Kembali ke POV Kirman / Tuti
Di tempat lain, Kirman dan Tuti bangun lebih pagi untuk melaksanakan rencananya. Sekitar jam setengah limaan mereka pun telah mempersiapkan segala sesuatunya dan langsung meluncur ke tempat Sandy. Mereka pun sampai di depan rumah Sandy sekitar jam limaan. Pada pagi itu, Sandy memang sedang tidak berada di rumah karena dia masih belum pulang dari tempatnya bekerja. Kirman dan Tuti dengan sabarnya menunggu Nida keluar dan berjalan melewati rumah Sandy. Mereka menunggu sambil harap-harap cemas apakah Nida akan ke pasar atau tidak. Tapi penungguan mereka tidak sia-sia, dari kejauhan mereka melihat seorang wanita berjilbab oranye berjalan ke arah gerbang perumahan. Mereka meyakini bahwa wanita itu adalah Nida, dan pada saat wanita itu berada di jangkauan penglihatan mereka ternyata benar dugaan mereka bahwa wanita itu adalah target mereka yaitu Nida.
“pucuk dicinta ulam pun tiba Tut, bener itu Bu Nida. dugaanmu bener juga Tut.” Kata Kirman.
“iya mas, itu Bu Nida, bener kan aku bilang juga apa, dia pasti mau ke pasar deh. Yaudah, aku mau nyamperin dia, pura-pura ikut ke pasar dan belanja bareng ya mas, mas siapin semuanya ya, jadi nanti pas aku pulang ga perlu nunggu lama lagi kita. Nanti kalau udah deket rumah, aku sms ya mas.” Kata Tuti kepada suaminya.
“iya Tut, mas akan siapin semuanya, yaudah samperin gih, jangan lupa sms mas kalau udah pulang dan deket rumah Sandy.” Jawab Kirman. Lalu Tuti pun berjalan ke arah Nida dan secara basa-basi menyapanya.
“pagi Bu Nida.” Tuti menyapa Nida ketika sudah berada di dekatnya.
“eeh kamu Tut, pagi. Kirain siapa.” Jawabnya
“kalau jam segini Bu Nida udah keluar, pasti mau ke pasar ya bu?” tanya Tuti.
“iya Tut, mau ke pasar nih, mau masak buat suami. Kamu sendiri mau kemana?” tanya Nida.
“saya juga mau ke pasar bu, boleh bareng bu ke pasarnya, belanjanya sama pulangnya..??” tanya Tuti sambil dengan nada bercanda.
“ooh boleh donk Tut, biar saya juga ada temennya nanti di jalan sama pas belanja, yaudah yuk kita jalan takut kesiangan.” Ajak Nida kepada Tuti. Mereka pun lalu kembali berjalan menuju ke pasar. Nida ini memang orangnya sangat baik dan ramah kepada siapa saja. Dia tidak pernah memandang status sesorang dalam berteman dan menjalin silaturahmi, mau dia majikan, pembantu, supir dan lain sebagainya.
Sementara itu, melihat istrinya sudah berjalan berbarengan dengan targetnya, Kirman lalu membuka gerbang dan pintu rumah Sandy dan masuk ke dalam rumah Sandy. Saat di dalam rumah, dia melihat-lihat sebentar area juga ruangan yang ada di rumah Sandy. Begitu selesai melihat-lihat, Kirman pun mulai mempersiapkan segala sesuatu yang dia butuhkan. Dia mengeluarkan obat bius cair, juga bahan-bahan untuk membuat ramuan yang akan di pakai oleh Tuti.
“untung gua beli ni obat bius, hehe, kepake juga kan akhirnya. Kaya di film-film tuh. Hehe. sambil nungguin Tuti pulang, mending gua buat ramuan yang nanti dipake sama Tuti, buatnya kan lama hampir satu jam, jadi pas dia pulang bisa langsung diminum. Hehe.” kata Kirman yang lalu mempersiapkan dan membuat ramuan tersebut di dapur.
Selama hampir satu jam, akhirnya ramuan tersebut berhasil dibuat oleh Kirman dan sudah dia tuang ke dalam sebuah gelas. Dia pun duduk di meja makan dengan menaruh gelas tersebut di atas meja makan sambil menunggu kabar dari istrinya. Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit kemudian, handphone Kirman berbunyi, dia pun melihat handphonenya dan didapati bahwa ada pesan masuk yang berasal dari Tuti, yang mengabari dia sebentar lagi sampai. Membaca sms dari Tuti, Kirman langsung mempersiapkan obat bius cair yang pernah dia beli dari temannya juga sehelai kain dan menunggu di ruang tamu sambil memantau situasi dengan mengintip dari balik jendela setelah dia mengunci kembali rumah Sandy. Tidak lama kemudian dia pun melihat Tuti juga Nida sudah sampai di depan rumah Sandy, dan pada saat itu, Tuti berpura-pura terjatuh dan keseleo sehingga belanjaannya jatuh semua.
“aduhh duuhhh…aawww…dduuhhh.” Gumam Tuti. Melihat Tuti jatuh Nida pun langsung reflek berhenti dan membantu Tuti untuk bangun setelah meletakkan belanjaan di dekatnya.
“duh Tut, kok bisa jatuh sih. Ayok bangun, bisa kan,, pelan-pelan.” Kata Nida sambil memapah Tuti bangun dan membantunya berjalan sedikit, saat itu juga Tuti pun langsung berakting seolah-olah kakinya keseleo.
“aaww..aaduuhh duuh.. Bu Nida,, aduuh..kayanya kaki saya keseleo nih bu, sakit banget.” Kata Tuti.
“duuh keseleo yaa,, yaudah yuk saya bantu jalan pelan-pelan, ke rumah Winda kan, belanjaannya pegang disebelah tangan aja kuat ga?” kata Nida.
“eeh bukan bu, sekarang saya juga kerja paruh waktu di rumah ini bu.” Kata Tuti sambil menunjuk rumah Sandy.
“oohh kerja juga di rumah ini,, duuhh pasti cape ya kamu Tut, kerja di dua rumah gini, yaudah yuk aku bantu masuk ke dalem, bentar yah aku taro dulu belanjaan kita ke teras rumah majikanmu ini.” kata Nida sambil membawa belanjaannya dan juga Tuti ke teras rumah majikannya. Setelah meletakkan belanjaan mereka, Nida pun membantu memapah Tuti masuk ke dalam rumah Sandy.
Sayangnya Nida tidak tahu bahwa dia sudah masuk ke dalam perangkapnya Tuti juga Kirman. Kirman yang mengintip Tuti dan Nida sedang berjalan menuju ke rumah Sandy pun langsung bersembunyi di balik pintu setelah menuangkan obat bius ke sehelai kain yang sudah dia siapkan juga dia memakai topeng kain supaya Nida tidak mengenalinya. Tuti pun mengambil kunci rumah Sandy dari kantong celananya. Sehari sebelumnya, Kirman sudah membuat lagi duplikat dari kunci rumah Sandy yang dia terima. Begitu pintu terbuka, Nida pun dengan perlahan memapah Tuti masuk ke dalam rumah Sandy, Nida tidak tahu bahwa Kirman sudah menunggunya dari balik pintu. Begitu melihat Nida yang sedang memapah Tuti berada dalam jangkauannya, Kirman pun langsung mendekati Nida dan langsung membekapnya dari belakang dan menahannya dengan cara memeluknya erat-erat dengan menggunakan sehelai kain yang sudah mengandung obat bius yang dia tuangkan, pada saat itu, Tuti pun sedikit berakting mengelak dari Kirman padahal dia bermaksud melepaskan dirinya dari papahan Nida. Tuti pun langsung menutup pintu rumah Sandy.
“eemmhhhh….mmmmppphhhh..eemmmpppphhh…mmmmffffhhhh….mmmfffhhh..eemmmfffhhh..” gumam Nida yang berusaha memberontak dan berusaha melepaskan diri dari bekapan Kirman. Tapi semua itu sia-sia, dia kalah tenaga oleh Kirman, dan dalam waktu beberapa detik saja sejak Kirman membekapnya, efek obat bius itu bekerja, Nida yang tadinya memberikan sedikit perlawanan dengan menggerakan tubuhnya dan sedikit memberontak lambat laun makin lemas tak bertenaga hingga akhirnya dia pingsan sepenuhnya, tak sadarkan diri akibat obat bius. Setelah merasa Nida sudah sepenuhnya pingsan, dia pun melemaskan dekapannya dan menidurkan Nida perlahan di lantai untuk sementara.
“akhirnya udah pingsan dia sekarang Tut, sekarang tinggal kamu minum ramuan itu supaya wujudmu berubah jadi wujud bu Nida deh, aku udah siapin ramuannya. Hehe.” kata Kirman.
“iya mas, tapi sebelumnya, kita mau sembunyiin dimana bu Nida mas, gimana kalau nanti dia sadar dan teriak. Udah gitu kan kita mau ngejalanin rencana kita selama seminggu, gimana kalau bu Nida ga mau makan terus terjadi sesuatu mas.” Tanya Tuti yang cukup was-was karena situasinya kali ini berbeda dengan saat dia menyamar jadi Winda.
“ada satu kamar di belakang, cukup bersih, mas rasa itu kamar buat pembantu. Kita bisa sembunyiin wanita ini di kamar itu Tut. Dia ga akan teriak-teriak Tut, nanti mas tutup mulutnya terus mas ikat di kursi atau di tempat tidur, untuk makan, mas pasti kasih makan dia dan ngejaga supaya ga terjadi apa apa sama dia, nanti bisa berabe kan urusannya.” Kata Kirman.
“iya mas, aku was-was aja, kan situasinya beda dari non Winda.” Lanjut Tuti.
“iya Tut, mas tau, udah kamu tenang aja ya, mas usahain bu Nida ga akan kenapa-kenapa selama kita ngejalanin rencana kita. Udah sekarang kamu minum ramuannya gih. Ramuannya udah mas buatin, tuh di atas meja makan.” Kata Kirman kepada Tuti. Tuti pun lalu menuju meja makan dan menemukan ramuan tersebut sudah berada dalam sebuah gelas, dia pun lalu meminumnya sampai habis. Tidak lama setelah dia menghabiskan ramuan tersebut, lagi-lagi dia harus merasakan efek yang ditimbulkan dari ramuan tersebut. Dia merasa tubuhnya panas dan terasa sakit semua dari ujung kepala hingga ke ujung kakinya. Dia pun perlahan terjatuh dan meringkuk di lantai sambil menahan efek ramuan tersebut, meskipun sudah beberapa kali dia menggunakan ramuan tersebut tapi tetap saja prosesnya terasa cukup menyiksa baginya. Lambat laun tubuhnya mulai berubah semua menjadi duplikat sempurna dari Nida mulai dari ujung kepala hingga ke ujung kakinya Sementara itu, Kirman mulai melucuti pakaian Nida satu per satu mulai dari jilbabnya, gamisnya, legging juga pakaian dalam yang dikenakan Nida.
“wuiih nakal juga ini bu dosen berjilbab, pakenya g-string. Hehe. bodinya masih nafsuin aja ini bu dosen satu. Uuh bikin ga tahan aja deh.” gumam Kirman.
Setelah kurang lebih lima menitan, efek perubahan yang dihasilkan oleh ramuan itu pun selesai. Tuti sudah tidak merasakan sakit lagi di sekujur tubuhnya, dia pun perlahan bangkit berdiri. Kini wujudnya Tuti sudah berubah seutuhnya menjadi seorang wanita yang bernama Nida, mulai dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya. Dia pun kemudian kembali ke ruang tamu dimana suaminya sedang menunggunya juga Nida yang asli sedang tergeletak pingsan tak berdaya disana.
“mas.” Panggil Tuti. Seketika itu juga Kirman menengok ke arah suara tersebut, dan didapatinya seorang wanita cantik yang wujudnya sama dengan wanita yang sedang tergeletak tak berdaya di lantai. Dia melihat kini istrinya, Tuti sudah berubah menjadi Nida.
“wuiih ramuannya bekerja seperti biasanya ya Tut, sekarang kamu udah berwujud sebagai bu Nida. hehe.” kata Kirman.
“apah? Tuti? Aku ini Nida mang kirman, seorang dosen berjilbab yang alim tapi sebentar lagi aku mau jadi dosen berjilbab yang nakal dan binal. Hihi.” Canda Tuti.
“haha mulai deh kamu aktingnya, iya iya bu Nida yang alim. Jadi ga sabar deh pengen liat bu Nida yang alim ini jadi nakal dan binal, hehe.” goda Kirman balik. Di saat bersamaan handphone Nida yang berada di dompetnya berdering. Dompet kepunyaan Nida cukup lebar sehingga handphonenya bisa masuk kedalamnya. Dengan sigap, Tuti pun mengambil handphone itu dan melihat kontak yang telpon adalah suami Nida, terlihat dari kontak yang menelepon bertuliskan ‘papa’.
“mang kirman diem dulu yah, aku mau angkat telpon dari suamiku dulu. Hihi.” Pinta Tuti.
“halo pah.” Jawab Tuti dengan mesra.
“halo mah, mama ada dimana, kok ga ada dirumah.” Tanya Dedi yang tidak mengetahui bahwa yang menjawab teleponnya bukan istrinya yang asli, melainkan Tuti yang wujudnya sudah berubah menjadi istrinya Nida sampai ke suaranya pun berubah menjadi sama seperti suara Nida.
“mamah tadi ke pasar papa sayaang, ini udah mau sampe rumah kok sebentar lagi.” Jawab Tuti.
“ooh yaudah, ati-ati ya mama sayang, daaah.”
“iyaa papa sayaang.. daah.” Tuti pun memutus telepon dari suami Nida dan menaruh kembali handphone itu ke dalam dompet Nida.
“mas, suaminya udah nyariin nih.” Kata Tuti.
“yaudah Tut, kamu pake bajunya Nida nih, terus pulang ke rumahnya, layanin dulu suaminya, dia ga akan tau ini kalau yang ngelayaninnya bukan istrinya yang asli. Liat ajah, ga ada bedanya, sekarang susah ngebedain mana Nida yang asli, mana Nida yang palsu. Hehe.” kata Kirman.
Tuti pun melepas semua pakaian yang dipakainya lalu memakai pakaian yang dipakai oleh Nida tadi. Dia mulai memakai celana dalam g-stringnya terlebih dahulu, lalu memakai branya, lalu leggingnya setelahnya dia memakai gamisnya dan terakhir tidak lupa dia memakai jilbab yang dipakai Nida. setelah memakai semua pakaiannya, Tuti benar-benar telah berubah menjadi sosok bu Nida seutuhnya.
“gimana mas penampilan aku..?” tanya Tuti kepada suaminya.
“benar-benar ramuan yang ajaib Tut, kini kamu benar-benar terlihat seperti bu Nida yang tadi pagi kita lihat. Haha. Gak akan ada yang tahu kalau kamu bukan bu Nida yang asli. Ckckck.”
“iya mas ga akan ada yang tau. Yaudah mas, sekarang [Nida] pulang dulu yah, tadi kan suami [Nida] udah nyariin. Kita mulai permainan wanita berjilbab yang alim berubah menjadi wanita berjilbab yang nakal dan binal. Hihi. “ kata Tuti.
“iya Tut, ati-ati ya Tut, jangan sampe ada yang tau lagi rahasia kita, cukup si Sandy aja. Hehe. iya Tut, kita mulai rencana kita. Pasti banyak yang bakal kecantol sama kamu sebagai sosok Nida wanita berjilbab nih, bisa dapet banyak duit kayanya kita. Hehe.” jawab Kirman.
“iya mas, aku akan hati-hati. hihi, iya mas, aku juga ga sabar, nanti aku akan bersikap genit dan menggoda biar ada yang kecantol sama sosok Nida yang sedang aku pakai ini. hihi. Yaudah mas, aku pergi ya. Dadaaahh.” Kata Tuti kepada Kirman.
“iya, ati-ati ya bu Nida, hihi.” Jawab Kirman yang melihat istrinya yang kini berwujud sebagai seorang wanita berjilbab bernama Nida pergi sambil mengambil belanjaannya. Kirman pun mengambil belanjaan yang dibeli Tuti tadi dan dibawa masuk ke dalam lalu dia menutup dan mengunci pintunya lalu mendekati Nida yang masih tergeletak tak berdaya.
“ya ampun bu Nida, badannya masih wangi aja padahal udah dari pasar. Hmmm.. aaahh.. bikin nafsu aja nih, tapi ga seru ah ngentotin wanita pingsan, sabar man, nanti aja kalau dia udah sadar, biar ada manis-manisnya. Hehe.” gumam Kirman setelah menciumi tubuh telanjang Nida, lalu dia memakaikan baju yang dikenakan oleh Tuti berupa celana panjang yang cukup longgar juga kaos oblong lengan pendek tanpa dipakaikan pakaian dalam lagi. Setelahnya dia membopong tubuh Nida ke kamar belakang yang ada di rumah Sandy lalu menidurkannya dalam posisi telentang di atas kasur. Lalu Kirman pun mengambil tali, penutup mata juga lakban, dia mulai melebarkan kaki Nida dan mengikat masing-masing kaki Nida dengan tali dan diikatkan ke kaki tempat tidur. Lalu dia juga mengangkat kedua tangan Nida ke atas kepalanya dan mengikatnya juga ke batang tempat tidur yang ada di area kepalanya. Lalu dia menutup mata Nida dengan penutup mata juga mulutnya dilakban oleh Kirman karena dia takut Nida akan teriak.
“hehe, sekarang udah bener-bener ga berdaya dia, kalaupun efek obat biusnya abis, dia ga akan bisa berkutik. Hehe, untuk sementara aman. Hehe.” gumam Kirman yang lalu keluar dari kamar tersebut dan menutup kamar tersebut.
Sementara itu, selama berjalan menuju rumah Nida, Tuti beberapa kali bertegur sapa dengan beberapa warga komplek perumahan, tapi tidak satupun dari mereka yang menyadari bahwa yang mereka sapa bukanlah Nida yang asli, melainkan Tuti yang kini wujudnya sudah berubah menjadi Nida. tidak lama kemudian, dia pun sudah sampai di rumah Nida.
“akhirnya sampe juga, hmmhh,, saatnya berakting sebagai bu Nida. hihi.” Gumam Tuti yang kemudian masuk ke dalam rumah Nida.
#Note : agar (semoga) mudah ‘dicerna’, Tuti yang sedang berwujud sebagai Nida, penulisan nama karakternya jadi [Nida].#
“assalammualaikum.. paah, mamah pulang.” Kata [Nida] seraya memasuki rumahnya dan didapati Dedi sedang asyik menonton televisi.
“walaikumsalam.. beli apa sih mah, pagi-pagi udah ke pasar aja.” Jawab Dedi.
“ah ga beli apa apa pah, beli yang ada ajah inih.” Jawab [Nida] sambil meletakkan belanjaannya di dapur. Karena tata letak rumah Nida yang simple dia pun dengan mudah dan leluasanya berjalan ke area dapur, seakan-akan itu adalah rumahnya.
“hmm,, gue kan udah jadi bu Nida, dan suaminya juga ga tau kalau gue bukan istrinya yang asli.. emm,,gue ajak bersetubuh aah,, hihi,, gimana rasanya ya nikmatin kontol suami orang disaat suaminya ngira gue adalah istrinya sendiri. Hihi.” Pikir [Nida] sambil senyum-senyum nakal. Setelah meletakkan belanjaannya, dia pun ke ruang keluarga di mana ‘suaminya’ sedang menonton televisi. Dia pun duduk di sebelah Dedi sambil menempel padanya dengan manja. Dedi pun menyambutnya dengan senang hati dan merangkulnya.
“nonton apa sih pah, serius banget.” Tanya [Nida].
“nonton berita ni mah.” Jawabnya singkat.
“papa berangkat jam berapa?” tanya [Nida] lagi.
“nanti papa di jemput sama orang kantor sekitar jam sebelasan mah. Mama kok ga jadi masak,, kan udah beli belanjaan tadi ke pasar?” tanya Dedi.
“ooh jam sebelasan, iya pah, tar’an lagi deh masaknya, papa juga belum mau berangkat ini. karena masih banyak waktu, mama jadi pengen ini dulu pah.” Kata [Nida] sambil mengelus-elus dan sesekali meremas-remas penis milik Dedi.
“iih si mama, kan semalem udah papa kasih jatah, emang masih kurang jatahnya semalem? Orang mama sampe kewalahan begitu. Hehe.” goda Dedi yang tidak tahu bahwa wanita yang disampingnya bukanlah Nida, istrinya yang asli, melainkan Tuti yang saat ini sedang berwujud sebagai Nida, istrinya.
“oohh jadi bu Nida udah ngentot sama suaminya toh semalem, aah biarin ah, dia ga tau ini kalau gue bukan istrinya yang asli, hehe. kapan lagi bisa nikmatin kontol suami orang.” Pikir [Nida].
“iya paah, masih kurang nih, mama masih pengen ngentot lagi sama papa nih pagi ini,, lagian kan papa mau keluar kota nanti, mumpung papa belum berangkat, setubuhi mama lagi donk paah, yaah,,yaah.” Goda [Nida] sambil tetap mengelus-elus dan meremas-remas penis ‘suaminya’ itu.
“apa maah, ngentot?? Tumben mama bilang kasar begitu, waah, istri papa pagi-pagi udah sange aja nih, udah minta-minta di setubuhi gini. Papa ga tanggung jawab ya kalau mama kewalahan dan papa ga kasih ampun nanti. Hehe.” kata Dedi yang lalu menciumi wanita yang dikira istrinya itu dengan penuh nafsu.
“mmmmhhh...mmmmuaacchhh…eehhmmhhh…aammhhhpppff.” desah Dedi.
“mmmmhhh..aaammppphhhh….mmmmpppfffhhh….eemmmppphhh.” desah [Nida] yang juga membalas ciuman Dedi dengan penuh nafsu sambil tangan kanannya aktif meremas-remas penis ‘suaminya’.
Selama hampir lima menitan mereka berciuman dengan penuh nafsu. Lalu setelahnya [Nida] yang sudah mulai terangsang itu pun melepaskan ciumannya.
“paah, pindah ke kamar yuk, lebih leluasa kan kita jadinyaah, tapiih, tutup dulu pintunyaah.” Ajak [Nida] sambil sedikit mendesah. Dedi pun mengiyakan ajakan ‘istrinya’ itu, dia pun menutup pintu rumah dan menguncinya lalu mengajak [Nida] ke kamar mereka. Begitu berada di dalam kamar, mereka pun kembali berciuman dengan penuh nafsu dan ganasnya, sampai [Nida] terdorong dan jatuh ke atas kasur dalam posisi telentang ditindih oleh suaminya diatasnya.
“mmmmhhh…mmmuaacchhh…mmmppphhh…eemmmppfffhh..aaahmmhhh.” desah [Nida] yang cukup kewalahan bibirnya diciumi oleh ‘suaminya’ dengan penuh nafsu.
Selang beberapa saat kemudian, Dedi pun menyudahi ciumannya itu untuk membuka semua pakaiannya. Setelah dia dalam kondisi telanjang bulat, kini Dedi mulai melucuti pakaian yang dipakai wanita yang ia kira istrinya itu. Mulai dari gamis yang dia pakai, legging juga celana dalam g-string dan bra nya, tapi dia tidak melepas jilbab yang dikenakan istrinya itu.
“uuuh mama, nakal ya sekarang, berjilbab tapi pake celana dalemnya model g-sring begini.” Kata Dedi saat melihat g-string yang di lucutinya dari tubuh istrinya itu.
“hehe, sekali-sekali paah, lagian ga keliatan inih sama orang-orang,, hihi, lagi donk paaah,, mama udah ga tahaan niiih, pengen disetubuhi papaah.” Goda [Nida].
Dedi pun mulai lagi persetubuhannya dengan menciumi kembali bibir [Nida].
“mmmmhhh…aaammhhppphh…aaammpppffhhh….aammmhhhhppphhh.” desah [Nida] yang dengan bernafsu juga membalas ciuman ‘suaminya’. Mereka pun sesekali berciuman dengan memainkan lidah mereka di dalam mulut mereka.
“aaammppphhh…paaaahmmmhhhh….aammpphhh….mmmmpppfffhhh.” desah [Nida].
Puas menciumi bibir [Nida], Dedi pun mulai turun menciumi leher istrinya itu.
“aaaahh.. paaaahh…eeemmhh.” Desah [Nida].
Setelah puas menciumi leher istrinya itu, dia beralih ke kedua payudara isrinya itu. Dedi pun mulai menjilati, menciumi juga menghisap-hisap puting payudara istrinya secara bergantian sambil juga meremas-remas kedua payudara istrinya secara bergantian.
“aaaahh.. paaaahh…eeemmhhh…teruuussshh.. jilatt terus toket mamaaahh…eeeuuhhh.. paaahh.” Desah [Nida] menikmati kedua payudaranya dipermainkan oleh ‘suaminya’.
“ssslluuurrrpp….eeemmhhh…mmmhhh..sslluuurrpp…slluuurrrpp…aaaahh…toket mamaah ini nafsuin.. emang mantepphh..mmmhhh..slluuurrp…slluurrrp..” gumam Dedi yang menikmati kedua bukit kembar nan kenyal milik ‘istrinya’.
Selama hampir kurang lebih sepuluh menitan Dedi menikmati kedua payudara istrinya itu secara bergantian. [Nida] pun sangat menikmati payudaranya dimainkan oleh ‘suaminya’ itu. Puas menikmati kedua payudara istrinya, Dedi pun langsung turun menciumi area vagina istrinya itu. Dia mulai menciumi dan menjilati serta menghisap-hisap vagina istrinya itu.
“nah ini yang lebih enak, memek mamah, hehe.. eemmhhh..mmmpphh…sslluuurrpp…sslluuurrpp..eeeeuuuhh..sslluuurrp.”
“ssshhhh..aaaahh…paaaaahh…eeuuuhh…jilaatt terusshh memek mamahh…eeeuhhsss..enaaakkhh paaaahh.” Desah [Nida] sambil memegangi kepala ‘suaminya’.
Selama beberapa menit, Dedi memberikan rangsangan di area vagina istrinya itu dengan cara mengoral seperti itu. [Nida] pun sangat menikmati rangsangan oral yang di berikan ‘suaminya’ di vaginanya itu. Puas mengoral vagina istrinya itu, Dedi pun memberikan rangsangan lain di area vagina istrinya, kali ini dia memainkan vagina istrinya menggunakan jari tengah dan jari manis tangan kanannya. Dia memasukkan kedua jarinya itu ke dalam vagina istrinya lalu mengocok vagina istrinya itu.
“aaaahh..papaaahh…eeeuhhssshh…ngapaaiinnhhh..eeeuuhh..eemmhhh.” desah [Nida].
Selama beberapa menit, Dedi mengocok vagina istrinya itu menggunakan kedua jarinya itu. Hingga tidak lama kemudian [Nida] mencapai orgasmenya yang pertama dan Dedi secara reflek melepaskan kedua jarinya itu.
“aaahh..papaaahh…mamaaah…keluarrrhhh…aaahhhh..eeeuuhhhh…eeuuhhhh….eeehhhmmmhh.” desah [Nida] bersamaan dengan keluarnya cairan orgasme dari dalam vaginanya yang cukup deras.
Saat istrinya sudah mengeluarkan cairan orgasme semuanya, Dedi pun meminta istrinya itu untuk tengkurap. Lalu dia pun mengangkat bokong istrinya itu, rupanya kini dia ingin memberikan rangsangan ke area anal istrinya. Dia pun mulai dengan menjilati area anal istrinya itu.
“aaaahh..papaaahh..kaaaannhh..eeuuhhmmm ..kotor paaaah…eeeuuhh.” Desah [Nida].
“tapi enak kanhh maaah..slluurrpp..sslluurrpp.”
[Nida] yang sudah terangsang itu pun menikmati oral yang diberikan ‘suaminya’ di area analnya itu. Tidak lama kemudian Dedi pun menyudahi oralannya itu, dan dia pun mulai memasukkan penisnya dan mulai menusuk-nusuk lubang anal istrinya itu.
“aaaahh…paaaahh…eeeuhhh…pelaaanhhh..pelaannhh..aaahh..sakiitthh…eeuuhh..enaaaakkhh..eeeuuhhmmhh...eeeeuuhhh..paaah..teruushhh.” desah [Nida] menikmati seks anal yang diberikan oleh suaminya itu.
Selama kurang lebih lima menitan Dedi memberikan rangsangan seks anal kepada istrinya itu. Puas meng-anal istrinya itu, dia pun mencabut penisnya dari lubang anal istrinya itu, dan langsung dia arahkan ke vagina istrinya yang masih dalam kondisi menungging. Lalu dia pun memasukkan penisnya itu ke dalam vagina istrinya itu secara perlahan lalu dia pun mulai memaju mundurkan penisnya itu dengan tempo perlahan.
“aaahh… paaaahh…eeeuuhh…pelaaannhh…aaaahh...eeeeuhhhmmmhh..enaaakkhh..aaaahh.” desah [Nida].
“aaaah… eeuuhh… memek mamaaah.. masihh keseet ajaaah… eeeuhhh…eeeuhhh.” Gumam Dedi yang makin mempercepat tempo genjotannya itu.
“aaaahh..paaah..aaaahh..pelaaaannhh..eeeuuhh..eeehhmmhhh..” desah [Nida].
Selama hampir tujuh menitan, Dedi menggenjot istrinya yang sedang dalam posisi menungging. Sesaat kemudian karena sudah merasa puas menggenjot istrinya dalam posisi menungging, dia pun melepaskan penisnya dari dalam vagina istrinya itu. Hal ini langsung dimanfaatkan [Nida], dia pun langsun bertukar posisi dengan ‘suaminya’ itu, kini Dedi yang tidur telentang di atas kasur, sedangkan kini [Nida] sedang berada dalam posisi jongkok tepat di atas penisnya. Secara perlahan, [Nida] pun mulai memasukkan kembali penis Dedi ke dalam vaginanya dan mulai menaik turunkan panggulnya guna mengocok penis Dedi di dalam vaginanya, kali ini dia yang memegang kendali dengan posisi woman on top. Dedi pun sempat merasa heran istrinya begitu genit, bernafsu dan binal pagi ini, tapi dia tidak memikirkan hal itu terlalu lama, dia berpikir istrinya jadi binal begitu karena akan ditinggal olehnya selama seminggu. Dedi tidak tahu bahwa wanita yang sedang bersetubuh dengannya itu adalah Tuti yang saat ini sedang berwujud sebagai istrinya, Nida, yang memang nafsu seksnya cukup tinggi.
“aaaahh..terussshh maaaahh..eeeeuuhh..enaaaakkhh..eeemmhhh…yeessshh…eeeeuhh.” racau Dedi.
“aaaahh..eeeuhh…enaaakk paaaah..memek mamaaah..eeuuhh..penuuhh..samaaahh..kontol papaaahh..eeeuhh.” desah [Nida]. karena sudah sangat terangsang, dia pun makin mempercepat tempo kocokannya itu.
“aaaah…mamaaaahh..eeeeuhh…pinter bangetthh siihh…aaaahh..eeeuuhh..enaaaakkhh.” gumam Dedi.
“aaaahh paaaaahh…eeeuhh..enaaakkhh kaaannhh..eeeuhh…eeehhmmhh.aaaahh.” racau [Nida].
Selama hampir lima menitan [Nida] berada dalam posisi woman on top. Hingga akhirnya Dedi merasa akan mencapai klimaksnya begitu juga dengan [Nida], dia pun menghentikan aksi woman on top istrinya itu, lalu menukar posisi mereka lagi, kini [Nida] sudah tiduran telentang lagi diatas tempat tidur. Lalu Dedi mulai memasukkan kembali penisnya ke dalam vagina istrinya itu, lalu mulai memaju mundurkan penisnya itu dengan tempo cepat.
“aaaaahh..paaaaahh…pelaaannhhh..eeeuhhh..pelaaannhhh..aaaaahh…enaaaakkhhh..eeuuhhh..eehhmmm.” racau [Nida]
“aaaahh…maaaahh…eeeuhh…memek…mamaaahh..emaaanngg nikmaaatthh..aaaahh..eeeuhh..euuhh..eeeuhhh.” gumam Dedi.
Selama hampir enam menitan Dedi menggenjot istrinya dengan penuh nafsu. Hingga tidak berapa lama kemudian Dedi merasakan orgasmenya hampir sampai, yang rupanya juga hal itu dirasakan juga oleh istrinya.
“aaah..maaaahh…papaaaah..mauuu..eeeuhh..keluarrhh..eeeuhh.” gumam Dedi.
“eeuhh..samaaa paaaahh…eeeuhhmmhh..mamaaaahh..jugaaahh..eeuhh….. keluarinnhh.. eeuhh… di daleemm ajaaaah…paaaah.” racau [Nida]. tak berselang lama kemudian, Dedi akhirnya mendapat orgasmenya.
“aaaahh..maaaah..papaaahh…keluaaarrhh..aaaaaaahh..eeeuuhhhh…eeeeeuuhhhhh…eeeeuuuuuhhhmmhhh.” racau Dedi yang mendapat orgasmenya dan merasakan penisnya menyemburkan spermanya cukup banyak ke dalam vagina istrinya itu.
“aaaaahh..mamaaahh jugaa keluaarhh paaaahh…aaaaahhh..aaaaaaaaahhhh…eeeeuuuhhhhhmmmhhh…eeeuhhh.” racau [Nida] yang mencapai orgasme keduanya dan dari dalam vaginanya juga mengeluarkan cairan orgasmenya cukup banyak.
Setelah merasa penisnya sudah menyemburkan semua spermanya kedalam rahim wanita yang dikira istrinya itu, Dedi pun langsung ambruk ke atas istrinya itu.
“haahh..haaah..mamaah.. malam ini,, beda banget deehh.. nafsu dan binal bangetthh.. makan apa sihh..hehe.” kata Dedi.
“haah..haah. iya donk,, kan mamah..haah..haah.. ga mau kewalahan lagi kaya semalem, haah..haah.. makanya jadi binal deh,,tapi suka kan paaah.” Goda [Nida].
“hehe, iyaaah..haah..suka maah..papa suka deh mama binal kaya tadi kalau di ranjang masih pake jilbab lagi, kaya ada manis-manisnya gitu, tapi binalnya di atas ranjang aja ya dan sama papa, awas lho kalau binalnya dibawa-bawa keluar rumah pas ga ada papa.” Jawab Dedi.
“hihi.. iya papa sayaaang,, janji deh binalnya cuma diatas kasur aja dan sama papa, ga dibawa-bawa keluar binalnya mama. Hihi. Wah pah udah mau jam sepuluhan nih, mama belum masak, papa sih ngajakin mama ngentot dulu.” Jawab [Nida].
“waah iya mah,, iih kok papa sih, kan tadi mama yang mulai duluan, hehe, salah sendiri tadi ngajakin ngentot, hehe. yaudah papa mandi dulu deh ya, untung udah packing semalem.” Kata Dedi yang lalu bangun dan akan menuju kamar mandi.
“haha. Iya iya mama yang minta dientot tadi, puas, hihi, yaudah kalau gitu mama siapin sarapan seadanya aja ya pah, ga keburu kalau masak belanjaan tadi.” Jawab [Nida].
“iya mah.” Jawab Dedi yang lalu masuk ke kamar mandi. Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa yang barusan bercinta dengannya bukan istrinya yang asli melainkan wanita lain yang bernama Tuti yang saat ini memiliki rupa dan tubuh yang sama persis dengan istrinya, Nida.
“aahh ga usah pake baju deh tanggung, hihi, biarin aja, telanjang begini cuma pake jilbab, gue pengen tau bagaimana reaksi suaminya bu Nida liat istrinya telanjang begini cuma pake jilbab. hihi.” Gumam [Nida], dia pun bangun dari tempat tidur langsung menuju ke dapur tanpa memakai pakaian sehelai pun. Dia hanya mengenakan jilbab saja. Saat dia bangun dari tempat tidur, cairan percintaan mereka barusan perlahan sedikit ‘meleleh’ keluar dari vaginanya. Begitu tiba di area dapur, dia pun lalu membuatkan nasi goreng untuk ‘suaminya’ itu tak lupa juga dengan membuatkan segelas kopi instan yang ada di area dapur.
Setelah beberapa menit kemudian Dedi pun sudah selesai membersihkan dirinya, dia pun lalu memakai bajunya untuk siap tinggal berangkat ketika dijemput nanti. Lalu dia pun keluar kamar dengan membawa koper dan tas yang akan dibawanya untuk pergi dinas dan dia taruh di ruang tamu, lalu dia menuju dapur dimana dia mencium wangi makanan yang sedang dibuat istrinya itu. Begitu melihat istrinya di dapur dia pun sedikit kaget, karena istrinya itu masih telanjang bulat hanya mengenakan jilbab saja.
“lhoo, mama kok masih telanjang sih, cuma pake jilbab aja lagi. Mau dientot lagi ya, hehe. Tar kalau ada yang liat gimana mah, pake baju donk.” Kata Dedi.
“ga akan ada yang liat papa sayang, hihi iya sengaja telanjang biar dientot papa lagi, hehe, lagian mama belum mandi pah, udah gitu masih gerah tadi kan abis dipake papa, hihi, nanti aja pake bajunya ya kalau udah mandi. Ini mama bikinin nasi goreng pah sama kopinya.” Kata [Nida] yang lalu membawa sepiring nasi goreng dan segelas kopi untuk ‘suaminya’ ke meja makan, yang diikuti oleh Dedi. Setelah meletakkannya di meja makan, Dedi pun langsung duduk dan memakan nasi goreng itu. [Nida] pun duduk di depannya sambil menatapnya.
“beruntung banget bu Nida punya suami ganteng kaya gini, udah gitu kontolnya itu lho, uuhh, bikin nagih. Sayang harus pergi dinas dia, kalau ga kan gue bisa ngerasain kontolnya tiap hari. Hihi. Ga apa apa deh, yang penting gue udah nikmatin kontolnya barusan. Hihi.” Pikir [Nida].
“kenapa sih mah ngeliatin gitu, mau ya.?” Tanya Dedi memecah lamunan [Nida].
“aaahh ga pah, nanti aja mama makannya. Papa dulu aja, kan bentar lagi berangkat.” Jawabnya. Dedi pun melanjutkan kembali makan nasi goreng itu. Mengira istrinya belum sarapan, Dedi pun menyisakan setengah nasi gorengnya untuk istrinya, tidak lama dia pun menghabiskan kopi buatan istrinya itu. Setelah selesai, dia pun menuju ruang tamu untuk menunggu dijemput oleh orang kantornya, [Nida] pun mengikutinya ke ruang tamu.
“mama, pake baju dulu gih, nanti kalau orang kantor papa dateng terus ngeliat mama telanjang cuma pake jilbab gini bisa berabe.”
“godain ah.” Pikir [Nida].
“biarin aja pah, siapa tau dia tertarik sama mama, kan jadi ada yang bisa nemenin mama selama papa pergi dinas. Hihi.” Goda [Nida].
“astaghfirullah mama, istighfar mah. ga,, ga boleh,, awas aja kalau sampe iya, papa talak tiga langsung.” Gertak Dedi.
“hihi. Iya papa sayaang, ga kok, mama cuma becanda, hihi, papa ini ga bisa diajak becanda deh.” Jawabnya.
“habisnya, papa ga rela istri papa yang berjilbab, cantik dan montok begini dinikmatin pria lain.”
“hihi, iya papa, tenang aja, mama ga kaya gitu kok, kan mama wanita alim berjilbab, masa begitu kelakuannya. Hihi.” [Nida] pun lalu kembali ke kamar untuk mengenakan baju gamis juga celana leggingnya yang tadi dia pakai, namun kali ini dia tidak memakai pakaian dalam lagi di dalamnya. Lalu dia kembali ke ruang tamu.
“nih pah, mama udah pake baju kan, jadi papa bisa tenang sedikit.” Kata [Nida].
“naah gitu donk.. tapi, kok kayanya ada yang aneh yaaah.” Katanya yang lalu dengan reflek memegang payudara istrinya dan sesuai dugaannya istrinya tidak memakai bra.
“iih mama, kok ga pake bra.. jangan-jangan…” dia pun curiga istrinya tidak memakai celana dalam, dia pun memegang area vagina istrinya dan sesuai dugaannya.
“iihh nakal ya mama ga pake celana dalam juga. Sejak kapan sih mama nakal begini.” Godanya.
“hihi, tanggung pah lagian kan mama ga kemana-mana, daripada orang kantor papa liat mama telanjang kan mendingan gini pah, lagian cuma bentar aja. Hihi mama nakal mulai tadi pagi abis dientot papa. Hihi.” Goda [Nida].
Tidak lama kemudian pintu rumah mereka ada yang mengetuk. Dan rupanya itu orang kantor yang menjemput Dedi. Dedi pun lalu menyerahkan koper dan tas yang akan dibawanya ke orang tersebut. lalu Dedi pun pamit kepada wanita yang dikira adalah istrinya itu.
“mah, papa berangkat dulu ya.. mama jangan nakal,, pake baju yang bener ya,,awas lho. Jangan macem-macem.hehe.”
“iya papa sayang, hati-hati yaah.. jangan lupa kabarin mama nanti. Ahh papa ga ada dirumah mah, mama telanjang aja nanti. Hihi.” Goda [Nida].
“huh dasar. Hehe. yaudah papa berangkat ya.. mmuaaachh…muucaaahh..mmmmmhhhhwaaahh.” Dedi pun memberikan kecupan di kedua pipi juga bibir istrinya itu.
“iya hati-hati ya pah.” [Nida] pun mencium tangan suaminya itu lalu mengantarnya ke depan sampai dia masuk mobil dan pergi berangkat menuju bandara. Setelah melihat suaminya sudah pergi, dia pun lalu masuk kembali kerumah dan mengunci pintunya.
“hahaha, akhirnya sendirian, selama seminggu kedepan gue adalah seorang wanita bernama Nida, seorang wanita berjilbab. Hihi, sepertinya bisa dapet banyak target nih dengan sosok wanita berjilbab ini. apalagi dia kan dosen, bisa dapetin kontol mahasiswa muda nih kayanya. Hihi.” Gumam [Nida].
“duh laper nih, eh tadi nasi gorengnya ga diabisin, abisin deh lumayan, abis itu tidur dulu ahh bentar, cape juga tadi di entot sama suami aku. hihi.” kata [Nida] yang lalu menuju meja makan untuk makan nasi goreng yang tidak dihabiskan Dedi. Setelah makan, dia pun kembali masuk ke kamar utama dan lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Karena lelah habis melakukan persetubuhan dengan ‘suaminya’ tidak lama kemudian matanya pun terpejam dan dia terlelap dalam tidurnya.
Bersambung….