Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cinta Pertama

BAB XLVI



Meredam Rasa, Memendam Rindu



Tari rasanya sulit menahan emosinya mendengar cerita Dave terkait datangnya Yudi ke acara seminar Dave.

“apa sih maunya dia?” sedikit memekik suara Tari

Dave hanya terdiam

“bikin emosi aja…..”

Tari tentu wajar sangat emosi kali ini dengan tingkah yang tidak bertanggungjawab Yudi.

Dia juga malu dengan Dave akibat ulah Yudi

“ ngga apa-apa, Ri… aku baik-baik aja kok…” tepis Dave saat melihat Tari yang agak emosi dan kesal dengan ulah Yudi

“dia juga tidak sampai mengganggu…”

Memang kali ini Yudi belum sampai tahap mengganggu, tapi siapa yang akan menjamin dia bakal berhenti disitu.

“aku minta maaf, Sayang…..” bisik Tari sambil mengusap lengan Dave

“maaf banget…”

Dave tersenyum lembut

“it’s OK….”

Lega rasanya Tari melihat Dave tidak marah dengan kejadian itu

“aku harus segera menuntaskan permasalahan ini….” Bisik Tari yang dibalas anggukan oleh Dave

Tari memang sangat ingin segera selesai masalahnya dengan Yudi. Proses perceraian yang memakan waktu lama dan berlarut karena Yudi yang dulu berniat menceraikannya, kini malah ngotot tidak ingin melepaskannya, membuat proses yang harusnya cepat selesai lebih awal, malah berlarut dengan tidak hadirnya tergugat.

Dan kejadian kali ini, sudah semakin membuat Tari tidak nyaman, karena posisi dan pekerjaan Dave sudah mulai direcoki oleh Yudi. Seharusnya masalah mereka berdua hanya mereka berdua saja yang selesaikan, tanpa harus dia menarik Dave dalam hal ini.

Sikapnya sudah sangat jelas dan tegas.

Dia ingin segera selesai, dan bisa memulai hidup barunya dengan Dave. Fase baru dimana dia ingin bahagia dan diperlakukan layaknya wanita sempurna, yang tanpa ada tekanan, namun selalu diberi kebahagiaan dan hati yang dia rasa hanya untuk dirinya, karena dia tahu hati Dave semenjak kuliah hingga sekarang, hanya ada dirinya dalam hati pria ini.

“sayang…..”

“yah?”

Diam sesaat

“ untuk sementara kita jaga kondisi ini dulu yah…..”

Tari terdiam mendengar usulan Dave

“sampai kita kelarin semua masalah ini, kita hindari dulu jalan diluar, atau ketemuan di Pancoran…..”

Rasanya Tari agak berat mendengar usulan itu. Tidak bertemu dengan Dave rasanya berat bagi dirinya yang kini sangat tergantung dan sulit untuk pisah dengan kekasihnya ini.

“setidaknya sampai kita nemu siapa yang suka nguntit kita…..”

Tari tahu foto mereka yang berdua yang sudah ditangan HRD, rawan sekali untuk diselewengkan orang hanya untuk menjatuhkan karir Dave. Dia juga tidak ingin semua itu terjadi, hanya karena emosi dan rasa ego dirinya yang ingin selalu bersama Dave.

“oke sayang…..” anggukan Tari agak berat mestinya baginya, namun demi kebaikan bersama dan menjaga agar masalah ini tidak meluas dan berefek kemana mana, Tari pun setuju dengan usulan Dave.



*******************



Rasanya bukan waktu untuk sembunyi bagi seorang Dave. Dia sadar, jika dia terlihat merasa bersalah, maka orang makin gencar akan menuduhnya perebut istri orang. Namun jika dia mau dan berani tampil maka semua hujatan dan mulut berisik di belakangnya pasti berpikir panjang untuk berkoar koar.

Dan pagi ini kembali dia dibuat emosi dengan lambannya HRD mengeksekusi permintaannya yang sebetulnya sudah direstui oleh kantor Tokyo.

Dave membatalkan meeting pagi ini dengan bagian teknik, karena beberapa manager Production dan tekhnik departmen masih ada beberapa sosok yang sudah direkomendasi oleh Dave untuk diterminate atau dipindahkan ke departemen lain.

Yulinda, dengan berbagai dalih dan alasan seperti menunda untuk tidak melaksanakan perintah dari Dave tersebut.

Bersilat lidah lagi dengan Yulinda rasanya sudah cukup bagi Dave.

Pagi ini dia segera masuk ke ruangan, lalu meminta Merry untuk menyambungkan vidio conference dengan kantor di India, dan Dave harus segera mengambil sikap agar komponen penting dalam produksi harus segera berjalan tanpa menunggu ruwetnya birokrasi di pabrik mereka di Purwakarta.

Selain berbicara dengan kantor mereka di Hyderabad, Dave juga mengontak kawasan pabrik di Chenai, agar jika kantor mereka sendiri tidak bisa menyanggupinya, maka dia akan membeli dari pihak ketiga di kawasan Chenai.

Penjualan dan kontrak yang sudah disepakati dengan para client merupakan hal terpenting yang sudah jadi komitmen Dave untuk dituntaskan sesuai waktu yang dia janjikan dan tertuang dalam agreement mereka selama ini. Dia akan dianggap gagal jika tidak mampu memenuhi hal tersebut.

Dan alih-alih mendebat Yulinda, Dave malah sudah membuat perhitungan tersendiri untuk mengantisipasi apa yang selama ini menghalangi semua langkahnya untuk mencapai penjualan terbaik dalam sejarah berdirinya Hikaru di Indonesia.



*********************​



Mata Yulinda bagaikan hendak copot sore ini saat mendapat email yang sangat penting dari kantor pusat Jepang.



Dear Yulinda,

Kami mendapat informasi bahwa anda selaku pimpinan department di HC Jakarta, tidak melaksanakan tugas dan kewajiban secara proper dan tepat. Permintaan dari direksi dengan dasar yang tepat, sudah seharusnya anda laksanakan, bukannya ditunda.

Untuk itu, kami akan memonitor secara lebih mendalam lagi alasan dibalik lambatnya dan tidak berjalannya instruksi direksi, dan ini akan menjadi catatan penting bagi kami dikantor pusat Tokyo, untuk menilai performa anda selaku kepala departmen di HC Jakarta.


Arigato

Salam hormat



Kenji Yoshimoto


Email dalam bahasa inggris yang dikirim oleh Mr. Kenji selaku direktur HC yang baru di kantor Jepang, bagaikan petir di siang bolong bagi Yulinda. Karir panjangnya di Hikaru rasanya baru kali ini dia mendapat email yang sangat terlihat seperti meragukan kompetensinya sebagai manager HRD yang sudah tahunan dia duduki.

Yulinda tahu, siapa yang memicu email ini. Sosok yang dia pikir tadinya akan jadi sosok yang bersahabat dengannya, kini malah jadi musuh besar baginya di kantor ini semenjak hadir sebagai satu-satunya direksi lokal di Hikaru.

Dia heran kenapa Dave begitu ngotot harus memecat banyak karyawan senior yang menurutnya harusnya diajak diskusi dan bicara. Namun tanpa ada diskusi dan peringatan, Dave yang satu-satunya direksi lokal malah merekomendasikan pemecatan, atau paling ringan rekomendasinya ialah pemindahan divisi lain, yang menurut karyawan tersebut adalah pemecatan secara halus.

Dan yang main membuat emosi Yulinda meningkat ialah para pimpinan di kantor pusat Tokyo bagaikan seiya sekata dengan Dave, tanpa mempedulikan kondisi karyawan di Jakarta, atau mengingat jasa mereka yang sudah tahunan ada disini, malah ikut merestui pemecatan ini. Termasuk para direksi lain di Jakarta yang bagaikan tidak berdaya menghadapi Dave.

Bukti dan isu besar terkait Dave malah tidak diperhatikan oleh mereka. Yang ada di kepala para direksi adalah untung besar dari hasil penjualan dan proyeksi pasar yang dikembangkan oleh Dave, sedangkan masalah kemanusiaan, kesetiaan dan loyalitas karyawan, itu nomor kesekian saat ini.

Yulinda tidak mampu menahan lagi emosinya kali ini, apalagi kali ini sudah sangat jelas peluru itu menyasar dirinya sendiri selaku pimpinan department di HRD. Bakti dan jasanya selama ini bagaikan tidak dianggap oleh perusahaan, dan kini dikalahkan oleh anak kemarin sore yang menurutnya hanyalah sebuah keberuntungan karena sekolah dan memulai karir di kantor pusat Jepang, hingga mendapat spotlight lebih besar dan ditunjuk menjadi direksi.

“ ada di ruangannya Bu…..” ujar Rifka, supervisor yang dibawahnya langsung saat dia meminta Rifka untuk mengecek ke Merry dimana posisi Dave

“ tahan emosi ibu….” bisik Rifka lagi, melihat Linda yang seperti sedang bergemuruh emosinya kali ini.

“sialan emang tuh bocah….” desisnya

Posisi Yulinda memang dalam proses assesment untuk jadi Vice President atau sekelas General Manager untuk HRD Dept, semenjak ada rencana pemekaran departmen General Affair, Recruitment dan People Development untuk dikepalai oleh sekelas manager, dan Yulinda yang sudah sekian tahun jadi manager HRD, jadi sosok yang akan naik jabatannya. Dan email pagi ini bisa saja membuat bukan hanya promosinya yang terganjal, tapi juga karir panjangnya di Hikaru bisa terancam.

“ngga ngerti apa gimana kita di HRD ini menghadapi gugatan nantinya kalau kita main pecat….” gerutunya tidak berhenti, sampai beberapa staff di ruangan HRD semua terdiam melihat boss mereka sedang mengomel tanpa henti.

Rifka sendiri bingung jadinya. Dia sadar bahwa ada benang merah dengan kasus yang sedang Yulinda bawa ke direksi, dengan email dari kantor Tokyo ini. Berdasarkan info dari Merry sahabatnya, Dave memang diam, namun yang jelas menurutnya, boss nya dia itu tidak akan diam dengan manuver dari Yulinda.

Rifka bahkan sudah diingatkan agar memberi nasehat ke Yulinda, untuk tidak ikut campur masalah prbadi Dave. Karena menurut Merry, selain para direksi di Jakarta segan dengan Dave, pencapaian Dave selama ini membuat dia bagaikan rising star di kantor Tokyo, yang bukan hanya kagum dengan capaiannya, tapi juga ketar-ketir jika isu seperti ini membuat dia tidak betah dan angkat kaki.

“sabar aja Bu….”

“ngga ada…. harus gue samperin dia…..”

Rifka hanya terdiam melihat emosinya Yulinda yang sulit ditahan kali ini.



****************

“lagi terima telpon Bu….” Merry berusaha mencegah Yulinda yang hendak masuk ke ruangan Dave

“bodoh amat….”

Dia menyeruak masuk ke dalam ruangan kaca tersebut

Dave sedikit kaget melihat Yulinda yang berdiri dengan tatapan penuh amarah, dan Merry PA nya yang berdiri di belakang dengan mimik wajah yang bingung

“Vivek, can I excuses for a minute, I will call you back shortly….” pamitnya sesaat dengan koleganya di seberang.

“oke noted, David….”

“thank you….”

Dia lalu menutup teleponnya

“yah…. kenapa, Bu Linda….”

“bapak jangan suka ngadu yang aneh-aneh yah…..” sembur Yulinda dengan sangarnya

Dave tertawa, sambil memberi sinyal ke Merry untuk meninggalkan mereka berdua.

Dia tersenyum menanggapi kemarahan Yulinda

“nuduh yang apa?” masih dengan tenangnya dia dengan posisi duduk, sambil menatap ke arah Linda yang berdiri di depan mejanya

“Bapak ngadu apa ke Tokyo?”

“bilang saya lambat?”

“ bilang saya tidak proses permintaan bapak?”

Cerocosan Yulinda bagaikan meluncur tanpa bisa direm

“bapak tahu apa akibatnya kalau kita pecat orang tanpa ada SP 1, 2 dan 3?”

“bapak tahu apa akibatnya bagi kami di HRD?”

“apa bapak pikir kami tidak pusing jika ada tuntutan hukum dibalik ini nantinya??”

Dave hanya terdiam sambil tersenyum tipis menanggapi semua semburan kata-kata Yulinda

Merry hanya bisa menoleh dengan rasa was-was dari luar, dan tentu pertengkaran mereka meski itu didalam ruangan, namun karena ruangan Dave itu terbuat dari kaca transparan, sudah pasti semua karyawan yang ada di section marketing dan legal, bisa dengan mudahnya melihat gerak gerik Yulinda yang sedang mengomeli Dave, bahkan gerakan tangannya dengan mudah terbaca dari jauh kalau dia sedang marah dengan David.

“jangan mentang-mentang bapak direktur, merasa tinggi, lalu zholim sama orang……”

“mereka punya keluarga…”

“mereka punya jasa juga buat perusahaan…..”

Dave masih diam dan menganggukkan kepalanya mendengar lontaran kemarahan Yulinda yang seperti sudah lupa dia sedang berada dimana dan didepan siapa.

“Oke….. “

Diam kali ini Yulinda

“sudah selesai ibu?” tanya Dave tenang

“ bapak jangan menggampangkan masalah yah…..”

Dave tersenyum

“saya selalu serius…..”

Yulinda dengan sinis menatap wajah Dave

“ bapak dengan gampangnya mecat orang……” geram hati Yulinda

Dave tersenyum kembali. Dia tahu wanita ini sedang emosi dan kesal mendapat email peringatan dari kantor pusat, namun dia tetap saja berpikir bahwa jika memang Yulinda ikut arahan atasannya sesuai dengan aturan yang ada, maka hal tersebut tidak menjadi masalah seharusnya.

“ Hartono itu sudah dapat approval dari Pak Soga……” ujar Dave pelan “kenapa ibu lama mengeksekusinya?”

“beberapa tim dibawahnya juga sudah saya kirim semua rekomendasi dan disetujui bahkan oleh Pak Hashemoto, kenapa lama Ibu tidak melaksanakannya?” agak tajam kata-kata Dave

“ya itu tadi Pak, mecari pengganti mereka juga tidak mudah, dan memecat mereka juga bukan hal yang gampang Pak……”

“Pak Hashemoto sudah setuju dengan kompensasi yang ada… meski saya tidak setuju besaran kompensasinya……”

“Pak, kita perlu waktu dan prosedurnya pun tidak seperti yang bapak pikirkan…”

“selalu itu yang ibu sampaikan setiap ada urgent memo internal seperti ini…..”

“karena memang demikian Pak….” agak sedikit memekik suara Yulinda

Dave berdiri dari kursinya

“Bu Linda, saya tidak gila dalam memberi rekomendasi apalagi masalah ini terkait masa depan orang……”

Dia lalu sambil membereskan kertas diatas mejanya

“saya tahu kesulitan ibu……”

“dan saya tahu juga apa yang ibu lakukan dibelakang saya…..” tatapan Dave kini agak tajam.

“masalah pribadi saya, itu tidak ada urusannya dengan masalah pekerjaan…..”

Yulinda terdiam kali ini

“kenapa ibu bawa-bawa masalah ini ke persoalan dinas?”

“saya tidak bawa-bawa ke masalah kantor…..”

Dave tersenyum sinis

“dan itu laporan dari luar ke kami….. harusnya bapak urusin yang siapa yang lapor…..” dalih Yulinda

“ foto-foto itu tidak akan terbang sendiri ke meja Pak Hashemoto….” potong Dave dengan cepat.

“anyway…. itu urusan saya dan saya harap ibu jangan urusin masalah pribadi orang yang tidak ada kaitannya dengan urusan dinas…..”

“yah kalau sudah terkait masalah etika, kami wajib untuk bergerak, Pak…..” ujar Yulinda lagi

“oh gitu? Etika?” Dave geleng-geleng kepala sambil tersenyum

Pria itu lalu menatap ke arah Yulinda dengan tajam

“ ikut acara karaoke, golf, jalan-jalan bersama vendor…. apa itu termasuk melanggar etika atau tidak?”

Yulinda terkesiap

“itu acara internal kami, Pak….” bantahnya cepat

“yang dibiayain vendor?”

“bapak kalau ada bukti silahkan……”

Dave tersenyum

“kalau saya kasih foto kalian ikut hadir di acara tersebut?”

“itu kami diundang, Pak……”

“secara pribadi?”

Yulinda gusar luar biasa

“itu acara pribadi dan kami diundang Pak…….”

“kapasitas ibu dalam acara itu apa? Termasuk teman-teman dari divisi lain?”

Wanita itu terdiam

“ kalian ngumpul ramai-ramai dan dibiayain sama vendor…..”

“ kami bayar sendiri Pak…..”

Dave tersenyum

“sudahlah, kami sudah cek acara tersebut dan kami tahu siapa yang sponsorin dan bayar…..” tukas Dave

Lalu

“silahkan cek di aturan kalian yang buat sendiri…. bukankah tidak boleh menerima imbalan dalam bentuk apapun dari pihak ketiga, baik itu vendor, penyedia jasa, dengan dalih apapun?”

Yuinda terdiam kali ini. Emosinya yang tadi menggelegar seperti sudah mulai reda dan padam

“apa perlu saya minta internal audit menyelidiki ini?”

Bangkit lagi kesal dan emosi Yulinda kali ini

“ Pria itu tidak akan tahu dimana acara kita, kecuali ada orang dalam yang mebocorkan diama lokasinya…” sindir Dave

“bapak nuduh saya?”

Dave tersenyum

“acara bapak itu melibatkan beberapa instansi, dengan mudah saya orang lain tahu…..”

“kebetulan yang sangat tepat yah……” sindirnya lagi

Yulinda dibuat geram dengan gaya Dave kali ini

“saya minta ibu segera keluar dari ruangan saya…..” ujarnya lagi

“dan segera lakukan apa yang sudah kami perintahkan…..”

Terdiam Yulinda

“ ini perintah direksi kepada anda selaku HRD….” tekan Dave lagi ke Yulinda

“ saya harap anda segera laksanakan…. atau…..”

“atau apa Pak?” potong Yulinda

“bapak ngancam mau pecat saya juga?”

Dave tertawa kecil

Lalu

“Bu Yulinda… saya sangat menghargai semua orang disini, termasuk Ibu….”

“ ibu termasuk orang lama yang sudah banyak membantu perusahaan maju…..”

Yulinda menatap ke arah Dave dengan lekatnya

“ tapi jika ibu tidak menjalankan apa yang saya perintahkan, silahkan kasih alasan yang logis dan bisa diterima semua orang, termasuk saya dan BOD di Tokyo……”

“ dan tindakan ibu masuk ke ruangan saya, marah-marah disini…. ini bentuk disubordinasi yang menurut saya sangat fatal…..”

Yulinda kaget dengan kata-kata Dave

“saya tidak pernah pandang jabatan sebetulnya….”

“namun, sebagai pimpinan di HRD, sebaiknya ibu kasih contoh bentuk hormat kepada atasan…..” ujar nya lagi sambil memberi kode tangannya agar Merry masuk ke ruangannya

Yulinda bagaikan tidak mampu berkutik menghadapi Dave. Emosinya yang dari tadi menggunung bagaikan hilang disapu gelombang besar. Dia segera disadarkan bahwa anak muda ini bukan anak kemarin sore yang bisa dipandang remeh. Banyak langkah-langkahnya dia yang tidak dirinya antisipasi dari awal.

“ya Pak….” sapa Merry begitu masuk

Yulinda lalu tanpa berbicara segera berlalu dari ruangan Dave dengan wajah yang manyun.

“ email ke Vivek dan minta segera dikirim list permintaan kita kemarin….” perintah Dave ke Merry, seperti tidak ada sesuatu yang besar yang baru saja terjadi di ruangannya. Dave lalu duduk kembali ke kursinya

“sekarang…..” ujarnya lagi lembut membuat Merry yang melongo jadi tersadarkan

“baik Pak…..”



**************************


“ Ladies and gentlemen, we have just landed at Soekarno Hatta International Airport. Philippine Airlines welcomes you to Jakarta. For your safety, please remain seated with your seat belt fastened until the fasten seat belt sign has been switched off. Please refrain from removing any hand carry items from the overhead bins until the aircraft has come to a full stop and the cabin door has been opened for you to deplane. On behalf of the Philippine Airlines flight deck and cabin crew. We would like to thank you for flying with us. It was a pleasure to have you on board. We hope to see you again soon in one of your future flights once again from Asia's sunniest and the heart of the Filipino MMA ramming Salam Acpo Mabuhay…..”

Announcement dari cabin crew pesawat Philippine Airlines pagi ini, membuat hatinya berdebar debar. Setelah menempuh perjalanan 4 jam lebih, akhirnya subuh pukul 00.30 WIB, pesawat ini mendarat di Bandara Cengkareng.

Senyuman manis tersungging dari bibir wanita itu.

Sambil menenteng tas kecilnya, tangan kanannya menenteng ponselnya, menjepit tumbler minuman disela lengannya, tangan kirinya memegang paspor dengan tulisan Japan Passport di cover depannya.

Hatinya berdebar kencang. Kerinduannya sekian bulan untuk bisa datang ke sini, akhirnya tercapai juga dan terlaksana. Perjalanan 4 jam 15 menit dari Manila rasanya lama sekali saking inginnya dia segera mendarat di Cengkareng.

Dia sengaja merahasiakan kedatangannya kali ini. Dia ingin membuat kejutan untuk kekasihnya, dengan memberinya surprise nanti pagi di kantornya secara langsung. Sebuah whatsapp masuk dari penjemputnya, yang akan mengantarnya ke The Orient Hotel.

“Welcome to Jakarta Ms. Keiko Yamada…..”
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Terimakasih banyak update nya suhu @Elkintong, seperti biasa suhu selalu keren dalam ceritanya ❤️

Akan tetapi mohon maaf suhu, ada typo sedikit yang menurut hamba selaku pembaca perlu diperhatikan, yakni di kalimat terakhir "Welcome to Jakarta Mr. Keiko Yamada.....", karena Keiko adalah cewek, mohon kesediaan suhu supaya "Mr. Keiko" menjadi "Ms. Keiko", suhu 🙏🏻
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd