai meninggalkan Sumenep menuju Malang. Rumah, pohon, pembatas jalan, pantai, kota, apapun yang bergerak mundur seolah menjadi isyarat bahwa kenangan tak akan kembali lagi. Berakhirlah cerita kami. Kisah antara aku dan Indri.


Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang



-o0o-​


Kusudahi lukisan tentangnya, dengan pigora terindah yang pernah kubuat. Kusimpan rapat lukisan itu dalam lemari kenangan, dan tak akan kubuka lagi. Dalam tangisku aku bersyukur bahwa aku masih diberi kesempatan untuk menuntaskan semua yang tersisa. Menjadikan diri ini seorang yang baru. Meregenerasi hati. Bagaikan bayi yang baru lahir.

Dan kini, hari ini, aku melangkah dengan tegap. Keluar dari imaji masa lalu, meninggalkan kenangan, menuju masa depan yang cerah. Dengan baju toga yang ku kenakan, aku keluar dari gedung serba guna. Di sana, semua sudah menungguku. Bapak, Ibu, saudara-saudara, teman-temanku.

“Selamat ya nak” Kata Bapak sembari terenyum bahagia
“Sukses ya nak” Ucap Ibu sambil menangis terharu, membuatku ikut terharu.
"Terima kasih Pak, Bu. Akhirnya aku bisa sedikit memberi kebahagiaan buat njenengan berdua" ucapku sambil menahan air mata

“Akhirnya wisuda juga kamu kang” kata Inul yang datang bersama Yaya
“Hahaha, kapan kamu nyusul”
“Isih, ngenteni skripsiku mari” katanya
(masih, menunggu skripsiku selesai)
“Ojo suwe-suwe, sulak bosok”
(jangan lama-lama, keburu busuk)
“Hahahaha” kami tertawa bersama.

Kemudian kulihat Asep bersama Lukman dengan tergopoh-gopoh datang menggandeng mesra perempuan masing-masing di sebelahnya. Yang mengejutkan adalah gandengan mereka mirip. Sepertinya mereka kembar.

“Hei, sori pren, terlambat” kata Asep
“Iya, maklum. Yang diajak dandannya lama” tambah Lukman
“Hei, hei, hei, hei. Sik talah. Arek loro iki opo-opoan yo”
(Hei, hei, hei, hei. Sebentar sebentar. Anak dua ini apa-apaan ya)
“Maksudmu Di?” sahut Asep
“Lha iso gandengan ngene, rupane podo pisan”
(Lha bisa gandengan begini, wajahnya sama pula)
“Lha piye to Di?” ucap Lukman
(Lha bagaimana maksudnya Di?)
“Iki rak koncoku. Iku koncone Lukman. Ngono tok lho. Koncoan tok Di” tambah Asep
(Ini kan temanku. Itu temannya Lukman. Begitu saja lho. Berteman saja Di)
“Konco tah konco?” tanyaku penuh selidik
(Teman apa teman?)
“Iyo, Konco kok gandengan” Sahut Inul, sontak mereka melepaskan pegangannya.
(Iya, teman kok gandengan)
“Jiakakakakak konco tah karo isin-isin” Sahut Eko
(Jiakakakakak teman kah pake malu-malu segala)
“Walah dalah meneng-meneng arek loro iso kompakan ngene. Sik lanang tibakno awakmu Sep” Ledek Ali
(Walah dalah diam-diam berdua bisa kompakan gini. Masih laki ternyata kamu Sep)
“Timbangane gak onok sing ngancani mrene” Bela Lukman
(Dari pada gak ada yang menemani ke sini)
“Iyo, timbangane ijenan koyok awakmu Li” Asep menambahkan
(Iya, daripada sendirian kayak kamu Li)

Tanpa permisi aku langsung menjulurkan tanganku kepada si kembar di sebelah Asep dan Lukman.

“Ehem, ehem. Kenalan dulu” Ucapku sok cool
“Ane, Paidi. Eh, tidak tidak tidak... Paidi, SE.”
“Saya, Hagemaru” sambut wanita yang bersama Asep
“Marucil” sambut wanita yang menggandeng Lukman
“Kalian kembar?” tanyaku
“Iya, kami si kembar Maru” lanjut Hagemaru
“Oooo pantes sama. Kalian keturunan Jepang ya?”
“Hehehe iya kakek kami orang Jepang” jawab Marucil
“Ah, makanya, kalian putih banget. Pantes pula Asep sama Lukman jatuh cintrong sama kalian"
“Iya, pantes kok Asep sama lukman jatuh cinta pada kalian wakakakakak” Sahut Andre
“Wakakakak iyo, tibakno Asep pinter golek Konco” yang lain menimpali
(Wakakakak iya, ternyata Asep pintar mencari “teman”)
“Wakakak Asep karo Lukman lho kok gelem-geleme gendhakan bagi-bagi” yang lain lagi menyambung
(Wakakak Asep sama Lukman kok mau-maunya kencannya berbagi)
“Ojok-ojok, malah Asep sing gendhakan karo Lukman iku” timpal yang lain
(Jangan-jangan, malah Asep yang kencan sama Lukman itu)
"Jangan lupa jadi ojob yang baik bagi mereka ya” timpal yang lain lagi

Yup, ledekan berikutnya dan berikutnya semakin brutal kepada Asep dan Lukman. Yah, begitulah kalau geng KK21 lagi kumat. Ancur-ancur dah mereka hehehe. Sedangkan si kembar Maru? Mereka hanya bisa tersipu, menahan malu. Sumpah, wajah merekapun saat ini sudah seperti kepiting rebus.

Sejenak kulupakan keberadaan Bapak, Ibu, dan keluargaku demi “menghabisi” kedua temanku. Saat kutoleh mereka hanya tertawa geli. Setengah jaim juga sih kelihatannya. Ya sudahlah, yang penting mereka terhibur.

Diantara canda tawa bersama teman dan kerabatku, mataku memandang sekeliling, mencari kehadiran seseorang diantara keramaian wisudawan dan keluarga mereka. Seseorang yang sangat kuharapkan datang di acara sepenting ini. Seseorang yang akan kuperkenalkan kepada orang tuaku sebagai calon istriku. Namun tak tampak diantara kerumunan orang-orang sosoknya.

Tiba-tiba pundakku ditepuk seseorang dari samping. Sontak kutoleh ke arah tepukan itu berasal.

“Kamu cari siapa nak?” tanya Bapak
“Eh, ada deh pak” aku tersenyum malu.
“Siapa? Cewek cantik? Tuh di belakangmu” Kata Bapak sambil tertawa lepas


Seluruh kata kutulis
Dan kuucap dengan sepenuh hati
Dengan nafas yang tak pernah melemah
Penuh harapan
Kepadamu​


Perlahan aku menoleh ke belakang. Terlihat seperti gerakan lambat, seseorang yang sedang tersenyum, manis. Entah sejak kapan dia di sana. Dari tadi aku sama sekali tidak menemukan keberadaannya. Tiba-tiba saja dia muncul layaknya pesulap yang mampu menghilang dan memunculkan dirinya sendiri.

“E... eh” Aku tak bisa berkata-kata
“Cari siapa bang?” Tanyanya renyah

Mukaku merah, menahan malu.

“Su..sudah kenalan belom” kataku menahan malu
“P..Pak, kenalkan ini..” kataku gugup, entah kenapa, tiba-tiba aku gugup
“Hahahaha udah tau kali” ujar adikku yang paling kecil langsung menggelandot tangannya
“Ini pacarmu kah nak?” ucap Bapak
‘Eh buk...eh iya, eh... calon menantu Bapak”
“Kita tadi sudah kenalan kok nak. Jangan kuatir salah, Novi anak yang baik” Jelas Ibu.
“Hahahaha” semua tertawa, lega, bahagia.

Aku lega, Novi diterima dengan baik oleh keluargaku. Kini masa depanku semakin cerah lagi, tidak hanya keluargaku, bahkan keluarga Novi juga menerimaku. Perkenalan kami terjadi ketika malam sebelum wisudanya. Oleh Papanya Novi bahkan aku diberi wejangan menjadi suami yang baik. Terima kasih Tuhan, Kau berikan jalan yang baik untukku. Meskipun jalan itu terlihat sulit pada awalnya.


Tak tahu dimanakah awalnya
Rasa ini tumbuh dengan tulus
Dan apakah ini akan berakhir
Semua diluar kuasaku​


Ku teringat sore hari itu. Saat aku sedang duduk berdua dengan kekasihku, di teras depan kamar kost. Novi sedang merebahkan kepalanya di pundakku, sedang mempermainkan jemariku.

“Maafkan aku” kataku pelan
“Maaf kenapa” Novi berkata tanpa menoleh
“Aku...” kataku tertahan
“Mas kenapa?”
“Aku merasa gak enak sama Novi”
“Lho kenapa masku sayang?”
“Iya, gak enak aja. Dulu aku pernah ngegantungin perasaan Novi”
“Bahkan aku sempat ingin membencimu, saat dirimu mulai membuka luka hatiku”
“Hihihi ga papa kali mas. Yang penting sekarang mas Paidiku yang ganteng ini udah bisa menerima Novi”
“Oh iya?”
“Dan aku yakin mas Paidiku akan menjadi suami yang bertanggungjawab, mampu memimpin dan membina rumah tangga yang sakinah mawadah warohmah”
“Hahaha bisa saja kau Nov. Udah yuk, maem. Aku lapar.”
“Hehehe ayuk”


Hanya saja selagi kuhidup
Sluruh pikir dan ilham untukmu
Takkan kubagi walaupun setetes
Segenap hidupku untukmu


TAMAT
 
Terakhir diubah:
Terima kasih yang sebanyak banyaknya untuk:

Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan idenya sehingga cerita asurd ini bisa selesai (kalaupun itu masih pantais aku ucapkan).

Bapak dan Ibu (bahkan akupun malu untuk mengatakannya)

Jaya Suporno, atas ide dan ijinnya sehingga tulisan ini dapat terselesaikan. This is still your story brada

Sahabat-sahabatku:
TJ 44
Fauzi
Downhill
Marucil
Nostradamus
Dekpras
Nickolai
4pin
Lerlah
Namrif
L
Mytroyes
Little Crot
Nijyuichi
Rangganaga
She
Skullbone
Upil Hero
Broken Coffe
White Lotus
Alan_smith
Hagemaru
Multizone
Jowood
Ulrich
Tapluck
Chungkrinx
Dinzy
Crutac11
Vand
vwx
Uzumakira
Gumecrotzz
dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan, sehingga cerita ini bisa menjadi lebih kentang dan baper hampir dalam setiap episodenya

Mohon maaf jika endingnya sendiri gak seseru chapter-chapter sebelumnya, tetapi pai tetap berusaha menyajikan yang terbaik bagi anda semua. Seginilah kemampuan saya.​
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
ini bagus lho ceritanya,
simple tapi menarik,

terimakasih kesediaan cak pai membagi cerita d sf cerpan, d tunggu cerita selanjutnya
 
Kok uwes tamat ae :galau:
Ibar e lho belom :tendang:

Tapi, selamat sam ceritanya udah tamat :shakehand
*nyalain flare buat perayaan*
ibar opo malam pertamane bro?

Tenang, malam pertamane sik digawekno. Tunggu saja kalo sudah jadi, pasti tak rilis hehehe :hore:
 
Bimabet
ini bagus lho ceritanya,
simple tapi menarik,

terimakasih kesediaan cak pai membagi cerita d sf cerpan, d tunggu cerita selanjutnya

Terima kasih. Ini juga berkat masukan dari belakang, eh dari teman teman semua :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd