Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Change?

Besok minggu lanjutin buat tugasnya ya ar... ucap Winda selepas kuliah selesai, temanku yang lainnya ke kantin untuk makan sedangkan aku duduk dikelas dan Winda menghampiriku

I.. iya wind... ucapku

Bagaimana kalau gue ke kosmu saja? oia, gue belum punya kontak kamu. Pin kamu berapa? ucap Winda

Nd.. ndak usah, aku kekos kamu saja wind...

A.. aku ndak punya PIN wind, adanya nomor hape ucapku, sambil merogoh saku dan memperlihatkan hapeku

Yaelah jadul banget, kamu mau gak pakai sematpon lamaku? Ada tuh di kos ucapnya,

Ka.. Katanya harus konek internet sematponnya balasku

Ya iyalah, beli paket data dong ucap Winda

Nd.. Ndak win makasih, makan saja masih susah kok wind ucapku

Hi hi hi... lu itu lucu ya, oia lu suka dengerin musik ya? musik barat? Genre rock dan metal ya? klasik kan? ucap Winda membuatku terkejut bagaimana bisa dia tahu semuanya

I.. iya, kok tahu... ucapku

Kemarin lu browsing lirik sama kort lagu, gak lu tutup jadi pas gue buka laptop jadi tahu deh... lu aneh ya, culun tapi suka lagu keras... ucapnya, mati aku...

Cu.. Cuma pegen tahu saja wind... jawabku sekenanya

Ya udah mana nomor kamu, aku catat... ucap Winda

Setelahnya aku memberikan nomor hape ke Winda dan kemudian Winda mengirimkan pesan.

Itu di save ya, aku mau kekantin dulu. Ikut ndak? ucap Winda, aku menggeleng

Okay... ucap Winda lalu pergi

Setelah percakapan sesaat dengan Winda, dia kemudian pergi. Aku sendiri di dalam uang kelas kuliahku. Hawa terlalu dingin, membuatku, argh.. kebelet pipis!. Sebenarnya ini kelas apa kulkas, Cuma itu yang ada dipikiranku. Aku segera lari ke kamar kecil, dan sial ketika aku masuk ke kamar mandi lelaki. Ruangannya luas, ada putih-putih menggantung dan berbentuk seperti mangkok tapi panjang dari atas ke bawah. Tidak ada bak mandi, tidak ada gayung. Aku celingukan ke kanan dan kekiri, ada tiga buah pintu dan coba aku buka. Aku tambah bingung lagi, sebuah kotak putih terus didepannya ada tempat duduknya tapi ada ember berisi air dan gayung.

Haduh gimana ini? kencing dimana? bathinku

Kleeek...

Suara pintu terbuka, masuk seorang bapak-bapak, dan tampak heran melihatku.

Ada apa mas? Kok kaya orang bingung? ucap seorang bapak-bapak membawa lap pel

Eh ini pak anu, saya kan orang desa. Ini mau buang air kecil, dimana pak? ucapku polos

Lha disitu kan bisa mas? ucap bapak itu sembari menunjuk benda panjang putih yang menggantung

He?? gimana caranya pak? ucapku

Walah benar-benar ndeso kamu mas, ini gini... ucapnya sembari memperagakan cara buang air kecil

Nah ceboknya seperti ini... ucapnya

Owh... ya pak ucapku, langsung kupraktekan, ilmu itu sekali didapat langsung dipraktekan pertanda kita akan menjadi anak yang pintar. Pintar semprul, Cuma buang air kecil dibilang ilmu. Setelah selesai...

Pak, lha itu yang didalam kamar mandi, apa itu namanya? ucapku

Walah mas... mas... ini gini ucapnya mempraktekan buang air besar

Ceboknya pakai air di ember ini saja mas... ucap bapaknya

Mau praktek ndak? ucap bapaknya

Ndak pak, Cuma pengen tahu... makasih ya pak ucapku. Edan apa mau praktek buang air besar sambil dilihat bapaknya, hiii.

Iya sama-sama... masnya itu aneh plus lucu, emang didesa gak ada ya mas? ucap bapaknya

Ndak ada pak, jongkok pak lebih enak, lebih sehat katanya pak ucapku

Iya bener, sambil jongkok lebih sehat. Rumah bapak ada kaya gini saja, bapak lebih milih nangkring di atasnya ucap bapaknya

Lho bisa pak? Kuat dudukannya? ucapku

Kuat mas, tapi hati-hati ucap bapaknya

Iya pak...saya tak kembali ke kelas dulu ucapku, berjalan keluar kamar mandi

Sambi berjalan membungkuk aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Banyak yang tertawa geli melihat tingkahku. Kadang pula mereka malah menertawakanku, tapi aku tidak memperdulikannya dan tetap berjalan sampai ke kelas. Tiba-tiba saja aku teringat, kenapa tadi pas sama bapaknya yang ada didalam kamar mandi, aku malah tidak akting culun. Aduh!

Arta! Dicariin kemana saja sih? ucap Desy, tepat ketika melihatku masuk kedalam kelas. Dia duduk di bangku disebelah bangku yang aku tempati.

Ha.. habis dari kamar mandi ucapku, menunduk, berjalan menuju ke arahnya

Cepetan sini ajari aku ini nih, masih bingung ucapnya

I.. iya... ucapku, aku duduk sembari memandang ke meja yang menyatu dengan bangku

Ini faktor-faktor yang memperngaruhi kesetimbangan sama ini nih, materi mata kuliah yang satunya. Reaksi penggaraman... dulu SMA aku tidak pernah dikasih ucap Desy, untung saja dulu guruku memberiku catatan kecil mengenai reaksi penggaraman

I.. iya... ini begini... aku kemudian menjelaskan satu persatu faktor-faktornya, di meja Desy yang disebelahku.

ba.. bagaimana Des? Paham? ucapku

Iya paham, reaksi penggaramannya? ucap Desy

Aku kembali menjelaskannya lagi, kadang aku merasa aneh karena Desy terkadang melihatku bukan melihat tulisanku. Kadang aku merasa salah tingkah sendiri dengan caranya menatapku. Setelah selesai menjelaskan kepadanya.

Hmmm... ar... ucap Desy, dengan satu tangannya menyangga dagunya. Dia memandangku dengan mata indah bulatnya itu.

I.. iya... balasku, masih menunduk tak berani aku memandangnya terlalu lama

Kamu bener Arta? Kok kaya orang lain ya? hi hi aku menjadi sangat kebingungan ketika Desy mengatakan hal itu

Kamu ngrokok? ucap Desy, pertanyaannya mengejar

Endak kok endak... ucapku, sembari menggelengkan kepala, memberi penegasan atas jawabanku

Jangan bohong, tadi waktu kamu gak ada disini aku iseng buka tas kamu. tuh ada kotak gambar tengkorak, sama kaya punya ayahku ucap Desy. Aku tidak berkutik dan hanya diam.

Kamu tahu gak? aneh melihat seorang lelaki seperti kamu merokok ucap Desy

I.. itu rokok temanku... ucapku

Beneran? Tapi gak papa kok, temanku juga ada yang seperti kamu, merokok juga ucapnya

Aku ndak merokok des ucapku, mengelak

Hi hi... iya deh... rokok teman kamu hi hi hi ucap Desy

Makasih ya, oia nomor kamu berapa? katanya kamu gak ada pin ya? ntar kalau aku mau tanya sms kamu, gak papa kan? ucapnya

i.. iya... ucapku smebari memberinya nomor hapeku

Beberapa saat kemudian, kelas dipenuhi keluargaku lagi. Keluarga baru ya mungkin itu nama yang pantas untuk sahabat-sahabatku. Kuliah telah selesai dan aku kembali ke habitatku. Hari-hari aku lalui dengan biasa, dan santai saja. Dan lebih sering aku belajar di dalam kamar, begitu pula dengan Samo dan Justi mereka lebih sering belajar. Maklumlah baru masuk kuliah untuk pertama kali, giat-giatnya belajar.

Pada hari kelima setelah pulang kuliah, aku langsung ambruk di kasur karena kelelahan. Hari kelima dipenuhi dengan praktikum di laboratorium. Lelah sekali, dan tertidur hingga menjelang maghrib.

Tit tit tu tu ti tut. Bayangkan itu suara jam power ranger yang dipanggil alpha 5. Sms.



(yaelah baru saja jumat, sudah mengingatkan)





Kriiing kriiing kriiing bunyi telepon... belum sempat aku membalas smsnya

Apa artinya ar?

Eh anu sebentar...

Cepetaaaaan...

I i iya... Winda dalam bahasa luar ada yang mengatakan artinya adalah pemburu tapi kalau dlihat dari arti kata setelahnya, Winda memeliki arti kata cantik, tapi yang lebih pas itu adalah Winda adalah angin kalau dari nama setelahnya. Terus kalau Shirina berasal dari bahasa sansekerta, adalah hangat dan ardeliana diambil dari kata ardelia dalam bahasa arab adalah hangat. Jadi nama kamu artinya angin malam yang menghangatkan ucapku

Uuuh so sweeeet... pinter banget kamu arya, makasih ya... lagi apa? (kenapa malah diajak ngobrol)

La lagi tiduran, mau mandi... ucapku

Ya udah Arta pinter mandi dulu ya, biar tambah ganteng hi hi hi

Egh, makasih...

Daaaaaaaaah.... tuuut

Hufth untung saja dia tidak ada di kontrakanku. Bisa jadi bubar semuanya. Ditambah lagi, dandananku belum kelihatan seperti aku di kampus. Segera aku mandi dan berkumpul dengan Samo dan juga Justi.

Besok sabtu aku sama Justi ada acara dikampus, nginep bro... suruh jadi perlengkapan, gotong-gotong apalah, biasalah acara jurusan ucap Samo, yang duduk dengan rokok di tangan kanannya

Nginep? Wah bahaya kalian mau kikuk-kikuk bareng apa? ucapku, sembari duduk dan meraih bungkusan rokok samo

Kaya tahu aja kamu kikuk-kikuk? Makanya tuh burung jangan dikurung terus masukin kesangkar yang sebenarnya ucap Samo, mendorong bahuku, aku hanya tersenyum sembari menyulut rokok

Ah, matamu su! ucapku, dari ketiga orang ini aku masih perjaka sendiri

Ha ha... makanya ha ha ha.... ucap Samo tertawa

Lho emang Arta punya burung? Dia kan ndak pelihara sam? Terus sangkar gimana sam? ucap Justi, kepalanya maju, melongok ke arah kami. Benar-benar, guoblok ini orang, tapi dia sahabatku

Mending kamu ndak usah ngomong jus, marahi budrek! (bikin pusing!) ucap Samo

Ha ha ha... woi jus, burung kakak tua hinggap di jendela nenek sudah tua ha ha ha candaku

Asu... aku orang mudeng tenan ndes (anjing aku ndak mudeng beneran ndes) ucap Justi, kami makin tertawa terbahak-bahak

Sabtu pagi aku sudah sendirian didalam kontrakan, tak keluar kontrakan tapi ternyata rokok habis. Mau menghubungi juga menghubungi siapa? Ndak ada teman buat cerita-cerita, Dini, Dina ah males... Winda, digampar sama pacarnya... Desy? Ancur dah, malah bukan cerita, adanya cuma tanya masalah kuliah.

Aku keluar menuju warung yang biasanya aku datangi dengan dandanan culunku. Berbincang sedikit dengan penjaga warung, lepas beberapa menit aku mengakhiri obrolanku. Beberapa langkah aku dari warung, suara teriakan dari belakangku.

WOI CULUN! teriak seorang lelaki, aku menengok kebelakang. Mati aku...

A.. ada apa bang? ucapku, melihat tiga orang yang kemarin aku hajar juga bersama lelaki itu. Jumlah mereka lebih dari 30 orang dan tak mungkin aku melawan mereka.

Elu ya yang hajar, teman-temanku aku terperanjat

Kenalin gue Jali, biasa dipanggil bang jali. Elu berani sama anak buah gue berarti lu cari mati! Dan sekarang bakal gue jadiin elu daging cincang... ucap bang jali

Maaf bang kemarin itu anu bang... ucapku, walau terpojok bukan berarti aku harus takut tapi ya tetap takut

Bro... hajar dia! ucap bang jali dan segerombolan orang berjalan ke arahku

STOP! dengan sedikit ketakutan aku menghentikan mereka

Kalau kamu memang laki-laki, hadapi aku satu lawan satu bukan keroyokan seperti ini! ucapku dengan nada sedikit keras, posisi seperti ini aku pasti akan mati kalau mereka main keroyok

Ada nyali juga lu ucap bang jali

Hajar rame-rame saja bang! ucap pepeng

Diem lu, kalau lu berani maju dulu sana! ucap bang jali ke pepeng tapi pepeng langsung mengkerut

Okay, one by one... lu menang, lu boleh pergi... lu kalah, lu harus jadi anjing peliaraan gue! teriak bang jali

Mau tidak mau aku melepas kacamata culunku, maju dan berhadapan dengan bang jali. Kuda-kuda dan... sebuah pukulan melayang ke arahku dan dapat aku hindari. Ku balas dengan pukulan megarah ke perutnya tapi dia dapar menangkisnya. Dilihat ari kuda-kudanya dia memang benar-benar ahli bela diri. Setiap puukulanku dan pukulannya bisa saling kami tangkis. Hingga sebuah tendangan dan tendangannya mendarat diperut kami masing-masing. Bang jali terjungkal kebelakang, sedangakan aku masih bisa menahan tubuhku untuk tetap berdiri.

Bang jali kemudian berdiri, dan langsung aku memberikannya serangan. Perut yang sakit, membuat dia sedikit memegang perutnya. Pertahanananya menjadi sangat lemah, dan sangat bisa aku lumpuhkan. Pukulanku pada wajahnya mengenai telak, ketika kedua tangannya secara tak sadar memegang wajahnya yang baru saja ku pukul. Perutnya langsung aku serang dengan tendangan. Pertarungan berlangsung lama, apalagi sebelum bang jali terjatuh. Kini aku dapat melancarkan tendangan dan pukulan secara bertubi-tubi, membuat bang jali lemas. Hingga sebuah tendangan mengarah pada perutnya dan dia terjungkal kebelakang.

Argh....! sialan rintih bang jali yang sebelumnya menerima banyak pukulan dan tendanganku. Tubuhnya layu dan hanya bisa merintih sakit.

Bang jali... sialan lu berani sekali lu! ucap seorang dari mereka, tapi kulihat kaki mereka gemetar

Serang saja bareng-bareng! teriak topan

BERHENTI! teriak seseorang dari belakang mereka

Aku terkejut, seketika semua orang berada disana diam dan melihat kearah belakang. Sebuah mobil hitam panjang, aku pernah melihatnya di sebuah permainan game tapi aku lupa namanya. Laki-laki berkaca mata hitam dan tegap, telah berdiri disamping pintu mobil yang terbuka.

Laki-laki yang benar-benar formal, pakainnya sangat elegan. Ketika dia melangkah, kerumunan orang mulai terpcah, bak laut yang terbelah. Dia melangkah dan mendekati bang jali. Berbicara sebentar dan kemudian melepas jasnya, tubuhnya kekar dengan tinggi hampir sama denganku. Bajunya dilepas dan berjalan ke arahku.

Aku lawanmu... ucapnya, bahasanya datar dan formal... aku terkejut seketika itu

Jika kamu menang, kamu mendapatkan segalanya... ucapnya

Baru saja aku mendengar ucapanya, dia sudah melompat kearahku. Sebuah tendangan mendat di dadaku. Aku langsung jatuh kebelakang, dan terjungkal. Langsung aku berdiri tapi sebuah tendangan dari samping kepalaku membuatku terdorong kesamping dan kembali terjatuh. Aku bangkit, sebuah tendangan kembali mengarah ke arahku dan kutahan dengan kedua tanganku menyilang didada. Mataku... fokus.... melihat semua gerakan cepatnya... dia bergerak ala bruce lee... kadang seorang taekwondo seperti hwoarang... kadang pula diamnya seperti jet lee...

Aku berdiri dengan mata tetap fokus, kembali sebuah serangan datang. Hanya bisa menahan serangan-serangannya. Tubuhku semakin mundur dan mundur, membuatku dapat mencari celah gerakannya. Menghafalkan setiap gerakan mautnya, dan seketika aku mulai menyerang. Pukulan demi pukulan aku layangkan, kadang aku merunduk dan memberikan tendangan menyapu untuk menjatuhkannya. Tapi dia benar-benar sangat hebat, hingga...

Dia berlari dan melompat kearahku, sebuah celah... aku merunduk... menggeser kaki kananku ke depan... aku tepat berada dibawahnya. Ketika tubuhnya sudah berada di tanah aku memeluk perutnya dari belakang, langsung aku ayunkan dengan gaya kayang. Kubanting tubuhnya... aku bergerak mundur setelah serangan itu, begitu dia berdiri aku melancarkan seranganku, sebuah pukulan telak pada wajahnya dan dia memberikan counter attack pada wajahku. Kini setiap serangan tak ada lagi pertahanan, yang ada hanya siapa yang dapat bertahan.

Hingga kami sama-sama terjungkal ke belakang bersama-sama. Masing-masing dari kami... bangkit... berlari... melompat... menendang.... tendangannya tepat di perutku, tendanganku pula tepat di perutnya. Sama-sama terjatuh...

Deg...

Deg...

Deg...

Amarahku memabakar, bunuh... bunuh.... aku melihatnya duduk dan memandangku dengan senyuman, aku merunduk dengan kaki tertekuk. Melihatnya serti melihat seekor mangsa...

Sudah cukup! ucapnya keras, sesaat itu hilang amarahku. Dia menghampiriku dan mengulurkan tangan

Jadilah saudara kami ucapnya, wajahnya tersenyum kepadaku

Eh... aku bingung dengan ucapannya

Hei jali... dia sekarang partner kamu... teriaknya ke arah bang jali

Jangan seenaknya memasukan aku dalam kelompok kalian! Aku disini hanya ingin kuliah! teriakku, orang yang baru saja berkelahi denganku menatapku datar dan kemudian tersenyum kembali. Bang jali bangkit dan berdiri di dekat orang itu

Namaku Raga... ucapnya pelan dan datar

Kelompok? Kami bukan kelompok, kami semua kelarga disini. Partner adalah saudara, saudara adalah keluarga, bukan begitu? ucapnya, melangkah dan mengulurkan tangan ke arahku

Ta.. tapi... ucapku, diam sejenak tangan itu masih didepanku

Tenang... kita bukan sebuah kelompok yang kamu pikirkan, kita adalah keluarga, saling membantu dan saling menolong. Bukan pula kumpulan orang-orang yang suka memeras, mengintimidasi. Kalau kemarin ada beberap dari kami melakukan kesalahan, maafkan

Tujuan kami satu, membentuk sebuah keluarga yang utuh, dan saling menopang satu sama lain. Adanya kamu disini bukan sebagai pentolan atau apalah, disini kamu adalah partner Jali, yang akan memantau keluarga yang lainnya. Agar tidak ribut-ribut tentunya senyumnya menenangkan, kalem, itulah Raga. Penuh dengan wibawanya. Raga kemudian berjongkok dan tetap mengulurkan tangan

Mereka semua bekerja agar mereka sadar kebutuhan mereka, dan kami mengoordinasi mereka. Tenang saja, dan maaf jika kemarin ada yang semena-mena... mungkin karena mereka sedang dalam masalah... bergabunglah... di keluarga kami ucapnya

Aku meraih tangannya...

Aku Arta, maaf jika kemarin aku.. tentang teman-temanmu. Karena memang aku disini untuk kuliah bukan untuk mencari masalah, aku terbawa suasana karena... aku berusaha untuk hemat... ucapku polos, sambil berdiri

Hmm... Arta...kelihatannya aku pernah mendengar nama itu tapi dimana. Maaf jika kemarin ada yang kasar denganmu, mungkin mereka sedang ada masalah dan aku harap kamu bisa membantu jali menyelesaikan masalah mereka

Kamu sekarang menjadi keluarga kami lanjutnya, aku berdiri dengan tangan berjabat dengannya.

Hei kalian semua sudah melihat bukan, ini saudara kita, saudara harus dilindungi dan harus saling menghormati... semua orang semula tegang menjadi tersenyum, aku menjadi sedikit kebingungan.

Pepeng! Topan! Jono! Lebih bersabar dan jangan buat ribut lagi ucap mas Raga

I... iya kak, maaf ucap mereka tersenyum secara bersama-sama

Mas aku malah menjadi bingung dengan ucapanmu ucapku

Sudaaah, tenang saja... okay, you are my family ucap mas Raga

Sebuah keluarga yang baru lagi bagiku, hanya ada satu keluarga di kota ini, mungkin. Dari cerita bang jali dulu banyak sekali kelompok preman disini tapi dengan datangnya seseorang 40 tahun yang lalu. Semua melebur menjadi satu, keluarga ini kemudian menjadikan para preman-preman bekerja agar mengerti bahwa hidup bukan untuk berfoya-foya. Tapi kalau satu orang memiliki masalah bisa saja satu kota datang, bangunan bisa menjadi tanah.

Oia nama lengkap kamu? ucap raga

Arrta, Arta Byantara Agasthya ucapku

Baiklah, sekarang kamu menjadi keluarga kami. jika ada apa-apa datang saja ketempatku, kami juga memiliki perusahaan, ada beberapa menguliahkan mereka agar bisa bekerja di perusahaan. Kami juga membuka lapangan kerja buat mereka semua, tapi ingat sekalipun kami sudah membuat mereka bekerja tetap saja mereka liar... jadi sekali lagi kami membutuhkanmu sebagai orang yang bersabar ucap raga

Sabar? Aku menunduk...

Cobalah... ucapnya

Tempat yang semula penuh dengan kerumunan menjadi sepi, semua orang bubar dan satu persatu memanggil namaku. Kini aku ditemani bang jali, merokok berdua dan duduk di bangku dekat dengan pedagang rokok.

Kamu hebat ternyata... jujur saja gue kalah ucapnya

Ja.. jangan begitu bang... maaf... ucapku

Ha ha... woi ngapain lu minta maaf segala ha ha ha... baru kali ini gue lihat ada orang jago kelahi minta maaf ha ha ha ha... sudah bro... semua sudah hilang, lu orang kedua yang meminta maaf kepadaku setelah Raga ha ha ha ha... ucapnya tertawa

Haaaah... sebenarnya gue juga gak ingin kelahi lagi, sudah capek, cuma gara-gara mereka bertiga, gue kumpulin semua. Mereka bertiga sering buat masalah, jadi lu harus nasehati mereka ya bro ucapnya sambil memukul bahuku

Aduh bang... ucapku

Sudah, namanya juga keluarga bro... balasnya, sembari merangkul pundakku

Aku bukan orang yang sabar... ucapku, aku menunduk

Sama... tapi semenjak aku bertemu raga... semuanya berubah ucap bang jali

Dia menawariku sebuah keluarga, yang selama ini hilang dariku... lu tahu ar... gue seneng banget bisa ketemu lu... gue harap lu bisa jadi diri lu sendiri, jangan dandan culun kaya orang bloon kaya gini ucap bang jali

Gue tahu maksud lu pakai pakaian culun kaya gini, karena dulu ada seorang laki-laki yang berdandan kaya orang gila, semua orang meremehkannya tapi ya itu tu... kaya lu, sekali berantem hancur semuanya... jadi selain lu jadi diri sendiri lu harus sabar! ucapnya tegas, tangan yang merangkulku dengan kuat menarik tubuhku merapat ke tubuhnya

Eh... i.. iya bang balasku menuduk, sebuah rangkulan dari bang jali dan tawa kerasnya seakan ingin memecahkan gendang telingaku.





-----

Sudah dibilangin gak usah kelahi lagi, mas raga itu, huh! ucap istri manisku yang berkerudung ini. mobil limosin bergerak melaju dengan tenang.

Jangan marah sayang... ucapku, mencoba merayu istriku tercinta

Bos, kenapa tidak bos hancurkan saja tadi anak itu ucap asisten I-ku

Hm hm... tawa gumamku

Kamu tidak lihat tadi? lanjutku, menanyakan kondisi perkelahian tadi kepada dua asistenku

Lihat bos, dan kelihatannya bos senang tadi setelah lama tidak berkelahi karena hanya latihan saja. Dan kemampuan bos sangat diatas rata-rata ucap asisten II-ku

Sebenarnya bukan kesenangan, walau aku merasa senang bisa melakukannya lagi Aku memandang mereka dengan wajah tersenyumku

Kamu tidak lihat jali habis di tangan Arta? ucapku, dan mereka semua terkejut begitu pula istriku

Jali...

Petarung paling hebat dikota ini yang bisa menandingiku. Bahkan guru beladiri sekota mengakui jali ucapku, tiga orang disana menjadi diam termasuk istriku

Maksud mas? ucap istriku

Jika tadi dilanjutkan...

Aku yang mati... ucapku, dan semua terkejut

Mas! Ngomong jangan sembarangan mas! Huh! bentak istriku, aku hanya memandangnya dengan senyum di bibirku. Aku cubit pipinya, dan dia membuang muka.

Ti.. tidak mungkin bos ucap asisten I-ku, sedikit tercengang, aku menoleh ke arah mereka

Lihat mata bocah itu... mata itu seperti matanya...

Aku sadar ketika melihat mata itu, mata seorang yang tidak ingin kalah, mata seorang pelindung... tadi jali cerita saat aku mendatanginya, kalau dia itu anak culun... sama kan? ucapku dan mereka bertiga tercengang

Sama kan dengannya? Selalu memakai dandanan yang membuat semua orang meremehkannya tapi lihat, karenanya juga terbentuk keluarga ini ucapku

Mata itu... Mata seekor elang yang berhadapan dengan ribuan ular... mata itu mata yang penuh amarah ketika ada yang disayanginya dalam bahaya... mata itu sama persis dengan... matanya... ucapku, semua terdiam

Aku rebahkan kepalaku di paha istriku, langsung tangannya mengelus kepalaku. Kami berpandangan, mesra, matanya tampak khawatir, menatapku. Aku colek hidungnya dengan jari telunjuk kananku. Setelah senyum itu terlukis di bibirnya, aku memejamkan mataku.

Kakek, kini aku bisa melihat matamu kembali setelah 5 tahun meninggalkan keluarga besar ini. Arta, Arta Byantara Agasthya... aku pernah mendengar namamu. Tidak salah lagi, nama yang pernah aku dengar, nama yang pernah disebutkan oleh seseorang kepadaku, itu adalah kamu. Tidak salah lagi, Arta.


oOo

Tuuut tuuut tuuuut...

Halo disni kempo

Halo kempo?

Ini siapa?

Masa kamu lupa dengan suaraku

Ah, Raga! Apa kabar?

Ha ha ha ingat juga kamu! Dasar kunyuk sialan! Aku baik, gimana denganmu?

Baik juga, ada apa ini tumben hubungi aku?

Kangen kamu bro...

Ndak mungkinlah Cuma kangen ha ha ha

Ha ha ha kamu tahu saja... hei, mpo

Hmmm ada apa?

Datanglah ke kota, kami butuh kamu?

Kamu ini masih saja membujukku untuk datang ke kotamu

Ayolah... kami butuh orang yang bisa menstabilkan keadaan

Tidak..

Ayolah, hanya kamu yang kuat dan kamu lebih kuat dariku

Ha ha ha ha...

Malah ketawa...

Ha, raga... aku bukan terkuat aku sudah pernah kalah dan hampir mati

Ha ha ha dasar! kalau bohong jangan kelewatan kamu!

Potong tanganku jika aku berbohong

(sejenak aku terhenyak mendengar kata-kata kempo yang datar)

Aku tidak percaya suaraku mulai menjadi datar, karena dari suaranya tampak dia sangat serius

Silahkan tapi aku mengatakan sebenarnya, kamu masih ingat kakekmu?

Jelas aku selalu ingat

Kakek dan kamu pernah ke kotaku. Dan dia pernah membabat habis semua preman disini. Dia juga yang mengajariku beladiri bersamamu. Aku disini selalu mencoba seperti beliau, ternyata aku masih sering terbawa emosi dan malah menjadi seorang preman, tidak seperti mu. Hingga akhirnya aku disadarkan oleh seorang bocah, tatapan matanya... ketika dia berteriak... ketika dia marah... sama dengan kakek bahkan lebih. Jika saja waktu itu tidak ada nenek yang meneriakkinya, mungkin kamu sudah tidak akan mendengar suaraku lagi

Eh... apa benar yang kamu katakan?

Namanya Arta, hanya itu yang aku tahu. Aku pernah mendatanginya dan mencoba bersahabat dengannya, dan tidak pernah tahu nama lengkapnya. Tapi yang jelas, dia seperti kakek...

Jangan bercanda...

Mungkin mulai sekarang kamu harus sering berputar-putar mencarinya

Kamu bohong

Ingat saja namanya, Arta...

Haaaash... baiklah, aku akan mencarinya dan mencobanya

Jangan, kamu bisa mati

Tak ada yang tahu api itu panas jika kita tidak menyentuhnya

Terserah, aku tidak menyarankan

Aku pasti menang

Kabari aku kalau kamu menang

Kamu ragu denganku

Aku yakin kemampuanmu sudah berada diatasku karena jujur aku sudah tidak pernah berlatih. Tapi untuk anak itu, aku tidak menjamin keselamatanmu

Akan aku kabari nanti

Ya...

oOo

Ingatanku kembali ke percakapan dengan kempo. Nama yang sama dengan diucapkan oleh kempo. Seorang sahabat dan juga murid kakek, dia selalu berada diatasku tapi dia bak seorang kakak bagiku. Kempo, benar apa katamu... aku kalah. Aku membuka mataku, ku ambil sematpon dan ku kirim sms ke padanya, kempo.













Aku tersenyum mlihat pesan terakhirnya. Kamu yang selalu melindungiku kempo, bahkan kau perlakukan aku seperti adik kecilmu, kamu memang benar-benar seperti kakak lelakiku. Seakan-akan dalam hidupku aku memiliki dua orang kakak.
Wooooi keren keren
 
Terlalu Bagus Cerita ini tuk dilupakan
Mengenang Kisah dan Cerita mu
Adakah cara yang ku dapat menemui mu

Ku kan tetap menunggu tuk lanjutkan
kisah mu yg tertunda
 
Seandainya kamu mau kembali betapa bahagianya reader yg telah lama menantikan ceritamu. Namun itu hanya harapan. Semoga om dalam keadaan sehat dan sukses selalu
 
Salah satu masterpiece..
Hingga saat ini masih menanti...
Ulang baca...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd