Part 2: A banker with some manners.
Gue buka whatsapp siang ini dan tersenyum membuka chat terakhir yang masuk.
Leo: “
Hei busy lawyer, had your lunch yet”?
Me:
yes, I had. Hbu?
Leo: “
Well just finish my meeting. Maybe will just grab a sandwich and continue for another meeting. Gosh…so hungry…and so miss you”.
Me: “
Meh…stop it you. Kok sibuk banget sih?”
Leo: “tapi gak akan pernah sibuk ngingetin kamu makan .
So, is today gonna be my lucky day? Liberatedie for dinner? “
*Liberatedie: salah satu restoran Italia di mall CC
Gue tersenyum sambil menutup aplikasi whatsapp. Leo cowo yang uda sebulanan ini deket sama gue. 31
years old, a single banker. Pertama kali kami kenal dari aplikasi
random chat yang gue install karena lagi suntuk di kantor jam 9 malem ngerjain
agreement2 yang uda mendekati
deadline. Lumayan lah si Leo ini.
He is mature, smart and seems is a workaholic yet a flirtous one. Dia selalu bikin gue
excited chat sama dia dengan topik2 yang seru, yah meski kadang2 jg ngegombal. Menurut gue dia juga cerdas dan
very calm. Berkali-kali dia ajak meet up tapi gue belum minat, lagipula jadwal kerja gue jg lagi padet2nya.
Seperti yang tadi Leo uda bilang,
yes, I am lawyer. Kerja di salah satu
prominent law firm di kawasan
Business District di Jakarta.
Jadi
lawyer itu, fisiknya harus kuat. Kuat fisik, kuat mental. Sebab jam kerja kami itu jarang sekali ada yang 9-5. Jam 6 sore aja adl waktu dimana biasanya gue baru mau cari
dinner/cemilan untuk nemenin gue lembur di kantor. Kalo
workload lagi penuh, gue bisa pulang pagi atau pulang tengah malem. Beberapa kali malah pulang pagi sekitar jam 5, lalu pulang utk istirahat sebentar dan balik ke kantor jam 11 siang hahaha.
Thanks God im alive. But I love my job. This is my dream job.
Karena jadwal kerja gue yang agak abnormal itulah gue mutusin utk tinggal di apartemen deket kantor aja. Rumah kluarga gue jauh sih, di daerah Bekasi. Bisa gempor gue kalo pulang pergi harus nyetir dari tengah kota Jakarta ke Bekasi.
Anybody is a lawyer here? Pasti paham lah ya lika liku hidup seorang
lawyer hihihi.
******
“Mba Sasa, saya pulang duluan ya”. Sapaan dari admin magang gue, si Andina menyadarkan gue kalau skrg uda jam 5 sore lewat. Iseng gue cek whatsapp. Oh iya, chat dari Leo belum gue bales.
Me: “Nanti jadi kan di Liberatedie di mall CC kan?”
Ga sampe lima menit langsung ada chat balesan
Leo: “YES….FINALLY. okay Liberatedia CC ya. Kamu bisa jam berapa? Mau aku jemput?”
Me: “gak usah, aku bawa mobil kok. Mungkin aku bisa sampe sana sekitar jam 7.30”
Leo: “
noted. See you there ”
Hari ini kerjaan uda agak beres. Beberapa
agreement (yang tentunya uda
direview sama atasan gue) uda gue kirim ke klien, tinggal tunggu
feedback hasil review mereka aja. Si boss ada kasih kerjaan bikin
legal brief untuk beberapa
case baru sih, tapi ga terlalu
urgent. Bisa dikerjain besok.
Sekitar jam 7an gue uda beres2in barang n masukin ke tas. Gue ambil bedak, lipstick dan blush on. Cukuplah untuk sekedar
touch up makeup gue yang uda dari tadi pagi. Bukan bermaksud genit, tapi kalau kita kelihatan fresh, kita jadi percaya diri dan orang pasti ngeliatnya jg jd seneng. Iya gak?
****
Gue langkahkan kaki gue keluar mobil menuju ke
Ground Floor. Hari itu gue pake kemeja abu-abu garis-garis hitam dengan rok span
slim fit. Bisa bayangin kan. Tubuh gue terbungkus kemeja dan rok yang pas di badan (
press body). Selalu sukses bikin gue merasa percaya diri. Lalu gue pake 7cm
pointed toe high heels nya Nine West. Di Law Firm memang kami dituntut untuk berpenampilan serapih dan seprofesional mungkin Karena kami merepresentasikan identitas perusahaan dan untuk menunjukkan citra profesionalisme.
Gue whatsapp Leo utk ngabarin klo gue uda sampe.
Me: “uda sampe nih. Kamu pakai baju apa? Duduk dimana?”
Leo: “
im wearing black shirt ya. Duduk agak dalem”
Gue langkahkan kaki masuk ke restoran itu. Ah,
there he is, waving his right hand and smiling to me.
Sesaat gue terpana. Aslinya cakep. Badannya bagus, berisi dan tinggi. Mungkin tingginya sekitar 180cm. Badannya bagus, pasti karena sering ngegym seperti yang sering dia ceritain ke gue. Dia pakai kemeja hitam lengan panjang, tapi lengannya udah dilipet sampe ke situ. Kemudian sempet terlintas di benak gue apa ya rasanya klo gue duduk diatas perut dia tanpa sehelai bajupun. Duh Sa! Masih aja sempet mikir mesum.
“
very nice to finally meet you, Sa”
“yah,
me too” gue senyum, sambil duduk dan naruh tas di kursi sebelah kiri depan gue.
I really enjoy this dinner. Gue lebih suka versi yang real gini. Dia cerdas, ketauan dari cara dia diskusi sama gue tng banyak hal. Kita juga share tentang pekerjaan masing-masing. Gue cukup kaget ketika tahu kita satu almamater salah satu perguruan negeri di pinggir selatan Jakarta.
“dunia kecil banget ya Sa. Ga nyangka kl kamu itu adek kelas aku”, kata dia sambil mengunyah spaghetti aglio olio yang dia pesan.
“haha. Tapi kan beda fakultas. Dan kita beda 5 tahun. Jadi pasti gak ketemu pas kuliah dulu”.
“iya tapi tetep aja.
I feel so connected to you. Feels like knowing you for years” katanya sambil natap mata gue dalam-dalam. Hmm…gue uda apal dengan
flirting lines kayak gini. Gak bakal kena ke gue.
*****
Gak kerasa uda 2jam-an kita ngobrol. Waktu uda jam 9-an.
“
want to have some coffee or ice cream before going home?” tanyanya sambil ngeluarin kartu kredit dan kasih ke waiter.
“
I guess no for today, Leo. Kalau minum kopi, nanti aku jadi begadang. Kalau makan ice cream, nanti aku jadi gendut hahaha”
“haha ok.
So…ice cream next time?” katanya sambil senyum.
“
let see” ucap gue sambil beranjak dari kursi.
Diapun nganter gue ke mobil dan bukain pintu mobil gue. So
gentle. But hey, gue uda apal dengan trik-trik laki-laki kyk gini.
Sebelum gue masuk ke mobil, gue tatap dia.
“Thanks for the dinner, Leo”.
“
I am the one who should thank you, Sa. It was very nice. So glad to finally a very clever and pretty lady like you”.
“hahaha. Kamu bisa aja” gue kasih senyum agak dipaksakan
Dia makin mendekat ke gue sambil tangan kirinya megang pinggul gue.
“aku seneng akhirnya bisa ketemu kamu. Semoga akan aada dinner-dinner lainnya, bahkan kalau perlu lunch dan breakfast juga ya, Sa.” Badannya makin mendekat. Sekarang jarak muka gue Cuma sekitar 10 cm ke muka dia. Duh, apa dia akan nyium gue? tapi kan baru pertama kali ketemu
“
can I kiss you Sa?”
Gue diem aja sambil senyum.
Leo cium pipi kanan gue. Iya, pipi. Lo gak salah baca. Leo cium
pipi gue, bukan bibir gue.
“
safe drive ya Sa. Let me know if you arrive at home, kay?”
“
will do. Gih sana pulang” kata gue sambil masuk mobil.
Gue ngeliat dia jalan menjauh sambil mikir bahwa
its not a bad dinner after all. A handsome guy with some manners. Actually im glad he did kiss me on cheek not on my lips. Meskipun sebenernya gue juga mau hihihihi.
*****
Apartemen gue gak begitu jauh dari daerah mall CC tadi. Mungkin hanya sekitar 15menit dengan naik mobil, tp harus lewatin 2 lampu merah. Malam itu gue pasang CD lagu jazz instrumental. Favorit gue. Selalu bisa kasih
peaceful vibes.
Gue jadi mikirin si Leo. Lumayan juga sih dia.
“stay a while…. i'm gazing the way you move…. from far….never look back since then…”
Ringtone hape gue bunyi. Gue liat siapa yang nelpon.
Deg.
Koko Rey
08119837xxxx
Incoming call
Angkat gak nih?
(
bersambung)