Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [COPAS] Nona Majikanku dan Dua Temannya yang Polos

Status
Please reply by conversation.

begundal-bansel

Guru Semprot
Daftar
7 May 2019
Post
621
Like diterima
1.296
Lokasi
Prefecture Padjajaran
Bimabet
Mohon maaf kalau ceritanya Copas.
Bagi pembaca yang sudah mengetahui jalan cerita ini, saya harap jangan ada spoiler.


Cerita ini 100 persen fiktif, tolong lebih dewasa lagi dalam membedakan mana Real mana Fiksi. :ampun::ampun:


Tidak ada mulustrasi.
Biar pambaca yang membangun fantasinya sendiri



Bagian 1

Namaku Dhani Anwar, aku bekerja sebagai sopir sekaligus tukang kebun dikeluarga Chinese yang tergolong kaya raya, kerjaku tergolong mudah yaitu mengantar putri tunggal mereka, Feilin, ke sekolah. Feilin memiliki wajah yang cantik, agak nakal, genit dan galak, ia mempunyai dua orang teman akrab yang satu bernama Nia, ia bertubuh langsing dan pemalu dan yang satunya bernama Tarida yang sifatnya periang dan suka bercanda. Mereka juga cantik-cantik, putih dan mulus. Tadinya aku bersikap acuh terhadap kegiatan mereka bertiga namun lama kelamaan aku menjadi penasaran apa saja yang mereka bertiga lakukan di halaman belakang yang dengan kerasnya dilarang dimasuki olehku, rasa penasaran setiap hari semakin membesar dan aku berniat mengintip apa saja yang mereka bertiga lakukan. Pada Tanggal 2 Februari Nia dan Tarida bermain kerumah dan seperti biasanya mereka bermain dihalaman belakang rumah. Dengan hati-hati aku membuka pintu menuju halaman belakang dan melihat sesuatu yang menggetarkan kalbu.

Bagaikan tersambar petir disiang hari aku melihat Feilin, Nia dan Tarida sedang asik saling meraba dan berciuman satu sama lain, pakaian renang melekat ditubuh mereka. Otakku langsung menyala membara dengan nafsu yang bergejolak, rupanya ini yang selalu disembunyikan oleh mereka bertiga, entah sudah berapa lama mereka berdua menyimpan rahasia besar dihadapanku, namun dilihat dari cara mereka berciuman dan meraba sepertinya masih amatiran, pikiran kotorku langsung bekerja.
“Ehmmmm-ehem!” dengan sengaja aku muncul dan mengagetkan mereka bertiga.
“Awwww!!” ketiganya sangat terkejut, “Mang Dhani ngapain sihhhh… kan udah dibilang ngak boleh masuk!” Feilin tampak kesal dan cemberut.
“Gimana non enak yahhhh???”Aku dengan santai menghampiri mereka.
Feilin sepertinya akan membentakku lagi namun Tarida tiba-tiba menarik Feilin dan berbisik sesuatu ditelinga Feilin, “ihhhhhh ngakkk ahhh…” Feilin sepertinya keberatan entah apa yang dibisikkan ditelinganya. Tarida berbisik sesuatu lagi ditelinga Feilin. Kemarahan Feilin tiba-tiba seperti menghilang kini ia memandangiku dengan tatapan yang nakal. “Iya juga…. Hmmmm” Feilin seperti menimbang-nimbang sesuatu, kemudian ia mengangguk pada Tarida yang tersenyum dengan ceria. Tarida menghampiriku dan kemudian ia berkata “Karena mang Dhani sudah mengintip maka mang Dhani harus dihukum…” Tarida terkekeh-kekeh. “Dihukumm ?” Aku bertanya tidak mengerti. “Iya.. mulai sekarang Mang Dhani harus mau jadi boneka.. buat kami…”jawab Feilin.

Aku memandang tidak mengerti namun dengan memberanikan diri Tarida menjelaskan kepadaku tentang keingintahuan mereka terhadap anatomi laki-laki, sekata demi sekata diucapkan dengan terbata-bata.
“Hmmm maksudnya ingin lihat kemaluan pria begitu…?”Aku tersenyum , melihat wajah ketiga gadis Chinese dihadapanku merona merah.
Tanpa banyak berkata-kata aku segera mebuka baju dan celanaku dan terakhir kulepaskan celana dalamku dan kata-kata seperti “Wahh…..,Uhhhhh….dan Ihhhh” terdengar dari mulut ketia gadis Chinese dihadapanku yang memandangi kemaluanku sambil melotot. Oh iya aku lupa menyebutkan jati diriku , aku asli orang Irian, Usiaku 54 tahun, tinggi tubuhku 1,87 meter dan tubuhku gemuk dan besar, kulitku hitam legam dan rambutku ikal dan beruban, wajahku tadinya rada ganteng namun menjadi rusak tidak karuan karena terbakar demikian juga bagian tubuhku yang lain penuh dengan bekas luka bakar, Untungnya kemaluanku tidak ikut terbakar. Panjang kemaluanku 19.4 cm dengan dihiasi oleh otot-otot yang melingkar, makanya para amoy dihadapanku melotot melihat kemaluanku yang besar dan panjang.
“Mmmhhh Mang Dhani sekarang harus duduk disono…” Feilin mundur dan tampak gugup ketika kuhampiri.
Aku tersenyum , aku menuruti kemauannya dan duduk dikursi sofa. “Nahhh… sekarang terserah kalian ingin ngapain saya terima”Aku mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar. Tarida mendorong Feilin sambil berkata “Feilin maju gihhhh !! kan sopir kamu tuh….”, Feilin bertahan tidak mau maju sambil memandangi risih kemaluanku.

“Ehhh ngakkk ahhh kamu dulu gihhh….” Feilin malah mandorong tubuh Tarida. Kedua gadis itu sibuk saling mendorong sambil tertawa-tawa kecil, namun kemudian mereka terdiam sambil memandangi Nia. “Kalo gitu si nia aja duluan… serbuuuuuuu” Feilin memberikan perintah dan mereka berdua mendorong Nia yang tampak gugup dan terkejut. “Ehhhhh lohhhh ??? ngakkk akkhhhh duhhhh Feilinnnn… Taridaaaaaa” Nia Protes, ia tampak ketakutan dan menghindar dari kedua temannnya. Kini Aku mengocok-ngocok kemaluanku sambil memandangi wilayah terpenting Tarida. “Ngapain sihhhh….” Tarida memandangiku dengan curiga, aku hanya tersenyum-senyum. “Yang ini lebih enak ketimbang ciuman.. he he he” Aku terus mengocok-ngocok kemaluanku. Feilin kini berusaha mendekatiku dan ia duduk bersujud sambil memperhatikanku yang sedang asik mengocok-ngocok kemaluanku. Tarida ikut bersujud didekat Feilin sedangkan Nia dengan malu-malu hanya berdiri disamping kedua temannya. “Emangnya dikocok-kocok gitu kayak apa enaknya sih?” Feilin bertanya sambil memperhatikan tanganku yang sedang mengocok-ngocok kemaluanku. “Wah yang pasti asik banget non… pokoknya sulit deh ngejelasinnya tapi kalo Feilin mau nyoba ngocok-ngocok kontol pasti ketagihan….soalnya asik berat deh”Aku mulai memasang jaring beracunku agar ketiga gadis dihadapanku mau mencoba memainkan kemaluanku.
“Nihhhh cobainn….”Aku menggeser tubuhku sambil menyodorkan kemaluanku. “Eehhhh ngak… ngakkkk……” Feilin malah mundur, aku jadi kecewa namun…

“Ehhh……”Aku sempat tersentak ternyata Nia yang tadinya pendiam kini ikut bersujud dan tanpa ragu-ragu berani mengelus batang kemaluanku bahkan ia berani menggenggamnya. Ternyata….hmmm…entah apa yang dikatakan Nia, tapi yang pasti ia meremas-remas batang kemaluanku.
“Efuhh…. Niaaaaa….”Tarida tampak kaget dengan keberanian Nia, sedangkan Feilin malah bertanya penuh selidik “Gimana ??”tampaknya Feilin penasaran. “Hangat…. Trusss kadang-kadang berdenyut-denyut… kayak hidup….” Nia menjelaskan.
Kini Tarida mulai mengelus-ngelus batang kemaluanku “Besar amattttt…. Ihh urat-uratnya gede…” Tarida mengomentari kemaluanku. Jari telunjuk Feilin kini menekan-nekan mulut kemaluanku sehingga kemaluanku berdenyut kencang, terlebih ketika Feilin menarik-narik kepala kemaluanku sambil berkata “hehehe kayak helm, cuma yang ini gak bisa dilepas”. Aku semakin mengangkangkan kedua kakiku agar tiga gadis Chinese yang bersujud dihadapanku dapat lebih leluasa memainkan kemaluanku. Hampir selama dua jam mereka bertiga mempermainkan kemaluanku , dan aku mulai merasakan tekanan yang besar di kepala kemaluanku dan ‘Crettt… Croottt’. Sesuatu tiba-tiba menyembur dengan kuat dari kepala kemaluanku.
“Aww…. Ikkkh…aduhhhhh apaaan nihhhh” Feilin yang berada ditengah-tengah memekik karena bahunya tersemprot air maniku. “Uhhh…. Lengkettt……bauuu” Tangannya berusaha membasuh air maniku yang sangat banyak berceceran dibahunya. Sementara Tarida cekikikan mentertawakan Feilin, Nia tersenyum-senyum kemudian menyusul tertawa terbahak-bahak. Semenjak hari itu aku memasuki sebuah masa yang sangat menyenangkan, aku menjadi mainan tiga orang gadis Chinese yang cantik dan mulus.

########################

Pada hari itu seperti biasa aku menunggu Feilin dan teman-temannya ditempat parkir sekolah yang sepi, mataku sudah lima watt karena mengantuk tiba-tiba…. “Tok-tok-tokkkk…”Aku mendengar suara kaca mobil diketuk seseorang. Segera kubuka kunci pintu mobil dan Feilin segera masuk kedalam.
“Mang buka cepet!” ia menyuruhku membuka celanaku.
“Hahhhh… nanti gimana kalau ketauan?” aku agak tidak leluasa bermain didalam mobil kijang.
“Ngak akan…. yang laen kan lagi jam isitirahat…ayo manggg buruan!” Feilin tidak sabaran mengulurkan tangannya dan memaksa membuka resleting celanaku.
Aku membiarkannya melakukan keinginannya dan mengeluarkan kemaluanku.
“Ayooo manggg keluarin yang putihnya….aku pengen liat lagi” tangan Feilin mengocok-ngocok kemaluanku, aku mengerti rupanya ia ingin agar aku mengeluarkan air maniku, otakku berpikir dengan cepat.
“Aduh… susahh Non, kecuali kalau mau membantu dengan….”aku tidak melanjutkan kata-kataku
“Dengan apa mang?” Feilin tidak mengerti dengan maksudku.
“Diisep Nonn… pake mulut.” aku memandanginya dengan tatapan meyakinkan.
Feilin menghentikan kegiatan mengocok-ngocok kemaluanku wajahnya merah padam namun bukan marah tapi malu. Aku mencoba mengambil inisiatif, tanganku bergerak kebelakang kepalanya dan aku menarik dan menekan kepala Feilin kearah kemaluanku,
“buka mulutnya Non!” aku memerintahkan Feilin, entah kenapa Feilin yang biasanya agak nakal dan galak ini tiba-tiba berubah menjadi penurut.

“Hhmmmm…” Feilin hendak menarik mulutnya ketika kepala kemaluanku mulai masuk kedalam mulutnya tapi aku menekan kepalanya lebih keras sehingga kemaluanku masuk lebih dalam kedalam mulut Feilin.
“Sedot Non… Ayoooo!” aku membujuk Feilin agar mau menyedot kemaluanku. “Mmmmmmhhh… Mmmmmmmm” Feilin mulai melakukan sedotan-sedotannya. Aku membelai-belai rambutnya kemudian belaianku turun kepundaknya Feilin dan perlahan-lahan turun mengelus-ngelus pinggul Feilin, aku tersenyum senang karena biasanya Feilin tidak mengizinkan Aku untuk menyentuh tubuhnya namun kini tanganku merayap perlahan-lahan ditubuhnya. Feilin mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya, matanya memandangi kepala kemaluanku dan “Ihhhh asinnn…”namun kemudian dengan lahapnya Feilin mengemut kepala kemaluanku, dikeluarkan dan kemudian diemutnya lagi berkali-kali.
“Tenggg… tenggg… tenggg!!” tiba-tiba bel berdentang sangat keras tanda jam istirahat sudah usai. Feilin mendesah panjang sepertinya ia kecewa
“Sudah nanti kita lanjutkan di rumah…. Pasti lebih asoyyy… dan kalau mau nanti mang ajarkan yang lebih seru.”Aku menarik pinggangnya dan “Hmmmm… mhhh” Feilin sedikit berontak ketika aku tiba-tiba mengulum bibirnya namun perlawanannya perlahan-lahan sirna dan “Auffff…. Sudah manggg aku sudah terlambatt…” Feilin mendorong bahuku kuat-kuat, kemudian ia keluar dari mobil dan berlari kecil menuju kelasnya. Aku tersenyum senang , dengan bersemangat aku menunggu Feilin dan teman-temannya sampai mereka selesai sekolah dan kemudian dengan mengebut aku menuju rumah Feilin.

Para gadis itu masuk kedalam, sedangkan aku buru-buru memarkir mobil kemudian menyusul masuk kedalam rumah dan menuju halaman belakang tempat dimana ketiganya sudah menungguku. Tanpa basa-basi aku melepaskan pakaian dan celana panjangku, kemudian duduk dibangku favoritku sedangkan mereka duduk bersujud dihadapanku, seperti biasa mereka berebutan mengelus-ngelus dan mengocok-ngocok kemaluanku.
“Feilin mau ngemut lagi kayak di lapangan parkir tadi nggak?” aku mulai memasang siasat baru.
“Ehhhh…. ” Feilin tampak terkejut dan terpaku diam sedangkan Tarida malah bertanya dengan polos, “Ngemut apaan Fei?” sedangkan Nia memandangi temannya, sepertinya ia masih tidak mengerti.
“Tadi Non Feilin di lapangan parkir ngemutin kontol Mang Dhani” aku menjelaskan.pada kedua temannya apa yang terjadi tadi sewaktu jam istirahat dilapangan parkirr.
“Haaahhh!” suara itu keluar hampir bersamaan dari mulut Nia dan Tarida. “Gilaaaa… lo Feii…. Ehhh rasanya gimana…..” Tarida bertanya pada temannya. “Ehhhh… it-ituu….” Feilin kesulitan menjawab.
Aku langsung memanas-manasi, “Kata Feilin siang tadi sih, rasanya enak bangett… trusss katanya mau dilanjutkan dirumah, malahan minta diajari berciuman dll…dan juga minta dijilati dirumah, terus diremas dan dielus juga teteknya” kusebutkan semua jenis pelajaran ngeres yang ada diotakku.
Feilin hanya menatapku, dia tidak tahu harus berkata apa tapi dia juga tidak membantah perkataanku.

“Ihhhh…Mang Dhani curang!” Tarida tiba-tiba ngambek.
“Lohhhh curang bagaimana Non?” aku tidak mengerti.
“Iyalah curang masak Feilin doing yang diajarin?” Nia yang agak pemalu membuka suara.
“Jadi…. Non Tarida dan Non Nia juga mau diajari sama mang Dhani?” aku tersenyum lebar.
“Tapi apa beneran enak?” Nia bertanya dengan ragu-ragu.
“Sini…. Huppppp!” kuraih tubuh Nia dan mendudukkannya dipahaku.
Nia berontak namun kutahan, kupeluk pinggangnya dan kusergap buah dadanya. “Ahhhh… ehhhhhh….. Mangggg” Nia merapatkan kedua kakinya ketika tanganku menyusup masuk kebalik rok seragam sekolahnya, namun itu semua tidak menjadi halangan bagiku untuk dapat menikmati kehalusan paha Nia. Ciuman-ciumanku mendarat dilehernya, pipinya dan juga dibibirnya yang lembut.
“Hmm…mhhh” kukulum bibir Nia sedangkan kedua tanganku kini dengan aktif meremas-remas lembut kedua buah dadanya yang masih ketakutan bersembunyi dibalik baju seragam sekolahnya.
“Whowwwww……. Wahhhh” Tarida memandangi temannya yang merem melek karena kuremas-remas buah dadanya.
“Jangannn ahhhh….” Nia mencegah tanganku yang hendak membuka kancing baju seragamnya
“Nggak apa-apa Non, lagian Non Feilin juga tadi kubuka baju seragamnya…..betul nggak Non Feilin? hehehe” aku berusaha menenangkan Nia.
Nia memandangi Feilin seolah-olah menanti jawaban, namun Feilin malah memandangi dengan tatapan kebingungan, pada saat itulah aku mengambil kesempatan emas, dengan cekatan aku membukai kancing baju seragam Nia kemudian bra putihnya juga aku lepaskan.

“Mang Dhani….aahhh!” Nia agak protes ketika aku dengan kasar meloloskan bra putihnya.
Kedua tangan Nia berusaha menutupi kedua buah dadanya dari tatapan mataku, ambil mengelus-ngelus pahanya aku melanjutkan permainanku, kujilati lehernya yang jenjang. Aku menarik tubuh Nia sehingga buah dadanya sejajar dengan mulutku kemudian kusibakkan rok seragamnya, jari tanganku mulai berkeliaran didaerah seputar selangkangannya.
“Uhhhh……” ia tersentak secara reflek kedua tangannya memegangi tangan kananku yang menyusup masuk kedalam celana dalamnya.
“Sssshhh…aahh….” Nia mendesah ketika tanganku menggesek-gesek bibir vaginanya.
Perlahan-halan kedua kakinya semakin mengangkang ketika aku semakin aktif menggesek-gesek bibir vaginanya dengan lembut.
“Aowww…akhh…Mang Dhani!” mata Nia sampai terpejam-pejam ketika aku memadukan seranganku dengan jilatan dan emutan dibuah dadanya yang ranum.
“Achhhh Crrrt…cccrrrttt!” tubuh Nia mengejang, kemudian tanganku yang masih asik menggesek-gesek bibir vaginanya merasakan ada sesuatu yang meleleh dan terasa sangat hangat membasahi tanganku.
“Basahhh non… dibuka aja yahh….”Aku berusaha menarik celana dalam itu agar terlepas namun kedua tangan Nia mempertahankan celana dalamnya, wajahnya seperti ketakutan, kukecup bibirnya yang setengah terbuka.
“Gimana Nia enak?” Feilin bertanya pada temannya, sedangkan Tarida yang tadinya ceria kini tertegun memandangiku.
Aku bangkit berdiri dan kemudian menarik tubuh Feilin agar duduk diatas sofa disebelah Nia dan berkata “lebih baik Non Feilin merasakannya sendiri daripada harus bertanya-tanya” Akupun berjongkok dihadapan nona majikanku itu.

Tanganku berusaha menyentuh bagian dada Feilin yang masih tertutup rapi oleh seragam sekolahnya namun kedua tangannya berkali-kali menepiskan kedua tanganku. Aku tersenyum kini wajahku yang mendekat kewajah Feilin.
“Kalau ciuman kayak tadi siang boleh kan Non?” aku berusaha mengingatkan Feilin pada kejadian tadi dilapangan parkir.
Dari tatapan matanya sepertinya ia sedang bimbang, dalam kamusku kebimbangan berarti kesempatan emas. Aku langsung mengulum bibirnya yang tipis itu.
“Hmmmm… Mmmmm” suara erangan tertahan Feilin, kedua tangannya kini melingkar ke leherku.
Tanganku bergerak perlahan-lahan, menyusup mengelus paha mulusnya, perlahan-lahan sambil terus berciuman aku menyibakkan seragam sekolahnya keatas sehingga kini kedua tanganku dapat bergerak lebih leluasa menikmati kemulusan dan kehangatan pahanya. Kedua tanganku bergerak dan kini sedikit demi sedikit celana dalam Feilin kutarik turun, dengan sekali sentakan kutarik celana dalam itu sampai merosot turun.
“Ihhhh!” kedua tangannya serentak mendorong bahuku sehingga ciuman kami lepas.
Feilin hendak mempertahankan celana dalamnya namun nafsuku sudah meledak-ledak, dengan kasar kutekan bahunya sedangkan tangan yang satunya menyentakkan celana dalam Feilin sampai robek
“Brtttt…. Owww…. Plak!” Feilin kaget setengah mati ketika celana dalamnya kurengut dengan paksa sehingga ia menamparku dengan keras.
Aku hanya tertawa kecil, kedua tanganku kini menangkap kaki kanan dan kaki kirinya, kuangkat dan kudorong kedua kaki mulus itu sampai tertekuk mengangkang, kemudian mulutku segera menciumi selangkangannya.
“Uhhhhh… heiiii Mang akkkhhh! ” Feilin menjambak rambutku dan mencakar-cakar namun itu semua tidak kupedulikan, lidahku bergerak liar menjilati bibir vagina yang merekah itu. Kedua temannya seperti terhipnotis hanya melihat saja, mereka tertegun kaget.

“Rida… Nia…to…tolong…aww!” Feilin memekik kecil ketika aku mengecup-necup kasar bibir vaginanya.
Kedua temannya seperti tersadar kemudian mereka berdua berusaha membantunya.
“Manggg Dhani sadarrr…mangggg! ” Tarida berusaha menarik bahuku.
“Feilinnnn… aduhhhhh….. gimana ini?” Nia kebingungan karena keganasanku.
Walaupun Nia dan Tarida berusaha keras namun apalah artinya tenaga dua orang gadis muda dalam melawan nafsuku, perlawanan Feilin yang terus menjambak dan mencakariku walaupun terasa sakit namun terobati karena aku dapat melampiaskan keinginanku. Aku melumat kuat-kuat bibir vagina nona majikanku, lidahku bergerak liar mengorek-ngorek sela-sela diantara bibir vaginanya, kemudian kujulurkan lidahku semakin dalam berusaha menerobos celah-celah diantara bibir vagina dan kukait-kait daging yang ada didalamnya.
“Achhhh… Mangggg Dhaniiii…jangan!” Feilin kini bersandar pasrah, kedua tangannya tidak lagi menjambak dan mencakariku.
Kedua tangan itu kini meremas-remas kepalaku, ia tampak pasrah.
Nia kini tidak menarik-narik bahuku lagi, demikian juga Tarida, keduanya saling bengong kebingungan. Aku melepaskan kedua kaki Feilin, kini tanganku terjulur, satu persatu kulepaskan kancing baju seragamnya, kedua matanya hanya dapat terpejam rapat ketika aku menarik cup branya sebelah kini dan mulutku mendekati buah dadanya yang kini terpampang begitu ranum dan segar dihadapan mulutku.
“Slllppppp…slllpphh…” kujilati bulatan buah dada Feilin.
Ia merintih kecil ketika lidahku menjilati puting susunya yang mulai mengeras. Kini cup bra sebelah kanan kutarik turun sehingga tersembullah buah dada sebelah kanannya. Dengan rakus kuhisapi buah dada itu sambil meremas-remas yang satunya secara bergantian. Setelah puas menciumi buah dadanya, ciumanku merambat turun, keperut dan kemudian sambil menghirup dalam-dalam aroma vagina Feilin aku menjilati vaginanya kembali.

Kedua tanganku bagaikan capit kepiting meremas-remas buah dada Feilin, sedangkan mulutku melumat dan lidahku menjilati lubang vaginanya.
“Akhhh…mmhh…nggghhh!” Feilin mengejang dan tubuhnya bergetar hebat, aku yang sudah tahu gejala ini menhisap kuat-kuat lubang vaginanya dan “Awww!!” SSrrrrrrr…cairan orgasme Feilin yang gurih tumpah kedalam mulutku, tanpa merasa jijik kutelan cairan bening itu, bahkan sisa dari cairan gurih itu aku jilati dan aku telan dengan rakus. Mataku memandangi Tarida, satu-satunya dari ketiga gadis itu yang masih berpakaian utuh.
“Ehhh… Oww!!” Tarida menghindar ketika aku akan menangkapnya, ia berlari ketakutan, kukejar dia. Tarida mencapai pintu dan akan keluar dari halaman belakang namun sayang sekali
“Aduhh lepasss…. Tidak!!” tangan kirinya berhasil kutangkap dan segera kupinting dan kutarik kembali ke halaman belakang, kuseret ia kehadapan Feilin dan Nia yang memandangi Tarida tanpa mampu berbuat apapun, rupanya mereka masih shock dengan apa yang kulakukan terhadap diri mereka. Kutekan bahu Tarida sambil terus memiting tangan kirinya, ia bersujud dengan gaya doggy style, tangannya yang satu menempel dilantai untuk menopang berat tubuhnya.
“Aduhhh mangg Dhani sakittt!” Tarida mengaduh, tapi aku tidak mempedulikannya.
Tangan kananku bergerak menyibakkan rok seragamnya dan kutarik turun celana dalam putih Tarida sampai sebatas lutut, tangan kananku meremas-remas dan mengelus-ngelus buah pantatnya dengan lembut. Tangan kananku kini bergerak melucuti kancing baju seragam Tarida. Dalam posisi dipiting tangannya Tarida tidak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memohon kepadaku agar melepaskannya.
“unngghhh!” mulutnya melenguh ketika tangan kananku menysup masuk kebalik branya.

Aku memiting tangannya lebih kuat dan “Aduhh ampunnn manggg! Aahhh!” Tarida kesakitan.
“Asal Non janji tidak lari aku akan melepaskan Non…gimana?” aku berbisik ditelinganya.
Tarida mengangguk, kemudian kulepaskan tangan kiri Tarida kini kedua tangan Tarida bertumpu dilantai, ia masih tidak berani bergerak, aku bergerak dibelakangnya , kugesek-gesekkan kemaluanku diantara sela-sela pantatnya yang terasa lembut dan hangat, masih dalam posisi doggy style kutarik pinggangnya sehingga posisinya lebih dekat dengan tubuhku, tanganku bergerak menelanjangi pakaian seragamnya dan juga melepaskan branya, dari belakang aku meraih kedua payudara montok itu. Tarida kemudian sambil bergerak maju mundur menggesek-gesekkan kemaluanku pada sela-sela pantatnya, aku meremas-remas lembut buah dadanya.
“Hhhhssshhh… Hhhhh….” nafas Tarida terdengar memburu.
Cukup lama aku memperlakukan Tarida seperti itu, kemudian kepalaku mendekati buah pantatnya yang sedang menungging, kuciumi pahanya dan terus naik keselangkangannya dari belakang mulutku menjilati vagina Tarida yang sesekali kulanjutkan dengan menjilati lubang anusnya, bahkan sesekali lubang anus Tarida aku emut-emut.
“Ahhhh manggg….”rintihan demi rintihan keluar dari dalam mulutnya.
Tarida tersungkur lemas ketika kenikmatan itu melanda dirinya. Telapak tangan kiriku bersiap-siap tepat dibawah vagina Tarida menerima lelehan air lengket yang hangat, dengan tangan kananku kukorek sisa-sisa air yang meleleh itu kemudian aku menumpahkan cairan lengket dan licin itu tepat disela-sela pantat Tarida.

“Ehhhhh…Mang!” Tarida yang masih menungging menengok kebelakang.
Aku tersenyum kemudian kuletakkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida dan kugesek-gesekkan kepala kemaluanku diantara sela-sela pantat Tarida yang sudah banjir oleh cairan orgasmenya sendiri, sesekali kutekankan kuat-kuat kepala kemaluanku disela-sela pantat Tarida. Sehingga dirinya tersungkur,
“Owwww duhhhhh…apa ituuuu kecrotttttt crooooootttt” Tarida merangkak menjauh kemudian ia membalikkan tubuhnya sambil duduk agak mengangkang diatas lantai, ia memandangi diriku, tangannya berusaha melap sesuatu milikku yang kini meleleh sangat banyak dari sela-sela pantatnya, kemudian Tarida merangkak lagi dan naik keatas sofa, ia duduk disebelah Feilin. Ketiga gadis Chinese itu kini memandangiku, aku balas memandangi mereka, entah berapa lama kami saling berpandangan tanpa bicara satu sama lain. Entah apa yang dipikirkan oleh ketiga gadis Chinese yang kini sudah bugil dihadapanku, sedangkan aku sudah pasti menikmati indahnya lekuk liku tubuh ketiganya. Aku kini bangkit dan menghampiri mereka.
“Mangg Dhaniii….diam ahh!!” Tarida menepiskan tanganku yang akan meraih buah dadanya. Aku kini bersujud dihadapan mereka.
“Gimana…. Pelajaran dari mang Dhani? Asik kan.?” aku tersenyum. “nanti kita belajar lagiii… mang Dhani jamin bakal lebih asikkk!” aku memutuskan secara sepihak.
“Tapiii…jangan kayak tadi ahhhh….Kan takuttt” Nia protes
“Iya tanganku juga sakitkan manggg….dipelintir kaya gitu!” Tarida ikut protes, yang tidak protes Cuma Feilin.
“Iyaaa… nanti caranya agak beda… asal nurut… jangan lari.. apalagi melawan…he he” kupandangi ketiga pasang buah dada yang ranum dan segar dihadapanku.
“Plakkkkk!” aku tersentak ketika tiba-tiba Feilin menamparku, aku tidak mengerti megapa tiba-tiba ia melakukannya.
“Dasar brengsek!! Jangan kurang ngajar maen paksa segala….keluar sana!!” sumpah serapah keluar dari mulutnya.
Dengan hati yang pedih aku keluar dari halaman belakang
“Feilinn udah dong ahh… koq kasar gitu sih!!” terdengar suara Tarida dan Nia yang mengasihani diriku.
Hari itu merupakan sebuah kebahagiaan sekaligus sebuah kepedihan yang mendalam dihatiku. Harga diriku sebagai laki-laki sudah dicoreng oleh Feilin, namun ada kebahagiaan diantara kepedihan karena aku dapat menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh ketiga gadis Chinese walaupun tidak sampai melakukan persetubuhan.
 
Terakhir diubah:
Bagian 2 : Feilin Si kucing Liar

Kali ini Aku dan tiga gadis Chinese berada diruangan keluarga,

“Cuppp…. Cupp Cuppp”aku sedang asik menciumi Tarida, mereka bertiga masih berpakaian lengkap duduk dihadapanku, sedangkan aku bersujud dibawah kaki mereka. Tarida menggelinjang dan merintih lirih ketika ciumanku semakin turun kebawah dan mengendus-ngendus juga mengigit-gigit kecil bagian dadanya ang masih rapi terbungkus seragam sekolahnya, lidahku menyelinap liar dari sela-sela seragam sekolah Tarida . “hmmm errrhh… Tarida semakin legit deh..”Aku memujinya. “Legitt ? emangnya ketan… he he he”Tarida terkekeh-kekeh, tangannya membelai kepalaku yang masih asik menggeluti bagian dada Tarida dengan lembut. “Feilin… titit mang Dhani berdiri tuhhh…. Kasiann sendirian berdirinya kayak lagi nunggu Angkot”Tarida tersenyum genit. Feilin cekikikan sedangkan Nia tertunduk malu dan pura-pura tidak melihat kemaluanku. Aku berdiri dihadapan Tiga Gadis Chinese, tanpa harus diperintah Tarida yang berada ditengah langsung menjilati kepala kemaluanku, Feilin dan Nina menciumi batang kemaluanku, Batang kemaluanku seperti piala bergilir , sebentar ditarik oleh Tarida, sebentar kemudian sudah ditarik kekanan Oleh Feilin dan sebentar lagi ditarik kekiri dibelai-belai oleh Nia, Sambil menciumi dan menjilati Kemaluanku ketiga Gadis Chinese sesekali bercanda , tawa mereka berderai merdu, semakin lama nafsuku semakin naik keubun-ubun, aku kembali bersujud dihadapan ketiga Chinese , kudorong bahu Feilin agar ia bersandar kebelakang, Tanganku kini menyibakkan rok seragam Feilin sehingga pahanya yang kuning langsat kini terpampang dihadapanku.



Aku memandangi wajah Feilin, aku berusaha menarik turun celana dalam putihnya, Feilin hanya tertawa lepas sambil menepiskan kedua tanganku. “Mau ngapain hayooo… he he he” Tarida tertawa , suaranya terdengar begitu merdu dan menggoda. “Ngak boleh ahhh… Sono gih berobah dulu jadi siBleki…..Ayo menggongong….” Feilin menyuruhku. Terus terang aku sering tersinggung dengan permintaan Feilin yang aneh-aneh dan berulang kali menyakiti perasaanku sebagai laki-laki, namun demi sedikit kenikmatan aku terpaksa mengorbankan harga diriku. Dengan menahan rasa sakit hati aku berusaha mengikuti permintaannya , aku merangkak dan menggongong “Guk… Gukkkk Grrrhh…..”Aku menggeram-geram dan menggongong layaknya seekor Anjing, Feilin tertawa terbahak-bahak , Sedangkan kedua Chinese Lainnya tampak prihatin dengan keadaanku.”Heh… sini… jilati nih!!!” Feilin memerintahku Sambil merangkak aku menghampiri kaki Feilin aku menciumi dan menjilati betisnya , jilatanku terus naik-naik dan naik , Feilin mengangkangkan kedua kakinya seolah – olah memberi jalan bagiku. Tanpa membuang banyak waktu aku mengendus-ngendus selangkangan Feilin. “Good Boyyy…. “tangan Feilin menepuk-nepuk kepalaku, kedua kakinya naik kebahuku namun kemudian dengan kasar menendang bahuku sehingga aku terjengkang “Aduh…” Aku terjengkang kebelakang, aku semakin geram dengan perlakuan Feilin yang semena-mena . “Feilin jangan gitu donggg kan kasihan Mang Dhani….” Nia membelaku. “Iya ihhh… koqq kamu tega… sihhh…” Tarida juga ikut membelaku, Tarida dan Nia memang baik hati berbeda sekali dengan Feilin, Gadis Chinese yang satu ini memang bandel, genit, nakal, dan galak.



“Biar aja!!!! ” Feilin mendengus kesal kemudian ia duduk bersandar disofa. Tarida dan Nia membantuku berdiri “Mang Dhani ngak apa-apa kan ?” Nia bertanya dengan lembut. “Jangan dimasukkan dihati mang, Feilin memang seperti itu orangnya…. Nanti aku kasih yang lebih asik yah…” Tarida berbisik ditelingaku. Aku menelan ludahku ketika Tarida menyuruhku agar menelanjanginya, namun aku ragu, aku hanya berdiri mematung menatap mata Tarida. “Waduhhh tititnya Mang Dhani Koqq kempes kayak balon panjang aja….. kena paku ya mang….? Kudu ditambal donggg supaya he he he he” Tarida mengodaku, terus terang aku masih geram dengan perlakuan Feilin sehingga nafsu seksku turun. Tarida meraih tanganku dan meletakkan tanganku pada buah dadanya “Terserah mang Dhani mau ngapain…..” Tarida memandangiku dengan tatapan matanya yang menggoda, aku seperti api yang hampir padam terkena guyuran minyak , kedua tanganku kini meremas-remas buah dada Tarida, aku membalikkan tubuh Tarida dan memeluknya dari belakang ” Tarida… “aku meremas-remas kedua dada Tarida, sambil melakukan remasan-remasan tanganku melepaskan kancing baju seragam Tarida, setelah selesai melepaskan pakaian seragam Tarida , aku melepaskan pengait bra dan kemudian kuloloskan bra putih Tarida. Kedua tanganku kini mengusap-ngusap dan meremas lembut buah dada bagian bawah yang sangat halus dan lembut.. Aku melirik Nia, hatiku merasa tersentuh karena Nia yang baik seperti kebingungan , aku menarik tangannya dan juga membalikkan tubuhnya kemudian melepaskan pakaian seragam sekolah Nia dan juga Bra warna pink yang dikenakannya. “Ihhhhhh mang Dhani serakah amattt he he he Hmm Mmmmm” Tarida berkomentar, namun mulutnya kusekap dengan bibirku. Tanganku yang satu bergerilya meremas-remas buah dada Nia sedangkan yang satunya asik meremas-remas buah dada Tarida. Tarida menarik wajahnya sehingga ciumanku terlepas, kedua tangannya kini menarik kepala kemaluanku, diselipkannya kepala kemaluanku pada sela-sela pantatnya yang hangat, kemudian Tarida menggoyang-goyangkan pantatnya. “Uhhhh… belajar dari mana Non ? ” Aku bertanya pada Tarida. Tarida tidak menjawabku ia hanya tersenyum, kadang-kadang aku meringis kegelian karena himpitan buah pantat Tarida. “Mang Dhani sendiri belajar dari mana ?” Tarida malah balik bertanya padaku.



***************

Lima belas tahun yang lalu


“Diam kau gadis tengik…..ha ha ha” Aku menodongkan pisau pada seorang gadis cantik, si cantik ketakutan, tanganku bergerak menjamahi buah dadanya dan kemudian..

“Jangan Bang ampunnn….”Sicantik memelas memohon kepadaku ketika aku meremas-remas buah dadanya, airmata mulai meleleh dari matanya yang indah



“Brak…… hajar…. Siram!!!! Bakar…”Aku dikejutkan ketika pintu tiba-tiba didobrak dari luar , segerombolan orang menyerbu masuk, mereka menghajarku, menyeretku kesuatu tempat, beberapa temanku sudah banjir darah babak-belur dihajar massa . Seseorang mengguyurku dengan bensin…. Dan…




**************

“Lohhh….ditanya koq bengong sih mang ? “suara Tarida tiba-tiba menyadarkan lamunanku. Aku mengecup bibir Tarida, Nia menggeliat melepaskan tubuhnya dari pelukanku, kemudian Nia bersujud dihadapan Tarida dan… “Uchhhh Niaaa….. enakk…”tubuh Tarida menggelepar hebat ketika Nia menjilati bibir Vagina Tarida. Kedua tanganku mencengkram pinggul Tarida kemudian aku menekan-nekankan kemaluanku dengan lembut, tubuh Tarida bergerak terdorong perlahan kadang-kadang ia terdorong dengan kuat ketika aku melakukan tekanan yang kuat pada belahan pantatnya. Serangan Nia dan seranganku membuat Tarida meringis-ringis dan “Aaaa Ahh… Crrrr” tubuh Tarida mengeliat indah dan terkulai lemas dalam pelukanku, setelah menciuminya dengan lembut Aku melepaskan Tarida. Aku tidak dapat menahan nafsuku ketika melihat Nia yang masih asik menjilati vagina Tarida, Aku mengangkat tubuh Nia, kudorong tubuhnya agar berpelukan dengan Tarida dan mereka berciuman dengan lembut. Aku bersujud dihadapan buah pantat Nia, tanganku meremas-remas buah pantatnya yang padat dan kencang kemudian lidahku terjulur memoles-moles sela-sela pantat Nia, Nia menggoyang-goyangkan pantatnya , rupanya dia kegelian. Aku menekan buah pantat Nia dan kemudian lidahku menggeliat-geliat, lidahku semakin kuat menggeliat kedalam anus Nia. “Auhhhh…. Mang Dhanii….” Nia menarik pantatnya dan menepiskan tanganku yang mencengkram pinggulnya. “Ehhhh kenapa ?” Tarida bertanya karena tiba-tiba ciumannya yang lagi hot-hotnya dengan Nia jadi terganggu. “Lidah mang Dhani… Euh.. ” Nia tidak melanjutkan kata-katanya, wajahnya merah padam. Aku merangkak dan menghampiri Nia, lidahku terjulur menjilati Vagina Nia, tubuh Nia bergetar hebat, rintihan-rintihan Nia. Membuatku ingin melakukan aktivitas yang lebih mengasikkan



“Non.. kalau dicelup gimana…? Mau ?” Aku bertanya pada Nia. Nia memandangiku tidak mengerti. “Maksud mang Dhani……….” Nia tidak melanjutkan kata-katanya sepertinya dia baru tersadar maksudku. “Tapi… aku masih perawan manggg..” Nia tampak keberatan. “Ya ngak masalah… kan Cuma maen diluar aja…. Tapi nikmatnya wahhhh… 1000 x lebih nikmat ketimbang dijilat…..”kataku ambil mengusap-ngusap kedua pahanya, tanpa menunggu jawabannya aku menidurkan Nia diatas permadani bermotif bunga matahari . “Tapi…. Mang dhani yakin… ngak akan sampai itu…” Nia menggeser pantatnya ketika aku mencoba menggesekkan kepala kemaluanku menjilati Bagian bibir vaginanya .”Saya yakin Non… keperawanan letaknya kan didalam… jadi kalo sebatas kepala kemaluan sih masih aman-aman saja koqq”Aku menjawab keraguannya. “Hmmm berarti.. beneran yah yang ada dibuku pelajaran biologi….” Tarida memandangiku, aku hanya tersenyum sambil menangkap kedua kaki Nia. Nafas Nia terdengar sangat berat ketika aku mulai menggesek-gesekkan kepala kemaluanku pada gundukan mungilnya. “Hmmhh… “pinggangnya melenting keatas ketika aku berusaha mencelupkan kepala kemaluanku pada belahan diantara bibir Vaginanya. Aku menekan berkali-kali berusaha memelarkan bibir Vagina yang masih peret akhirnya menekan sekali lagi kali ini dengan disertai sentakan yang kuat dan “Crebbbb Slepppsss” kepala kemaluanku seperti melesat dan dijepit oleh bibir Vagina Nia. “Akssssshhhh….. ” Nia terkejut dan mulutnya terbuka seperti huruf O, tubuhnya melenting-lenting berusaha melepaskan diri namun aku mencengkram pinggulnya kuat-kuat. “Hahhhhh gilaaa… Nia.. Mang Dhani aduhhhh….!!!” Tarida terkejut, sementara nafas Nia yang tadinya tersenggal-senggal kini mulai dapat mengatur nafasnya , keringat – keringat nakal mulai membasahi tubuhnya yang putih dan mulus. Tangan kirinya meraba-raba gundukan Vaginanya , matanya mulai berair “Mang Dhani… Hhhh… Hhhhhh” Nia agak terisak, aku kebingungan, Nia menjelaskan sambil terisak rupanya ia takut keperawanannya terrengut olehku.



“Tenang…kan ngak ngerasain sakit…itu artinya keperawanan masih aman…”Aku menjelaskan padanya, setelah kujelaskan secara rinci dan teliti Nia berhenti terisak-isak. Aku memegang Batang kemaluanku, sesekali kugerakkan kemaluanku berputar dan sesekali kugoyangkan ke kanan dan ke kini, Bibir Vagina Nia yang masih mengemut kepala kemaluanku juga ikut monyong keana kemari mengikuti gerakanku. Mata Nia terpejam-pejam, bibirnya mendesah-desah ketika aku menggoyang kepala kemaluanku kekiri dan kekanan. “Achhhh… Unghh……..Crrrrrrttt ” Nia melenguh panjang, tubuhnya menggeliat dalam gerakan yang fantastis dan gemulai, keringat nakal tambah banyak dan kini menetes deras membasahi tubuhnya yang menggairahkan. “Aku mangg….” Tarida berbaring disisi Nia dan ia mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar. Aku meneduhi tubuhnya dan menciumi buah dada Tarida, aku senang banget sama Dada Tarida karena dadanya lebih gede dibandingkan kedua temannya, ciumanku merambat turun, turun dan turun sampai hinggap digundukan mungil diantara selangkangannya, lidahku menggeliat-geliat liar , menyelinap diantara belahan bibir vagina Tarida, Tarida menekan-nekan kepalaku sambil sesekali mengangkat-angkat pinggulnya.



Aku mulai mengambil posisi, kutempelkan kepala kemaluanku pada Bibir Vaginanya, terus aku mulai mencongkel-congkel sampai Tarida mendesis-desis dan merintih panjang. “Manggg…..” Tarida menarik pinggulnya sambil menutupi bagian Vaginanya dengan kedua belah tangannya, ia menarik pinggulnya kebelakang ketika kepala kemaluanku mulai mendesak bibir vaginanya rupanya ia ragu-ragu. Aku menyingkirkan kedua tangan Tarida, dan sekali lagi kembali kutempelkan kepala kemaluanku pada bibir Vaginanya, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku lalu ku tekan kepala kemaluanku perlahan-lahan dan “Akhhhhhh Mangg…!!! ” Tarida menjerit kaget ketika kepala kemaluanku melesat masuk, Tarida terkulai lemas, nafasnya memburu kencang, sesekali ia merintih keras ketika aku menggoyang kepala kemaluanku dengan liar. “Owww rrcckkk Crrrrr” Tarida memejamkan matanya rapat-rapat menikmati kenikmatan yang datang menerpanya. Feilin menghampiriku namun aku tidak mempedulikannya , aku malahan asik memainkan buah dada Nia yang kini kembali mendesah-desah, sambil mendengus kesal Feilin meninggalkan kami bertiga. “Sudah- sudah…. Sudah sore…..udah mau hujan…..” Feilin cemberut, Nia dan Tarida terkekeh-kekeh kemudian mereka berdua menolak keinginanku untuk melanjutkan permainan lebih lama lagi, aku kemudian mengantarkan Nia dan Tarida pulang.



************************

Seminggu Setelah aku menaklukkan “sikucing liar Feilin”


“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.

“Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku. “Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..”




*************************

Setelah mengantarkan Tarida dan Nia, aku dipanggil oleh Feilin kedalam kamarnya kemudian “Buka seluruh pakaianmu mang..” Feilin menatapku liar, dengan ogah-ogahan aku membuka seluruh pakaianku. “Auhhhh…”Aku agak terkejut ketika Feilin menyambar kemaluanku, sambil bersujud dia mengocok-ngocok kemaluanku, aku meringis ketika merasakan sedotan yang kuat dikepala kemaluanku, mau tidak mau perlahan-lahan aku melirik kebawah, mulut Feilin yang biasa dipakai untuk menyinggung perasaanku kini sedang sibuk mengemut-ngemut kemaluanku (ini adalah pertama kalinya aku berduaan dengan Feilin, biasanya mereka selalu bertiga , menjadikanku objek seks mereka), diluar hujan mulai turun , mula-mula rintik-rintik namun semakin lama semakin lebat.



Selintas pikiran yang teramat jahat melintas dikepalaku, ekspresi wajahku semakin dingin, apalagi ketika Feilin membuka pakaian seragamnya. “Tadi gimana mang… supaya.. itu….” Feilin rupana ingin merasakan hal yang sama, Feilin menjerit kecil ketika aku menarik tubuhnya dan menidurkannya diatas ranjang. “Cuma kepalanya doang…. Inget baik-baik….”ia mengingatkanku. Aku tidak menggubris perkataannya kemudian aku mulai menekan-nekankan kepala kemaluanku. “Sebentarr… kamu yang dibawah…..” Feilin tampak tidak percaya kepadaku , aku hanya tersenyum sinis kemudian aku tidur terlentang mengangkang. “Kalau beginikan kamu… ngak akan bisa macam-macam…..!!”sambil berkata begitu Feilin naik keatas tubuhku. Buah pantatnya bergerak mencari posisi yang baik kemudian ia menekan pinggulnya turun, namun kemaluanku terpeleset kekiri dan kekanan ketika akan masuk kedalam lubang Vagina Feilin , aku memegangi batang kemaluanku agar tidak terpeleset kesana-kemari, Feilin menekan kembali pinggulnya dan “Ssssllllleepppp…. Akkkkkk”Diiringi jeritan kecil kepala kemaluanku akhirnya berhasil juga masuk dalam jepitan bibir Vaginanya yang sempit, nafas Feilin terengah-engah seperti kecapaian, pinggul Feilin mulai bergerak memutar. “Ohhhhh… ternyata enak…”matanya berbinar-binar dan terpejam-pejam. Kedua tanganku kini bergerak-meremas-remas pinggulnya, tidak ada lagi senyuman diwajahku dan…



“Heiiiii….Ngapain Akksss……… mampusss aku…….aduhh Akkkk!!!”Mata Feilin melotot seakan-akan tidak percaya, ketika aku menarik pinggulnya sambil menyentakkan kemaluanku keatas, sesuatu yang besar dan panjang menerobos semakin dalam dan akhirnya merobek-robek selaput daranya,Feilin mendadak lemas tubuhnya terjatuh diatas tubuhku nafasnya tersengal-senggal. Tanganku yang satu menekan buahpantatnya sedangkan yang satu menekan punggungnya erat-erat. Aku tertawa sinis “He he he segitu sih blon mampussss…. Tapi yang ini pasti bikin lo mampussssssss ha ha ha hihhhhh!!!!!!!!” Dengan sekuat tenaga aku menyentakkan kemaluanku sehingga kemaluanku amblas semakin dalam “Awwww sakittttt…..Ouggggg… Akkkss Ampunnnn….Owwww perihhhhh sakittttt”begitulah erangan dan jeritan Feilin, ia menangis terisak-isak tanpa daya sedikitpun. Aku bangkit dari posisi ku yang terlentang kini Feilin dan Aku dalam posisi duduk saling berhadapan dengan kemaluanku menancap dalam-dalam dilubang vaginanya, kusentak-sentakkan kemaluanku mengebor lubang yang masih seret dan sempit, mulut Feilin terbuka seperti huruf “A” dan matanya mendelik-delik kesakitan ketika aku mengeluar masukkan kemaluanku.



Wajahnya yang menyebalkan mendadak menjadi begitu mengasikkan untuk dipandang, biarpun feilin masih menangis ekspresi wajahnya sangat sensual dan seksi, mulutnya meringis-ringis ketika kukocok-kocok liang vaginanya yang sempit, kedua tangannya mencengkram bahuku kuat-kuat karena menahan sakit diliang vaginanya yang sedang kuaduk-aduk dengan kemaluanku yang besar dan panjang, sudah sangat lama sekali aku tidak merasakan hangatnya lubang Vagina, sambil mengajaknya berciuman aku terus memompa lubang Vagina Feilin, kedua tanganku meremas-remas buah pantatnya yang bulat dan kencang “Akhhh Crrrttt… crrrr” kedua tangannya semakin kuat mencengkram bahuku, air keringat mulai mengalir dari pori-porinya, lubang sempitnya . Aku mencopot kemaluanku dari lubang Vagina Feilin, kemudian kutidurkan tubuhnya yang lemas tidak berdaya diatas ranjang, air mata masih meleleh dari matanya yang kadang-kadang terpejam, untuk beberapa saat aku aku berbaring disisinya , tanganku menarik-narik putting susunya yang semakin lama semakin mengeras, beberapakali aku mengulum bibirnya dengan sangat kasar sampai terdengar bunyi berdecak-decak yang semakin keras, tangisannya mulai berhenti.



Pada saat aku menempelkan kepala kemaluanku pada bibir vaginanya Feilin memandangiku dengan tatapan mata yang kosong, tatapan matanya penuh keputusasaan. Sambil membelai-belai paha Feilin aku kembali menekankan kepala kemaluanku dengan kasar, sampai tubuhnya tersentak dengan kuat ketika aku menjebloskan kepala kemaluanku memasuki lubang Vaginanya yang kini terasa licin akibat air maninya yang menjadi pelumas, kemaluanku semula keluar masuk perlahan-lahan namun semakin lama gerakanku semakin liar, kupercepat kocokan-kocokanku mengocok lubang Vagina Feilin, tubuhnya terguncang-guncang akibat sodokanku, kuputar-putar gerakan pinggulku seolah-olah sedang mengaduk-ngaduk isi Vagina Feilin. Feilin memalingkan wajahnya kekanan, mulutnya terbuka disertai erangan tertahan “Ennghhh….” Tubuh nya meliuk dalam gerakan yang erotis, kemudian air panas itu kembali menyempot dari dalam Vagina Feilin, denyutan-denyutan yang kuat memberikan sensasi tersendiri pada kemaluanku yang masih asik berendam dan menjulur kelar masuk dengan kasar didalam lubang Vagina Feilin, Malam hari itu kulahap kenikmatan dari tubuh Feilin sepuas-puasnya, karena aku tahu orang tua Feilin tidak pulang selama seminggu.



Keesokan paginya selesai mandi pagi , aku menuju kamar Feilin, pada saat itu jam didinding masih menunjukkan pukul 07.00, kubuka pintu kamar dengan perlahan, Feilin ternyata sudah sadar(kemarin malam Feilin sempat pingsan beberapakali) dan terbangun, ia sedang berusaha memakai bra, posisinya yang membelakangiku membuat kehadiranku tidak diketahui olehnya. “Oww…. “Feilin terkejut ketika aku memeluknya dari belakang, ia membalikkan tubuhnya , wajahnya menahan marah yang bergejolak penuh dendan membara. “Mahluk rendahh… apa lagi sih yang kamu mauu!!!” ia membentakku dengan kasar. “Plakkkkkk……!!!” dengan keras aku menamparnya hingga dia terhunyung kebelakang, tanganku menjambak rambutnya dan kemudian “plakkkkk… plakkkkkkkkk… Awwwww” Feilin meringis. “berani lu ngebentak-bentak gua hahhh!!! Plakkkkk….”Kudorong tubuhnya hingga dia tersungkur. Kakiku terangkat dan hendak menendangnya wajahnya “Am Ampunn… Manggggg” Wajah Feilin pucat pasi kedua tangannya berusaha melindungi wajahnya. “Berani lagi lu ngebentak-bentak gua ?” aku bertanya dengan beringas, Feilin menggelengkan kepalanya. Aku duduk disisi ranjang “Sini lu…!!!” Feilin berdiri dan menghampiriku, tubuhnya bergetar ketakutan, “Buka tuh beha…. Gua mau nyusu” pikirku pagi-pagi begini pasti enak netek disusu Feilin. “Ouchhh…. ” tubuh Feilin seera kuraih dan dengan rakus aku menyusu didadanya, kedua tangannya bahkan tidak berani mencegahku bahkan ketika aku mengigit-gigit kecil buah dadanya yang ranum ia hanya mengerang ketika aku mengigit putting susunya keras – keras, aku tersenyum penuh kemenangan, kucing liar yang genit dan nakal ini telah sepenuhnya berhasil kutaklukkan, aku tahu Feilin masih ketakutan , aku berusaha bersifat lunak.



“Sekarang lu jilatin kontol gua….”tanpa banyak bicara Feilin menuruti keinginanku, aku menekan kepalanya sampai terdengar suara ingin muntah dari mulut Feilin ketika kemaluanku masuk mendera tenggorokannya. “Uhukkk… uhukkk… “Feilin terbatuk-batuk karena tersedak. Aku ingin menjejalkan kemaluanku kembali kedalam mulut Feilin, namun tanpa kusangka Feilin malah menarik batang kemaluanku dan menghisapi kepala kemaluanku dan mengocok-ngocok batang kemaluanku, aku tersenyum mengerti rupanya Feilin berusaha memberikan servicenya agar tidak di Deep Throat olehku. “Bagus…bagus…Feilin memang pandai hehehe”Aku menepuk-nepuk kepalanya. “Hhmmmm Emmmm…..”Suara mulut Feilin yang sedang sibuk mengemut-ngemut kontolku. “karena kamu pintar… jadi kamu boleh pilih…. Mau diperkosa terus disodomi atau lu mau masukkin sendiri kontol gua ke bool lu…. He he he”, mendengar perkataanku Feilin memohon , wajahnya tampak pucat, ia terus memohon , aku menampar mulutnya agar ia diam. Aku menyuruhnya berdiri membelakangiku kemudian Tanganku menarik pinggulnya, kemudian aku selipkan telunjukku dibelahan pantatnya, telunjukku mencari – cari lubang Anus Feilin, setelah kurasakan pas aku menekan jari telunjukku berusaha memekarkan lubang anus Feilin dan “Oooohhh!!” Mulut Feilin terbuka seperti huruf O , kepalanya terangkat keatas , menahan rasa sakit dianusnya, aku terus menekan jari telunjukku sedalam-dalamnya , sesekali kugerakkan jari telunjukku memutar-mutar didalam lubang anus Feilin, Feilin meringis-ringis, agak lama juga aku memainkan lubang Anus Feilin.



Setelah melumasi kemaluanku dengan Baby Oil ,”Ayo kita masukkan” Aku menariknya naik keatas ranjang, tubuhku sudah siap terlentang mengangkang, kuperintahkan Feilin agar naik mengangkangi tubuhku, wajahnya tampak kuatir ketika aku menyuruhnya memasukkan kemaluanku pada lubang anusnya. “Hehhhh !!! koq diam sihh!!! Aku membentaknya, Feilin sampai tersentak kaget, perlahan-lahan pinggul Feilin turun , posisi Feilin seperti lagi jongkok mau buang air kecil, ditekankannya kepala kemaluanku pada lubang anusnya. Berkali-kali Feilin Gagal, sepertinya ia sengaja , lama-kelamaan aku mulai geram “Awas kalau sampe ngak masuk!!!”Aku mulai tidak sabaran, kali ini Feilin sepertinya mulai berusaha bersungguh-sungguh berkali-kali tubuhnya bergetar hebat ketika melakukan usaha keras yang mulai membuahkan hasil, Feilin menggigit bibirnya ketika kepala kemaluanku mulai melesak masuk kedalam lubang anusnya, Nafasnya terengah-engah, keringat mengucur dari lubang pori-porinya, membuat tubuhnya berkilauan dengan indah. Dengan sekali sentakan kuat kusodokkan kemaluanku keatas membobol lubang anusnya, akhirnya masuk juga biarpun baru ujungnya. “Hekkkkk… “Nafas Feilin tertahan, matanya mendelik, mulutnya terbuka lebar dan kemudian ia mulai terisak menangis menahan rasa sakit dianusnya,tangisan Feilin semakin keras ketika kusodok-sodokkan kemaluanku dengan kuat berusaha memasuki lubang anus Feilin yang terasa hangat dan seret. “Sakit… manggg pelan-pelan… okkkkhhh aduuw..owwhh”Feilin merintih, Aku tersenyum “Boleh saja… tapi kamu musti belajar….ngentot.. He he he.. Gimana ??” kusuruh Feilin menaik turunkan pinggulnya dan kuajarkan cara bermain diatas tubuhku, Feilin mengangguk pasrah.



Setelah beberapa saat, susu Feilin bergerak dalam irama yang teratur ketika ia berusaha untuk menaik-turunkan pinggulnya, gerakannya memang masih perlahan dan amatir namun cukup enak kurasakan ketika kemaluanku keluar masuk lubang anusnya yang seret namun sepertinya Feilin takut untuk memasukkan kemaluanku lebih dalam lagi kedalam anusnya, kedua tanganku bergerak memelintir-melintir dan menarik-narik putting Susu Feilin yang kini mengeras, sambil kukombinasikan permainanku, menggesek-gesek clitorisnya dengan jempolku, Aku meraih pinggulnya dan kutarik pinggulnya lebih turun lagi sehingga kemaluanku semakin dalam memasuki lubang anus Feilin, kepala Feilin terangkat keatas, matanya terpejam rapat, kedua tangannya bertumpu didadaku, tubuhnya berkali – kali merinding seperti terkena sengatan listrik ketika kemaluanku semakin dalam terus masuk dan amblas dengan sempurna kedalam lubang anus Feilin .Feilin kini duduk dengan leluasa diatas kemaluanku kedua buah pantatnya yang empuk terasa Hangat menggesek-gesek tubuhku, pinggulnya berputar perlahan-lahan, jika ia memutarkan pinggulnya ke kanan maka aku memutar kemaluanku kearah kiri sehingga lubang anus Feilin seperti diaduk-aduk oleh kemaluanku.



Seranganku pada anusnya dan juga Serbuan jempolku yang semakin kuat menggesek-gesek Clitorisnya mulai membuat Feilin Gelisah “Akhhhhh… Crrrtttt.. Crrrrrrrr”Ekspresi Wajah Feilin tampak begitu renyah ketika badai kenikmatan menghantam dirinya, tubuhnya meliuk erotis diatas tubuhku. Aku menyuruhnya menungging diatas ranjang, dan aku menggeser posisiku mendekati buah pantat Feilin yang menungging, Dalam posisi menungging seperti itu aku dapat melihat dua buah lubang, lubang anus Feilin yang merekah dan memar akibat kusodomi, kusentuh lingkaran anusnya perlahan. “Enhhh…”Feilin menarik pantatnya, sepertinya ia masih merasakan perih. Yang Satunya lubang Vagina yang baru kemarin malam kuperkosa, Tanganku mempermainkan lubang Vagina Feilin, kucari-cari daging kecil kesukaanku dan dengan lembut kusentil-sentil daging kecil itu yang membuat pemiliknya berkali-kali merintih tersentak keenakan. Aku mulai mempersiapkan serangan , kutempelkan kepala kemaluanku pada belahan bibir Vagina Feilindan dengan satu sentakan kuat melesatlah kemaluanku menjelajahi dunia kenikmatan dilubang Vagina Feilin, tidak ada lagi erangan dan keluhan kesakitan yang keluar dari mulut Feilin, yang ada hanya rintihan manja dan jeritan-jeritan kenikmatan yang terdengar liar namun mengasikkan “Akkkkkhhhh mangggg enakhh…. Mmm Akkhhh…. Ooow”. Semakin liar Feilin menjerit semakin liar pula aku menyetubuhi tubuhnya yang mulus.



Berkali-kali Feilin meraih kenikmatan setelah kupacu lubang Vaginanya yang seret dalam posisi doggie style, akhirnya kutarik pinggulnya sambil kutusukkan kemaluanku kuat-kuat.

“Brrrccctt…brrcoott” sambil memeluk Feilin dari belakang kujatuhkan tubuhku menindihnya. Suasana hangar-bingar yang tadi terdengar kini mendadak hilang, yang ada hanya suara desahan nafas memburu yang semakin lama semakin perlahan – lahan terdengar teratur. Kucabut kemaluanku yang sudah bersenang-senang didalam lubang Vagina Feilin. Aku bangkit melangkahkan kakiku dengan gembira keluar dari kamar tidur Feilin, setelah kuambil segelas air dan sebutir pil pencegah kehamilan aku baru kembali kekamar Feilin.



Didalam kamar kulihat Feilin masih tidur dalam posisi terlentang mengangkang, kuciumi kupingnya dan kugigit-gigit kecil daun telinganya, matanya terbuka sedikit, mata sayunya memandangiku, kekecup keningnya sambil berkata dengan lembut “Bangunlah kucing kecilku… minum ini dulu….”Aku membantunya untuk duduk, kusodorkan segelas air dan kumasukkan pil pencegah kehamilan kedalam mulutnya, dengan lahap Feilin menghabiskan air yang kubawa, sepertinya ia sangat kehausan,Aku memperhatikan jam didinding sudah pukul 10.30 berarti selama tiga setengah jam aku melahap kenikmatan dan kehangatan tubuh Feilin. Aku memperhatikan Feilin yang tertunduk memandangi lantai dengan tatapan kosong, Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan olehnya, yang aku tahu betapa nikmatnya tubuh dihadapanku , tubuh Feilin yang mungil dan mulus. “Kringg…. Kring!!” Aku mendengar bunyi telepon diluar kamar, aku bergegas untuk mengangkat telepon.

“Halooo…”



************************

Malam Harinya


Sambil memeluk dan mengelus-ngelus tubuh mulus sikucing liar Feilin, ia tertidur kelelahan setelah bergoyang dengan liarnya, tubuh Feilin yang mulus dan halus terkulai lemas diatas tubuhku yang cacat penuh luka bakar, Aku gelisah……

Terjadi pertentangan Batin yang hebat didalam hatiku, Nia dan Tarida merekalah yang aku pikirkan, apakah aku harus memperkosa mereka ?. Disatu sisi aku merasa tidak tega pada Nia dan Tarida karena mereka selama ini begitu baik padaku, yang satu cantik periang dan baik hati, yang satunya seksi , lembut, biarpun agak pendiam dan pemalu tapi kadang-kadang keberaniannya bisa meledak-ledak dan membuatku kagum.



Disisi lain……………. Binatang buas didalam diriku yang selama ini terkurung selama 15 tahun terus meronta-ronta…. Ingin memangsa Nia dan Tarida, Nafsu binatangku sebagai penjahat dan pemerkosa yang sadis.


**************************
 
Bagian 3 : The Fall of Three Virgins

Sudah seminggu berjalan semenjak aku dengan sukses merengut kegadisan Feilin, Tarida dan Nia masih belum tahu kalau temannya sudah bukan perawan lagi, dihadapan mereka berdua aku hanya main luarnya saja namun jika mereka berdua sudah pulang langsung kulahap habis-habisan kenikmatan dan kehangatan dari tubuh Feilin sampai ia terengah-engah dalam rintihan dan jeritan-jeritan birahi yang binal, dunia seks yang kukenalkan pada Si kucing liar Feilin rupanya membongkar sisi lain dari jati dirinya, keliaran dan kebinalan dalam bercinta. Malam itu udara terasa dingin , diluar hujan turun dengan begitu deras, disebuah rumah kontrakan inilah aku tinggal, dan selama seminggu ini pertarungan yang hebat selalu terjadi didalam hatiku, namun lama-kelamaan sisi baik didalam diriku semakin kabur , seperti matahari pagi yang hangat ditelan oleh gelapnya malam yang pekat , dingin tanpa sinar sedikitpun. Aku tersenyum dingin menanti datangnya hari esok, yang ada dalam pikiranku hanya kenikmatan, kenikmatan, dan kenikmatan. Pikiran-pikiran kotor dan mesum sudah memakan habis hati nuraniku, sambil menghela nafas aku membaringkan tubuhku, tanganku tidak henti-hentinya mengocok-ngocok batang kemaluanku, kesadaranku mulai hilang dan akupun jatuh dalam gelapnya malam.

Mataku mendadak terbuka, ada senyuman dibibirku, akhirnya hari yang kunantikan sudah tiba, dengan terburu-buru aku mandi, suasana hari itu mendung seperti mau hujan, sudah selama seminggu Aku selalu menjemput Feilin lebih awal, dengan mengendap-ngendap kubawa santapan pagiku kedalam mobil agar tidak ketahuan oleh orang rumah, santapan pagi yang mulus dan hangat.
“Jreng…jrengg…jrennggg….ada yang….benci dirinya ada yang….”seorang pengamen mendekati mobilku, ia bernyanyi sebuah lagu sikupu-kupu malam, “Ini hidup wanita sikupu-kupu mallllaa Uhukkk… uhukkkk…..”Sang pengamen terbatuk-batuk ketika tanganku menyibakkan rok seragam Feilin keatas, petikan gitarnya mendadak berhenti, mulutnya terbuka lebar, matanya melotot melihat kemulusan paha Feilin.
Feilin tercengang kaget dengan aksiku sampai-sampai ia lupa kalau rok seragamnya tetap tersibak memperlihatkan sepasang pahanya yang mulus , sementara lampu setopan berganti warna hijau, Aku segera menginjak gas meninggalkan sang pengamen yang masih bengong. “Ditttttt…Dittttt… Ditttt!!!” Bunyi klakson terdengar dibelakangku, lewat kaca mobil kulihat rupanya sang pengamen masih bengong ditengah jalan, sementara Feilin buru-buru merapihkan Rok seragamnya, ia mencubit lenganku. Aku melihat jam tanganku, masih menunjukkan jam 6.05 menit, seorang satpam tua memperhatikan kami dengan mata yang masih mengantuk disekolah,ia sepertinya tidak curiga dengan kedatangan kami yang terlalu pagi. Aku segera memarkir mobil dilapangan parkir yang masih sepi, baru juga aku mematikan mesin mobil sikucing liar Feilin menerkamku, mulutnya mengulum bibirku, aku membalas mengulum bibirnya yang mungil.

Feilin membuka kancing baju seragam sekolahnya, tersembullah sepasang buah dada yang ranum dihadapanku, sudah seminggu ini Feilin tidak memakai Beha dan juga celana dalam, Feilin menyodorkan buah dadanya yang ranum kewajahku, aku langsung melahap buah dadanya , kuhisap dan kujilati bulatan buah dadanya, tidak lupa aku emut-emut putting susunya yang semakin runcing. “Ahhhhh… Ahhhhhhh Manggggg Dhaniiii…. Ouhhhh manggggg”Feilin menjerit-jerit liat karena desakan birahi. “Sssssssttttt…. Jangan terlalu keras manissss… nanti kedengeran orang gimana….???” Kataku mengingatkan sambil menciumi bibir dan lehernya. Feilin tidak menjawab ia hanya mendesah-desah dengan nafas yang semakin memburu keras. Tangan Feilin memaksa membuka seleting celanaku dan menarik keluar isi celana dalamku, Feilin naik keatas tubuhku yang masih duduk dengan santai , dipagi hari yang dingin , kepala kemaluanku masuk kedalam lubang yang hangat dan seret, lubang Vagina Feilin, pinggulnya naik turun dengan liar, kepalanya terangkat-angkat keatas, jeritan kecil kadang-kadang terdengar dari mulutnya, aku tidak mau diam lagi kini kusentak-sentakkan kemaluanku dengan kuat kedalam lubang mungil dan seret, berulang kali tanganku meremas – remas buah pantatnya yang padat , “Akhhhhh Crrrrr… Crrrr”gerakan-gerakan Feilin yang liar berhenti , kedua tangannya memelukku kuat-kuat, sesekali kusentakkan kemaluanku untuk mengantar mengiringi badai dahsyat yang baru saja melemparkan Feilin kejurang kenikmatan, ciuman-ciuman kasarku berkali-kali hinggap didadanya yang turun naik seiring dengan desah nafasnya. Feilin turun dari tubuhku dan duduk dikursi sebelahku, setelah membersihkan cairan yang meleleh di pahanya Feilin merapihkan pakaiannya, aku menerkamnya
“Sudah manggg…. Hampir jam 07.00 kurang”

Aku tidak mempedulikan kata-kata Feilin , kusibakkan rok seragamnya sampai aku bisa melihat kembali gundukan mungil diselangkangannya, bibir Vagina Feilin masih terlihat basah, lidahku langsung menari-nari, kukait-kait clitoris Feilin sampai Feilin tersentak-sentak dan merintih-rintih, aku tidak peduli lidahku semakin liar memainkan daging kecil didalam lubang Vaginanya. “Auh… Crrrr….. Crrrrrr”Feilin merintih untuk kedua kalinya, mulutku dengan lahap menyedot cairan putih yang terasa asin dan gurih sampai habis. “Mangg…Manggg Dhani…”Feilin mendorong kepalaku keluar dari selangkangannya. Mataku melihat keadaan disekeliling rupanya satpam tua itu mulai mendekati mobil kami. Situa mendekati pintu mobil dan “tok… tokkk….”Pintu mobil diketuk, Feilin membuka jendela mobil dan “koq ngak turun Non?” Si tua Bangka bertanya, matanya memandangi kami berdua dengan tatapan matanya yang penuh selidik. “Koq baunya gini…”Hidungnya mengendus-ngendus, Wangi cairan yang keluar dari lubang Vagina Feilin menimbulkan Aroma yang tidak asing lagi bagi penggemar seks. “Psstttt… Psttttt…….” Feilin menyemprotkan parfum , si tua bangka tampak kecewa sekaligus curiga, Feilin tertunduk ia seperti takut ketahuan oleh Situa bangka. “Hehhhh ngapain loh…. Minggir….”Aku turun dari mobil dan menghardiknya agar segera pergi menjauh dari Feilin, Si tua bangka segera ngacir pergi menjauh. Aku menenangkan Feilin yang masih ketakutan, sebelum ia keluar dari mobil aku masih sempat meremas buah dadanya, Feilin menatapku dengan manja dan kemudian sambil tertawa kecil ia menuju ruangan kelasnya, aku dengan tidak sabar menunggu ketiga gadis Chinese itu selesai sekolah, sang waktu berjalan lambat seolah-olah berusaha menyelamatkan Tarida dan Nia dari nafsu binatangku, dengan kelelahan sang waktu mengakhiri perlawanannya ketika bel sekolah berdentang dengan nyaring tanda jam sekolah telah usai, akhirnya penantian di hari Sabtu yang kutunggu berakhir juga.

“Feilin Haus nihh…” Tarida menatap Feilin dengan tatapan manja. “Ya… ambil sana dikulkas……..” Feilin menyahut “Minta Fantaaaaaaaaaaa”Tarida tambah manja , sambil sebelah tangannya menyusup kebalik rok seragam sekolah Feilin. Nina juga mulai ikut-ikutan ia merangkul Feilin dari belakang dan meremas-remas bagian buah dadana yang masih bersembunyi dibalik seragam sekolahnya, “Aku minta coca-cola yahhh… cuppp.. cupppp”Dikecupnya leher Feilin sampai Feilin keenakan. “Ya sudah kalian tunggu disini… aku ambilkan…..”Feilin membalas dengan meremas Susu Tarida dan Nia dengan lembut. “Awww…enak” “aduhhhhhhh… jangannnnnnnn” Tarida dan Nia menjerit manja, kemudian sambil tertawa lepas Feilin keluar dari kamar , Feilin mengambilkan minuman untuk kedua orang temannya. Aku mengikuti Feilin kedapur, Aku tersenyum ketika Feilin mulai mengisi Gelas-gelas kenikmatan itu dengan Fanta dan Coca Cola kesukaan Tarida dan Nia. Kupeluk Feilin dari belakang, kukeluarkan obat perangsang dosis tinggi,ambil menciumi dan menggigit-gigit kecil daun telinga Feilin aku berbisik “Masukkan ini sekalian manisku…”. Feilin menoleh menatapku , ia bertanya keheranan “Apa… ini manggg”. Aku tersenyum memeluk Feilin sambil melepaskan kancing baju sekolah dan beha Feilin dari belakang ” Itu Obat perangsang
“Tolong jangan…. Kasihan mereka….”Feilin memohon belas kasihanku.”Jangan banyak bacott!!! Lakukan perintahku ngertii!!!!”Aku membentak Feilin, Feilin ketakutan dan ia segera menjalankan perintahku, dimasukkannya obat perangsang pemberianku kedalam gelas kenikmatan rasa Fanta dan Coca Cola, Sambil bersujud kulepaskan rok seragam Feilin dan kutarik celana dalam Feilin. “Slllllrrrppppphhhhh…. Sllllllrrrrrrpppphhhh………..” kujilati belahan pantatnya yang lembut dan halus, kupeluk erat-erat pinggul Feilin sambil mencari-cari daging kecil didalam lubang Vaginanya, kutelan-tekan perlahan daging kecil itu dalam gerakan memutar, Feilin merintih kecil, Api birahi semakin besar menyala dalam dirinya, sambil merendahkan posisiku dari belakang kutusukkan kemaluanku pada lubang Vaginanya, kupacu Vagina Feilin kuat-kuat dan iapun bergoyang dengan binal, kedua tangannya bertumpu pada pinggir meja.

“Kamu jangan nakal manisku…Ayo berikan minuman ini pada Tarida dan Nia….agar aku dapat segera menikmati mereka!!” perintahku kepada Feilin. Feilin melangkah dengan pasti , sepertinya Api birahi yang berkobar dengan dashyat sudah membakar habis akal sehatnya. Sambil tertawa senang aku mengikuti langkah Feilin yang sudah lebih dulu sampai kedalam kamar, Hmm dikamar hanya ada Feilin yang terdiam memegang dua buah gelas ditangannya, diletakkannya gelas itu diatas meja belajarnya, Feilin menoleh kearahku, dilantai kulihat Pakaian seragam milik tarida, sedangkan dalam jarak yang agak jauh lagi kulihat pakaian seragam milik Nia, sambil memunguti Attribute ditubuh Tarida dan Nia yang tercecer ,aku mengikuti jejak yang sengaja ditinggalkan oleh santapanku yang pasti lezat dan mengenyangkan nafsu birahiku, Rok seragam, kemudian Beha dan yang terakhir celana dalam, semuanya kutemukan, sambil membungkuk kuambil celana dalam terakhir berwarna coklat muda dan…”Dharrrrrrr……..!!!!!!!” Sesuatu melompat dari tempat yang tersembunyi ,Mataku hampir melompat keluar dari tempatnya ketika melihat dua pasang buah dada yang segar dan ranum melompat kehadapanku. Dua sosok tubuh mulus yang kukenal tertawa lepas tanpa beban, sepertinya mereka tidak tahu kalau hari ini mereka wajib melepaskan dan dan menghidangkan keperawanan mereka untukku Aku menerkam mereka berdua dan kuciumi mereka berdua, tanganku merayap. “Ihhhh mang Dhani… ihhhhhh” “Ahhhh geli mang!” Kata – kata seperti itulah yang keluar dari mulut tarida dan Nia. Kugiring Tarida dan Nia menuju kamar Feilin , kamar tempat aku akan menyantap keperawanan mereka. Didalam kamar tanpa basa-basi Tarida dan Nia meminum minuman yang sudah disediakan oleh Feilin, Feilin tertunduk, sepertinya ia merasa serba salah, aku memeluknya dari belakang sambil berbisik “Jangan kuatir… mereka berdua akan baik-baik saja…… hari ini kita berempat pasti akan bersenang-senang sampai puas….. apa kamu sudah melaksanakan perintahku…?” sambil meremas kedua susunya dalam gerakan memutar aku bertanya pada Feilin, Feilin mengangguk sambil mendesah resah. “Bagussss… ha ha ha ha…..” aku tertawa senang.

15 menit yang lalu
“Haloooo…. Siapa ini…?” suara yang terdengar dari gagang telepon bertanya. “Ini Feilin tante…. Tarida nginap dirumahku tante….”Feilin berusaha agar tidak gugup. “Ooooo Tarida mana ?”suara itu bertanya lagi. “Lagi…. Dikamar kecil tante, jadi aku bantuin ngasih tau supaya tante ngak kuatir…?”Feilin berbohong. “Ooo ya sudah kalau begitu….”Suara itu tampak lebih tenang. “Mari tante dha”Feilin kemudian menutup gagang telepon. Kemudian ia juga menghubungi orang tua Nia dan melakukan hal yang sama

Baru 10 menit aku meremas – remas Susu Felin, dihadapanku Tarida dan Nia mulai terlihat resah dan gelisah, aku tersenyum karena tahu kalau pengaruh dari obat perangsang pasti mulai bekerja, kubalikkan tubuh Feilin, kemudian aku masukkan kemaluanku ke lubang Vaginanya kutusuk-tusukkan dengan cepat dan kuat sampai terdengar bunyi “Clepp.. Cleppp.. Clepppp” bunyi itu semakin kuat terdengar dan “Akhhhhhh…..Crrrrrrrrr” satu pekikan manja terdengar dari mulut Feilin. Kucopot kemaluanku dengan kasar, kemudian sambil menggoyang-goyangkan kemaluanku aku mendekati Tarida dan Nia, kedua gadis itu kini menggigil hebat karena berada dibawah pengaruh obat perangsang. Kudorong tubuh keduanya keatas ranjang yang empuk. Aku menerkam Tarida dan Nia kemudian menciumi mereka, ciumanku semakin liar dan kasar ketika aku menggeluti buah dada mereka. Tarida dan Nia menggelepar-gelepa, rintihan mereka semakin keras, kulepaskan tubuh Tarida kini aku mulai berkonsentrasi pada tubuh Nia, kulumat lembut putting susunya, Nia memekik kecil ketika aku merubah gaya bercintaku menjadi liar dan kasar, dengan rakus kulumat-lumat buah dadanya bergantian yang kiri dan yang kanan. Nia seperti merengek-rengek menahan nafsu birahi yang semakin tinggi, kugigit – gigit dengan gemas putting susunya yang semakin mengeras, rakus sekali mulutku ketika menjilati, mengemut, dan mengigit – gigit buah dadanya yang semakin mengeras. Ciumanku yang liar dan brutal semakin turun, keperut, dan…hinggaplah aku disebuah gundukan mungil yang aromanya sudah sangat kukenal.

”nggghh…ahhhh!!” tubuh Nia mengejang ketika aku melumat-lumat bibir Vaginanya dengan kasar, kutekan dan kubuka bibir Vagina Nia dengan jari jempolku, tersembullah daging kecil dambaan setiap laki-laki , kukait-kait daging kecil mungil yang menggemaskan itu dengan lidahku sampai pemiliknya tersentak-sentak kenikmatan. Aku mulai menggesek-gesekan kepala kemaluanku pada lubang Vagina Nia, kutekan dan kucoblos lubang Vagina Nia dengan satu sentakan yang kuat “clepppppppp” bunyi lubang kecil itu ketika kepala kemaluanku merangkak masuk. Kutekan kemaluanku agar lebih dalam lagi memasuki lubang sempit yang berdenyut-denyut meremas-remas kemaluanku dengan kuat, untuk sesaat aku tersentak…kuhentikan gerakanku, api kecil menyala didalam hati nuraniku,haruskan aku merampas kegadisan Nia yang baik hati dan pemaaf? Pada saat-saat yang kritis ini Nia menekuk dan mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, kemudian mengangkat-angkat pinggulnya keatas, api kecil itu mendadak padam bagaikan tertiup oleh angin badai yang dasyat, kusentakkan kemaluanku berkali-kali merobek-robek kegadisan Nia. “Aaaaahhh!! ” jeritan Nia terdengar menggema didalam kamar itu ketika aku dengan buas melahap keperawanannya, aku terus berkutat merojok-rojok lubang Vagina Nia sampai kemaluanku tenggelam secara sempurna, kutarik dan kutekankan kemaluanku berkali-kali.

Si kucing Liar Feilin kini naik keranjang dan menghampiri Tarida yang mendesah-desah tidak karuan, Feilin memeluk Tarida dan mengulum bibir Tarida dengan rakus, kedua gadis itu saling melumat dan saling berpelukan, ciuman Feilin kini turun kebuah dada Tarida, mulut Feilin begitu rakus menggeluti buah dada Tarida, setelah puas menggeluti buah dada Tarida Feilin menarik tubuh Tarida agar bangkit duduk diatas ranjang, sedangkan Feilin duduk dibelakang Tarida, sambil memandangiku dengan tatapan matanya yang nakal Feilin meremas bagian bawah buah dada Tarida , kemudian dengan gerakan memutar kedua tangannya meremas-remas sepasang susu yang segar dan ranum, Tangan Feilin yang sebelah kiri dengan perlahan merayap semakin turun dan kini hinggap digundukan mungil milik Tarida, jari tangannya menggesek-gesek bibir Vagina Tarida sehingga Tarida semakin sering merintih lirih, sambil terus memacu kemaluanku menikmati Vagina Nia aku menonton “Live Show” yang semakin liar, mata ku merayapi tubuh Tarida, Feilin seperti mengerti keinginanku didorongnya tubuh Tarida kearahku, kurengut dan kutarik tubuh Tarida agar posisi susunya pas dimulutku dan kulahap buah susu Tarida, sipemilik buah susu merintih-rintih ketika aku semakin liar melampiaskan nafsuku pada buah dadanya,lidahku mengait-ngait putting susu Tarida yang semakin keras, kuemut pentilnya dan kuhisap-hisap. Feilin menarik kepalaku sambil menyodorkan buah dadanya , aku tersenyum senang sambil menerima pemberian Feilin, kepala kemaluanku sibuk merojok-rojok lubang Vagina Nia, sedangkan kepalaku sibuk mengemut-ngemut empat buah susu ranum yang terhidang dihadapan wajahku,kupercepat kocokan-kocokan kemaluanku pada lubang Vagina Nia yang mulai terasa lancar karena membanjirnya cairan pelumas dari lubang kewanitaannya,sepertinya inilah yang disebut dengan istilah empat sehat lima sempurna.

“Eeengghhh Achhh!!” Nia menjerit kecil, tubuhnya bergetar hebat dan Srrrr…crrrttt, semburan-semburan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku. Aku meneruskan acaraku “berpacu dalam melody” birahi. “Crep….crepp…plepp…slepp!”Entah apa judul lagu ini, kadang-kadang slow, kadang kadang nge-rock, kadang-kadang agak metal tergantung bagaimana cara aku mengayunkan kemaluanku. Feilin menerkam Tarida sehingga tubuh tarida yang mulus terlepas dari kekuasaanku, Sikucing liar Feilin menggeluti tubuh Tarida, seperti binatang buas yang kelaparan, kubiarkan Feilin bermain dengan Tarida, kutarik pinggul Nia kemudian aku meneduhi tubuhnya dan memompa lubang Vaginanya dengan lebih kuat lagi, kupeluk erat-erat tubuh ramping Nia yang seksi, keringat sudah membanjir ditubuh kami berdua, permainan semakin basah, hangat dan mengasikkan, Nia yang sexy sudah tiga kali menyemprotkan air maninya dalam posisi ditindih oleh tubuhku dan ini yang keempat kali… “Akkhhh…crrrtttt” Nia kembali terhempas dalam kenikmatan, Nia yang sexy dan cantik terkulai tanpa daya setelah kukalahkan dengan telak, Aku bangkit dan mencabut kemaluanku “Plooopppp” aku memperhatikan lubang Vagina Nia yang memar kemerahan, cairan putih kental meleleh keluar dari sela-sela Vaginanya bercampur dengan cairan berwarna merah, darah perawan, Nia terengah-engah kecapaian, matanya terpejam rapat-rapat, mulutnya sedikit terbuka. Aku merangkak mendekati Tarida dan Feilin, bersama-sama dengan Feilin Aku mengemuti Susu Tarida, Feilin mengemut Susu kanan dan Aku mengemut susu sebelah kiri, lumayan lama juga kami berdua menyusu didada Tarida, Feilin mendorong tubuhku sampai aku terlentang diatas ranjang dengan posisi mengangkang, kemudian Feilin menaikkan Tarida keatas tubuhku,Feilin menekan pinggul Tarida turun, aku tidak menyia-nyiakan maksud baiknya, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang vagina Tarida yang mendekati kemaluanku, beberapa kali kepala kemaluanku terpeleset ketika akan masuk kedalam lubang Vagina Tarida yang licin, seret dan hangat, setelah kurasakan pas kali ini dengan satu sentakan keras kuhentakkan kemaluanku keatas “Cleppp…”suara itu begitu keras terdengar.terdengar, Feilin menekan pinggul Tarida , kurasakan kemaluanku semakin dalam terbenam menusuk Vagina Tarida. “Brettt… drrrrrrrrrtttt prrrrrrrrrttt……”terasa sekali enaknya ketika kepala kemaluanku merobek-robek keperawanan Tarida, sedangkan pemilik keperawanan meringis-ringis ketika aku merobek-robek miliknya yang berharga, sesuatu yang tidak akan pernah mungkin dapat kembali lagi, kucengkram pinggul Tarida sambil berkali-kali menghentakkan kemaluanku keatas, sedangkan Feilin mengangkangi wajahku, SiKucing liar menghidangkan Vaginanya yang beraroma harum menggairahkan. Aku langsung menjulurkan lidahku mencari-cari daging mungil kesukaanku , pinggul Feilin berulang kali menekan-nekan kebawah, sehingga lidahku semakin tenggelam ke dalam lubang Vaginanya, kukorek lubang Vagina Feilin, kuemut-emut Vagina Feilin dengan rakus.

“Akh….Hnngghh!!” Tarida memuntahkan cairan kenikmatannya, Tarida yang mulus memang lebih cepat mencapai kenikmatan jika dibandingkan kedua temannya. Feilin menekan-nekankan Vaginanya kemulutku, pinggulnya bergoyang kesana kemari “Aww…Crrrr” Feilin semakin kuat menekan pinggulnya kewajahku ketika aku dengan lahap menjilati cairan gurih yang meleleh dari selangkangannya. Feilin hendak mengangkat Vaginanya namun kutahan buah pantatnya dengan kedua tanganku, aku tidak akan membiarkan santapan yang lezat ini ,seenaknya berlalu dihadapanku, sambil terus menghentak-hentakkan kemaluanku merojok-rojok Tarida, aku melumat-lumat selangkangan Feilin, kadang-kadang Feilin memekik ketika aku mengigit-gigit kecil bibir Vaginanya dengan gemas. “Unghhh…crrrrrrr…” Tarida kembali mengeluh dan cairan hangat terasa menyemprot kemaluanku berkali-kali. Aku merasakan Tarida turun dari tubuhku “ploppppppppp….”Kemaluanku terlepas dari Vaginanya, Kuterkam sikucing liar Feilin dan kugeluti tubuhnya, tembakan-tembakan gencar berulang kali kuarahkan untuk menghantarkannya berkali-kali kejurang kenikmatan,setelah itu sasaranku alihkan pada Tarida yang terkulai lemas diatas ranjang, kubalikkan tubuhnya kini Tarida dalam posisi menungging,bibir Vaginanya kini merekah dan agak terbuka, aku kembali menjejalkan kemaluanku kedalam lubang Vaginanya yang seret , kutekan kemaluanku sedalam mungkin, sampai buah pantatnya menggesek perutku, halus, begitu lembut, hangat dan ada perasaan serrrrr di jantungku. Kukocokan kuat-kuat kemaluanku sampai terdengar bunyi “Plokkk…” “Plokkk….” “Plokkk!” yang semakin lama semakin keras terdengar. Tubuh Tarida terdorong maju mundur, semakin cepat aku mengayuhkan kemaluanku semakin cepat pula tubuhnya terayun-ayun dalam posisi menungging, kemaluanku keluar masuk menelusuri lubang kenikmatan yang seret dan sempit, pada saat aku mendorongkan kemaluanku bibir vagina Tarida bagaikan amblas tertekan masuk, dan pada saat aku menarik kemaluanku bibir Vagina Tarida bagaikan tertarik keluar.

“Engggg Ahhhhh… Akh…ssshhttt!” Tarida menjerit tertahan ketika dirinya kembali tenggelam kedalam lautan kenikmatan. Tanpa melepaskan pinggul Tarida aku menjatuhkan diriku kebelakang, kini aku duduk diatas ranjang sedangkan Tarida menduduki kemaluanku, tanganku meremas-remas Susunya , kocokan-kocokan kemaluanku semakin kuat menghujami lubang Vagina Tarida. “Uhhhhh…” Aku menghentikan gerakanku, Tubuh Tarida dan tubuhku sudah basah bagaikan habis kehujanan , keringat mengalir dengan deras dari tubuh Tarida dan tubuhku, sesekali kuayunkan kemaluanku keatas dengan gerakan yang santai sambil mengumpulkan kembali tenagaku yang terkuras,punggung Tarida bersandar didadaku kepalanya terkulai lemah kecapaian, gesekan buah pantat Tarida yang halus mulus menimbulkan sensasi yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata “Utssss…Crrrott” tanpa kuduga sesuatu yang sangat nikmat keluar dari dalam tubuhku ,nafasku seperti tertahan, kuremas lembut Susu Tarida dari belakang, tenggorokanku terasa panas, kulepaskan tubuh Tarida , aku berlalu keluar untuk mengambil minuman dingin dari kulkas, Kemaluanku yang besar kini terkulai, kubuka pintu kulkas dan kuraih sebotol Sprite untuk melepaskan dahagaku, , kugerakkan tubuhku untuk menghilangkan rasa pegal, beberapa saat kemudian tenagaku mulai pulih, ulat-ulat porno mulai menggeliat diotakku, kulangkahkan kakiku menuju kamar Feilin dan kubuka pintu kamar itu perlahan, diatas ranjang terbaring tiga sosok tubuh mulus yang terkulai lemah, kuhampiri tubuh mereka dan kini kubalikkan kembali tubuh Tarida dan tubuh Nia ,kujilati lubang anus Tarida kemudian lubang Anus Nia, perjalanan Tarida dan Nia masih panjang, kuarahkan kepala kemaluanku pada lubang anus Tarida dan…jeritan kesakitan Tarida kembali terdengar menggema didalam kamar…..setelah aku selesai kulepaskan tubuh Tarida tidak berapa lama kemudian terdengarlah jeritan kesakitan Nia, mereka berdua menangis terisak-isak , sepertinya pengaruh obat perangsang yang kuberikan mulai hilang, kesadaran mereka perlahan-lahan mulai pulih namun segalanya sudah terlambat, aku kembali menikmati kemulusan dan kehangatan tubuh mereka bertiga.

Beberapa bulan kemudian
Dari dalam sel disebuah penjara, tepatnya diblok D terdengar suara gelak tawa para napi, mereka sedang mengerubuti tiga orang gadis yang seksi, cantik dan mulus, para napi itu seperti kesetanan tidak mempedulikan jeritan ketakutan yang keluar dari mulut ketiga gadis dihadapan mereka.
“Jangannnnn…. Ampunnnnn…… akkkkkkkkkkkkk” , “Aduhhhhhhhhhhh… Owwwwwwww…..” “ngakkkkkk….. uhhhhhhhhhhhhhhh” suara – suara yang keluar dari mulut ketiga gadis itu.
Tarida ?…. Nia ?………… Feilin ?…………… Huhh ????? Mau Ngapain mereka didalam sana ?
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd