Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT CINTA 2

misterzacky

Semprot Kecil
Daftar
31 Oct 2016
Post
92
Like diterima
325
Lokasi
Jakarta
Bimabet
1.Merajut
Sore itu aku sampai di Stasiun Kota paling timur Pulau Jawa. Hiruk pikuk sangat kental menyelimuti keadaaan sekitar, rayuan rayuan para penyedia jasa angkutan seolah bagai nyanyian mengalun berkompetisi. tak ada yang menarik perhatian ku sedikit pun disana. Langkah ku menapaki Kota ini di sambut rintik hujan yang turun dan seolah mengambarkan perasaanku saat ini.

kesedihan itu masih kental dihati, kesedihan yang sudah bisa kabur dari hatiku kini hinggap kembali bagai seorang anak yang tak ingin lepas dari pelukan Ibunya. Penyesalan sudah tidak berguna lagi untukku.

Bayangan May masih saja menempel di sudut otakku, bayangan senyum indah bak Dewi khayangan itu tidak berhasil ku lupakan meski aku sudah jauh meninggalkan kota yang penuh kenangan manis dan pahit itu. aku pergi dari Ibukota setelah Papa May secara paksa memisahkan kami. perbedaan latar belakang dan kasta kehidupan di jadikan senjata ampuh untuk memisahkan kebahagian kami.

"Kenapa harus ada pertemuan dan kenapa harus ada perpisahan"Desahku saat berteduh di sebuah pelataran toko.

Sebenarnya yang aku sesali adalah diriku sendiri. diriku yang tidak bisa berbuat apa apa ketika orang yang aku sayangi direngut dariku. Riani dan May. mereka berdua direngut dariku disaat aku mulai mendapatkan kenyamanan dan ketentraman dalam berhubungan.

"ndukkkk takkkkk awwww"Suara gaduh membuyarkan lamunanku

"Nduuuuugggggg" Sekali lagi suara itu terdengar Gang kecil samping tempatku berteduh

Rasa penasaran menuntun ku melihat ke Gang sempit itu. disana ada 3 Orang pria yang sedang memukuli seseorang. "Ah bukan urusanku"Pikirku sambil kembali ketempat semula

"Ndugggggggggggggg ammmmpppuuuunnnnn ssaaakkkiiittt"Rintihan itu sangat pilu terdengar olehku

Kenapa harus ada rintihan di dunia ini, kenapa harus ada rasa sakit di dunia ini dan kenapa. Fikiranku seakan mulai mempertanyakan salah satu ketentuan Tuhan itu.

"Tidak boleh.. tidakkk bolehhhhhh"Teriakku

"Woyyyyy siapa itu"Teriak seseorang dari dalam Gang

"Eh kampret ngapain lu di sini, pergi sana a*j*ng"Teriak salah seorang pria yang muncul dari Gang itu

"Tidak boleh lagi aku dihina tidak boleh lagi penghinaan pada diriku"Doktrin yang tiba tiba tertanam di otakku

Cukup penghinaan dari Papa May yang terakhir untukku, tidak boleh lagi penghinaan yang lain tertuju padaku. Dan mulai saat ini tidak boleh lagi ada penghinaan buatku, semua yang menhinaku akan aku tindak, aku bukan manusia hina.

Sebuah tendangan kaki kananku telak mengenai perut pria itu dan di saat dia tertahan memegang perutnya, tendangan putar kaki kiriku tepat di kepalanya membuat dia jatuh terkapar.

"Woyyyy b*n*s*t" Teriak teman temannya dari dalam Gang

Perkelahianku dengan berandalan itu tak terhindarkan lagi, Silat yang di turunkan Kakekku mampu melumpuhkan ketiga preman tadi mesti aku juga ada sedikit memar akibat pukulan dan tendangan mereka.

"Mas terima kasih"Sapa seorang remaja kepadaku

"Ya lain kali hati hati"Balasku sambil mengambil Tas ranselku yang tergeletak di jalan

Ketiga preman itupun pergi sambil berkata mengancamku, tapi aku tidak fikirkan ancaman itu, bagiku sekarang, siapa yang berani menghinaku akan aku habisi.

"Mas mau kemana"Tanya remaja laki laki itu balik

Aku hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan remaja itu.
 
2.Sahabat

"Ini mas minum dulu"Tawar Yanto padaku
"Terima kasih"Ucapku menerima secangkir Teh yang ia buatkan

Saat ini aku berada disebuah ruangan 4x3 tempat bernaung Yanto. Setelah kejadian di jalanan tadi Yanto mengajakku berkenalan dan mampir ke Kosannya.

Yanto sendiri bukan berasal dari Kota ini, Ia berasal dari sebuah kota di Pulau terbesar ke dua negeri ini. Yanto adalah remaja yang sangat mandiri, ia sengaja merantau agar jauh dari bantuan orang tuanya. Yanto bertekat untuk menyelesaikan pendidikannya dengan yang hasil jerih payahnya. Yanto Saat ini duduk di kelas 2 Smu dan sepulang sekolah ia bekerja sebagai pengamen di Stasiun, malamnya ia bekerja di sebuah tempat makan di dekat Stasiun juga.

2 Hari sudah aku berada di kontrakan Yanto, aku menilai Yanto adalah seorang remaja yang cerdas, ia bisa memamfaatkan situasi di sekitarnya sebagai penopang hidupnya. Kecerdasan Yanto memamfaatkan situasi itu membuatku kagum padanya, remaja seusia itu sudah memiliki kecerdasan dan kepintaran di atas rata rata. "Dia bukan orang sembarangan"Pikirku.

Benar saja, Yanto memamfaatkan ketertarikan anak gadis pemilik warung nasi samping kontrakannya untuk makan siangnya, malam hari ia membantu mengantarkan pesanan dan menyucikan piring kotor di tempat Pedagang pecel ayam, untuk makan sepuasnya.

Siang itu aku duduk dibangku sebuah taman kota yang ramai. Pikiranku masih belum bisa berdamai dengan hatiku. Di depanku duduk sepasang orang tua yang sedang bersenda gurau, wajah yang sudah di penuhi keriput itu tergambar sebuah senyuman yang manis ketika seorang anak kecil datang berlarian melompat dan tertawa riang.

"ndruggggggggg"Sesuatu menghantam pundakku

"Nyiiiiiiiiinggggg"Suara yang terdengar sebelum penglihatanku menjadi gelap
 
3.Sopan Santun

Akhirnya aku sadar dari pingsan. Aku kaget melihat sekitarku, "Kenapa aku ada disini?, bukannya tadi aku di taman, duhh pundakku"Pikiranku melayang

"Ah.. ternyata kau sudah sadar anak muda"Sapa suara seseorang dari ujung ruang itu.

Aku langsung ingin berdiri dari kasur yang empuk dan wangi itu.

"uhhhhhhh pundakku sakit sekali"Guramku

"Tidak usah di paksakan anak muda, istirahat saja dulu"Lanjut orang itu

Setelah fikiranku kembali terkumpul, aku sadari orang tua itu adalah Kakek yang ada di Taman tadi.

"Kenapa Kek aku bisa ada disini?"Tanyaku binggung

"Kau pingsan di Taman dan aku membawamu kesini"Terangnya

"Perkenalkan nama saya Sanjaya Chandrakusuma"Kata Kakek itu memperkenalkan dirinya

"Cukup panggil Pak Hasan atau Kakek Hasan, dan ini rumahku.. walaupun kecil tapi di sini kental dengan rasa cinta dan kasih sayang dari para penghuninya"Sambungnya lagi

"Aku Zacky Pak"Kataku memperkenalkan diri

"Maaf sudah merepotkan anda"Sambungku

"Sudahlah anak muda, tidak usah kau sungkan denganku"Balasnya

"Kenapa kau ada di Kota ini dan kenapa Kau bisa di pukul oleh preman preman tadi?"Tanyanya menyelidik

Akhirnya aku menceritakan semua kisahku pada Pak Hasan itu, beliau dengan seksama dan penuh penghayatan mendengar semua ceritaku.

"Ajaib"Itu kata yang keluar dari mulutnya setelah ku selesaikan ceritaku

"Kau sungguh malang sekali anak muda, tapi kau memiliki pendirian yang kuat"Lanjut Pak Hasan

"Bagaimana caranya Pak Hasan bisa memgambil ku dari para preman tadi?"Tanyaku binggung

"Tidak usah kau pikirkan anak muda, yang jelas kau sudah aman sekarang di sini"Terangnya

"Sungguh aneh pikirku, bagaimana mungkin Orang tua yang terlihat renta ini bisa melawan para preman"Pikirku binggung

"Apa ia bekas aparat atau angkatan? apa ia?? uhhhh"Aku binggung memikirkan tentang orang tua ini

"Aku faham tentang kebinggunganmu anak muda, aku tahu kau berfikir menyelidik tentang diriku hahaha.."Potongnya

'Aku sangat suka dengan cara mu itu, kau sangat waspada dan teliti"Sambungnya

"Sekarang ayo ikut aku, Istriku sudah menyiapkan makan malam yang lezat, kau pasti akan ketagihan dengan masakan Istriku itu anak muda.. hahaha"Ajak Pak Hasan sambil menyombangkan masakan Istrinya

"Ahh paling makanan rumahan biasa saja, dan karena yang masak orang yang ia cintai makanya ia bilang lazat, coba yang masak orang lain pasti ia tidak akan bisa memuji segitu hebatnya"Pikirku sinis

Di meja makan sudah tersaji makanan yang lumayan banyak, ada beberapa orang yang berdiri disana dan salah satunya adalah wanita tua yang bersama Pak Hasan di Taman tadi siang. Aku mengulurkan tangganku kepada Wanita itu, dan beliau dengan senyum yang hangat membalas jabatan tangganku.

"Silahkan duduk anak muda"Tegur Pak Hasan padaku

"Terima kasih"Balasku

"Baiklah, sebelum kita makan sebaiknya kita berdoa dulu"Perintah Pak Hasan

Setelah selesai berdoa, para pelayan mulai membagikan makanan, Istri Pak Hasan dengan telaten melayani sang suami.

"Ajaibkan"Tegur Pak Hasan, setelah melihat rona penasaran di wajahku

"Ya.. masakan yang sempurna"Jawabku

"Semua makanan ini adalah buatan Istriku"Sambungnya sambil tersenyum ke arah Istrinya

"Penuh cinta dan penderitaan"Lanjutku lagi

"Ya kau benar,masakan yang penuh misteri, tergantung kau berada di sudut yang mana"Sambung Pak Hasan

"Aku sudah menduga kau akan berkata seperti itu anak muda, aku tahu kau mempunyai kelebihan di atas rata rata anak muda"Lanjutnya menatap tajam

"Ah tidak Pak, Anda hanya terlalu berlebihan"Bantah ku santai

"Sudah.. sudah.. jika kalian terus berdebat seperti ini, kapan makanan ini akan habis?"Potong sopan Bu Hasan.

Setelah makan malam itu selesai, aku dan Pak Hasan sempat bersenda gurau di belakang rumahnya dekat kolam renang. Rumah Pak Hasan lumayan luas di hiasi ornamen dan perabotan yang menurutku sangat berkelas. Akhirnya aku pamit kepada Pak Hasan dan Bu Hasan, mereka juga berpesan agar aku sudi lagi mampir ke rumahnya dan setelah memberitahu jalan ke tempat kontrakan ku, Pak Hasan menyarankan ku untuk tidak lagi berurusan dengan preman preman stasiun itu.

"Mas dari mana saja"Sapa Yanto saat aku sampai di kontrakan

setelah aku bercerita tentang kejadian yang menimpaku, Yanto kelihatan sangat prihatin dan cemas.

"Benar mas, kita harus hati hati dengan mereka, aku takut kalau mereka kembali menganggu kita"Terangnya sedih

"Sudah kau tidak perlu cemas begitu, aku akan coba mencari tahu dan membalas mereka"Ucapku santai

"mmmmmmmaddddssuddd mmmnassss"Tanya Yanto binggung

"Sudah malam, sebaiknya kau tidur, besok kan kau sekolah"Perintahku
 
Nongkrong di pejwan dulu.
pertamax kah suhu???

Ijin :baca: yah suhu...
 
4.Flashback

Aku adalah seorang anak laki laki tertua dari keluarga yang sangat dihormati di Kota kelahiranku. Mempunyai Orang tua yang sangat menyayangi dan memanjakanku serta kedua adikku, membuat keluarga kami jadi panutan di lingkungan rumahku.

Masa kecilku sangat bewarna dan bahagia sekali. Aku tumbuh menjadi pribadi yang suka bergaul dan ingin mencoba hal hal baru ketika beranjak remaja. Usia remaja adalah usia yang membuatku jauh terjerumus ke kehidupan gemerlap. Teman temanku yang berasal dari anak anak kelas atas, membuatku makin liar dan susah untuk di kendalikan.

Saat memasuki dunia perkuliahan aku mengenal seorang remaja cewek yang sangat aku kagumi. perkenalan itu sebenarnya tidak sengaja, saat aku berada di sebuah rental Dvd temanku yang menjadi karyawan tempat itu berkata.

"Frend tu ada cewek cakep"Katanya menunjuk 2 orang anak Sma yang sedang memilih film di rak belakangku

"Ah biarin aja, paling juga cewek itu cakep karena bedak dan lipstiknya yang berlebihan saja"Jawabku merendahkan

Aku tertegun setelah salah satu cewek Sma itu berdiri disampingku karena ingin membayar sewa film yang ia pinjam. Sungguh natural dan manis senyumnya. Akhirnya aku berkenalan dan selang beberapa hari, kita resmi pacaran. Riani adalah namanya. Kami menjalin hubungan seperti remaja lainnya, konflik dan drama kecil mewarnai hubungan kami. sering juga aku dan Riani putus nyambung. Tapi yang membuatku heran, saat putus dengan Riani aku ingin sering gundah gulana.

Sebelum dengan Riani aku termasuk sering berpacaran, ya satu bulan putus dan tidak peduli lagi dengan para mantan mantanku.

Tapi dengan Riani semuanya beda, aku tidak ingin kehilangan dia dan selalu berusaha untuk bisa memilikinya seutuhnya. Pacaran kami sangat sehat, tidap pernah terjadi hal hal yang erotis diantara kami, bahkan sampai saat ini, bibirnya pun belum pernah aku dapatkan.

Keluarga Riani sangat baik padaku dan berharap aku yang jadi suami Riani kelak. Tapi sebaliknya dengan keluarku yang sangat menentang hubunganku dengan Riani. Kami memang mampu bertahan 5 Tahun menghadapi masalah masalah yang menerpa. Sampai suatu hari, ketika masalahku dengan keluarga mencapai titik didih, Riani menintaku untuk menghentikan sejernak hubungan kita sampai masalahku dan keluargaku terselesaikan. Aku yang sangat labil dan egois malah berfikir Riani sengaja membuangku ketika aku tidak dibutuhkan lagi. Aku sangat marah dan kecewa padanya, aku berfikir dia hanya ada saat aku senang tapi saat aku menderita ia malah pergi meninggalkan ku.

Ternyata aku salah terhadapnya. Setelah pergi meninggalkan Kota kelahiranku, merantau ke Ibukota aku baru tahu kalau Riani mati matian mencariku. Riani ternyata saat itu hanya menyuruhku berfikiran dewasa dalam menentukan sikap, ia juga mengajariku untuk bisa meraihnya dan memperjuangkannya untuk bisa di terima di keluargaku. tapi karena keegoisan ku, aku pergi meninggalkannya tanpa mau memperjuangkannya.

Setelah sekian lama aku di Ibukota, aku sudah bisa sedikit sedikit menyembuhkan luka hatiku. Aku mulai semuanya dari nol lagi di Ibukota. Setelah sempat menjadi gelandangan dan pelayan restoran, aku mendapat pekerjaan yang lumayan bagus di sebuah pabrik Garment di Jakarta Selatan. Aku diangkat jadi Wakil manager Quality Control dan kembali menghidupkan mimpi mimpiku dahulu.

May Ling adalah salah seorang manager asing di pabrik itu. Kedekatan kami akhirnya membuahkan sebuah asa baru di hidupku. Hubungan kami terjalin alami dan manis sampai Orang tuanya datang untuk memisahkan. May Ling akhirnya berhasil di bawa oleh orang tuanya kembali ke negeri asal mereka. Saat itu aku hanya bisa berdiam diri saja, May berusaha untuk mempertahankan hubungan kita, tapi apalah daya kalau hanya dia sendiri yang berjuang. Aku tidak berani berbuat apa apa buat May karena aku terlalu takut dengan latar belakang keluarganya.

Kesedihan kembali datang menyelimuti. Setelah Mr.Vikram mengundurkan diri, aku pun memutuskan berhenti bekerja di pabrik itu. Mr.Vikram adalah orang terdekat ku di pabrik itu selain May. Karena rasa sakit dan penyesalan akhirnya aku putuskan pergi dari Ibukota.

Aku tidak tahu apa tujuanku sebenarnya. Yang jelas bagiku adalah pergi sejauh mungkin dari kenangan yang menyakitiku. Aku pun lelah dengan Takdir yang selalu tidak memihakku, aku juga lelah dengan diriku yang tidak bisa berbuat apa apa saat orang yang aku sayangi diambil dariku.

Mungkin tempat yang baru bisa menyembuhkan ku dan menjadikanku seorang yang lebih baik dari diriku saat ini.
 
5.Hanya Sebuah Permainan Kecil

"Mas jangan buat urusan makin rumit"Kata Yanto saat aku mulai mencari celah membalas kelakuan preman stasiun itu.

"Kau tidak usah cemas, ini hanya sebuah permainan kecil saja kok"Terangku girang

"Saya tidak yakin"Katanya curiga

"Efek jera buat mereka, agar kembali ke jalan yang benar"Lanjutku

"Apa kita sudah berada di jalan yang benar?"Sindirnya

"Maybe yes maybe no.. tergantung sudut pandangmu"Terangku memancing instingnya

Aku sudah sedikit banyak mendapatkan informasi soal para preman itu, berhadapan secara langsung dan terbuka hanya akan memberikanku kekalahan. Aku ingin melawan dan menghabisi mereka dengan caraku sendiri.

"Ya cara halus dan jitu akan membuat mereka kapok"Lamunku girang

Mereka adalah preman yang selalu berada di sekitar Stasiun itu, dari informasi yang ku dapatkan dari para pedagang sekitar, mereka kerjanya memalak dan penjambret. Mereka cuma berlima dan diantara kelimanya itu, Jeger lah yang jadi ketuanya. Bang Jeger adalah seorang pria yang umurnya kira kira 40 tahunan. tampangnya lumayan angker, rambut panjang, brewokan serta gambar warna warni menghiasi penampilannya.

Beberapa hari berikutnya..

"Mas.. mas coba lihat"Teriak Yanto padaku

"Ada apa sih? rame banget sepertinya?"Balasku santai

"Jeger dan komplotanya di grebek aparat semalam, nih baca"Terang Yanto menyerahkan selembar koran padaku

"Satu orang tewas dalam penggerebekan itu"Lanjutnya

"Ohhhh.."Jawabku santai

Berita yang tertulis di koran itu cukup membuat koran itu laris di buru. Komplotan yang meresahkan Stasiun akhirnya bisa di tumpas.

"Aman deh kita sekarang"Komentar para pedagang dan pengamen sekitar Stasiun, setelah mengetahui berita itu

Yanto terlihat tidak begitu senang dengan hal itu, buktinya ia terus memandang sinis padaku.

"Kamu keterlaluan mas"Ucapnya sedikit tinggi

"Aku tidak ada kaitannya dengan semua ini, toh yang menangkap dan menumpas Aparat bukan aku"Terangku santai

"tapi otaknya kamu mas"Sambung Yanto yakin

"Ternyata benar anak ini luar biasa"Pikirku, ia mampu membaca semua yang tidak bisa di telaah orang orang pada kejadian itu.

"Kalau ingin memberi pelajaran, jangan terlalu kejam begitu mas"Ucapnya menyindirku

"Apa.. kau bilang aku kejam?? siapa yang kejam aaaa?? setelah apa yang mereka perbuat padamu dan padaku kau bilang aku kejam?"Lanjutku tegas

"Kau ingat ketika mereka memukulimu dan aku dulu, apa kau lupa mereka sudah menghina kita, apa kau sangka itu tidak kejam, asal kau tahu, siapa yang menghinaku akan aku habisi, dan ingat itu adalah janjiku"Bentakku padanya

"Baiklah aku pergi dari tempatmu, terima kasih sudah sudi menampungku selama ini"Sambungku dan pergi membawa ranselku keluar dari tempat Yanto

Setelah adu argumen dengan Yanto, akupun pergi ke sebuah taman tempat aku di pukuli dulu. Sekarang aku tidak perlu lagi takut ke sini, preman prema itu sudah tidak bisa lagi mengangguku. Cukup lama aku merenung dan berdiam disana, sebuah tepukan di pundakku mengejutkanku.

"Maafkan aku mas"Tegur Yanto

"Dari mana kau tahu aku disini"Tanyaku geram

"Cuma ini tempat favorit mas yang aku tahu"Ucapnya santai

"Ternyata kau menyelidikiku"Sambungku sinis

"Hehe.. bukan mas, aku hanya ingin tahu kegiatan mas di luar tempat tinggalku"Jawabnya

"Maafkan aku mas, aku hanya tidak ingin mas kenapa napa, soalnya mas sudah ku anggap sebagai Kakakku"Terangnya sambil berkaca kaca

Aku hanya diam melihatnya, sedih juga mendengar kata katanya. Aku tersentuh karena ia menghawatirkanku. Tapi aku harus waspada terhadap perubahan sikapnya itu makanya aku hanya menahan diri.

"Aku hanya hidup sebatang kara di Kota ini mas, tidak ada yang mau dekat denganku karena kerjaku sebagai pengamen dan pelayan. Kejadian pemalakan dan pemukulan itu sering ku alami, baik di tempat yang sepi maupun di tempat yang ramai. Sejak mas membantu ku saat itu, aku berniat akan selalu menghormati dan menghargai mas. Saat mas mau tinggal di tempatku dan mas sering menasehatiku, aku sudah menganggap mas sebagai Kakakku sendiri"Terangnya tersendu

"Tapi apa yang mas lakukan itu sangat membuatku takut mas, aku takut terjadi sesuatu pada mas, aku takut jika teman teman preman itu tahu kalau mas lah yang menyebabkan kematian dan penangkapan teman temannya."Lanjut Yanto kawatir

"Taktik mas sangat pintar, tapi lebih baik tidak usah sampai mengorbankan nyawa seseorang"Sambungnya

Aku tidak bisa berkomentar tentang apa yang di ungkapkan Yanto barusan. Sedikit pun aku tidak menyesal melakujannya, bagiku mutlak, siapa pun yang menyakitiku dan menghinaku akan aku habisi.

"Sudahlah aku mau pergi dulu"Kataku sambil beranjak dari kursi Taman itu

"Masss mau kemana?"Tanya Yanto

"Aku ingin mencari pekerjaan dulu, uangku sudah menipis"Terangku

"Sampai ketemu lagi dan jaga diri baik baik"Sambungku sambil melangkah pergi

"Aku akan merindukanmu mas"Kata Yanto

(Gubrakkkkkkk"Aku tersandung pohon. "Apaaaa.. dia akan merindukanku"desahku sambil muntah. "Mank eike apaaan"Balasku genit)

Kalimat yang dalam kurung itu hanya Intermezzo dan tidak pernah terjadi.
 
Ada squel lanjutannya ya gan.,.

C.I.N.T.A 2 wah :mantap: blom bisa ninggal vomennt. Ijin mantau ninggal tenda.
:jempol:
 
6.Cukuplah Buat Sementara

Aku berhenti di sebuah proyek pembangunan. Aku akan mencoba melamar pekerjaan di sini, karena keuangan ku semakin menipis dan tidak adanya kesempatan membuat lamaran, maka kerja jadi kuli cukuplah buat sementara pikirku.

Setelah di terima dan di terangkan tentang pekerjaan yang aku dapatkan, Mandor yang bernama Tejo itu mengantarkan aku ke bedeng bedeng yang di jadikan tempat bermalam para pekerja di sini. Proyek ini adalah proyek pembagunan sebuah gedung 12 lantai, pemilik gedung membuatkan bedeng bedeng di area proyek untuk para pekerja kasar di sekitar area proyek, sebagai tempat beristirahat sementara sampai proyek ini selesai.

Aku mulai bekerja sebagai pengaduk semen di lantai 4. Pak Tejo dan para pekerja lain sangat baik padaku, aku di ajarkan cara mengaduk semen yang baik dan cara mengatur takaran adonan semen yang benar.

"Haha.. ternyata dalam mengaduk semen ada cara yang baik juga"Pikirku lucu

"Pakai istilah adonan adonan segala, memangnya ini acara masak memasak apa"lanjutku sambil tertawa dalam hati.

Aku bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore di proyek ini, mesti melelahkan sekali, tapi aku senang karena tingkah lucu dari para pekerja lainnya saat bekerja.

"Nah itu namanya Pak Rai, kepala Mandor di sini"Ucap Tejo sambil menunjuk ke seseorang yang sedang memberi pengarahan.

"Pak Rai sangat tegas dan di siplin, tapi dia baik kok, cuma agak penyendiri gitu"Lanjut Tejo

Malam itu setelah sibuk dengan pekerjaan yang sungguh sangat melelahkan, aku ingin santai sejernak menikmati suasana malam yang indah ini. Aku naik ke lantai atas proyek ini.

"Rembulan yang sangat indah"Ucapku seraya menegur seseorang yang sedang duduk melamun.

"Sempurna"Jawabnya sambil menoleh ke arahku

"Ehh maaf ternyata Pak Rai"Lanjutku

"Tidak masalah, apa kau suka Rembulan juga"Sambungnya ramah

"Tidak terlalu"Jawabku

"Bagaimana pekerjaanmu di lantai 4?"Tanya Pak Rai

"Seperti biasa, Capek dan melelahkan"Jawabku enteng

"Ya.. aku tahu, kamu baru pertama kali melakukan pekerjaan itu, dan aku yakin, sebelumnya kamu tidak pernah melakukan pekerjaan kasar semacam itu"Terangnya

"Dari mana bapak tahu"Aku balik bertanya

"Dari cara kamu membuat Tejo begitu cerewet "Lanjutnya sambil tertawa

"Aku juga yakin kalau kamu mempunyai tingkat perhitungan yang sangat jauh lebih unggul dari para pekerja lainnya"Kata Pak Rai santai

"Madsud Pak Rai?"Tanyaku binggung

"Aku perhatikan dari caramu mengambil jumlah semen dan pasir untuk pekerjaan sehari, kamu selalu mengambil pas, tidak pernah kurang dan tidak pernah lebih. Para pekerja lain selalu di repotkan dengan kekurangan dan kelebihan material yang mereka gunakan, mereka selalu saja bolak balik ke gudang, baik mengambil kekurangan maupun mengembalikan kelebihan material, menghabiskan waktu saja"Lanjut Pak Rai

"Itu hanya kebetulan mungkin Pak"Jawabku

"Haha kebetulan setiap hari ya"Sambungnya sambil tertawa

Malam itu lumayan lama aku dan Pak Rai berbicara, aku selalu merendah dan tidak menceritakan semua tentang diriku, aku pikir buat apa menceritakan tentang riwayat pekerjaanku dulu, toh tidak akan membuatku dapat jabatan di proyek ini. Dunia Garment dan Kontruksi jauh beda pikirku.

"Nanti kerjanya yang rapi ya, soalnya pemilik gedung ini mau datang melihat perkembangan proyek gedungnya"Tegur Tejo saat aku akan bersiap bekerja pagi itu

Aku bekerja seperti biasanya hari itu, mengaduk dan terus mengaduk adonan semen. Ku lihat Pak Rai dan Tejo sibuk mengawasi para pekerja. Du bawah terlihat beberapa kendaraan mewah datang, Pak Rai bergegas turun ke bawah menyambut rombongan itu.

"Kembali bekerja, Boss datang"Teriak Tejo ketika semua perhatian tertuju ke mobil mobil yang datang

Saat rombongan itu sampai di lantai 4 tempatku bekerja, aku terkejut dan sempat terhenti mengaduk adonanku. Pak Hasan ternyata berada di antara rombongan itu. Pak Hasan juga terlihat kaget melihatku berada di sana. Tak ada tegur sapa yang terjadi antara aku dan Pak Hasan. Setelah aku melanjutkan pekerjaanku kembali, aku melihat Pak Hasan berbicara dengan Pak Rai sambil melihat kepadaku.

"Ada sesuatu yang mereka bicarakan tentang aku"Pikirku

Cukup lama rombongan itu berada di lokasi proyek, aku tidak terlalu memperhatikan kegiatan mereka, lagian pekerjaanku sudah cukup menyita perhatianku.

"Zacky, nanti malam ikut aku menemui seseorang"Tegur Pak Rai padaku, setelah aku menyelesaikan pekerjaanku hari itu

Aku mencium sesuatu dari perkataannya Pak Rai, pasti ini ada hubungannya dengan Pak Hasan pikirku lagi.
 
7.Hanya Kado Kecil

"Cukup lama aku mencarimu, ternyata kamu tidak kemana mana"Kata pria itu, setelah menyambutku di kediamannya

"Ya"Jawabku singkat

'Terima kasih Rai, kau sudah berbaik hati mengantarkannya padaku"Lanjut Pak Hasan

"Bisa berikan kami waktu berdua saja Rai'Sambung Pak Hasan sopan

"Baiklah, aku tidak akan menganggu kalian, lebih baik aku mencari tujuan utamaku setiap datang ke rumah ini"Balas Pak Rai sambil tertawa

"Kau tidak pernah berubah, selalu makanan yang ada di pikiranmu, apa kau tidak pernah memikirkan permintaan Istriku, Kau tentu tidak lupakan kalau Istriku ingin sekali kau datang membawa seorang gadis kesini untuk di ajari masak"Lanjut Pak Hasan tegas

"Haha"Balas Pak Rai sambil pergi meninggalkan kami

Pak Hasan mengajakku ke sebuah ruangan di rumah itu, setelah menyuruhku duduk, Pak Hasan mulai membuka pembicaraan.

"Aku yakin kau binggung anak muda"Mulainya

"Ya sedikit"Jawabku

"Setelah kau pergi dari kontrakan itu, aku kau buat binggung mencari keberadaanmu"Lanjut Pak Hasan sambil memberikanku segelas minuman

"mhmmm Chateau lafite"Kataku setelah mencium aromanya

"Benar benar seseorang yang aku cari"Kata Pak Hasan menatapku tajam

"Penilaian ku ternyata salah anak muda, kau ternyata lebih hebat dari yang aku bayangkan"Lanjutnya kagum

"Aku tau dari Internet dan buku buku"Jawabku santai

"Tidak mungkin orang biasa bisa tahu langsung aroma salah satu Anggur terbaik di dunia"Lanjutnya

"Maybe yes maybe no, tergantung dari sudut mana kita melihatnya"Terangku sambil meminum Anggur itu

"Mhmnm rasanya.. yummmy, pantas Anggur ini di nobatkan sebagai Anggur terbaik"Lanjutku kagum

Aku tidak memikirkan lagi apa pendapat Pak Hasan padaku, rasa Anggur ini sungguh membuatku tersihir. Pak Hasan juga sudah terlanjur membaca tentang diriku

"Tindakanmu beberapa waktu yang lalu sungguh membuatku terkesan anak muda, kau begitu dingin dan cermat dalam membuat rencana"Paparnya

"Mmaddsuudnyaaa?"Ucapku kaget

"Hahaha.. Kau tidak perlu memasang raut wajah itu padaku anak muda"Lanjutnya sambil tertawa

"Aku cukup terbantu dengan tindakan mu menumpas para bedebah kecil itu"Sambungnya santai

Aku sudah mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Aparat lah yang bertindak"Jawabku santai

"Memang benar aparat yang menindak mereka, tapi kau lah yang menjadikan aparat itu bisa menindak mereka,.. mhnmm mencapai keinginan tanpa harus melakukannya langsung.. cerdas"Lanjut Pak Hasan

Aku ternyata di buat kagum oleh pria ini.

"Mereka adalah anak buah dari musuh besarku, selama ini mereka cukup membuatku repot, proyek yang kau kerjakan itu seharusnya selesai 2 bulan kemarin, tapi karena ulah mereka proyek ini berjalan tidak seperti yang di rencanakan. mereka sering mencuri dan mengintimidasi para pekerja di proyek itu, keluar masuk para pekerja semakin memperlambat pembangunan proyek itu dan kau harus tahu, sudah berbagai macam cara aku gunakan untuk menindak mereka, tapi tetap saja tidak berhasil. Dan setelah melihat kau dengan mudah menyingkirkan mereka, aku sangat terkesan sekali padamu anak muda"Papar Pak Hasan

"Itu hanya kebetulan saja"Jawabku sambil menghabiskan Anggur yang tersisa di gelasku.

"Aku sangat butuh dirimu untuk memberikan sebuah kado kecil untuk musuhku anak muda"Bisik Pak Hasan
 
8.Bukan Umpan

"Apa rencanamu?"Tanya Pak Rai

"Aku belum memikirkannya"Jawabku

"Apa rasa kasihan yang membuatmu mau membantu Om Hasan?"Ucap Pak Rai menyelidik

"Maybe yes maybe no, tergantung dari sudut pandang mana kau melihatnya"Balasku

Itulah percakapan yang ku lakukan dalam perjalanan pulang ke lokasi proyek dengan Pak Rai. Aku secara tidak langsung masih belum memastikan, apakah aku ikut atau tidak dalam pertikaian Pak Hasan dengan musuhnya.

Seperti biasa aku melakukan pekerjaanku hari itu, tanpa di duga komplotan bertopeng hitam datang dan menembaki para pekerja di proyek itu. Kericuhan itu terhenti saat pandanganku tiba tiba menghilang.

"Bangun.. bangun, kau pasti bisa bertahan"Suara yang terdengar di telingaku.

"Haha akhirnya kau sadar juga anak muda"Suara yang sama aku dengar kembali

"Duh.. kenapa lenganku terasa keras sekali"Tanyaku

"Sudah nak jangan terlalu banyak bergerak dulu"Ucap Bu Hasan sambil menyuruhku kembali berbaring.

Setelah beberapa hari di rawat karena luka tembak di lenganku, akhirnya aku di bawa pulang oleh Pak Hasan ke rumahnya. Sebenarnya aku sudah berusaha menolak, tapi Bu Hasan terus memaksa.

Saat aku dalam masa pemulihan di rumah Pak Hasan, Bu Hasan begitu telaten merawatku, aku ingat saat aku demam, Bu Hasan terus menunggui ku sepanjang malam. Perlakuan Bu Hasan sangat menyentuh hatiku, aku merasakan kasih sayang seorang Ibu darinya.

"Anak laki laki kedua Ibu yang telah meninggal itu seusia kamu nak"Katanya sambil terisak

"Ibu begitu terguncang saat tahu dia mati di bunuh, sungguh kejam dan keji"Lanjutnya

Setelah beberapa kejadian yang aku alami akhir akhir ini, ku putuskan untuk ikut dalam permainan ini. Aku merasa sangat marah karena jadi korban penembakan itu, kematian Tejo dan anak Pak Hasan menjadikan Bagiar Rodagigi begitu hina di mataku.

Bagiar Rodagigi adalah musuh Pak Hasan yang sangat kejam, ia menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuannya. Sudah terlalu banyak korban yang jatuh karena ulah busuknya.

Selama aku dalam tahap pemulihan di rumah Pak Hasan, beliau terus memberiku informasi tentang bisnisnya dan tentang musuhnya itu. Beliau juga meminta agar aku memanggilnya Om Hasan saja. Pak Rai pun menyuruhku untuk menghilangkan embel embel Pak saat aku memanggilnya.

"Tapi saat bekerja, panggilan Pak masih akan ku selipkan ke kalian"Terangku

"Kau tidak perlu bekerja kasar lagi di proyek itu"Terang Pak Hasan

"Kau bisa di kantor atau jadi Pengawas"Sambungnya

"Tidak, aku masih betah jadi buruh"Tolakku

"Dasar aneh"Cetuk Rai

"Keuntungan yang Om ambil terlalu besar"Terangku, setelah membaca laporan keuangan Perusahaan Om Hasan

"Cobalah untuk menguranginya dengan melebihkan keuntungan untuk para Sub Kontraktor"Lanjutku

"Apa kau gila, kau ingin Perusahaan ini bangkrut?"Bantah Rai saat rapat di kantor pusat

"Bukannya lebih baik kita memberi lebih dari pada menyekik"Sambungku, tanpa menghiraukan tatapan sinis dari para Direktur Om Hasan.

Banyak komentar tidak setuju dan menentang saat itu, tapi karena Om Hasan percaya padaku, maka apa yang aku utarakan akhirnya di lakukan oleh perusahaan Om Hasan.

"Perusahaan ini pasti bisa bertahan"Terangku lagi

"Semua proyek proyek yang ada, baik proyek kecil atau pun proyek besar, ambil semua"Lanjutku tegas

Rapat itu pun selesai dengan ketentuan baru, pembagian keuntungan dengan para Sub Kontraktor adalah 50:50, dan semua proyek proyek yang di lelang, jangan sampai ada yang terlewatkan.

Aku pun akhirnya kembali bekerja seperti semula, menjadi pengaduk semen di proyek. Tak terasa proyek pembangunan gedung ini sudah sampai di tahap finishing, karena tidak terlalu banyak pekerjaan lagi aku dan para pekerja lainnya lebih banyak bersantai dan bercanda di bedeng bedeng kami.

Om Hasan datang bersama Rai sore itu menemuiku di bedeng, mereka tampak begitu serius mengajakku ke atap gedung untuk berbicara.

"Kau sungguh luar biasa"Ucap Om Hasan memelukku

"Dan kau sangat keterlaluan menjadikan ku umpan"Ucap Rai sambil tersenyum kecut

Om Hasan bercerita bahwa Perusahaan Bagiar Rodagigi sudah di ambang kebangkrutan. Om Hasan juga tidak menyangka, usulku untuk mengurangi untung dan mengambil semua proyek adalah sebuah strategi yang sangat jitu menghancurkan Perusahaan Bagiar Rodagigi.

"Perusahaan itu sekarang di lelang dengan sangat murah anak muda, dan yang jadi berita baiknya. Bagiar sudah kabur entah kemana untuk menghindari para penagih utang.. hahaha"Terang Om Hasan girang

"Kau kembali membuatku kagum anak muda"Lanjut Om Hasan

"Terima kasih atas pujiannya Om, itu hanya kebetulan saja"Jawabku

"Oh ya Rai.. aku tidak pernah menjadikanmu umpan, sebenarnya aku menjadikanmu sebagai tokoh utama dalam permainan ini"Ucapku pada Rai.

"Ya.. maybe yes maybe no, tergantung dari sudut mana kau melihatnya"Kata Rai sambil tertawa.
 
9.Penjelasan

Aku yakin para pembaca penasaran dengan cara penyelesaian ke 2 masalah yang ada di halaman halaman sebelumnya. Untuk memperjelas semuanya, aku akan menjabarkan caraku dalam penyelesaian ke 2 masalah itu.

1.Masalah dengan para preman Stasiun.

Setelah penyelidikanku, aku mengetahui semua seluk beluk para preman itu. Kebiasaan mereka mabuk dan dan main perempuan, membuatku menyewa seorang wanita panggilan untuk menyamar sebagai seorang gadis baik baik yang baru datang ke Kota itu. Sifat polos dan tubuhnya yang mengoda membuat para preman itu tergoda untuk menikmatinya.

Aku juga mengetahui base camp mereka adalah gerbong gerbong tua yang ada di belakang Stasiun itu. Di gerbong tua lainnya tak jauh dari situ, tinggal seorang bapak yang bekerja sebagai tenaga kebersihan di Stasiun itu. Kebiasaan para preman preman itu mabuk dan berjudi bisa di hiraukan oleh bapak itu, tapi tindakan pemerkosaan tidak akan di biarkan olehnya. Bapak itu pasti akan melapor ke pihak yang berwajib tentang kejadian itu. Pihak berwajib mempunyai bukti yang kuat untuk menumpas mereka.

2.Pertikaian Om Hasan

Perusahaan Om hasan dan musuhnya sama sama bergerak di bidang kontraktor. Nah perusahaan kontraktor pasti memiliki Sub kontraktor sebagai patnernya, baik dalam penyediaan proyek maupun penyedia logistik dan material.

Dengan pembagian ke untungan yang sama rata, maka perusahaan sub kontraktor akan sangat tertarik untuk bekerja sama. Perusahaan Bagiar Rodagigi melakuakan pembagian keuntungan 55-45. sebelumnya perusahaan Om Hasan menerapkan pembagian keuntungan 60-40. Jadi pasti sub kontraktor akan lebih memilih perusahaan Bagiar Rodagigi.

Penerapan pembagian keuntungan perusahaan Om Hasan masih tetap 60-40, aku hanya merubah posisi keuntungan perusahaan Om Hasan itu, dari posisi 60 ke 40. Dengan penawaran keuntungan yang lebih dari perusahaan Om Hasan, para sub kontraktor aku mulai mengalihkan pandangan ke Perusahaan Om Hasan.
Bagiar Rodagigi pasti tidak akan mau bermanuver untuk mengurangi keuntungan dari perusahaannya.

Sementara itu Rai yang memiliki kemampuan bagus dalam pendekatan, aku tugaskan untuk melakukan promosi dan pendekatan pendekatan pada pemilik proyek. Aku yakin Rai pasti mampu membuat pemilik proyek bekerja sama dengan perusahaan Om Hasan.

Bagiar begitu terusik dengan peningkatan dan pergerakan perusahaan Om Hasan. Bagiar sangat marah dan mulai menyusun taktik licik untuk menghentikan perusahaan Om Hasan. Bagiar akan mendekati dan memberikan hadiah hadiah mahal kepada para sub kontraktor dan pemilik proyek sebagai sogokan. Pembagian keuntungan yang masih tetap dan tidak berubah, membuat para sub kontraktor dan pemilik proyek tetap tidak akan menerima rayuan Bagiar. Kepentingan perusahaan jauh lebih penting dari hadiah mahal Bagiar.

Saat Bagiar hanya terfokus pada satu sisi, proyek proyek terus di dapatkan Rai. Perusahaan Bagiar yang tidak mendapatkan pemasukan mulai terguncang dalam keuangannya. Biaya operasional dan pengeluaran membeli hadiah hadiah mahal, membuat perusahaan Bagiar mengerus keuangan mereka. Dengan kondisi keuangan yang melemah, perusahaan Bagiar terfokus lagi dalam mencari suntikan dana. Perusahaan Om Hasan makin tak terbendung lagi dalam mencapai kejayaannya. Hutang hutang terus menumpuk di perusahaan Bagiar, kepanikan manajemen membuat perusahaan Bagiar semakin lemah dan perlahan hancur. Hutang yang sangat banyak dan tak terbayar, serta ancaman dari para debt kolektor membuat Bagiar gelap mata dan memilih untuk kabur menyelamatkan diri.
 
Bimabet
10.Mentari Senja di Pulau Surga

Pesta yang sangat meriah di buat Om Hasan. Pesta kemenangan dari Bagiar dan peresmian gedung yang aku kerjakan itu, di hadiri oleh para karyawan dan para mitra Om Hasan.

"Kau sangat berjasa dalam hal ini, peranmu begitu vital dalam kesuksesan ini dan aku begitu kagum padamu"Ucap Rai sambil mengangkat gelas minuman untuk memberi hormat padaku

"Kau terlalu berlebihan"Ucapku sambil membalas perlakuan Rai tadi

"Semoga kau bisa di andalkan dalam misi pengembangan perusahaan"Lanjut Rai

"Madsudmu..?,"Tanyaku binggung

"Om Hasan berencana menjadikanmu salah satu Direktur di perusahaannya, setelah rapat manajemen kemarin, para Direksi dan Direktur sepakat menyetujui rencana itu"Terang Rai

Aku hanya tersenyum mendengar penuturan Rai. Pesta itu sangat meriah dan begitu dinikmati oleh para tamu undangan. Cukup lama aku berbaur dalam pesta itu. Saat duduk santai di pinggir kolam renang menikmati ribuan bintang, Om Hasan datang membawa dua gelas minuman di tangannya.

"Hidup memang begitu misteri untuk kita, saya tidak menyangka garis takdir mempertemukan kita"Ucap Om Hasan

"Maybe yes maybe no, tergantung anda melihat dari sudut pandang mana"Jawabku sambil tersenyum

"Aku memintamu untuk membantuku mengembangkan perusahaan ini, Kecerdikanmu dan keahlian Rai, jika di padukan akan menciptakan sebuah kekuatan yang dasyat"Lanjut Om Hasan

"Om terlalu berlebihan"Balasku

"Jadi bagaimana,? apa kamu mau ikut bergabung dalam perusahaanku?"Tanya Om Hasan

"Aku datang ke sini tanpa tujuan"Kataku sambil menatap langit

"Apa yang aku alami di Kota ini sedikit banyaknya memberikanku pelajaran dan pedoman"Sambungku serius

"Om Hasan dan Bu Hasan mendapatkan sebuah tempat di hatiku, sedikit kehangatan ku dapatkan di sini"Kataku sambil tersenyum

"Tapi aku merasa tidak mendapatkan apa yang sebenarnya ku cari di sini, maaf Om aku sudah memutuskan untuk pergi dari Kota ini"Sambungku

"Ya.. aku sudah menduganya"Balas Om Hasan kecewa

"Om Hasan, Bu Hasan dan Rai, akan selalu ku ingat dalam perjalanan hidupku. Walau kita belum terlalu lama kenal satu sama lain, tapi kalian begitu berkesan buatku"Paparku

"Kau juga sudah saya anggap bagian dari keluargaku anak muda, Saya akan selalu menjadikanmu dalam bagian keluarga ini, dan saya akan selalu ada buatmu. datanglah saat kau butuh sesuatu ke sini anak muda"Ucap Om Hasan sambil berkaca kaca

"Terima kasih Om"Balasku

Setelah pamit kepada Keluarga Om Hasan, Rai mengantarkan ku ke Terminal dengan mobilnya. Keinginan ku untuk melanjutkan petualanganku membuat Rai juga kecewa.

"Aku tau kau tidak mudah di ikat brother, Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu selama ini"Ucap Rai sambil memeluku

"Ini dari Om Hasan, tolong jangan di tolak"Lanjut Rai sambil menyerahkan sebuah cek

"Terima kasih, mungkin ini akan berguna suatu hari nanti"Ucapku

"Ya benar, aku juga akan selalu ada jika kau butuhkan sobat"Lanjut Rai

"Maybe yes maybe no, tergantung dari sudut manaaaa.. hahahah"Ucapku dan di ikuti Rai sambil tertawa.

Akhirnya aku menaiki sebuah Bus ke Kota seberang, Kota yang terkenal dengan eksotisnya itu adalah tujuan ku selanjutnya.

Akhirnya Bus itu berhenti di sebuah terminal yang lumayan ramai. Terminal Ubung adalah namanya. Sebuah pulau yang terkenal dengan pariwisatanya, sebuah pulau yang menjanjikan surga alamnya yang begitu mempesona. Sayang sekali ambisi ambisi merubah sedikit tatanan pulau ini.

Setelah puas menelusuri sebuah pantai, aku mulai beranjak menjajaki kaki ke Kota yang sangat ramai di pulau ini. Turis asing dan lokal yang mengunakan pakaian pakaian mengoda itu, tidak menyita perhatianku, tapi kejadian di parkiran sebuah tempat hiburan membuatku begitu tertarik. Di sana terjadi keributan yang lumayan menyita perhatianku. Seorang gadis blesteran berteriak teriak menghentikan pengeroyokan atas seorang pria di depannya itu. 3 orang pemuda begitu buas melayangkan pukulan serta tendangan ke tubuh kurus pria yang sedang jadi santapan mereka itu. Kerumunan orang orang hanya bisa menyaksikan kejadian miris itu sambil beradu argumen tentang penyebabnya, tak ada yang berani bertindak setelah seorang dari ke tiga pemuda itu melancarkan sebuah ancaman.

"Siapa yang berani ikut campur, akan jadi korban kami selanjutnya"Begitulah nada ancaman yang membuat para kerumunan kerumunan hanya terdiam membisu.

Gadis blesteran itu kira kira berusia 17 Tahunan, campuran gen di tubuhnya membuat ia terlihat begitu berbeda dengan gadis gadis pribumi negeri ini. Ekspresi kecemasan di wajahnya, tak mampu menutupi kecantikannya. "Ah.. paling cuma masalah sepele para remaja yang sedang egois egoisnya"Desahku.

Seorang dari para pengeroyok tampak tidak begitu puas, ia tiba tiba mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku jaketnya. Tampaknya ia ingin membuat korbannya itu semakin menderita dengan pisau itu. Kecepatan ayunan tangannya tidak secepat lemparan Ranselku yang menghantam tubuhnya. Tas Ranselku telak membuat ia terjatuh dan berteriak kesakitan.

"Woiiii.. siapa yang berani berani ikut campur??"Teriak beringas salah seorang temannya

"Oh maaf, tidak sengaja, Tas ku terlepas begitu saja"Terangku santai sambil keluar dari gerumunan

"Ehh.. ban**at, siapa kau?"Tanyanya kembali

Aku tidak memperhatikan omongan orang itu, setelah menatap gadis blesteran yang sedang kebingungan itu, aku pun berjalan mengambil Tas ku yang tergeletak di samping tubuh temannya.

"dugggg.."Suara kaki ku menghantam orang itu saat mencoba menendang ku

"Oh.. maaf"Kataku santai

Ketiga komplotan itu akhirnya mengerang kesakitan setelah menerina pukulan dan tendangan ku. Mereka begitu marah saat aku mengambil Tas ku dan pergi begitu saja. Mereka mencoba menyerangku, tapi merekalah yang akhirnya tergeletak kesakitan.

"Ah.. hanya remaja biasa",Desahku sambil pergi meninggalkan tempat itu

"Berhenti.."Panggil gadis blesteran itu, setelah sebelumnya menghampiri cemas salah seorang dari ketiga remaja yang aku lumpuhkan

"Siapa loe hahh..? kenapa loe berani berani ikut campur masalah gue? loe mau jadi jagoan?"Ucapnya kasar padaku

"Maaf.. aku bukan siapa siapa Nona, tolong jangan menghalangi jalanku"Balasku sambil menghindar

Akhirnya aku berjalan menjauhi tempat itu, tujuanku sekarang mencari tempat istirahat, malan yang semakin larut membuat mataku semakin sulit di ajak bersahabat. Akhirnya aku tertidur di sebuah tempat.

Keesokan harinya..

Aku di bangunkan oleh seseorang yang berkata sopan padaku. Setelah memberikan ku segelas kopi, orang itu mengajakku berdialog ringan sebagai pembuka perkenalan kami.

"Saya melihat Mas begitu perkasa di parkiran itu"Ucapnya

"Madsud anda?"Tanyaku binggung

"Saya melihat Mas menghajar para berandalan itu, dan saya ucapkan terima kasih pada mas"Sambungnya

"Terima kasih untuk apa?"Tanyaku heran

Dia pun bercerita tentang pria yang di keroyok malam itu. Pria itu adalah teman sekampungnya yang bekerja sebagai sopir gadis blesteran itu. Dia pun bercerita bahwa gadis blesteran itu sangat liar dan sombong. Si sopir yang ditugasi juga sebagai pengawal pribadi gadia itu, sering mendapat perlakuan kasar dari si gadis dan teman prianya.

"oh.. jadi itu sebabnya"Tuturku

Akhirnya aku ditawari untuk tinggal di tempat itu. Tempat itu adalah sebuah Studio musik yang lumayan terkenal di Kota ini. Sapto pun mewari ku bekerja di tempat itu. Bangunan terdiri dari tiga lantai, lantai satu sebagai Studio biasa, lantai dua adalah tempat rekaman dan markas dari Band anak pemilik Studio, lantai tiga adalah mess untuk pekerja di Studio ini. Karena pekerjanya baru Sapto sendiri, jadi pemilik ingin mencari karyawan lagi untuk membantu Sapto yang sering kewalahan.

Sapto seusia denganku, dia berasal dari sebuah kampung di timur pulau ini. Sore itu aku berkeliling pantai yang tidak jauh dari Studio tempatku menetap, Aku ingin menikmati suasana yang damai dan indah ciptaan Sang Penguasa. Hembusan angin yang menerpa tubuhku, membuat perasaan begitu sempurna.

"Semmmpurrnaaa"Kataku lirih, saat menatap senyuman manis seorang gadis yang berada tak jauh dariku

Senyuman lepas dari wajah itu begitu menentramkan hati, rambut panjangnya yang terurai oleh hembusan angin, mempesona dan mengalihkan pikiran. Hamparan lautan yang indah terkalahkan oleh senyum indah gadis itu. Aku yang terpaku memandangi senyum indah itu, terbuai oleh lamunan yang di sebabkannya.

"Woiiii.. lue lagi"Teriak gadis itu, sambil berjalan mendekatiku

Aku semakin terpana oleh pesona yang dia tebarkan. Aku hanya diam sambil terus menatapinya. Tubuhnya yang sedang mekar itu berhasil menyihirku.

"Takkkkkk"Sebuah tamparan ku dapatkan

"Aduhhh"Ucapku sambil tersadar dari lamunanku

"Ngapain loe natap gue begitu,? dasar mesum"Lanjutnya

"Kenapa sih? loe selalu ngerusak hidup gue?"Bentaknya

"Madsud Nona?"Jawabku

"Jangan jangan loe ngikutin gue terus ya? loe penjahat ya?"Lanjutnya

"Maaf saya tidak mengerti madsud anda?"Tanyaku binggung

"Ahh.. Loe.. kemarin loe ikut campur masalah gue, loe bikin kacau semuanya. Sekarang loe bikin kacau lagi suasana hati gue yang sedang menikmati indahnya pantai ini dengan tatapan mesum loe itu"Terangnya ketus

"Anda salah sangka Nona"Balasku

"Dasar cowok ngak jelas, mesummmm. awas loe berani berani lagi menganggu gue"Ancamnya sambil menunjukku

"Dasar setan"Desahku

"Apaaaa... loe bilang apaa"Katanya berbalik

"mhmmm.. tidak"Jawabku santai

Akhirnya tangan itu kembali melayang mengincar pipiku. Sayangnya kecepatan tangan gadis itu tidak secepat gerakanku, tangannya berhasil ku tangkap. Sentuhan yang tercipta membuatku terdiam meresapinya.

"Takkkk.. dasar otak mesummm"Tamparan tangan kirinya berhasil membuyarkan lamunanku lagi

"Awas kalau loe berani macam macam ke gue"Ancamnya balik sambil melangkah pergi

Aku begitu geram dengan perlakuannya padaku. gadis ini begitu buas dan liar, aku jadi muak padanya. Perkataan dan tingkahnya begitu liar sehingga membuatku tidak lagi mengagumi parasnya yang elok itu. Sore yang indah itu berhasil di renggut oleh si setan wanita itu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd